Anda di halaman 1dari 25

PERILAKU PETANI MENGENAI SISTEM TANAM PADI

JAJAR LEGOWO (JARWO)

di Kelompok Tani Desa Tonjong Kecamatan Kramatwatu

Kabupaten Serang Provinsi Banten

PROPOSAL EVALUASI

OLEH

DEDE RAHMAWATI

02.01.18.011

KEMENTRIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN


PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN POLITEKNIK
PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
BERKELANJUTAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Evaluasi
Perilaku Petani Mengenai Sistem Tanam Jajar Legowo (Jarwo) di Kelompok Tani
Desa Tonjong Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Provinsi Banten.
Proposal ini ditunjukkan untuk memenuhi tugas dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum Evaluasi Penyuluhan Pertanian pada semester V.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Rudi Hartono, SST., MP. selaku Ketua Jurusan Pertanian

2. Ibu Ait Maryani, SP., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Penyuluhan
Pertanian Berkelanjutan
3. Bapak Dedy Kusnadi, SP., MSi. selaku Dosen Mata Kuliah Evaluasi
Penyuluhan Pertanian
4. Bapak Drs. Achdiyat, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Evaluasi
Penyuluhan Pertanian
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan lahir dan batin

6. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan proposal ini


masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk perbaikan dan penyempurnaan di
masa yang akan datang, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Besar harapan penulis semoga proposal ini bermanfaat dan
bermakna bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Serang, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBARii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Praktik 2
Manfaat Praktik 2
TINJAUAN TEORITIS 3
RENCANA KEGIATAN 6
Waktu dan Tempat 6
Sasaran Kegiatan 6
Populasi dan Sampel 6
TEKNIK PENGUMPULAN DATA 8
INSTRUMEN EVALUASI 8
Validitas............................................................................................................8
Realibiltas.........................................................................................................9
KISI – KISI INSTRUMEN 10
TEKNIK ANALISIS DATA 11
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

1. Daftar Anggota Kelompok Tani Mandiri.................................................


7

2. Kriteria Jawaban dan Pemberian Skor Aspek Pengetahuan ....................


10

3. Kriteria Jawaban dan Pemberian Skor Aspek Sikap ...............................


11

4. Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran ............................


11

ii
i
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyuluhan Pertanian merupakan sistem pendidikan luar sekolah (nonformal)


yang dilaksanakan bagi para petani dan keluarganya. Penyuluhan ini ditujukan agar
ada perubahan perilaku petani untuk bertani lebih baik, berusaha lebih
menguntungkan, hidup lebih sejahtera dan bermasyarakat lebih baik. Berdasarkan
pada tujuan penyuluhan pertanian tersebut di atas maka penyuluhan pertanian
menjadi suatu bentuk pendidikan yang kompleks. Karena itu sering dijumpai berbagai
kesulitan untuk mengetahui hasil-hasil yang sebenarnya dari kegiatan penyuluhan
secara tepat.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, namun sering
dikesampingkan dan konotasinya negatif, karena dianggap mencari kesalahan,
kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan penyuluhan pertanian. Sebenarnya
evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan
penyempurnaan program/kegiatan penyuluhan pertanian sehingga lebih efektif,
efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi penyuluhan
pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan kegiatan/program
penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan kegiatan yang
dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Wilayah Kecamatan Pringsewu berada
dibawah naungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah Pringsewu.
Wilayah Kecamatan Pringsewu memiliki luas wilayah 5326 Ha (53,26
Km2, 27,47 % (1463) merupakan wilayah pesawahan, dan 72,53 % merupakan
wilayah bukan sawah. Kecamatan Pringsewu memiliki memiliki 10
pekon(Desa), 5 Kelurahan, 57 dusun yang menjadi wilayah binaan penyuluhan.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Batas sebelah utara dengan: Kecamatan Sukoharjo

1
b. Batas sebelah timur dengan: Kecamatan Gadingrejo.
c. Batas sebelah selatan dengan: Kecamatan Ambarawa
d. Batas sebelah barat dengan: Kabupaten Pagelaran.
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari
kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama
pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo
diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian
ditindak lanjuti oleh Kementrian Pertanian melalui pengkajian dan penelitian
sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam
rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi sekitar 30%.
Pada dasarnya evaluasi merupakan alat menejemen yang berorientasi pada
tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian di analisis sehingga
relevansi dan efek serta konsekuensinya di tentukan secara sistematis dan obyektif.
Data digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti
dalam perencanaan, program, pengambilan keputusan dan pelaksanaan program
untuk mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif.

Tujuan Evaluasi

Tujuan dilaksanakannya kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian antara lain untuk


menganalisis, menjelaskan serta mengevaluasi pengetahuan dan sikap petani padi
dalam menerapkan sistem tanam padi jajar legowo (Jarwo) yang telah dilaksanakan
oleh penyuluh di Kelompok Tani Mandiri Desa Sidoharjo, Kecamatan Pringsewu.

Manfaat Evaluasi

Manfaat dilaksanakannya kegiatan evaluasi penyuluh pertanian antara lain


mahasiswa mampu menganalisis, menjelaskan serta mengevaluasi program
penyuluhan sistem tanam padi jajar legowo (Jarwo) sehingga dapat diketahui tingkat

2
keberhasilan penyuluh dan tingkat keberhasilan suatu program kegiatan yang telah
dilakukan di Kelompok Tani Mandiri Desa Sidoharjo, Kecamatan Pringsewu.

TINJAUAN TEORITIS

Evaluasi merupakan upaya penilaian atas hasil suatu kegiatan melalui


pengumpulan dan penganalisaan informasi/data secara sistematis serta mengikuti
prosedur tertentu yang secara ilmu diakui kebenarannya. Evaluasi bisa dilakukan
terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun pada hasil serta dampak suatu kegiatan.
Evaluasi pembinaan kelompok tani perlu dilaksanakan secara teratur, baik awal,
evaluasi proses, evaluasi akhir maupun evaluasi dampak (DEPTAN, 2007).
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting bila dilihat dari segi manfaat
sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program atau kegiatan penyuluhan
pertanian sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki
perencanaan kegiatan atau program penyuluhan dan kinerja penyuluh,
mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan antara
kegiatan dan tujuan yang telah ditetapkan (Erwin, 2012)
Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses.
Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta
konsekuensinya ditentukan sesistematisdan seobjektif mungkin. Data ini digunakan
untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam
perencanaan, program pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk
mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif. Data tersebut mencakup
penentuan penilaian kefektifan kegiatan dibanding dengan sumberdaya yang
digunakan (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Raudabaugh dalam Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001),
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi
tahapantahapan sebagai berikut; merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang

3
cocok untuk mengukur keberhasilan dan untuk menentukan dan menjelaskan tingkat
keberhasilan.

Sedangkan Frutchey dalam Pengembangan Sinar Tani (2001), menjelaskan


pengertian evaluasi adalah kegiatan lumrah yang biasa kita lakukan sehari-hari.
Dalam semua kegiatan evaluasi terdapat tiga unsur, yaitu sebagai berikut:

1. Mengamati dan mengumpulkan data,

2. Menggunakan kriteria tertentu dalam pengamatan,

3. Membuat kesimpulan atau pengambilan keputusan.

Menurut PUSLUH DEPTAN (1995) evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian


adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan
dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan,
hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian
hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu
kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996) evaluasi penyuluhan pertanian
adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang
sejauhmana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu wilayah dapat
dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk
mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan
yang dilakukan.
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu
kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta secara
sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut,
untuk menilai hasil relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan.
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman
dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman
yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah
kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu
rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi

4
pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki 6 jumlah tanaman pingir yang lebih
banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang
berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding
tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan
kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada
dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (Suharno,
2011).
Menurut Sembiring (2001), Sistem tanam legowo merupakan salah satu
komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam
lainnya memiliki keuntungan yaitu Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara
dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke
setiap rumpun tanaman padi sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang
berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman. Kemudian Menambah jumlah
populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi
baik secara makro maupun mikro. Selanjutnya Dengan adanya baris kosong akan
mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan. Kemudian Mengurangi
kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang
relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang
relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan
penyakit dapat ditekan.
Bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten (2012) bahwa
modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan dengan
melihat berbagai pertimbangan. Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X
20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai
pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.
Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan
yaitu; tipe legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) dan tipe lainnya 8 yang sudah ada
serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Namun
berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

5
diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil
produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo
(2:1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.

RENCANA KEGIATAN

Lokasi dan Waktu

Adapun lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian


berkaitan dengan pengetahuan dan sikap petani dalam sistem tanam padi Jajar
Legowo (Jarwo) di Kelompok Tani Mandiri Desa Sidoharjo Kecamatan Pringsewu,
Kabupaten Pringsewu. Lokasi ini dipilih didasarkan karena Kelompok Tani Mandiri
sebagai Kelompok Tani di Kecamatan Pringsewu yang telah mendapatkan informasi
dari kegiatan penyuluhan pertanian tentang Sistem tanam padi Jajar Legowo (Jarwo)
dan bahkan telah menerapkannya. Kemudian untuk waktu pelaksanaan kegiatan
evaluasi penyuluhan pertanian ini akan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
diberikan dosen mata kuliah.

Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian adalah Petani yang tergabung dalam
Kelompok Tani Mandiri Desa Sidoharjo Kecamatan Pringsewu, Kabupaten
Pringsewu.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:117) populasi


adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Selanjutnya populasi pada kegiatan evaluasi penyuluhan
pertanian ini adalah semua anggota kelompok tani yang tergabung dalam Kelompok

6
Tani Mandiri Desa Sidoharjo Kecamatan Pringsewu serta akan menerima materi
maupun kegiatan mengenai sistem tanam padi jajar legowo (Jarwo).
Populasi yang ditetapkan berdasarkan data dan informasi mengenai keadaan
Kelompok Tani Mandiri Desa Sidoharjo Kecamatan Pringsewu, Kabupaten
Pringsewu adalah sejumlah 20 orang petani yang sebagaimana dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 1. Daftar Anggota Kelompok Tani Mandiri


No Nama Kedudukan
1. Ahmad Sirin Ketua Poktan
2. Supanggat Bendahara
3. Sahudin Sekertaris
4. Rahman Anggota
5. Sidik Anggota
6. Wagiyo Anggota
7. Iwan Anggota
8. Tono Anggota
9. Mujianto Anggota
10. Suprapto Anggota
11. Suryono Anggota
12. Agus Anggota
13. Pardi Anggota
14. Jumadil Anggota
15. Imron Anggota
16. Heri Anggota
17. Yono Anggota
18. Amran Anggota
19. Bahar Anggota
20. Wahyudin Anggota
21. Budi S. Anggota

7
22. Mujib Anggota
23. Tris Anggota
24. Aprianto Anggota
25. Anggota
Sumber: Kelompok Tani Mandiri

Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi


sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan
pada populasi. Berdasarkan sampel yang dijadikan sebagai responden ditetapkan
melalui perhitungan dengan menggunakan rumus slovin. Menurut Ellen (2010),
dengan rujukan Ariola et al. Principles and Methods of Research, 2006 dalam
Amirin, 2011) rumus slovin adalah sebagai berikut:

n = Jumlah sampel N
= Jumlah anggota populasi
e = Toleransi terjadinya galat atau taraf signifikasi (^2 = dipangkatkan)

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Untuk
melaksanakan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

1. Wawancara berstruktur. Wawancara berstruktur merupakan teknik


wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data primer
berupa pertanyaan kepada responden secara langsung.
2. Angket (kuesioner). Merupakan teknik kedua yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam kajian ini yaitu dengan memberikan

8
kuesioner kepada responden berupa pertanyaan tertulis secara
tertutup.
3. Observasi. Teknik ini dilakukan secara langsung berdasarkan
pengamatan di lapangan terhadap objek pengkajian.
4. Data sekunder sebagai data pendukung, didapat dari penyuluh BPP,
serta pihak terkait.

Instrumen Evaluasi

 Validitas Instrumen
Instrumen evaluasi yang digunakan berupa kuesioner, instrumen tersebut
sebelum digunakan untuk kegiatan evaluasi pada responden inti, sebelumnya
akan dilaksanakan terlebih dahulu uji validitas. Uji validitas ini dilaksanakan
dengan cara mengujikan kuesioner dengan format dan isi yang sama kepada
responden selain anggota kelompok tani.
Selanjutnya hasil pengujian kuesioner akan diolah menggunakan rumus r hitung
validitas yang berguna untuk menentukan seberapa valid soal tersebut.
Penggunaan rumus tersebut dilakukan dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel
2010. Dari hasil perhitungan dengan rumus tersebut jika nilai V lebih besar 0,2
maka kuesioner tersebut valid. Jika nilai V kurang dari 0,2 maka butir
pertanyaan pada kuesioner tersebut tidak valid dan harus diganti.

 Reliabilitas Instrumen
Uji Reliabilitas adalah uji statistik yang dipakai guna menentukan reliabilitas
serangkaian item pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu variabel,
atau sejauh mana pengukuran dapat dipercaya jika dilakukan pengukuran pada
waktu yang berbeda pada kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama (Ratnaningsih, 2010). Langkah uji reliabilitas yang akan dilakukan
sebagai berikut:

9
1. Membagi kuesioner berisi butir-butir pertanyaan pada 10 orang
responden.
2. Setelah kuesioner dijawab oleh responden, data yang diperoleh akan
diolah di komputer menggunakan perangkat lunak SPSS dengan formula
Koefisien Alpha (Croanbach’s Alpha) sebagai berikut:

Keterangan:
= Jumlah butir pertanyaan

= Varians butir

= Varians total

Kriteria keputusan uji dengan melihat hasil analisis pada output SPSS
yaitu melihat nilai Croanbach’s Alpha keseluruhan instrumen. Instrumen
memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai realibilitas instrumen yang
diperoleh ≥ 0,70

Kisi-kisi Instrumen (Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran)

 Aspek pengetahuan
Mengukur variable pengetahuan anggota kelompok tani terhadap
komponen dasar dan kompone pilihan Tanam Jajar legowo ditentukan dari
pilihan jawaban dengan menggunakan skala guttman untuk mendapatkan
jawaban yang benar. Data yang diperoleh dapat berupa data nominal.
Untuk mengukur variable pengetahuan digunakan skala guttman, skor
yang akan digunakan 0 dan 1 dengan ketentuan pada table dibawah ini.
Tabel 2. Kriteria Jawaban dan Pemberian Skor Aspek Pengetahuan
Kriteria/Pilihan
No Skor Nilai

10
Jawaban
1. Benar 1
2. Salah 0

 Aspek sikap
Untuk mengukur variable sikap anggota kelompok tani terhadap
komponen dasar dan komponen pilihan tanam jajar legowo melalui pilihan
jawaban sampel dengan menggunakan Skala Likert yang dimodifikasi
dengan memberikan skor 1-4, hal ini dilakukan untuk mencegah
kecenderungan petani memilih jawaban aman atau tengah – tengah apabila
digunakan skor ganjil. Ketentuan pengukurannya adalah sebagai berikut
Untuk mengukur indikator digunakan skala likert yang dimodifikasi yang
memberikan skor 1 – 4.

Tabel 3. Kriteria Jawaban dan Pemberian Skor Aspek Sikap


Skor
No Kriteria/Pilihan Jawaban
Nilai
1. Sangat setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak setuju 2
4. Sangat tidak Setuju 1

Variabel, indikator, parameter, dan skala pengukuran pada kegiatan


evaluasi ini seperti tertera pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran


Variabel Indikator Parameter Skala
Pengukuran

11
Sistem 1. Pengetahuan 1. Pengolahan lahan Skala Likert

Tanam 2. Penanaman 1

Jajar 3. Pemupukan 0

Legowo 4. Pengendalian Hama

Terpadu
5. Pengairan dan

Irigasi
2. Sikap 1. Penyemaian Skala Likert

2. Penanaman 4

3. Pemupukan 3

4. Pengendalian Hama 2

Terpadu 1

Teknik Analisis Data

Evaluasi pada kegiatan ini dilakukan secara deskriptif, menurut Akunto


(2010) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, data yang
diperoleh dari hasil kuisioner, diolah secara tabulasi kemudian dianalisis secara
deskriptif, yaitu dengan memaparkan hasil yang didapat dalam dalam bentuk uraian
yang sistematis sehingga diperoleh hasil yang lengkap dan terperinci.
Kemudian untuk menentukan tingkat perilaku petani dilakukan dengan pengukuran
dengan menggunakan metode skor dari setiap indikator sistem pertanian organik
terhadap jawaban responden. Skor masing-masing indikator dikategorikan menjadi
beberapa kategori berdasarkan panjang kelas interval yang ditetapkan melalui
perhitungan sebagai berikut.

12
Pajang kelas interval =

DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi_penyuluhan_pertanian. Diakses 21 November 2019. Erwin, 2012.


Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian. Jambi.

Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Padmowihardjo, S., 1996, Program Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Suharno. 2011. Sistem Tanam Jajar Legowo (Tajarwo) Salah Satu Upaya
peningkatan Produktivitas Padi. Karya Ilmiah. STTP Yogyakarta.

Sembiring, H. 2001. Komoditas Unggulan Pertanian Propinsi Sumatera Utara.

Sumatera Utara: Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi.

13
Lampiran 1. Soal Kuesioner

KUESIONER

Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian

Tentang Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Penanaman Padi dengan

Sistem Jajar Legowo

di Kelompok Tani Mandiri Desa Sidoharjo Kecamatan Pringsewu, Kabupaten


Pringsewu.

A. DATA RESPONDEN
1. Nomor Responden : ....................................................................
2. Nama Responden : ....................................................................
3. Alamat : ....................................................................
....................................................................

4. Umur : ....................................................................
5. Pendidikan Terakhir : ....................................................................
6. Jenis Kelamin : (Laki-Laki/Perempuan)*
7. Status Perkawinan : (Menikah/Belum menikah/Janda/ Duda )*
8. Jabatan dalam kelompoktani : ....................................................................
9. Luas lahan : ....................................................................
*coret yang tidak perlu

14
B. ENUMERATOR/PENCACAH

1. Nama : Fadhillah Febyanti

2. Tanggal Wawancara : ………………….........2021

C. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Mohon dengan hormat atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk


menentukan pilihan jawaban terhadap pernyataan-pernyataan yang tersedia
berikut ini sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya.

2. Perlu diketahui bahwa hasil dari pengisian kuesioner ini tidak akan
berpengaruh pada kedudukan Bapak/Ibu sehingga tidak perlu ragu untuk
mengisi kuesioner secara jujur sesuai keadaan yang sebenarnya.
Penelitian yang dilakukan ini akan menjamin kerahasiaan identitas
Bapak/Ibu.

15
SOAL.

1. Pengetahuan Petani Terhadap Penanaman Padi dengan Sistem Jajar

Legowo

Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban a, b, atau c yang dianggap paling
benar.

1. Pengolahan dan pemupukan tanah sebaiknya dilakukan pada saat…

a. sebelum penanaman

b. setelah penanaman

c. setelah penyemaian

2. Penerapan dalam sistem tanam jarwo yang sesuai dengan anjuran akan
memberikan peluang lebih besar untuk mencapai…
a. Hasil yang lebih tinggi

b. Hasil yang sama saja dengan tegel

c. Hasil yang lebih rendah

3. Proses perendaman pada air garam merupakan salah satu anjuran budidaya
untuk mendapatkan benih yang…
a. Buruk
b. Biasa

c. Bermutu

16
4. Penerapan pola tanam Jajar legowo merupakan usaha padi sawah irigasi
yang…

a. Efisien dan efektif

b. Boros

c. Tidak berdampak apapun

5. Sistem jajar legowo banyak digunakan petani karena dapat...

a. Menurunkan jumlah tanaman

b. Tidak berpengaruh pada jumlah tanaman

c. Meninggikan jumlah tanaman

6. Dalam pengendalian gulma pada jajar legowo terutama menggunakan


gasrok/landak dapat…
a. Mempersulit
b. Memperlambat

c. Mempermudah

7. Sistem tanam Jajar legowo, dalam pemupukan dapat…

a. Mempermudah

b. Mempersulit

c. Memperlambat

8. Jajar legowo tipe 2:1 digunakan untuk mendapatkan malai yang…

a. Sedikit bernas

b. Bernas dan bagus

c. Tidak bernas dan jelek

9. Jajar legowo tipe 4:1 digunakan untuk mendapatkan jumlah populasi yang…

a. Optimal

17
b. Sedikit

c. Sama saja

10. Pemupukan dilakukan sesuai (…) dari dinas pertanian setempat, baik dosis
maupun teknis pemberian.
a. Semaunya
b. Anjuran

c. Lebih dari anjuran

11. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat …


a. Menambah kesuburan tanah
b. Tidak berdampak apapun
c. Mengurangi kesuburan tanah
12. Pengairan dilakukan secara terputus-putus. Pada awal penanaman maksimal
sekitar (….) cm. Kemudian dibiarkan mengering dan diairi lagi.
a. 2 cm
b. 3 cm
c. 4 cm
13. Dalam pola tanam jajar legowo, pengendalian hama dilakukan dengan
sistem pengendalian…
a. Asal-asalan
b. Berlebihan
c. Hama Terpadu (PHT)
14. Kelebihan dari teknik budidaya jajar legowo jumlah anakan yang berjumlah
(…….) kali lebih banyak bila di bandingkan dengan sistim tanam tegel.
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
15. Panen dilakukan setelah tanaman menua dengan ditandai dengan
menguningnya semua bulir secara merata. Bila bulir digigit ....
a. Dapat mengeluarkan air

18
b. Tidak mengeluarkan air
c. Masih terdapat air

2) Sikap Petani Terhadap Penanaman Padi dengan Sistem Jajar Legowo

Berilah tanggapan pada pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda centang
(√) pada salah satu kolom “Sangat tidak setuju”, “Tidak setuju”, “Setuju”, “Sangat
setuju”, sesuai dengan keadaan nyata Bapak/Ibu.

Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan tidak Setuju
Setuju Setuju
setuju
1. Perendaman pada air garam
merupakan salah satu anjuran
budidaya untuk mendapatkan
benih yang bermutu sebelum
dilakukan penyemaian.
2. Lama perendaman benih dengan air
garam adalah 2 Hari.
3. Pada Sistem tanam jajar legowo
terdapat ruang terbuka yang lebih
lebar diantara dua kelompok
barisan tanaman yang akan
memperbanyak cahaya matahari
masuk ke setiap rumpun tanaman
padi, sehingga menghambat
aktivitas fotosintesis.
4. Sistem tanam jajar legowo dapat
meningkatkan produktivitas padi

19
hingga mencapai 10-15%.
5. Pola tanam jajar legowo
merupakan usaha padi sawah
irigasi secara intensif dan efesien.
6. Sistem tanam jajar legowo
mempersuliat dalam pemupukan.
7. Penerapan sistem tanam jajar
legowo disarankan menggunakan
jarak tanam (20×25) cm antar
rumpun dalam baris.
8. Penerapan sistem tanam jajar
legowo sesuai anjuran memberikan
peluang lebih besar untuk
mencapai hasil yang lebih tinggi.
9. Jajar legowo dapat mempermudah
pengendalian adanya hama tikus.
10. Jajar legowo mempermudah dalam
pengendalian gulma terutama
menggunakan gasrok/landak.

20
Lampiran 2. Jadwal Palang

Jadwal Palang Kegiatan

Evaluasi Pengetahuan dan Sikap Petani Mengenai Sistem Tanam Jajar Legowo

NO BULAN
JENIS KEGIATAN Januari Februari Maret

I II III IV I II III IV I II III IV

1. Mengurus perizinan melalui dinas terkait


2. Pembagian penyuluh
3. Pertemuan dengan penyuluh dan Pembagian Poktan
4. Identifikasi penentuan judul
5. Menyusun Proposal
6. Menyusun kuesioner
7. Melakukan uji validitas dan reliabilitas
8. Menyebar undangan pertemuan
9. Kegiatan pengisian kuesioner
10. Menganalisis data yang telah dikumpulkan
11. Menetapkan hasil evaluasi
12. Menyusun laporan

Anda mungkin juga menyukai