Anda di halaman 1dari 29

FORM A

LAPORAN PELAKSANAAN
PERENCANAAN EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
DALAM RANGKA PEMBINAAN CALON PENANGKAR BENIH PADI
DI KABUPATEN TANGERANG

1. Penyuluh Petanian
a. Nama/NIP : Eka Yuli Susanti, SST / 19840712 200604 2 001
b. Pangkat/Golongan : Penata Muda / IIIa
c. Jabatan : Penyuluh Pertanian Pertama
d. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
2. Dasar Pelaksanaan : SK Kepala Balai TA. 2017 Tentang Tim Percepatan
Kegiatan UPBS Padi

3. Nama Kegiatan : Merencanakan Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan


Penyuluhan Pertanian dalam rangka pembinaan calon
penangkar benih padi di Kabupaten Tangerang
4. Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan : Juni 2017
b. Tempat/Lokasi : BPTP Banten

5. Hasil Pekerjaan : Terlampir

Mengetahui, Serang, Juni 2017


Penggung jawab Kegiatan, Penyuluh Pertanian

Dr. Pepi Nur Susilawati, M.Si Eka Yuli Susanti, SST


NIP. 19710501 200604 2 027 NIP. 19840712 200604 2 001
LAMPIRAN FORM A

PERENCANAAN EVALUASI PENYULUHAN

MERENCANAKAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN


PENYULUH THL TB-PP DI KABUPATEN LEBAK

Oleh:
ANDY ANDRIANSYAH, SST
Penyuluh Pertanian Pertama
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK


DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
2019
I. PENDAHULUAN

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan


produksi tanaman pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai. Penggunaan benih
varietas unggul berseritifikat diyakini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
peningkatan produktivitas. Penerapan teknologi benih secara tepat untuk tanaman padi,
dibanding air dan pupuk relatif lebih mudah, murah dan lebih cepat. Kenyataan di
lapangan untuk dapat menyiapkan benih secara tepat, relatif sulit dilaksanakan
pemerintah, padahal pengadaan dan perbanyakan benih padi sangat mungkin
dilaksanakan oleh petani sendiri.
Industri perbenihan di Provinsi Banten tergolong lemah, ditandai oleh (1)
sebagian besar petani memproduksi sendiri benih untuk keperluan usaha taninya, (2)
benih yang tersedia hasil penangkaran belum memenuhi kebutuhan (3) beragamnya
persepsi petani terhadap penggunaan benih bersertifikat (4) belum berperannya secara
optimal lembaga perbenihan di daerah (Darmowiyono, 2001). Direktorat Perbenihan
Kementrian Pertanian (2011) mencatat bahwa pada tahun 2010 penangkar benih padi
yang ada di Provinsi Banten berjumlah 32 dengan rincian 5 pemula, 25 madya dan 2
maju.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih
Varietas Unggul Baru (VUB) adalah melalui pengembangan penangkaran benih.
Pembinaan kepada penangkarkelompok penangkar benih dapat dilakukan melalui
pelatihan baik aspek teknis maupun manajemen. Pelatihan ini dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman dan keterampilan produksi benih padi. Pada akhir pelaksanaan
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembinaan calon penangkar benih padi untuk
mengukur dan menilai perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi sebelum dan
setelah pelaksanaan kegiatan.

1.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan petani calon penangkar benih padi sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan melalui Pelatihan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas suatu
kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara
sistematik menganai perenacanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk
menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan atau untuk perencanaan
dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan (Pusluh Deptan, 1995)
Padmowihardjo (1996) menjelaskan bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah
sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana
program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu wilayah dapat dicapai sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan
pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Lebih lanjut, Mardikanto (2010) menjabarkan tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang
dari pedoman yang ditetapkan, sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi
kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat diambil langkah-langkah guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti yang dikehendaki.
Kusnadi (2007) menyebutkan bahwa manfaat dari evaluasi penyuluhan pertanian
adalah untuk menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah pelaksanaan
penyuluhan, juga sebagai bahan penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian
sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap perencanaan kegiatan/program
penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan kegiatan yang
dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

2.2 Pembinaan Kelompoktani


Permentan Nomor 67 Tahun 2016 menjelaskan bahwa Pembinaan kelompoktani
bermaksud untuk membantu para petani agar mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses teknologi, permodalan, pasar dan
sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Pembinaan kelompoktani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompoktani
dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai, (1) kelas belajar setiap anggota untuk
berinteraksi guna meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan, (2) sebagai
wahana kerjasama, dan (3) Unit penyedia sarana dan prasarana prosuksi, unit produksi,
unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa penunjang.
Pembinaan kelembagaan petani sangat diperlukan dalam rangka
pemberdayaan petani. Pelatihan menjadi salah satu model pemberdayaan petani
untuk mendorong terbentuknya Kelembagaan Petani yang mampu membangun
sinergitas antar Petani dan antar Poktan dalam upaya mencapai efisiensi usaha.
Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan kemampuan Poktan dilakukan pembinaan
dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian
Menurut Hamalik (2005), secara umum pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan
dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki
kemampuan dalam profesinya, kemampuan melaksanakan loyalitas, dedikasi dan disiplin
yang baik. Menurut Sastradipoera (2006) konsep pelatihan sebagai salah satu bentuk
proses pembelajaran yang berhubungan dengan upaya pengubahan tingkah laku sumber
daya manusia agar tingkah laku itu sesuai dan memadai untuk kebutuhan dan tujuan
tertentu.

2.3 Penangkar Benih


Produsen benih atau disebut sebagai penangkar benih adalah perorangan atau
badan hukum yang bergerak dalam bidang produksi benih untuk keperluan perdagangan
dan penanaman (Pedum UPBS, 2011).
III. METODE EVALUASI

3.1 Waktu dan Tempat


Evaluasi Penyuluhan Pertanian akan dilaksanakan pada Bulan Juni 2017. Tempat
pelaksanaan di Balai Penyuluhan Pertanian Pertanian dan Kehutanan (BP3K) Tegal Kunir
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Evaluasi Penyuluhan Pertanian dilakukan melaui pelatihan untuk mengukur
pengetahuan calon penangkar benih padi. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner pre
test dan post test. Penentuan Responden evaluasi dilakukan secara sengaja pruposive
Sampling), yaitu seluruh calon penangkar benih padi yang berada di Wilayah Binaan
BP3K Tegal Kunir.

3.3 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk melihat
keragaan karakteristik peserta pelatihan dan hasil pre test dan post test untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah pelatihan .
IV. DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan


Benih Sumber Tanaman. Kementerian Pertanian. Jakarta

Deptan, 1995a. Evaluasi Dampak. Departemen Pertanian. Jakarta


(http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan, Akses 25 April 2017)

Hamalik, O. 2005. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu:


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Kusnadi. D. 2007. Diktat Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan


Pertanian (STPP). Bogor.

Mardikanto, T, 2010. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press.


Surakarta

Padmowihardjo,S. 1996. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta

Peraturan Menteri Pertanian Nomor. 67 Tahun 2016. Pembinaan Kelembagaan Petani.


Kemeterian Pertanian. Jakarta

Sastradipoera, K.. 2006. Pengembangan dan Pelatihan, Suatu Pendekatan Manajemen


SDM. Bandung: Penerbit Kappa Sigma.
INSTRUMEN EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM
RANGKA PEMBINAAN CALON PENANGKAR BENIH PADI
DI KABUPATEN TANGERANG

BIODATA PESERTA

Nama : .................................................................................
Umur : .................................................................................
Pendidikan terakhir : .................................................................................
Lama Berusahatani : .................................................................................
Alamat : .................................................................................

PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH (X) PADA PILIHAN JAWABAN YANG ANDA


ANGGAP PALING BENAR

1. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghasilkan benih yang bermutu,yaitu :
a. Pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan
b. Sumber benih, pemilihan lokasi, isolasi, rouging
c. Semua Jawaban Benar
d. Semua Jawaban Salah

2. Berikut adalah Varietas Unggul Baru (VUB) Padi, diantaranya yaitu :


a. Ciherang, Inpari 10, Inpara, Inpago
b. Ciherang, Inpari 33, Anjasmoro, Grobogan
c. Inpari 30, Hipa, Mekongga, Sinabung
d. Inpari 30, Hipa, Mekongga, Argomulyo

3. Manakah Aliran kelas benih sumber berikut yang benar ?


a. FS SS ES BS
b. SS ES BS FS
c. BS FS SS ES
d. BS SS FS ES

4. Yang dimaksud dengan kegiatan membuang varietas campuran lain (CVL) pada
produksi benih, yaitu
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pencetakan Label
c. Rouging
d. Ngoyos
5. Berikut faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan benih, adalah :
a. Varietas dan panen
b. Kadar air dan kadaluarsa benih
c. Sumber benih dan suhu ruang simpan
d. Kadar air, suhu dan kelembaban ruang simpan

6. Berikut yang termasuk hama tanaman padi adalah:


a. tikus, walang sangit, wereng, laba-laba
b. penggerek batang, wereng, kepinding tanah
c. ulat grayak, wereng, lebah
d. tikus, walang sangit, ular

7. Berikut yang termasuk penyakit pada tanaman padi adalah:


a. kresek, tungro, keriting daun
b. kresek, tungro, bercak ungu
c. kresek, tungro, kerdil rumput
d. kresek, kerdil rumput, virus mozaik

8. Gejala serangan hama penggerek batang pada padi setelah keluar malai disebut:
a. Sundep
b. Beluk
c. Tungro
d. Blas

9. Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh wereng batang coklat adalah:


a. Bercak coklat di daun
b. Bercak belah ketupat di daun
c. Batang padi patah
d. Tanaman padi mengering seperti terbakar

10. Penyakit yang dapat ditularkan melalui benih adalah:


a. Tungro dan Kerdil Rumput
b. Kerdil Rumput dan Kerdil Hampa
c. Kerdil Hampa dan Blas
d. Blas dan Kresek
FORM A

LAPORAN PELAKSANAAN
PERENCANAAN EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN
PERTANIAN DALAM RANGKA PEMBINAAN CALON PENANGKAR
BENIH KEDELAI DI KABUPATEN TANGERANG

1. Penyuluh Petanian
a. Nama/NIP : Eka Yuli Susanti, SST / 19840712 200604 2 001
b. Pangkat/Golongan : Penata Muda / IIIa
c. Jabatan : Penyuluh Pertanian Pertama
d. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
2. Dasar Pelaksanaan : SK Kepala Balai TA. 2017 Tentang Tim Percepatan
Kegiatan UPBS Padi dan Kedelai

3. Nama Kegiatan : Merencanakan Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan


Penyuluhan Pertanian dalam rangka pembinaan calon
penangkar benih Kedelai di Kabupaten Tangerang
4. Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan : Oktober 2017
b. Tempat/Lokasi : BPTP Banten

5. Hasil Pekerjaan : Terlampir

Mengetahui, Serang, Oktober 2017


Penggung jawab Kegiatan, Penyuluh Pertanian

Dr. Pepi Nur Susilawati, M.Si Eka Yuli Susanti, SST


NIP. 19710501 200604 2 027 NIP. 19840712 200604 2 001
LAMPIRAN FORM A

PERENCANAAN EVALUASI PENYULUHAN

LAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM RANGKA PEMBINAAN CALON PENANGKAR BENIH K

Oleh:

Eka Yuli Susanti


Penyuluh Pertanian Pertama BPTP Banten

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN


BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai upaya dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan
produksi tanaman pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai. Penggunaan benih
varietas unggul berseritifikat diyakini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
peningkatan produktivitas. Penerapan teknologi benih secara tepat untuk tanaman padi,
dibanding air dan pupuk relatif lebih mudah, murah dan lebih cepat. Kenyataan di
lapangan untuk dapat menyiapkan benih secara tepat, relatif sulit dilaksanakan
pemerintah, padahal pengadaan dan perbanyakan benih padi sangat mungkin
dilaksanakan oleh petani sendiri.
Industri perbenihan di Provinsi Banten tergolong lemah, ditandai oleh (1)
sebagian besar petani memproduksi sendiri benih untuk keperluan usaha taninya, (2)
benih yang tersedia hasil penangkaran belum memenuhi kebutuhan (3) beragamnya
persepsi petani terhadap penggunaan benih bersertifikat (4) belum berperannya secara
optimal lembaga perbenihan di daerah (Darmowiyono, 2001). Direktorat Perbenihan
Kementrian Pertanian (2011) mencatat bahwa pada tahun 2010 penangkar benih padi
yang ada di Provinsi Banten berjumlah 32 dengan rincian 5 pemula, 25 madya dan 2
maju.
Lahan yang tersedia di Provinsi Banten untuk pengembangan komoditas kedelai
mencapai 30.000 ha, namun pemanfaatannya masih belum optimal. Rendahnya tingkat
ketersediaan benih kedelai bermutu, menjadi salah satu penyebab rendahnya
produktivitas kedelai di Provinsi Banten. Rata-rata tingkat produktivitas kedelai di Provinsi
Banten pada tiga tahun terakhir baru mencapai 1.29 ton/ha (BPS 2011). Produktivitas
kedelai di Provinsi Banten lebih rendah dibanding rata-rata produktivitas kedelai nasional
(1.35 ton/ha) dan potensi hasil varietas unggul kedelai (1.5 – 3.0 ton/ha).
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih
Varietas Unggul Baru (VUB) adalah melalui pengembangan penangkaran benih.
Pembinaan kepada penangkarkelompok penangkar benih dapat dilakukan melalui
pelatihan baik aspek teknis maupun manajemen. Pelatihan ini dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman dan keterampilan produksi benih padi. Pada akhir pelaksanaan
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembinaan calon penangkar benih padi untuk
mengukur dan menilai perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi sebelum dan
setelah pelaksanaan kegiatan.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan petani calon penangkar benih kedelai sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan melalui pelatihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas suatu
kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara
sistematik menganai perenacanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk
menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan atau untuk perencanaan
dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan (Pusluh Deptan, 1995)
Padmowihardjo (1996) menjelaskan bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah
sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana
program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu wilayah dapat dicapai sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan
pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Lebih lanjut, Mardikanto (2010) menjabarkan tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang
dari pedoman yang ditetapkan, sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi
kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat diambil langkah-langkah guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti yang dikehendaki.
Kusnadi (2007) menyebutkan bahwa manfaat dari evaluasi penyuluhan pertanian
adalah untuk menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah pelaksanaan
penyuluhan, juga sebagai bahan penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian
sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap perencanaan kegiatan/program
penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan kegiatan yang
dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2.2 Pembinaan Kelompoktani
Permentan Nomor 67 Tahun 2016 menjelaskan bahwa Pembinaan kelompoktani
bermaksud untuk membantu para petani agar mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses teknologi, permodalan, pasar dan
sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Pembinaan kelompoktani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompoktani
dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai, (1) kelas belajar setiap anggota untuk
berinteraksi guna meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan, (2) sebagai
wahana kerjasama, dan (3) Unit penyedia sarana dan prasarana prosuksi, unit produksi,
unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa penunjang.
Pembinaan kelembagaan petani sangat diperlukan dalam rangka
pemberdayaan petani. Pelatihan menjadi salah satu model pemberdayaan petani
untuk mendorong terbentuknya Kelembagaan Petani yang mampu membangun
sinergitas antar Petani dan antar Poktan dalam upaya mencapai efisiensi usaha.
Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan kemampuan Poktan dilakukan pembinaan
dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian
Menurut Hamalik (2005), secara umum pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan
dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan
dalam profesinya, kemampuan melaksanakan loyalitas, dedikasi dan disiplin yang baik.
Menurut Sastradipoera (2006) konsep pelatihan sebagai salah satu bentuk proses
pembelajaran yang berhubungan dengan upaya pengubahan tingkah laku sumber daya
manusia agar tingkah laku itu sesuai dan memadai untuk kebutuhan dan tujuan tertentu.

2.3 Penangkar Benih


Produsen benih atau disebut sebagai penangkar benih adalah perorangan atau
badan hukum yang bergerak dalam bidang produksi benih untuk keperluan perdagangan
dan penanaman (Pedum UPBS, 2011).
III. METODE EVALUASI

3.1 Waktu dan Tempat


Evaluasi Penyuluhan Pertanian akan dilaksanakan pada Bulan oktober 2017.
Tempat pelaksanaan di Balai Penyuluhan Pertanian Pertanian dan Kehutanan (BP3K)
Sepatan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Evaluasi Penyuluhan Pertanian dilakukan melaui pelatihan untuk mengukur
pengetahuan calon penangkar benih padi. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner pre
test dan post test. Penentuan Responden evaluasi dilakukan secara sengaja pruposive
Sampling), yaitu seluruh calon penangkar benih kedelai yang berada di Wilayah Binaan
BP3K Sepatan.

3.3 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk melihat
keragaan karakteristik peserta pelatihan dan hasil pre test dan post test untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah pelatihan .
IV. DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan


Benih Sumber Tanaman. Kementerian Pertanian. Jakarta

Banten Dalam Angka. 2014. Biro Pusat Satatistik Provinsi Banten

Deptan, 1995a. Evaluasi Dampak. Departemen Pertanian. Jakarta


(http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan)

Hamalik, O. 2005. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu:


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Kusnadi. D. 2007. Diktat Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan


Pertanian (STPP). Bogor.

Mardikanto, T, 2010. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press.


Surakarta

Padmowihardjo,S. 1996. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta

Peraturan Menteri Pertanian Nomor. 67 Tahun 2016. Pembinaan Kelembagaan Petani.


Kemeterian Pertanian. Jakarta

Sastradipoera, K.. 2006. Pengembangan dan Pelatihan, Suatu Pendekatan Manajemen


SDM. Bandung: Penerbit Kappa Sigma.
KUISIONER PELATIHAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI
KEGIATAN PERBANYAKAN BENIH/UPBS KEDELAI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN
======================================================================
PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA PILIHAN JAWABAN YANG
ANDA ANGGAP PALING BENAR PADA LEMBAR JAWABAN YANG TELAH DISEDIAKAN

PRE/POST TEST

A. Data Responden
Nama Kelompoktani : ...................................................................................
Nama Responden : ...................................................................................
Umur : ..................................................................................
Pendidikan terakhir : SD/SLTP/SLTA/Akademi/PT
Jabatan dalam Kelompok : ..................................................................................
Pengalaman dalam : ..................................................................................
Berusahatani kedelai
Luas Lahan Garapan : . .................................................................................
Alamat : ..................................................................................

B. Evaluasi Narasumber Dan Panitia

Penilaian
No. Uraian 1 2 3 4
1. Kesesuaian materi
2. Penguasaan materi
3. Ketertarikan terhadap materi
4. Kecukupan waktu penyampaian
5. Fasilitas dan sarana Pembelajaran
6. Pelayanan panitia

Ket. 1 = tidak, 2 = kurang, 3 = cukup, dan 4 = sangat


I. TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI
1. Tanaman kedelai dapat dibudidayakan di lahan berikut, Kecuali :
a. Lahan sawah
b. Lahan kering/tegalan
c. Lahan Rawa
d. Semua benar

2. Berikut Varietas Unggul Baru (VUB) Kedelai, antara lain :


a. Anjasmoro, Grobogan, inpari 13, ciherang
b. Anjasmoro, Grobogan, Argomulyo, Detam 1
c. Anjasmoro, Grobogan, dering 1, mekongga
d. Anjasmoro, sinabung, ciherang, mekongga

3. Kebutuhan benih kedelai untuk luasan 1 ha


adalah
a. Ukuran kecil 40 kg/ha, ukuran sedang 50 kg/ha
b. Ukuran kecil 50 kg/ha, ukuran sedang 40 kg/ha
c. Ukuran kecil 20 kg/ha, ukuran sedang 30 kg/ha
d. Ukuran kecil 30 kg/ha, ukuran sedang 20 kg/ha

4. Berapakah jarak tanam untuk Budidaya kedelai ?


a. 12,5 cm x 25 cm
b. 20 cm x 25 cm
c. 15 cm x 40 cm
d. 10 cm x 50 cm

5. Berapakah jumlah biji yang dianjurkan pada saat penanaman kedelai ?


a. 5-6 biji/lubang tanam
b. 3-5 biji/lubang tanam
c. 1-10 biji/lubang tanam
d. 1-3 biji/lubang tanam

6. Berapakah Kebutuhan pupuk untuk budidaya tanaman kedelai ?


a. Urea 50 kg/ha, SP36 75 kg/ha, KCL 100 kg/ha
b. Urea 75 kg/ha, SP36 100 kg/ha, KCL 150 kg/ha
c. Urea 50 kg/ha, SP36 50 kg/ha, KCL 100 kg/ha
d. Urea 25 kg/ha, SP36 50 kg/ha, KCL 100 kg/ha
7. Panen yang tepat menentukan mutu biji dan benih kedelai, ciri-ciri tanaman siap
panen sebagai berikut :
a. Polong telah berwarna coklat dan daun masih tampak hijau
b. Polong telah berwarna coklat dan daun sudah rontok
c. Polong sudah terisi penuh dan bunga berwarna ungu
d. Polong sudah terisi penuh dan bungan berwarna putih

II. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KEDELAI

11. Berikut yang termasuk hama tanaman kedelai adalah:


a. Lalat batang, aphis, ulat grayak, kepik polong
b. Tungau merah, ulat jengkal, tungro, bercak daun
c. Wereng, lebah, penggerek polong, keriting daun
d. Tikus, walang sangit, ular, wereng

12. Berikut yang termasuk penyakit pada tanaman kedelai adalah:


e. Tungau merah, ulat jengkal, tungro, bercak daun
f. Bercak daun, virus mozaik, busuk daun, kresek
g. Kresek, kerdil rumput, virus mozaik
h. Antraknose, virus mozaik, hawar batang, karat daun

13. Pengendalian hama pada tanaman kedelai secara terpadu dapat dilakukan dengan teknik :
a. Penggunaan feromon
b. Penggunaan varietas toleran
c. Pengendalian fisik dan mekanis
d. Semua benar

14. Gejala serangan hama kepik hijau pada kedelai adalah ::


e. Bercak coklat didaun
f. Tanaman kerdil
g. Polong hampa
h. Daun mengering

15. Penyakit antraknose pada tanaman kedelai disebabkan oleh:


a. Bakteri
b. Jamur/cendawan
c. Virus
d. Nematoda/cacing
III. SERTIFIKASI BENIH
1. Lembaga yang berwenang menangani proses Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura adalah
a. Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH)
b. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
c. Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBITPH)
d. Semua jawaban benar

2. Siapakah Petugas yang Mengawasi kegiatan pemeriksaan pertanaman pada kegiatan sertifikasi
benih tanaman pangan dan hortikultura di tingkat lapangan.
a. Pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT)
b. Pengawas Benih Tanaman (PBT)
c. Penyuluh pertanian
d. Kepolisian

3. Tujuan dari pemeriksaan lapangan yaitu menilai kemurnian genetik dan menilai sumber
kontaminasi (CVL). Manakah Alur Pemeriksaan Lapangan yang tepat pada proses
serifikasi benih di tingkat lapang.
a. Pemeriksaan Vegetatif, Berbunga, Pendahuluan, masak
b. Pemeriksaan Pendahuluan, Vegetatif, Berbunga, Masak
c. Pemeriksaan berbunga, Masak, Vegetatif, Pendahuluan
d. Semua jawaban salah

4. Pada proses sertifikasi benih kedelai terdapat 2 (dua) isolasi yaitu isolasi jarak dan
isolasi waktu. Berapakah isolasi jarak dan waktu antar varietas lain yang benar.
a. 5 meter dan 35 hari
b. 4 meter dan 40 hari
c. 3 meter dan 45 hari
d. 2 meter 30 hari

5. Manakah aliran kelas benih sumber dari atas kebawah yang benar
e. BD BP BR BS
f. BD BP BR BS
g. BS BD BP BR
h. BS BP BD BR

6. Berapakah sampel/contoh benih untuk pengujian laboratorium yang dibawa PBT setiap
1 (satu) lot benih di gudang.
a. 4 Kg
b. 3 Kg
c. 2 Kg
d. 1 Kg

7. Berpakah kadar air maksimal lulus uji di laboratorium untuk benih kedelai.
a. 10 %
b. 15 %
c. 20 %
d. Semua jawaban salah

8. Siapakah yang boleh mengajukan penangkaran benih pada kegiatan sertifikasi benih
tanaman pangan dan hortikultura.
a. Kelompok Tani
b. Perorangan
c. Instansi Pemerintah
d. Semua jawaban benar
Evaluasi Narasumber Pelatihan Teknologi Budidaya Kedelai
Kegiatan Perbanyakan Benih/Upbs Kedelai

Penilaian
No. Uraian Materi I Materi II Materi III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Kesesuaian materi
2. Penguasaan materi
3. Ketertarikan terhadap materi
4. Kecukupan waktu penyampaian
5. Fasilitas dan sarana Pembelajaran
6. Pelayanan panitia

Ket. 1 = tidak, 2 = kurang, 3 = cukup, dan 4 = sangat

Saran :
FORM A

LAPORAN PELAKSANAAN
PERENCANAAN EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
DALAM RANGKA PEMBINAAN PENANGKAR BENIH PADI
DI KABUPATEN LEBAK

1. Penyuluh Petanian
a. Nama/NIP : Eka Yuli Susanti, SST / 19840712 200604 2 001
b. Pangkat/Golongan : Penata Muda / IIIa
c. Jabatan : Penyuluh Pertanian Pertama
d. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
2. Dasar Pelaksanaan : SK Kepala Balai TA. 2017 Tentang Tim Percepatan
Kegiatan UPBS Padi

3. Nama Kegiatan : Merencanakan Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan


Penyuluhan Pertanian dalam rangka Implementasi
PTT padi sawah pada penangkar benih padi di
Kabupaten Lebak

4. Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan : Januari 2017
b. Tempat/Lokasi : BPTP Banten

5. Hasil Pekerjaan : Terlampir

Mengetahui, Serang, Januari 2017


Penggung jawab Kegiatan, Penyuluh Pertanian

Dr. Pepi Nur Susilawati, M.Si Eka Yuli Susanti, SST


NIP. 19710501 200604 2 027 NIP. 19840712 200604 2 001
LAMPIRAN FORM A

PERENCANAAN EVALUASI PENYULUHAN

NAAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PTT PADI SAWAH PADA PENANGK

Oleh:

Eka Yuli Susanti


Penyuluh Pertanian Pertama BPTP Banten

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN


BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN
2017
I. PENDAHULUAN

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Padi menjadi komoditas pangan utama, dan merupakan salah satu komoditi
unggulan dalam empat sukses program Kementrian Pertanian, guna mendukung program
swasembada pangan. PTT merupakan suatu pendekatan inovatif melalui perakitan
komponen teknologi secara partisipatif bersama petani yang meliputi : varietas unggul
baru, benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik, pengaturan populasi,
pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman yang status hara tanah, pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penggunaan bibit muda <21 hari, tanama bibit
1-3 batang per rumpun, pengolahan tanah sesuai musim tanam, pengaturan pengairan
secara efektif dan efisien, penyiangan dengan ladak atau gasrok serta panen tepat waktu
dan gabah segera dirontokan (Badan Litbang Pertanian, 2010).
Penerapan teknologi yang masih rendah ditingkat petani, berakibat pada
rendahnya produktivitas dan pendapatan petani. Perbaikan teknologi dan sistem budidaya
padi melalui peningkatan pengetahuan petani diharapkan meningkatkan produktivitas
yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Peningkatan perilaku petani
melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan merupakan salah satu strategi
untuk mempercepat transfer teknologi pertanian kepada pengguna.
Dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan petani mempunyai arti
penting karena dapat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi dibidang pertanian.
Peningkatan pengetahuan petani dalam PTT padi sawah diharapkan dapat melahirkan
sikap positif terhadap teknoogi yang disampaikan, yang pada akhirnya dapat memperbaiki
ketrampilan petani dalam aplikasi teknologi yang didideminasikan. Oleh karena itu perlu
dilakukan evaluasi untuk mnegetahui tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi PTT
Padi sawah. Evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan petani terhadap
teknologi PTT padi sawah di Kabupaten Lebak khususnya pada petani penangkar benih
padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas suatu
kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara
sistematik menganai perenacanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk
menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan atau untuk perencanaan
dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan (Pusluh Deptan, 1995)
Padmowihardjo (1996) menjelaskan bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah
sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana
program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu wilayah dapat dicapai sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan
pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Lebih lanjut, Mardikanto (2010) menjabarkan tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang
dari pedoman yang ditetapkan, sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi
kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat diambil langkah-langkah guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti yang dikehendaki.
Kusnadi (2007) menyebutkan bahwa manfaat dari evaluasi penyuluhan pertanian
adalah untuk menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah pelaksanaan
penyuluhan, juga sebagai bahan penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian
sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap perencanaan kegiatan/program
penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan kegiatan yang
dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

2.2 Pembinaan Kelompoktani


Permentan Nomor 67 Tahun 2016 menjelaskan bahwa Pembinaan kelompoktani
bermaksud untuk membantu para petani agar mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses teknologi, permodalan, pasar dan
sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Pembinaan kelompoktani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompoktani
dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai, (1) kelas belajar setiap anggota untuk
berinteraksi guna meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan, (2) sebagai
wahana kerjasama, dan (3) Unit penyedia sarana dan prasarana prosuksi, unit produksi,
unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa penunjang.
Pembinaan kelembagaan petani sangat diperlukan dalam rangka
pemberdayaan petani. Pelatihan menjadi salah satu model pemberdayaan petani
untuk mendorong terbentuknya Kelembagaan Petani yang mampu membangun
sinergitas antar Petani dan antar Poktan dalam upaya mencapai efisiensi usaha.
Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan kemampuan Poktan dilakukan pembinaan
dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian
Menurut Hamalik (2005), secara umum pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan
dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki
kemampuan dalam profesinya, kemampuan melaksanakan loyalitas, dedikasi dan disiplin
yang baik. Menurut Sastradipoera (2006) konsep pelatihan sebagai salah satu bentuk
proses pembelajaran yang berhubungan dengan upaya pengubahan tingkah laku sumber
daya manusia agar tingkah laku itu sesuai dan memadai untuk kebutuhan dan tujuan
tertentu.

2.3 Penangkar Benih


Produsen benih atau disebut sebagai penangkar benih adalah perorangan atau
badan hukum yang bergerak dalam bidang produksi benih untuk keperluan perdagangan
dan penanaman (Pedum UPBS, 2011).
III. METODE EVALUASI

3.1 Waktu dan Tempat


Evaluasi Penyuluhan Pertanian akan dilaksanakan pada Bulan Juli 2017. Tempat
pelaksanaan di Kelompoktani Sukabungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak
Kabupaten Lebak.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Evaluasi Penyuluhan Pertanian dilakukan melaui pelatihan untuk mengukur
pengetahuan calon penangkar benih padi. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner pre
test dan post test. Penentuan Responden evaluasi dilakukan secara sengaja pruposive
Sampling), yaitu seluruh penangkar benih padi yang berada di Kecamatan Cibadak,
Cikulur dan Warunggunung.

3.3 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
untuk melihat keragaan karakteristik peserta pelatihan dan hasil pre test dan post
test untuk mengetahui perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah
pelatihan. Pertanyaan pada setiap indikator dibagi menjadi 4 skor yaitu : 1) sangat tahu,
2) tahu, 3) cukup tahu, 4) tidak tahu. Menurut Nurgiyantoro (2002) penentuan interval
kelas untuk masing-masing indikator adalah
IV. DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan


Benih Sumber Tanaman. Kementerian Pertanian. Jakarta

Deptan, 1995a. Evaluasi Dampak. Departemen Pertanian. Jakarta


(http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan, Akses 25 April 2017)

Hamalik, O. 2005. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu:


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Kusnadi. D. 2007. Diktat Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan


Pertanian (STPP). Bogor.

Mardikanto, T, 2010. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press.


Surakarta

Padmowihardjo,S. 1996. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta

Peraturan Menteri Pertanian Nomor. 67 Tahun 2016. Pembinaan Kelembagaan Petani.


Kemeterian Pertanian. Jakarta

Sastradipoera, K.. 2006. Pengembangan dan Pelatihan, Suatu Pendekatan Manajemen


SDM. Bandung: Penerbit Kappa Sigma.

Anda mungkin juga menyukai