Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KONSULTASI PETANI

Petani Yang Berkonsultasi


NAMA : MUSLIM R. S
KELOMPOK TANI : AUR GADING
ALAMAT : Desa Rantau Embacang
JAM : 14.00 WIB s/d Selesai
TANGGAL KONSULTASI : 05 Januari 2016
NO.HP :
PERMASALAHAN : Penyebab Daun Keriting Pada Tanaman Cabe

Konsep Pemecahan Masalah Yang Diberikan

1. Pendahuluan
Hama dan penyakit pada tanaman cabai yang paling berbahaya dan bisa menyebabkan gagal
panen salah satunya adalah penyakit daun keriting. Penyakit ini disebabkan oleh virus, dimana
virus tersebut menyerang pada klorofil daun sehingga menggangu pertumbuhan tanaman cabai,
efek buruk dari serangan virus penyebab daun keriting adalah tanaman cabai akan mati.

2. Proses Terjadinya Penyakit Daun Cabai Keriting


Awal mula terjadinya penyakit ini diawali terlebih dahulu dari serangan kutu yang
menyerang pada daun cabai yang masih muda. Daun yang terserang kutu akan mengegrut dan
melingkar. Kutu tersebut akan mengeluarkan cairan manis yang akan menarik semut dan embun
jelaga. Embun jelaga yang berwana hitam biasanya menandakan adanya serangan kutu thrips.
Sehingga sebelum terjadinya serangan penyakit daun keriting perlu dilakukan pencegahan sedini
mungkin agar penyakit dapat diatasi.

3. Ciri-Ciri Terkena Hama Trips atau Kutu Putih


 Terdapat tanda strip-strip berwarna keperakan pada daun yang nantinya akan berubah warna
menjadi coklat muda.
 Pada umumnya kutu thrips tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada pagi hari
biasanya kutu tersebut akan mudah dilihat. Jika pada siang hari kutu-kutu tersebut akan
bersembunyi di sela-sela daun sehingga sulit terlihat.
 Hama kutu thrips merupakan pembawa virus yang menyebabkan penyakit daun keriting.
Sehingga untuk mencegah terjadinya hama daun keriting langkah awal harus mencegah
hama kutu ini terlebih dahulu.
Untuk mengatasi serangan kutu thrips bisa dilakukan dengan penyemprotan furadan 3G
dengan dosis 60 – 90 kg / ha. Jika serangan sudah parah, cabut tanaman cabai tersebut dan
musnahkan dengan cara dibakar.

4. Gejala Terjadinya Serangan Penyakit Daun Keriting


 Proses gejala awal biasanya ditandai dengan muncul bercak kuning di permukaan daun,
bercak tersebut akan meluas sehingga daun akan berwarna kuning.
 Lama kelamaan daun akan menjadi kerdir
 Daun cabai perlahan akan melengkung dan kaku dan selanjutnya kan terlihat keriting
 Terakhir daun akan rontok dan akhirnya tanaman cabai akan mati secara perlahan.

5. Cara Pencegahan Daun Cabe Keriting


Untuk melakukan pencegahan dari penyakit daun keriting bisa dilakukan treatment
penyemprotan secara berkala. Pada awal tanam tanaman cabai dilakukan penyemprotan Furadan
3G, dosis 60 – 90 kg / Ha, Selanjutnya dilakukan ketika tanaman sudah mulai tumbuh dengan
memberikan Curacorn 500 EC, Nudrin 215 WSC atau Tukotion 500 EC, dosis 2-3 ml/liter. Ketiga
setelah tanaman sudah besar diberi Nugos 50 EC, Azodrin 15 WSC, Nuracron 20 WSC. dosis 2-3
ml / liter. Untuk jenis penyakit lain bisa juga diberi fungisida seperti Antracol, Cupravit,   dosis : 2
– 3 ml / liter.

6. Pengendalian Penyakit Daun Keriting pada Tanaan Cabai


Untuk pengendalian tanaman cabai yang sudah terserang penyakit daun keriting bisa
dilakukan dengan dua teknis, yaitu teknis kultur, teknis kimia dan secara organik.

a. Pengendalian Kultur Teknis :


 Lakukan pola tanam bergiliran dengan jenis tanaman lainnya.
 Pada lahan tanaman cabai dibuat border (pagar) bisa berupa plastic atau bisa dengan
tanaman jagung yang ditanam terlebih dahulu sebelum menanam cabai. Jika menggunakan
plastic bisa diolesi dengan minyak goreng agar hama menempel pada plastic
 Menyemprot dengan air pada pagi dan sore hari pada tanaman yang terserang.

b. Pengendalian Secara Organik :


Bahan : 1 kg daun brotowali ( daun-daun yang pahit ), 10 sendok makan kapur, 1 kg kunyit
Cara Buat : ketiga bahan tadi ditumbuk dan diambil airnya lalu dicampur dengan air 30 – 50 liter.
Cara  Aplikasi : disemprot kedauan secara merata dengan stelan berkabut.

c. Secara Kimia denga Pestisida


 Bahan kimia yang saya rekomendasikan adalah campuran bahan aktif Abamektin dan
Imidakloprit dengan perbandingan bahan 1:1 .
 Jika tanaman cabai sudah terlanjur terserangan dan pertumbuhannya terlihat tidak normal
maka setelah serangga dikontrol dengan pestisida maka dilanjutkan dengan penyemprotan
hormon pemacu pertumbuhan seperti GA3,  Atonik, atau pupuk  daun.

Demikian cara mencegah dan mengatasi serangan penyakit daun keriting pada tanaman
cabai, semoga bisa membantu Anda yang sedang mencari referensi paling ampuh mengatasi
penyakit ini. Jangan lupa baca juga “Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Lengkap”. Salam
Budidaya..
Sumber :
http://usahabudidaya.com/mengatasi-penyakit-daun-keriting-pada-tanaman-cabai/

Rantau Embacang, 05 Januari 2016

Petani yang konsultasi Penyuluh

MUSLIM R. S TEDI PARMANA, SP


NIP. 19860728 201101 1 003

Kepala UPTB-BP3K Muara Siau

JULIAN, S.PKP
NIP. 19760720 200701 1 016
LAPORAN KONSULTASI PETANI

Petani Yang Berkonsultasi


NAMA : M. TAHER
KELOMPOK TANI : DUA SEPAKAT
ALAMAT : Desa Rantau Embacang
JAM : Jam 14.00 WIB s/d Selesai
TANGGAL KONSULTASI : 09 Februari 2016
NO. HP :
PERMASALAHAN : Cara Mengendalikan Jamur Akar Putih Pada
Tanaman Karet

Konsep Pemecahan Masalah Yang Diberikan :

1. Pendahuluan
Karet (Havea brasiliensis)merupakan salah satu komoditas perkebunan. Devisa negara yang
dihasilkan dari komoditas karet cukup besar. Menurut Direktorat Jenderal Industri Agro (2013),
produksi karet alam Indonesia pada 2011 merupakan terbesar ke dua di dunia yakni mencapai
2.982.000 ton. Kontribusinya terhadap produksi karet dunia mencapai 27,06%. Indonesia memiliki
luas area karet mencapai 3.445.000 hektar dengan 85% merupakan perkebunan karet rakyat.
Namun produktivitas Indonesia masih lemah yakni hanya 986 kg per hektar per tahun.

Kerusakan dan kematian tanaman merupakan masalah penting pada perkebunan karet.
Adanya serangan penyakit tanaman menjadi salah satu penyebab kerusakan dan kematian tanaman.
Penyakit tanaman adalah gangguan fungsi sel dan jaringan tanaman yang dihasilkan dari infeksi
terus menerus oleh patogen atau faktor lingkungan dan menghasilkan perkembangan gejala
(Agrios, 2005). Penyebab penyakit yang sering dijumpai pada tanaman karet adalah jamur.

Jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus termasuk salah satu
penyakit penting pada tanaman karet. Daerah yang sering mengalami serangan berat jamur akar
putih di Indonesia adalah Riau, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat. Penyakit jamur akar putih
menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga serangan penyakit ini akan berpengaruh
negatif pada produksi kebun (Yulfahri, dkk., 2012).

Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada
permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih kekuningan dan pipih
menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas (Disbun Kuansing, 2010). Menurut
Setyamidjaja (1993) serangan jamur akar putih biasanya mulai tampak pada pertanaman menjelang
umur dua tahun sejak penanaman, dan sering berjangkit sampai umur 4-5 tahun. Semakin tua
tanaman umumnya semakin tahan terhadap penyakit ini.
2. Gejala Serangan Jamur Akar Putih Berupa
1. Tingkat permulaan
 Daun-daun menjadi kusam (tidak mengkilat) dan agak menggulung ke atas. Tanda-tanda
khas ini bisa tampak jelas bila pengamatan kita membelakangi sinar matahari.
 Pada tingkat permulaan ini, akar-akar lateral dan sebagian akar tunggang serta leher akar
masih terserang ringan. Pada perlukaan akar baru terdapat benang-benang jamur
(rhizomorfa) berwarna putih kekuning-kuningan.
 Benang-benang jamur akar putih mudah dibedakan dengan jamur akar merah. Benang-
benang jamur akar putih dalam keadaan basah maupun kering tetap berwarna putih,
sedangkan benang-benang jamur akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dalam keadaan
basah berubah warna menjadi merah.

2. Tingkat kritis
 Daun-daun layu dan mulai menguning.
 Benang-benang jamur telah mulai menembus kulit akar yang mengakibatkan pembusukan-
pembusukan setempat pada kulit akar.
 Kadang-kadang pohon masih bisa ditolong dengan usaha-usaha pemberantasan atau
pengobatan yang intensif.

3. Tingkat lanjut
 Daun-daun mengering dan tetap menggantung pada pohon. Demikian pula ranting-ranting
dan cabang-cabang mulai mengering. Daun-daun kemudian berguguran dan tanman pada
akhirnya mati.
 Pada pohon karet yang terserang perakarannya sudah busuk dan mati. Pohon yang demikian
harus dibongkar untuk mencegah penularan lebih lanjut.

Jamur akar putih menular melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang sakit
dengan akar tanaman sehat. Spora dapat juga disebarkan oleh angin. Spora yang jatuh di tunggul
dan sisa kayu akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman
bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya
yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit (Yulfahri dkk., 2012).

Berdasarkan Disbun Kuansing (2010) beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
pengendalian jamur akar putih diantaranya yaitu:
1. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan, minimal satu tahun lebih awal
dari penanaman karet.
2. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang
dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur
dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).

Sementara itu untuk pengendalian pada areal yang sudah terserang jamur akar putih dapat
dilakukan dengan cara:
1. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkkan dengan cara membuka perakaran, dengan
membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan
jamur.
2. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian
akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter kemudian
seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
3. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.
4. Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.
5. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan membuka
perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida
kembali.
6. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman
sehat.
7. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian
pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar
tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.
8. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma sp.
dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.

Tindakan pencegahan penyakit jamur akar putih yaitu pada lahan yang sudah terinfeksi
dengan jamur akar putih, dan akan ditanami karet dibersihkan dari tunggul-tunggul karet. Lubang
penanaman diberi belerang100 – 200 gram per lobang. Di sekitar tanaman muda yang berumur
kurang dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.

Diagnosa penyakit yang tepat dan cepat akan sangat menentukan keberhasilan
penanggulangan penyakit. Sampai saat ini, cara-cara penanggulangan penyakit karet yang
dianjurkan dapat berupa kombinasi dari aspek kultur teknis, manipulasi lingkungan, dan atau
penggunaan pestisida, atau masing-masing aspek tersebut. Khusus dalam penggunaan pestisida,
perlu diperhatikan akan dampak negatifnya terhadap manusia, lingkungan, tanaman, dan organisme
pengganggunya itu sendiri.

Sumber :
http://caramengatasijamurakarputih.blogspot.co.id/2015/10/penyakit-jamur-akar-putih-rigidoporus-
pada-tanaman-karet.html

Rantau Embacang, 09 Februari 2016

Petani yang konsultasi Penyuluh

M. TAHER TEDI PARMANA, SP


NIP. 19860728 201101 1 003

Kepala UPTB-BP3K Muara Siau

JULIAN, S.PKP
NIP. 19760720 200701 1 016
LAPORAN KONSULTASI PETANI

Petani Yang Berkonsultasi


NAMA : JAKIATUN ASLAMIAH
KELOMPOK TANI : PENDUNG JAYA
ALAMAT : Desa Rantau Embacang
JAM : Jam 14.00 WIB s/d Selesai
TANGGAL KONSULTASI : 16 Maret 2016
NO. HP :
PERMASALAHAN : Mengenal dan Mengidentifikasi Beberapa Penyakit
Peting Tanaman Padi Yang di Sebabkan Oleh Jamur

Konsep Pemecahan Masalah Yang Diberikan :

1. Pendahuluan
Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor yang mampu mengakibatkan penurunan hasil
dan mutu hasil pada tanaman pangan di Indonesia. Sebagian besar penyakit tanaman disebabkan
oleh jamur yang memproduksi mikotoksin. Secara periodik penyakit tanaman mampu menyebar ke
tanaman-tanaman utama kemudian merusak, merugikan dan bahkan menjadi endemik. Identifikasi
jamur penting dilakukan untuk usaha pengendalian penyakit guna menunjang peningkatan produksi
tanaman. Identifikasi jamur dilakukan berdasarkan gejala penyakit pada tanaman maupun pada
substrat tempat kehidupannya, pertumbuhan koloni, dan ciri morfologinya menurut taksonomi yang
karakteristik secara mikroskopis.Jamur merupakan penyebab penyakit terbesar (90%) pada tanaman
pangan di Indonesia,, sedang 10% sisanya disebabkan oleh bakteri, virus, dan mikoplasma /
fitoplasma.

Dalam program pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT), pengambilan keputusan untuk


mengendalikan suatu penyakit didasarkan pada sistim pemantauan serangan patogen. Pemantauan
patogen hanya dapat dilakukan dengan bekal pengetahuan yang cukup tentang jenis, gejala,
penyebab, dan epidemiologi penyakit. Sehingga dengan melakukan inventarisasi, identifikasi, dan
pengendalian penyakit pada tanaman pangan akan dapat meningkatkan efektivitas dan efieiensi
pengendaliannya guna menunjang program peningkatan produksinya.

Jamur dimasukkan dalam suatu golongan besar yaitu Kerajaan Jamur yamg selanjutnya
dibagi dalam lima tingkatan (kelas) yaituPhycomycetes, Deuteromycetes, Ascomycetes,
Basidiaomycetes, dan Mycelia sterililia. 

Jamur yang diketahui sebagai patogen pada tanaman, patogen pada patogen tanaman, atau
patogen pada serangga hama dapat diidentifikasi berdasarkan pada ciri morfologi secara
mikroskopik menurut taksonominya.
2. Penyakit Pada Tanaman Padi Yang Disebabkan Oleh Jamur
1.Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani kuhn)

Status
Hawar pelepah padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil
padi. Di Indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai
dataran rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air. Gejala berupa
bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah
berwarna putih pucat. Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung
oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat
menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit
hawar pelepah dapat mencapai 30%.

Penyebab
Jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada
tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi. Pengendalian: (1) menanam padi tahan
penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25 WP
dan Validacin 3 AS.

Biologi dan Ekologi


Penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia
anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di
pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga
disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman
padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang
biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini
bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak
terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Selama
pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum
awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa
sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.

Pengendalian
Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia, biologi,
dan teknik budidaya.
Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl,
difenoconazol, mankozeb, dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat
menekan perkembangan cendawan R. solani Kuhn dan keparahan hawar pelepah.
Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat
mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah
terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2
ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju
perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.
Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak
terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh
cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada
tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan
sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah.
Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi
bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).

2. Penyakit Blas
Status
Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo
tersebar di seluruh daerah pengahsil padi gogo di Indonesia. Daerah endemik penyakit blas di
Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi
Tenggara, dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas
khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa
varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman
pada semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif
biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain
menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).

Penyebab
jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai
malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai
membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian:
(1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR
48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2)
menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50
WP.

Biologi dan Ekologi


Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum
adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti
belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan
biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah
busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk
mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil
yang bulat.
Penularan penyakit terutama terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia dibentuk
dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis turun hujan. Konidium ini
hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara
eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan
osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas
daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P. oryzae dapat
mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium.
Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kelebihan
nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut
menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman
menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi
patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan
terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas.
Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.
Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan
atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada
permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi
sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan
tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan
apresorium adalah 25-28 C.

Pengendalian
Usaha pengendalian penyakit blas yang sampai saat ini dianggap paling efektif adalah
dengan varietas tahan. Varietas Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur di beberapa tempat di
Purwakarta, Subang, dan Indramayu tergolong tahan terhadap penyakit blas leher. Patogen P. grisea
sangat mudah membentuk ras baru yang lebih virulen dan ketahanan varietas sangat ditentukan
oleh dominasi ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan sangat dibatasi oleh
waktu dan tempat. Artinya varietas yang semula tahan akan menjadi rentan setelah ditanam
beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin rentan di tampat lain. Ketahanan
varietas yang hanya ditentukan oleh satu gen (monogenic resistant) mudah terpatahkan. Untuk itu
pembentukan varietas tahan yang memiliki lebih dari satu gen tahan (polygenic resistant) sangat
diperlukan. Penggunaan varietas harus disesuaikan dengan kondisi struktur populasi ras yang ada.
Pergiliran varietas dengan varietas unggul lokal yang umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat
dianjurkan. Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen), maka
untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari daerah
endemis penyakit blas.
Mengingat ketahanan varietas terhadap penyakit blas tidak bisa berlangsung lama maka
penggunaan varietas tahan perlu didukung dengan komponen pengendalian lain. Fungisida
merupakan teknologi yang sangat praktis dalam mengatasi penyakit blas, namun sering kali
menimbulkan efek samping yang kurang baik diantaranya menimbulkan resistensi patogen dan
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu agar fungisida dapat digunakan seefektif mungkin dengan
efek samping yang sekecil mungkin, maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus
diperhitungkan tentang jenis, dosis, dan waktu aplikasi yang tepat. Beberapa jenis fungisida yang
dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas adalah Topsin 500 F, Topsin 70 WP, Kasumiron
25/1 WP, dan Delsene MX 80 WP
3. Bercak Daun Cercospora (Cercospora leaf spot)
 

Status
Penyakit bercak daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf
spot) disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Penyakit bercak daun cercospora
merupakan penyakit yang sangat merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang kahat kalium.
Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya dan
keringnya pelepah daun yang menyebabkan kerebahan tanaman. Penyakit bercak daun tersebar
diseluruh negara penghasil padi di Asia Tenggara, Jepang, Cina, Amerika Serikat, Amerika
Tengah, dan Afrika. Di Indonesia penyakit bercak daun tersebar diseluruh daerah penghasil padi di
Jawa. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini tersebar merata di Kabupaten Karawang, Subang,
Indramayu, dan Cirebon.

Biologi dan ekologi


Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna
coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan
lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan.
Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat
tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat
menyebabkan daun mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang
dan pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah. 
Jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata.
Miselia berkembang di dalam jaringan parenkhima dan di dalam sel-sel epidermis. Jamur mampu
bertahan dalam jerami atau daun sakit. Perkembangan penyakit bercak daun cercospora sangat
dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan. Varietas tahan sangat efektif menekan
perkembangan penyakit bercak daun cercospora. Pada varietas yang tahan, bercak lebih sempit,
lebih pendek, dan lebih tua warnanya.

Pengendalian
Prioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan
penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman. Hasil pengamatan dilapangan
menunjukkan varietas Ciherang dan Membramo tergolong tahan, sedang IR64 dan Widas tergolong
rentan. Pemupukan N, P, dan K yang mencukup kebutuhan tanaman sangat efektif menekan
perkembangan penyakit. Penyemprotan fungisida difenoconazol satu kali dengan dosis 1 cc per
satu liter air volume semprot 400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan
perkembangan penyakit bercak daun cercospora hingga 32,10%.
 
4. Penyakit Bercak Daun Coklat (Brown Leaf Spot)

Status
Penyakit bercak daun coklat disebabkan oleh jamur Helminthosporium oryzae tersebar di
negara-negara penghasil padi di Asia dan di Afrika. Di Indonesia, penyakit ini banyak ditemukan
pada pertanaman padi terutama di tanah-tanah marginal yang kurang subur, atau kahat unsur hara
tertentu. Beberapa daerah padi gogorancah di Nusa Tenggara Barat, Bali, Gunung Kidul, Jawa
Barat bagian selatan dan Lampung merupakan daerah endemik penyakit ini. Hubungan antara
terjadinya penyakit dengan ketersediaan unsur hara tanah sangat erat. Tanaman yang kurang sehat
sangat mudah terserang penyakit ini. Pada kondisi tanah yang kahat unsur kalium penyakit bercak
coklat dapat menimbulkan kerugian hasil 50 sampai 90 persen. Faktor lain yang berpengaruh
adalah sistem drainase yang tidak baik, sehingga mengganggu terserapnya unsur-unsur hara.

Penyebab
Jamur Helmintosporium oryzae). Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru
tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi
dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih
di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk
air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.

Biologi dan Ekologi


Gajala khas penyakit ini adalah adanya bercak coklat pada daun berbentuk oval yang merata
di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak
merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang. Bercak yang masih muda berwarna
coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat. Pada varietas yang peka panjang bercak dapat
mencapai panjang 1 cm. Pada serangan berat, jamur daopat menginfeksi gabah dengan gejala
bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah.
Jamur H. oryzae menginfeksi daun, baik melalui stomata maupun menembus langsung
dinding sel epidermis setelah membentuk apresoria. Konidia lebih banyak dihasilkan oleh bercak
yang sudah berkembang (besar) kemudian konidia dihembuskan oleh angin dan menimbulkan
infeksi sekender. Jamur dapat bertahan sampai 3 tahun pada jaringan tanaman dan lamanya
bertahan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. 

Pengendalian
Perkembangan penyakit sangat erat hubungannya dengan keadaan hara tanah khususnya
nitrogen, kalium, magnesium, dan mangan. Penanaman varietas tahan di Indonesia masih sangat
terbatas. Rabcide 50 WP merupakan fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit
bercak daun coklat H. oryzae pada pertanaman padi gogo.
Nah untuk lebih lengkap tentang makalah penyakit yang di sebabkan oleh jamur pada
tanaman padi slahkan sobat bisa langsung di download saja pada link di bawah yang sudah dalam
bentuk doc. 
Sumber :
http://smtim.blogspot.co.id/2013/12/makalah-penyakit-yang-disebabkan-oleh.html

Rantau Embacang, 16 Maret 2016

Petani yang konsultasi Penyuluh

JAKIATUN ASLAMIAH TEDI PARMANA, SP


NIP. 19860728 201101 1 003

Kepala UPTB-BP3K Muara Siau

JULIAN, S.PKP
NIP. 19760720 200701 1 016
LAPORAN KONSULTASI PETANI

Petani Yang Berkonsultasi


NAMA : SOPIA
KELOMPOK TANI : SINAR MAJU
ALAMAT : Desa Rantau Embacang
JAM : 14.00 WIB s/d Selesai
TANGGAL KONSULTASI : 26 April 2016
NO. HP :
PERMASALAHAN : Administrasi Kelompok Tani Yang Baik dan Benar

Konsep Pemecahan Masalah Yang Diberikan :

1. Pendahuluan
Administrasi : adalah seperangkat catatan atau dokumen yang menyangkut tentang semua
kegiatan yang dilakukan pada suatu organisasi.
Kelompok : adalah kumpulan orang-orang lebih dari satu yang mempunyai tujuan yang
sama.
Kelompok Tani : adalah kumpulan orang-orang yang tumbuh berdasarkan keakraban,
keserasian serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk
bekerjasama meningkatkan produktivitas usahataninya dan kesejahteraan anggotanya.
Perangkat Administrasi yang baik dan benar diperlukan sebagai bahan informasi bagi
kelompok maupun pihak lain yang berkaitan dengan kelompok. Selain aturan kelompok, setiap
kelompok harus mempunyai Buku-Buku Administrasi kelompok yang dicatat secara tertib oleh
Pengurus Kelompok ataupun anggota yang ditugasi untuk itu, kelengkapan Administrasi
merupakan bagian dari bentuk pengawasan.

2. Kelengkapan Administrasi Kelompok Tani Meliputi


1. Buku Daftar Anggota
2. Buku Tamu
3. Buku Notulen Rapat
4. Buku Kegiatan kelompok
5. Buku Rencana Kerja Kelompok (RDK/RDKK))
6. Buku Kas
7. Buku Pemilikan Lahan Usahatani
8. Buku Catatan Inventaris kelompok (harta)
9. Buku Agenda
10. Buku Expedisi

1. Buku Daftar Anggota


Buku Daftar Anggota adalah Dokumen tertulis yang berisi tentang Biodata setiap petani
yang menjadi anggota kelompok. Buku ini bermanfaat untuk mengetahui Nama-nama anggota,
jumlah dan perkembangannya.
Jabatan dalam Tingkat Jumlah
No. Nama Umur/Thn Ket
kelompok Pendidikan Tanggungan
1.
2.
3.
4.
5.
dst

Ket : Nomor yang diberikan kepada setiap anggota pada saat menjadi anggota kelompok.
Diisi sesuai dengan urutan pada saat petani menyatakan diri menjadi anggota kelompok.

Rantau Embacang, 26 April 2016

PENGURUS KELOMPOK TANI


SINAR MAJU

KETUA SEKRETARIS

( ……………….. ) ( …………………… )

2. Buku Tamu
Buku Tamu adalah Dokumen yang berisi catatan tentang pihak-pihak luar yang pernah
berkunjung ke kelompok. Buku ini juga bermanfaat untuk mengetahui sejauhmana perhatian dan
bimbingan atau saran-saran yang pernah diberikan oleh pihak luar terhadap kelompok yang
bersangkutan. Buku Tamu diisi setiap kali ada pihak dari luar kelompok yang datang untuk suatu
keperluan.

Instansi/ Kesan- Tanda


No. Hari/Tanggal Nama Maksud
Jabatan kesan/Saran Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
dst

3. Buku Notulen Rapat


Buku Notulen Rapat adalah Catatan tentang hal-hal yang telah dibahas dalam setiap
pertemuan kelompok. Baik pertemuan pengurus maupun pertemuan anggota. Catatan pertemuan ini
penting untuk mengetahui segala persoalan ataupun hal-hal lain yang pernah dibicarakan dalam
pertemuan/rapat. Catatan ini juga bermanfaat bagi kelompok untuk melihat pengalaman-
pengalaman yang lalu baik berupa keberhasilan maupun kelemahan/kegagalan serta persoalan-
persoalan yang dihadapi kelompok dan cara mengatasinya. Bagi pihak luar catatan ini juga
bermanfaat untuk mengetahui persoalan yang pernah dibicarakan didalam kelompok sehingga
membantu pihak luar dalam memberikan bimbingan selanjutnya.
FORMAT NOTULEN RAPAT

Nama Kegiatan : Rapat persiapan turun sawah


Hari/Tanggal : 26 April 2016
Materi Pembahasan : Rencana Pembersihan saluran air / irigasi
Pimpinan Rapat : M. Sayuti (Ketua Kelompok)
Peserta : 25 Orang
Nara Sumber : Adi Ritno (Ketua Kelompok Mahasiswa KKN)

Kesimpulan :

1. Pembersihan saluran irigasi dilaksanakan pada hari minggu tanggal 30 April 2016.
2. Pembersihan saluran irigasi sepanjang 250 m

Rantau Embacang, 26 April 2016

PENGURUS KELOMPOK TANI


SINAR MAJU

KETUA SEKRETARIS

( ……………….. ) ( …………………… )

MENGETAHUI
PP WILBI RANTAU EMBACANG

( ……………………….. )

Keterangan : Daftar hadir dilampirkan.

4. Buku Kegiatan Kelompok


Buku kegiatan kelompok adalah buku yang berisi catatan tentang segala kegiatan yang
dilaksanakan oleh kelompok. Misalnya rencana kegiatan kelompok, catatan pelaksanaan kegiatan,
hasil monitoring dan evaluasi kegiatan kelompok dan sebagainya. Catatan tersebut bermanfaat bagi
kelompok untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang dimiliki.

FORMAT BUKU KEGIATAN KELOMPOK

Biaya
NO Hari/Tgl Jenis Kegiatan Lamanya Hasil
Rp. Sumber Biaya
1.
2.
3.
4.
5.
dst
Rantau Embacang, 26 April 2016

PENGURUS KELOMPOK TANI


SINAR MAJU

KETUA SEKRETARIS

( ……………….. ) ( …………………… )

5. Buku Kas
Buku Kas adalah berisi tentang catatan yang dilakukan kelompok yang berkaitan dengan
aliran dana yang diterima maupun yang dikeluarkan. Selain catatan aliran dana, juga berisi catatan
tentang kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari dana tersebut.

FORMAT BUKU KAS

No Tanggal Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo


1 2 3 4 5 6
1.
2.
3.
4.
5.
ds
t

Pada hari ini, kamis tanggal dua puluh enam April Tahun Dua Ribu Enam Belas, Buku Kas
ditutup dengan keadaan Saldo kas sebagai berikut :
a. Saldo Bank : Rp. ………….
b. Saldo Kas : Rp. ………..
 
Jumlah : Rp. …………

Mengetahui,
KETUA BENDAHARA

( ……………….. ) ( …………………… )

6. Buku Catatan Inventaris Kelompok


Buku catatan inventaris kelompok adalah berisi tentang Aset-aset atau harta kekayaan yang
dimiliki oleh kelompok.
Jenis Tahun di Keadaan barang
No Merek Jumlah Ket.
Barang Produksi Baik Tdk baik
1.
2.
3.
4.
5.
dst
Rantau Embacang, 26 April 2016

PENGURUS KELOMPOK TANI


SINAR MAJU

KETUA SEKRETARIS

( ……………….. ) ( …………………… )

7. Buku Pemilikan Lahan Usahatani


Buku ini bertujuan untuk mengetahui kepemilikan lahan usahatani anggota kelompok.

LUAS JENIS USAHA KET


NO NAMA JABATAN
LAHAN Sawah kakao kelapa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dst

Rantau Embacang, 26 April 2016

PENGURUS KELOMPOK TANI


SINAR MAJU

KETUA SEKRETARIS

( ……………….. ) ( …………………… )

8. Buku Agenda
Buku Agenda berisi tentang pencatatan surat masuk maupun surat keluar.

FORMAT BUKU AGENDA

SURAT MASUK SURAT KELUAR


Alamat No. Alamat
NO Tanggal Perihal NO Tanggal Perihal
pengirim Surat Tujuan
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
dst dst
9. Buku Expedisi
Buku Expedisi berisi tentang bukti pengiriman surat yang dikirimkan kepihak luar.

FORMAT BUKU EXPEDISI

No Nomor Surat Tanggal Alamat penerima Perihal Paraf


1.
2.
3.
4.
5.
dst

Jenis-jenis administrasi umum sebagaimana dijelaskan diatas merupakan kelengkapan


administrasi minimal diperlukan oleh kelompok. Semakin maju dan berkembang suatu kelompok,
maka akan memerlukan jenis-jenis buku guna mendukung kelancaran pengelolaan kelompok
taninya.

Manfaat mencatat :

1. Untuk mengingat kembali tentang sesuatu hal


2. Untuk menilai dan mengetahui perkembangan usaha
3. Alat Bukti
4. Sebagai Dokumen

Mengapa Orang Tidak melakukan pencatatan ?

1. Tidak bisa menulis


2. Tidak tahu apa yang harus ditulis
3. M a l a s
4. Belum merasa perlu, karena :
a. Masih bisa diingat-ingat
b. Belum pernah mengalami masalah

Kemungkinan yang bisa terjadi kalau tidak melakukan pencatatan :

1. L u p a
2. Terjadi kesalah pahaman
3. Saling menyalahkan
4. Kalau Skala Usaha
a. Tidak tahu apakah usahanya untung atau rugi
b. Bisa terjadi pemborosan
c. Bisa ditipu orang
d. Bisa saling menyalahkan antar penjual dan pembeli

@. Roberto Goizuette : Anda tidak bisa menunggu sampai orang lain membuatkan jalan
untuk anda, melangkahlah !!!...... Buat jalan untuk diri anda sendiri.
# Selamat Ber-KKN, Semoga Sukses #
Sumber :
http://diyazzarvareza.blogspot.co.id/2013/02/contoh-administrasi-kelompok-tani.html

Rantau Embacang, 26 April 2016

Petani yang konsultasi Penyuluh

SOPIA TEDI PARMANA, SP


NIP. 19860728 201101 1 003

Kepala UPTB-BP3K Muara Siau

JULIAN, S.PKP
NIP. 19760720 200701 1 016
LAPORAN KONSULTASI PETANI

Petani Yang Berkonsultasi


NAMA : AHMAD WES
KELOMPOK TANI : AUR GADING
ALAMAT : Desa Rantau Embacang
JAM : 14.00 WIB s/d Selesai
TANGGAL KONSULTASI : 03 Mei 2016
NO. HP :
PERMASALAHAN : Cara Mengatasi Hama Kepinding Pada Tanaman
Padi Unggulan

Konsep Pemecahan Masalah Yang Diberikan :

1. Pendahuluan
Kementrian Pertanian telah melakukan terobosan dalam memenuhi kebutuhan pangan padi
(beras) dalam negeri melalui Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Untuk
mempertahankan keberlanjutan swasembada pangan yang telah dicapai tersebut, program P2BN ini
tidak hanya didukung dari aspek sarana produksi saja, tetapi harus dibarengi dengan informasi
tentang tehnik pengendalian salah satu hama padi sawah yaitu kepinding tanah kepada penyuluh
pertanian.

Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi dan


masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan bagi pembangunan
ekonomi serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan benar-
benar bersifat umum, dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani, yang jumlahnya besar dan
yang untuk tahun-tahun mendatang ini di berbagai negara akan terus hidup dari bertani (Mosher,
1991). Sedangkan menurut Khairuddin (1992), pembangunan pertanian merupakan bagian sektoral
dari pembangunan masyarakat desa, mau tidak mau harus merupakan titik tekan dalam
pembangunan nasional karena pada dasarnya di sektor inilah yang sebagian besar kehidupan
masyarakat Indonesia bergantung.

Untuk itu, kementrian Pertanian melakukan terobosan dalam memenuhi kebutuhan pangan
khususnya padi dalam negeri melalui Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
Aspek penunjang lain juga perlu diperhatikan terutama dalam pembangunan pertanian khususnya
yang menyangkut kebijaksanaan perangsang berproduksi. Pada prinsipnya kebijaksanaan
perangsang produksi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kebijaksanaan harga dan
kebijaksanaan non-harga. Adapun kebijaksanaan non-harga antara lain meliputi : kebijaksanaan
infrastruktur, irigasi, program intensifikasi, padat karya, subsidi desa, dan program desa yang lain.

Berkaitan dengan hal tersebut, penyuluh pertanian di lapangan perlu dibekali dengan
informasi bagaimana cara mengatasi serangan hama kepinding tanah pada tanaman padi disamping
sudah tersedianya sarana pendukung yang lain. Seperti kita ketahui bersama, bahwa hama
kepinding tanah ini hampir selalu ada pada setiap musim tanam padi, hanya saja tingkat
serangannya yang bervariasi dan masih kurang menjadi perhatian bagi para petani kita. Memang
hama kepinding tanah ini kelihatannya kurang berbahaya namun merupakan salah satu hama yang
perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi hasil padi bahkan sampai isi padi hampa.
Seperti kita ketahui bahwa pada ekosistem padi di Asia, terdapat dua spesies kepending
tanah, yaitu : (1) kepinding tanah Malaya, Scotinophara (= Podops) coarctata; dan (2) kepinding
tanah Jepang Scotinophara (=Podops) lurida. Banyak lagi spesies yang mirip kedua kepinding tanah
tersebut, tetapi keberadaanya jarang mencapai jumlah yang melimpah. Kedua jenis kepinding tanah
ini sering mencapai jumlah melimpah dan karena penegndalian dengan pestisida sulit dilakukan,
hama ini serang menimbulkan kerugian besar.

2. Ciri-Ciri Aktivitas Kepinding Tanah

1. Pada siang hari, kepinding tua hitam coklat mengkilat bergerombol di pangkal batang padi,
persis di batas genangan air.
2. Pada malam hari mereka naik batang padi dan mengisap cairan dari dalam jaringan tanaman.
3. Selama musim kemarau, kepinding tanah menghabiskan waktunya di belahan tanah-tanah
yang ditumbuhi rumput.
4. Kepinding tanah dapat dapat terbang ke pertanaman padi dan berkembang biak dalam
beberapa generasi.
5. Mereka kembali ke fase dormannya setelah padi di panen.
6. Kepinding dewasa dapat berpindah menempuh jarak yang jauh.
7. Kepinding dewasa tertarik pada sinar dengan intensitas yang kuat dan penangkapan tertinggi
diperoleh pada saat bulan purnama.

3. Serangan Kepinding Tanah

1. Pengisapan cairan oleh kepinding tanah menyebabkan warna tanaman berubah menjadi coklat
kemerahan atau kuning.
2. Buku pada batang padi merupakan tempat isapan yang disukai karena menyimpan banyak
cairan.
3. Pengisapan oleh kepinding tanah pada fase anakan, menyebabkan jumlah anakan berkurang
dan pertumbuhan terhambat (kerdil).
4. Apabila serangan terjadi setelah pas bunting, tanaman menghasilkan malai yang tidak
lengkap, dan gabah hampa.
5. Dalam kondisi populasi kepinding tinggi, tanaman yang dihisap dapat mati atau mengalami
bugburn, seperti hopperburn oleh wereng coklat.

4. Pengendalian Kepinding Tanah

Cara pengendalian kepinding tanah dapat dilakukan dengan cara :

1. Membersihkan lahan dari berbagai gulma atau tanaman pengganggu padi agar sinar matahari
dapat mencapai dasar kanopi tanaman padi.
2. Menanam varietas padi berumur genjah, untuk menghambat peningkatan populasi kepinding
tanah.

Sumber :
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/2179
Rantau Embacang, 03 Mei 2016

Petani yang konsultasi Penyuluh

AHMAD WES TEDI PARMANA, SP


NIP. 19860728 201101 1 003

Kepala UPTB-BP3K Muara Siau

JULIAN, S.PKP
NIP. 19760720 200701 1 016
LAPORAN KONSULTASI PETANI

Petani Yang Berkonsultasi


NAMA : HASIM
KELOMPOK TANI : DUA SEPAKAT
ALAMAT : Desa Rantau Embacang
JAM : Jam 14.00 WIB s/d Selesai
TANGGAL KONSULTASI : 08 Juni 2016
NO. HP :
PERMASALAHAN : Mengapa Tanaman Jeruk Harus di Pangkas

Konsep Pemecahan Masalah Yang Diberikan :

Tanaman Jeruk Harus di Pangkas Mengapa ?

Tanaman jeruk agar produktif berbuah dan buahnya menghasikan mutu yang tinggi
memerlukan beberapa perawatan. Salah satu perawatannya adalah pemangkasan ranting tanaman
jeruk. Pemangkasan dilakukan setiap tahun. Baik tanaman jeruk yang belum berbuah ataupun sudah
berbuah. Mengapa pemangkasan penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman jeruk?

Rimbunnya daun dan ranting tanaman jeruk mengisyaratkan bahwa tanah untuk menanam
tanaman jeruk subur. Menanam jeruk tentu bukan untuk kita manfaatkan daunnya dan batangnya,
namun buah jeruk itu yang kita harapkan bukan?

Ranting yang padat perlu dikurangi kepadatannya. Ranting ini dapat mengganggu masuknya
sinar matahari ke bagian dalam pohon. Jika Sinar matahari kurang dan tidak dapat menembus ke
dalam bagian pohon jeruk maka akan mengakibatkan keadaan lembab di sekitar tanaman jeruk.
Akibat kemudian dapat mengundang datangnya cendawan dan kutu daun.  Mereka senang sekali
dengan suasana yang lembab dan jauh dari sinar matahari.

Untuk mengurangi kepadatan ranting itulah kita melakukan pemangkasan. Beberapa ranting
yang perlu dipangas seperti, ranting yang tumbuh ke dalam, yang bertumpang tindih, ranting yang
tidak sehat/kurus, dan ranting yang tumbuh liar. Selain itu cabang tanaman juga perlu dipotong
ujungnya sampai batas yang kulitnya berwarna hijau kelabu-abuan. Tidak hanya itu cabang yang
tidak beraturan, tumbuh liar, dan sakit-sakitan juga perlu dipangkas.
Dengan diapangkas ranting sebagian tersebut, ranting yang tidak dipangkas dapat tumbuh
maksimal sehingga nantinya dapat menghasilkan bunga dan buah yang bermutu. Dengan
dipangkasnya ranting ranting liar dan tumbuh kurang sehat, juga dapat merangsang tumbuhnya
ranting yang sehat.

Tanaman jeruk tergolong tanaman yang kaya tunas air. Maka sejak awal tunas air mesti
dibuang. Pang balik yang tumbuh searah dengan batang pokok harus dipangkas. Demikian pula
dahan,cabang, ranting dan bagian lain yang mulai mengering atau sudah mati. Mesti dipangkas.
Begitu pula tunas yang muncul pada batang bawah, pangkal batang dan tunas akar.

Cabang yang tumbuh dekat tanah, atau cabang yang merunduk sebaiknya dipangkas pula.
Sebab jika tidak dipangkas nantinya bila ditumbuhi buah, buahnya tidak bermutu baik. Jikalau tidak
buah yang berada pada ranting yang merunduk rentan ditumbuhi cendawan.

Dalam pemangkasan perlu dilakukan hati-hati. Pemangkasan yang berlebihan juga akan
mengakibatkan tanaman jeruk kesulitan berfotosintesis dan akibatnya menghambat pertumbuhan
bunga dan buah. Dalam pemangkasanjuga dituntut agar pemangkasan tersebut tidak  mengganggu
keseimbangan tanaman. Pemangkasan dilakukan setepat mungkin. Lakukan pemangkasan sebelum
kayu belum menua. Hal ini dapat diamati dari kulit tanaman jeruk yang kelabu-abuan.

Musim hujan adalah waktu yang baik dalam pemangkasan. Dan pemangkasan sebaiknya
dilakukan pada waktu sore hari. ...Selamat memangkas tanaman jeruk Anda..

Sumber :
http://aggromutu.blogspot.co.id/2014/11/tanaman-jeruk-harus-sering-dipangkas.html

Rantau Embacang, 08 Juni 2016

Petani yang konsultasi Penyuluh

HASIM TEDI PARMANA, SP


NIP. 19860728 201101 1 003

Kepala UPTB-BP3K Muara Siau

JULIAN, S.PKP
NIP. 19760720 200701 1 016

Anda mungkin juga menyukai