Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI DAMPAK DEMPLOT SISTEM TANAM

JAJAR LEGOWO DALAM MENINGKATKAN


PENDAPATAN PETANI
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan,


karenasektor pertanian sampai saat ini masih memegang peranan penting
dalam menunjang per ekonomian nasional. Sektor pertanian juga
mempunyai peranan penting dalam mengentaskan kemiskinan, pembangunan
pertanian berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan upaya
peningkatan kesejahteraan petani dan upaya menanggulangi kemiskinan
khususnya di daerah perdesaan (BPT Pertanian, 2009).

Saat ini pemerintah RI menargetkan peningkatan produksi padi, berbagai


upaya dilakukan baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Upaya
khusus yang dilakukan sekarang seperti Program UPSUS Pajale (Padi, Jagung
dan Kedelai) dirasa belum mampu mendongkrak peningkatan produksi beras
secara nasional, terbukti dengan ada nya impor sebesar 500.000 ton. Untuk itu
ketersediaan atau pasokan padi menjadi hal yang menjadi perhatian
penting bagi pemerintah dari waktu ke waktu. Pemerintah RI menargetkan
produksi padi meningkat terus sampai tercapai swasembada beras.
(Edyanto, 2017).
Usaha peningkatan produksi padi sawah dilakukan dengan perbaikan
intensifikasi, diantaranya adalah system tanam Jarwo. Penerapan system
tanam jajar legowo me rupakan salah satu alternative teknologi yang mampu
meningkatkan efisiensi usahatani padi dapat memberikan kontribusi
ter hadap peningkatan produksi sebesar dan peningkatan pendapatan petani
sebesar 20 % (Kiswanto, 2016).

Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Desa Kuripan Kecamatan


Penengahan Kabupaten Lampung Selatan adalah tercapainya sasaran areal
tanaman padi sawah sebesar 100 Hektar serta produktifitas 5,4 sampai
dengan 6,2 ton per hektar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan menerapkan teknologi penanaman padi sawah dengan sistem jajar
legowo. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, maka salah satu
kegiatan yang dituangkan kedalam Rencana Kegiatan BPP Penengahan Desa
Kuripan, Kecamatan Penengahan adalah demplot penanaman padi sistem jajar
legowo
2 1 yang bertujuan meningkatkan keyakinan petani untuk mengadopsi
teknologi tanam legowo.

Demplot ini sebenarnya termasuk dalam Programa Penyuluhan Pertanian


Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan Tahun 2016. Kegiatan
dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember tahun 2015
bertempat di Dusun Banyu Urip . Pelaksana demplot adalah ketua Kelompok
Tani Sri Mukti dengan sasaran anggota Kelompok Tani Sri Maju II sebanyak
25 orang. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan kegiatan demplot
tersebut maka dilakukan evaluasi pelaksanaan dan evaluasi dampak
penyuluhan.

II. Tujuan Evaluasi Dampak


Evaluasi dampak adalah untuk menentukan tingkat perubahan perilaku
petani, untuk perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian dan
pelaksanaan penyuluhan pertanian dan untuk penyempurnaan kebijakan
penyuluhan pertanian. Pelaporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian
sangat penting sebagai penyampaian informasi, sebagai bahan pengambilan
keputusan/ke bijakan oleh pimpinan/penanggung jawab kegiatan,
pertanggungjawaban, pengawasan dan perbaikan perencanaan berikutnya.
Demplot yang dilaksanakan pada tahun 2015 ini dipilih sebagai kegiatan
penyuluhan yang akan dievaluasi berdasarkan kesepakatan dengan penyuluh
pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Menurut UU No. 16 Tahun 2006 dalam Mardikanto (2008), pengertian


penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan


sebagai kegiatan belajar secara insidental untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting dari itu adalah penumbuhan dan
pengembangan semangat belajar seumur hidup secara mandiri dan berkelanjutan.

a. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi Penyuluhan Pertanian Adalah kegiatan untuk menilai efektifitas dan


efisiensi suatu kegiatan dengan menggunakan indikator-indikator tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik dan objektif serta terdiri
dari evaluasi sebelum kegiatan dimulai, saat kegiatan berlangsung, dan sesudah
kegiatan selesai. Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian
terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi atau
fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan
dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, evektivitas dan efisiensi
pencapaian hasil kegiatan. (Deptan, 1995).

Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah mengukur dan menilai perubahan-
perubahan tingkah laku yang terjadi. Dengan mengetahui hasil penilaian atau
evaluasi, maka pihak yang dievaluasi misalnya kelompok dan anggotanya dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Kelompok dan anggota kelompok
tersebut akan mengetahui bahwa model tingkah laku yang diinginkan itu telah
meningkat baik setahap atau dua tahap.

Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu


kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara
sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk
menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk
perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan. Sedangkan
menurut Padmowihardjo (1996)

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh


informasi yang relevan tentang sejauhmana program tujuan program penyuluhan
pertanian disuatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan,
kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-
pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan seberapa jauh suatu hal itu
berharga, bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi ada dua unsur utama yaitu
menilai dan mengukur. Evaluasi penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian
terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi dan
fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan
dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, efektivitas dan efisiensi
pencapaian hasil kegiatan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan
analisis data dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah BPP yang
bersangkutan. Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan
dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi
dan efek serta konsentrasinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin
(Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Menurut Hornby dan Parnwell (Mardikanto, 1993), kata evaluasi dalam kehidupan
sehari-hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari penilaian, yaitu suatu
tindakan pengambilan keputusan untuk menilai sesuatu obyek, keadaan, peristiwa,
atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Casley dan Kumar (1991) melihat
pengertian evaluasi dalam perspektif manajemen, yakni evaluasi sebagai suatu
penilaian berkala terhadap relevansi, prestasi, efisiensi, dan dampak proyek dalam
konteks tujuan yang telah disepakati.

Menurut Mardikanto (1993), terdapat beberapa pokok pikiran yang terkandung


dalam pengertian “Evaluasi” yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis
yang meliputi:
1. Pengamatan untuk pengumpulan data dan fakta.
2. Penggunaan pedoman yang telah ditetapkan.
3. Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-
pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
4. Pengambil keputusan atau penilaian.

Evaluasi biasa dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode ilmu-ilmu


sosial, tetapi sebagian besar dilakukan oleh agen penyuluhan. Evaluasi sebagai
pemberi informasi digunakan agen penyuluhan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Evaluasi dalam program penyuluhan merupakan umpan balik dalam
proses komunikasi. Agen penyuluhan yang bekerja tanpa informasi evaluasi, tidak
mengetahui apakah masih menempuh jalur yang benar.

Evaluasi harus dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan berdasarkan intuisi
seseorang dan menggunakan pedoman-pedoman tertentu. Hasil evaluasi harus
secara jelas memberikan gambaran tentang perubahan perilaku yang terjadi di
masyarakat sasaran, baik mengenai pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.

Prinsip-prinsip evaluasi yang merupakan acuan dasar dalam melaksanakan


evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi harus berdasarkan fakta.
2. Evaluasi penyuluhan merupakan bagian integral dari proses kegiatan atau
program penyuluhan.
3. Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari
program penyuluhan bersangkutan.
4. Evaluasi penyuluhan pertanian harus menggunakan alat ukur yang berbeda,
untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
5. Evaluasi penyuluhan pertanian perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif
dan kualitatif.
6. Evaluasi penyuluhan pertanian harus dilakukan terhadap metode penyuluhan
yang digunakan.
7. Evaluasi perlu di pertimbangkan dengan teliti.
8. Evaluasi harus dijiwai dengan prinsip mencari kebenaran.

B. Karakteristik proses evaluasi:


1. Evaluasi merupakan proses terstruktur
2. Evaluasi didasarkan pada indikator yang dapat diamati
3. Evaluasi menganalisis hal-hal rumit menjadi sederhana
4. Evaluasi menghasilkan informasi yang tidak memihak dan disetujui semua
orang dankeputusan yang andal masuk akal.
5. Evaluasi mengeliminir pengaruh pribadi evaluator`

II. Tujuan dan Manfaat Evaluasi

Tujuan dan manfaat evaluasi adalah dua konsepsi yang berbeda yang dapat
mengundang perdebatan tentang pengertiannya ditinjau dari segi bahasa
(language),istilah teknis (technical or scientificconcept), dan tingkat analisis
(levelof analysis).

Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga tujuan (Cerbea and Tepping,
1977; FAO, 1984, dalam Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat
bersifat implisit. Berikut dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi :
1. Tujuan Kegiatan (activity objective)
1. Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program
(keadaan umum daerah, sosial, teknis,ekonomis, budaya, masalah,
kebutuhan dan minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
2. Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah tercapai.
3. Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat
intervensi program/kegiatan penyuluhan.
4. Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan
program.
5. Mengidentifikasi “strongdan weak points” dalam perencanaan dan
pelaksanaan program.
6. Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
2. Tujuan Managerial (managerial objective)
1. Memberikan data /informasi sebagai dasar pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
2. Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
3. Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake holder.
4. Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
5. Tujuan Program (Program objective)

Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain untuk


memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa perlu
dilakukan evaluasi adalah karena mungkin:
1. Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah
2. Telah terjadi perubahan struktur dan program dari lembaga-lembaga
terkait
3. Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari masyarakat.
Manfaat melakukan evaluasi adalah:
1. Menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan
dilaksanakan;
2. Perbaikan program, sarana, prosedur,pengorganisasian petani dan
pelaksanaan penyuluhan pertanian;
3. Penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian.

Langkah-langkah evaluasi penyuluhan pertanian yaitu menetapkan obyek,


menetapkan data atau informasi yang akan dikumpulkan,cara pengumpulannya,
alat/instrumen yang digunakan, cara mengolah data/informasi serta melaporkan
hasil-hasilnya.
Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan sebagai berikut:
1. Memahami tujuan-tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi. Unsur-
unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:
2. Sasaran (S)
3. Perubahan perilaku yang dikehendaki (P)
4. Materi (M)
5. Kondisi/situasi (K)
6. Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang
dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
7. Indicator perubahan kognitif
B. Penanaman Padi Jejer Legowo

Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah denga pola beberapa
barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong.
Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan
sebagai tanamansisipan di dalam barisan. Pada awanya
kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan
pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.

Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa
dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1),
(6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk
mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk
mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.
Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan
dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai
adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai
pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan
tanahnya.

a. Jejer Legowo 2 : 1
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha
sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31%
dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya
160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan
mendapat tanaman sisipan.
b. Legowo 4:1 Tipe 1

Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan
keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok
diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini,
populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan
populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm.

c. Legowo 4 : 1 Tipe 2

Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan


hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan
tanaman pinggir. Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase
peningkatan hanya sebesar 6,67% dibanding pola tegel (25x25) cm. Pola
ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang
tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi
karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko
kerebahan selama pertumbuhan.

III. KEUNTUNGAN CARA TANAM JAJAR LEGOWO


1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian
pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai
tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin
tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat
2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan
yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya.
3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka,
kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit
juga akan berkurang. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan
pengendalian hama/penyakit. Posisi orang yang melaksanakan
pemupukan dan pengendalian hama/penyakit bisa leluasa pada barisan
kosong di antara 2 barisan legowo.
4. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi
tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi
tanaman akan memberikan harapan peningkatan produktivitas hasil.
5. Meningkatkan produktivitas padi 12-22%.
6. Sistem tanam berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem
produksi padi-ikan (mina padi) atau prabelek (kombinasi padi, ikan dan
bebek)
BAB III

METODOLOGI PENGKAJIAN

I. Waktu dan Tempat

Kajian mengenai dampak demplot dilaksanakan di desa Kuripan, Kecamatan


Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan dimulai bulan Agustus sampai
dengan Desember 2015.

II. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi lapangan yang


dilanjutkan dengan wawancara terhadap petani responden dengan
menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan). Data yang diambil berupa data
primer (data dari petani) dan data sekunder yang diperoleh dari kantor desa ,
penyuluh setempat dan instansi yang terkait.

III. Populasi dan Sampel

Dalam penentuan sampel (responden) digunakan sistim purposif sampling


(penunjukan secara langsung) yaitu dari keseluruhan populasi petani padi
sawah yang tergabung dalam Kelompok Tani Sri Maju II Desa Kuripan,
Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan (Mualimin,
2016).
IV. Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data primer dari petani, kemudian


direkapitulasi dan ditabulasi untuk mendapatkan ratarata atau gambaran
tentang respon/tanggapan petani secara keseluruhan tentang system tanam
jajar legowo. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis non
parametrik yaitu dengan menggunakan skala nilai (rating scale), dengan
menggunakan rumus skala nilai sebagai berikut:

Total nilai yang diperoleh


Total nilai = x 100 %
Nilai maksimal yang dicapai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil dan Pembahasan

Sesuai dengan hasil analisis data tingkat keyakinan responden terhadap


teknologi penanaman padi sistem legowo adalah setelah mengikuti kegiatan
penyuluhan (demplot) penanaman padi sistem jajar legowo 21 dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini. Kategori “sangat yakin”. Hal ini menunjukkan
kecenderungan responden untuk mengadopsi teknologi tanam sistem legowo.

1. Tingkat Penerapan
Hasil analisis data pada tabel 2 berikut ini menunjukkan bahwa
jumlah responden yang menerapkan teknologi tanam sistem jajar legowo
setelah mengikuti demplot sebanyak 24 responden atau sebesar 96 %
sangat yakin dan sisanya 1 orang responden atau 8 % tidak yakin.
Tabel 1. Tingkat keyakinan responden terhadap teknologi sistem tanam jajar
legowo setelah mengikuti kegiatan penyuluhan (demplot).

Pernyataan Tingkat
No keyakinan Kategori
1 Teknologi tanam sistem jajar legowo 97.00% Sangat yakin
2 Teknologi tanam sistem
dapat meningkatkan jajar
produksi
legowo dapat meningkatkan 93.00% Sangat yakin
3 jumlah anakan
Penggunaan benih pada teknologi
tanam sistem jajar legowo lebih 97.00% Sangat yakin
4 sedikit daripada
Penggunaan tanam
pupuk padabiasa
teknologi
tanam sistem jajar legowo lebih 97,00% Yakin
sedikit daripada tanam biasa
RataRata 96.00% Sangat yakin

Sumber : data diolah 2016


Hasil analisis data tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat
keyakinan responden terhadap teknologi tanam sistem jajar legowo
2:1 setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ratarata sebesar 96,00%
dengan kategori “sangat yakin”. Hal ini menunjukkan
kecenderungan responden untuk mengadopsi teknologi tanam
sistem legowo.

Tabel 2. Analisis Data Tingkat Penerapan.


Jawaban Persentase
No Pertanyaan Yaresponden
Tidak adaopsi
1 Apakah bapak/ibu
24 1 96%
menerapkan sistem
legowo dalam kegiatan
usahatani
2. Peningkatan Produktifitas

Berdasarkan hasil analisis data terhadap 25 orang responden yang telah


menerapkan sistem tanam legowo menunjukkan peningkatan
produktifitas ratarata sebesar 14,8% yaitu dari ratarata produktifitas 5,40
ton/hektar menjadi 6,2 ton per hektar seperti disajikan dalam tabel 3
berikut. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan berdampak
positif terhadap peningkatan produktifitas. biaya total menghasilkan
penerimaan 2,89 satuan penerimaan. Berdasarkan nilai tersebut,
usahatani padi sawah dapat dikatakan menguntungkan.

3. Peningkatan Pendapatan

Berdasarkan hasil analisis 25 orang responden terhadap pendapatan


usahatani system jarwo diperoleh peningkatan produktifitas sebesar 14,8
% dan pendapatan sebesar 20,00 %. Hal ini sejalan dengan pendapat
Damayanti (2007) dalam Analisis Pendapatan dan Efisiensi
Produksi usahatani Padi Sawah (Kasus di Desa Purwodadi, Kecamatan
Trimujo, Kabupaten Lampung Tengah), menjelaskan bahwa pendapatan
hasil usahatani di sawah di desa tersebut menguntungkan dilihat dari
R/C rasio atas biaya tunai alah 2,89 yang artinya setiap pengeluaran
biaya tunai satu satuan biaya total menghasilkan penerimaan 2,89
satuan penerimaan. Berdasarkan nilai tersebut, usahatani padi sawah
dapat dikatakan menguntungkan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Tingkat adopsi responden terhadap teknologi yang disuluhkan


memberikan keyakinan kepada responden sebesar 96,00 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan dengan metode demplot efektif
untuk meningkatkan keyakinan responden untuk menerap kan teknologi
dengan asumsi bahwa faktor eksternal (non perilaku dapat di kendalikan).
2. Evaluasi Dampak yang dirasakan oleh responden setelah menerapkan
sitem tanam legowo adalah peningkatan produktifitas sebesar 14,8 %
dan pen dapatan ratarata sebesar 20.00%.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2009. Sektor Pertanian (Komposit).


Jakarta. (www. bappenas.com. Diakses pada tanggal 29 Desember
2012).

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2012. Sistem Tanam Jajar Legowo.
Sukamandi. Jawa Barat

Damayanti, F. 2007. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani


Padi sawah (Studi Kasus di Desa Purwodadi Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah) [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Ediyanto, 2017. Makalah dalam Pertemuan Koordinasi UPSUS Pajale 2017.


Bandar Lampung.

Kiswanto. 2016. Pengaruh system tanam Jajar Legowo 2:1 Super terhadap
Peningkatan Produksi Tanaman Padi Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Lampung. Lampung.

Misran. 2014. Studi Sistem Tanam Jajar Legowo terhadap Peningkatan


Produktivitas Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 14
(2): 106110

Mualimin. 2016. Programa BP3K Kecamatan Penengahan, Kabupaten


Lampung Selatan.
Sekaran, 1992. Metode Penelitian: Penentuan Jumlah Sampel. Universitas
Indonesia. Press, Jakarta. (http://.blogspot. com.pdf. Diakses pada
tanggal 20 Januari 2013).

Suriapermana, S. dan I. Syamsiah. 1995. Tanam Jajar Legowo pada Sistem


Usahatani Mina PadiAzola di Lahan Sawah Irigasi. Proseding Risalah
Seminar Hasil Penelitian Sistem Usahatani dan Sosial Ekonomi. Bogor,
45 Oktober 1994. Puslittan, Bogor.
Lampiran 1. Instrumen Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan

Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat keyakinan bapak/ibu


terhadap teknologi penanaman padi sistem legowo,mohon untuk mengisi
kolom jawaban disebelah kanan pernyataan dengan sejujurjujurnya. Atas
partisipasi bapak/ibu diucapkan terima kasih
Petunjuk pengisian :

Berilah tanda contreng (√) pada kolom jawaban disebalah kanan pernyataan

SY = Sangat yakin, Y= yakin, KY= kurang yakin, TY = Tidak yakin

Jawaban responden
N P S Y KY TY
1 Teknologi tanam legowo dapat meningkatkan
2 Teknologi
produksi tanam legowo dapat meningkatkan
3 Penggunaan benih pada teknologi tanam
jumlah anakan
legowo lebih sedikit daripada tanam biasa
4 Penggunaan pupuk pada teknologi tanam
legowo lebih se
Lampiran 2. Kuesioner Evaluasi Dampak Kegiatan Penyuluhan

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa besar dampak dari kegiatan
penyuluhan teknologi penanaman padi sistem jajar legowo yang telah
dilaksanakan oleh penyuluh. Mohon kuesioner ini diisi dengan sejujur-
jujurnya, dan terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu.
Petunjuk Pengisian:

Berilah tanda contreng (√) pada kotak jawaban yang telah disediakan

Biodata Responden
Nama :
Alamat :
Jeis Kalamin :
Jenis Usahatani :
Luas lahan :
1. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti kegiatan demonstrasi plot
(demplot) teknologi penanaman padi dengan sistem legowo… ?
ya, tidak

2. Apakah Bapak/Ibu menerapkan sistem legowo


dalam kegiatan usahatani ya, tidak
3. Apakah setelah Bapak/Ibu menerapkan teknologi tanam sistem
legowo terjadi peningkatkan produksi
ya, tidak

Jika ya, jumlah produksi sebelum menerapkan


teknologi.? ………..(kwintal/ton) Jumlah produksi
setelah menerapkan teknologi.?................... (kwintal/ton)
Lampiran 3. Hasil Analisis Data Tingkat Keyakinan Responden Terhadap
Teknologi Penanaman

Padi Sistem Legowo

Jawaban Responden S
SY Y KY TY Total k Total Skor Tingkat
No Pernyataan 4 3 2 1 Responde SY Y KY TY Skor ideal keyakinan
1 Teknologi tanam
legowo dapat 24 1 25 96 0 0 1 97 100 97.0%
meningkatkan
2 Teknologi tanam
legowo dapat 22 2 1 25 88 0 4 1 93 100 93,0%
meningkatkan jumlah
3 Penggunaan benih
pada teknologi
tanam legowo lebih 22 3 25 88 9 0 0 97 100 97,0%
4 sedikit daripada
Penggunaan pupuk
pada teknologi tanam
legowo lebih sedikit 23 1 1 25 92 3 2 0 97 100 97,0%
daripada tanam biasa
Rata-Rata 96,0%

Anda mungkin juga menyukai