Kabupaten Pati Jawa Tengah, Semoga bermanfaat sehingga menjadi catatan amalan
Sholih Amiin
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan penyuluhan pertanian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu sumberdaya manusia dan
sumberdaya alam. Pengembangan sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh faktor internal dan
faktor ekternal. Faktor-faktor tersebut akan menyebabkan perbedaan antara rencana yang akan
dicapai dengan hasil sangat nyata, sesuai kondisi yang mempengaruhinya.Untuk mengukur tingkat
keberhasilan kegiatan penyuluhan berdasarkan parameter tertentu yang disusun secara sistimatis
dalam bentuk suatu kajian. Parameter tersebut meliputi :
1. Perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
2. Efektifitas alat bantu dan metode penyuluhan pertanian
3. Ketepatan materi penyuluhan pertanian.
4. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian
Kegunaan dari evaluasi ini adalah untuk memberikan informasi tentang efektifitas
pelaksanaan dan metode penyuluhan pertanian kepada petani, sehingga dapat menjadi acuan dan
perbaikan dalam penentuan kebijakan di masa yang akan datang, Evaluasi yang dilakukan
dilakukan pada tiga aspek yaitu: Evaluasi input yang mencakup Ketepatan kelompok sasaran,
kegiatan penyuluhan pertanian.. Evalusi yang ke dua adalah Evaluasi Dampak yang terdiri dari
dampak langsung dan dampak tidak langsung. Pada dampak langsung mencakup penguatan modal,
penerapan tekhnologi (pupuk dan bibit), pendapatan petani, air irigasi, kegiatan penyuluhan,
pengembangan usaha, perilaku kolektif, dan ketersediaan kredit. Sedangkan pada dampak tidak
langsung mencakup mekanisme pemasaran, surplus pangan, dan kemitraan usaha.
Adapun beberapa hal yang ditemukan dalam evaluasi yang dilakukan, secara umum dapat
digambarkan bahwa dengan sebuah input yang baik akan menimbulkan dampak yang positif.
Pemilihan kelompok sangat penting dalam menentukan keberhasilan program ini, karena
kelompok tani adalah instrumen utama yang melaksanakan program ini. Kelompok tani yang tepat
dengan manajemen yang teratur dan tenaga pemberdaya yang bekerja dengan baik akan memiliki
dampak yang baik dalam pelaksanaan program. Proses pengelolaan dana pada saat dana mulai
masuk di rekening kelompok, baik penggunaan maupun perputaran dana yang dilakukan juga
sangat berpengaruh pada dampak yang ditimbulkan nantinya
B. Masalah
C. Tujuan
Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan
kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama
yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di
dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah menciptakan
kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja, 1993).
Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku (behavior) petani dan anggota
keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan,
sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilani ini akan merupakan
“pintu gerbang” terjadinya penghayatan (Characterization, habitually) dan penerapan (adopsi)
dari inovasi (pembaharuan) pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Tanpa terjadi
perubahan perilaku ini tidak akan terjadi proses penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan
anggota keluarganya. Adapun misi atau pesan penyuluh pertanian adalah bertani lebih baik (better
farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living)
dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) (Padmowiharjdjo. S,
2001).
6. Sistem evaluasi apa yang ada di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud? (Nasution.
Z, 1990).
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang
dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk
meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi
kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup
jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknolog-
teknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan
akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat
dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Margono. S, 2003).
Secara umum, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan
inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai
sasaran penyuluhan itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang
disampaikan. Akan tetapi, dalam pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada
fungsi menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara
pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk
menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan
yang bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti
itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik (Mardikanto. T, 1993).
Dengan adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan petani maka pada
suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah penyuluhan tidak tergantung kepada
program dari pemerintah semata-mata tetapi merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan
adanya suatu program yang direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan operasional dari
aparatur-aparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana produksi, pemasaran, pengolahan
hasil, permodalan maka dengan demikian produktivitas usaha tani terus menerus meningkat dan
permintaan pasar terpenuhi dengan kata lain mampu memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang
melintas dihadapannya (Suryadi. A, 1995). Ada tiga model penyuluhan pertanian yang dapat
digunakan untuk lesson learned yang pernah dilaksanakan di indonesia yaitu sebagai berikut:
Ada berbagai masalah penyuluhan pertanian yang kita jumpai sampai saat ini yaitu adalah:
1. Kelembagaan
2. Ketenagaan
3. Kompetisi Penyuluhan
4. Kesadaran penyuluh terhadap perubahan budaya petani
5. Kebiasaan (habit) penyuluh
6. Penyusunan program
7. Sarana
8. Sikap petani
9. Kepemimpinan petani
10.Kelembagaan petani
11. Pembiayaan
12. Intensitas kegiatan
13. Perubahan keterkaitan penelitian dan penyuluhan
14. Inovasi
15.Kerjasama SDM
b. Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang direncanakan.
c. Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan dengan tujuan yang
diinginkan
d. Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda-metoda penyuluhan yang telah
dilaksanakan.
e. Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa program tersebut memang mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh sehingga diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan
penyuluhan berikutnya.
a. Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan kepuasan psikologis
yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang.
b. Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas atau
mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi
pengenbangan karier penyuluh yang bersangkutan.
c. Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan berusaha agar kegiatannya
berjalan dengan baik sehingga membiasak diri untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab.
3. Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi:
a. Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan didasarkan
kepada asumsi atau praduga semata.
b. Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan.
Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai
tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui
proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih
kriteria yang terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang
memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana, dimana, dan berapa
biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. (Mardikanto dan Sutarni, 1990).
Efektifitas suatu program penyuluhan pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan,
persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
b. Materi penyuluhan bersifat khusus sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani, contohnya
adalah bagaimana menaikkan produksi, bagaimana memperbesar selisih antara biaya dan
penerimaan, bagaimana meningkatkan taraf hidup keluarganya dan sebagainya.
d. Setiap teknologi baru yang disampaikan haruslah memungkinkan secara teknis untuk dilakukan
didalam usaha taninya dan secara ekonomi layak untuk diterapkan serta secara sosial dapat
diterima oleh masyarakat setempat (Sinar Tani, 2001).
Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh
evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan efisiensi
pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan selanjutnya. Tujuan evaluasi pertanian adalah
untuk menentukan arah penyempuranaan kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan
pencapaian tujuan, perbaikan program dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan
yang digunakan. Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat dievaluasi yaitu :
a. Penetapan Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan
masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan partisipasi
petani/kontak tani.
b. Pelaksanaan Program yaitu meliputi metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan
sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas pelaporan serta
respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.
c. Hasil Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni: pengetahuan,
keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan kesejahteraan petani. Metode yang
digunakan untuk pengumpulan data evaluasi adalah wawancara langsung menggunakan kuesioner
terstruktur untuk data kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif,
angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan
kebiasaan atau keterampilan (Ban dan Hawkins, 1999).
Evaluasi dan penelitian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menentukan apakah
program telah mencapai sasarannya, dan apakah sasaran tersebut dapat dicapai lebih efektif dengan
menggunakan cara lain. Hal ini memungkinkan semua yang terlibat dalam program penyuluhan
dapat berjalan lebih efektif dari pengalaman dengan melakukan pengamatan yang sistematis serta
analisis terhadap pengalamannya (Ban dan Hawkins, 1999). Sesungguhnya yang menjadi titik
berat dalam kegiatan evaluasi adalah mengetahui apakah jenis kegiatan penyuluhan telah memberi
perubahan baru yang positif pada pengelolaan usaha tani atau tidak perubahan yang positif dalam
pengelolaan usaha tani meliputi perubahan yang mengarah ke arah perbaikan cara bercocok tanam,
cara pemungutan hasil, termasuk perubahan sarana pertanian yang telah atau sedang dipakai oleh
petani (Kartasapoetra, 1994). Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip
oleh Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan
yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai
peserta program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu
model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus.
Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam setiap
komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang
akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan
dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu
contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai
oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri
yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
3. Transactional Evaluation
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang
nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.
4. Evaluation Research
Model yang dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru
tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented
Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program,
dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal
yang positif maupun hal-hal yang negatif.
6. Adversary Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya,
model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu :
a. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang
terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
d. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan
argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.
Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP
(Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat
kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk.
Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan
(decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model
CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu
tahap konteks, masukan, proses dan produk.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program
atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan
obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang
mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu
kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan (ideality).
Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan
dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi
pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks
juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam
merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih
terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya
tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. Evaluasi input meliputi analisis
personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia,
alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program.
Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk
strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk
membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural.
Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam
keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-
sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek
implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana
kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur
dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil
keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna
untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang
ditemukan.
Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu:
1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahanka
4. Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan
dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi,
diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci.
Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu. Keputusan-
keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi
program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP
merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan.
Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu:
b. Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan
menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi
untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
c. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh
mana program telah dilaksanakan.
d. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan. (Isaac and Michael, 1981).
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah melakukan perubahan pada petani dan
keluarganya yaitu perubahan sikap serta prilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial
ekonomi diantaranya berusaha tani yang lebih baik (better farming), usaha tani yang lebih
menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak (better living), masyarakat
tani yang lebih sejahtera (better community) dan lingkungan yang lebih mendukung (better
environment). Program penyuluhan pertanian dibuat dan disusun berdasarkan kepentingan petani,
karena petani memiliki gambaran mengenai program yang mereka inginkan disesuaikan dengan
kondisi sosial ekonomi mereka (sistem bottom up). Program penyuluhan pertanian juga dibuat
dengan melihat potensi desa ada. Petani tergabung dalam kelompok tani yang merupakan suatu
kelembagaan yang dibentuk berdasarkan kepentingan dan kesepakatan bersama guna mencapai
tujuan bersama. Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang menjadi
pedoman dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Acuan yang menjadi pedoman ini disusun
secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka
panjang yang akan dicapai setiap pelaksanaan tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman
inilah yang selanjutnya disebut dengan program penyuluhan pertanian. Dalam pelaksanaan
program penyuluhan pertanian terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL
sendiri sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
oleh petani maupun PPL tersebut. Untuk melihat apakah sebuah program yang telah disusun
tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan
evaluasi dampak terhadap suatu program tersebut.
Evaluasi ini sangat diperlukan untuk menilai apakah program tersebut perlu penambahan,
sehingga program yang disusun selanjutnya benar-benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah program penyuluhan
pertanian berhasil atau tidak berhasil dalam pelaksanaannya.
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
11 Pembuatan Urea v v v
Molases Block
(UMB)
12 Pembuatan kandang v v v
panggung untuk
ternak kambing
13 Kolam ikan v v v
pekarangan
14 Pembuatan AD/ART v v v
Poktan/Gapoktan
15 Pembuatan lumbung v v v
desa
Jumlah 1 9 5 3 12 - 4 7 4
B. Efektifitas Alat Bantu dan Metode Penyuluhan Pertanian
Penyelenggaraan
Penca
No Topik Kegiatan Metode (kali/unit) paian
. Rencana Realisasi (%)
Bentuk Volume
No Judul Materi Metode
Materi (kali)
1. Pengendalian hama tikus Liptan/CD Kunjungan 17
2. Panen dan pasca panen Liptan Kunjungan 14
padi
3. Pengeloaan pesemaian Liptan Kunjungan 17
4 Tanam sistem Legowo Liptan Kunjungan 17
5 Pemupukan N Berdasarkan Liptan Kunjungan 16
Bagan warna daun
6 Penendalian OPT Ssesuai Liptan Kunjungan 17
prinsip PHT
7 Sistem Pengairan brosur Kunjungan 17
Berselang
8. Persyaratan teknis kandang Liptan Kunjungan 4
Kambing/Domba
9. Pemupukan Spesifik modul Kunjungan 14
Lokasi
10 Pengendalian Hama Liptan Kunjungan 15
dengan musuh alami
11 Medayagunakan musuh Liptan Kunjungan 17
alami
12 Antisifikasi Iklim ektrim Liptan Kunjungan 17
13 Pendugaan Populasi hama Liptan Kunjungan 17
14 Kemitraan dalam Liputan Kunjungan 5
penjualan gabah
15 Pembuatan pupuk organik Liptan Kunjungan 17
16 Penggunaan disinfektan Liptan Kunjungan 17
17 Penyusunan Rencana Keja modul Kunjungan 21
Kelompoktani/Gapoktan
18 Penumbuhan LKMA modul Kunjungan 21
19 Pembukuan Keuangan dan modul Kunjungan 21
non Keuangan Gapoktan
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan
Perubahan pengetahuan petani secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 9
kegiatan atau 60 %
2. Sikap
Perubahan sikap petani secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 12
kegiatan atau 80 %
3. Ketrampilan
Perubahan Ketrampilan petani secara umum dari 33 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 7
Kegiatan atau 46,66 %
Efektifitas alat bantu penyuluhan pertanian secara umum dari 15 kegiatan termasuk dalam
katagori sedang sebanyak 8 kegiatan atau 53 %. Dan masuk katagori tinggi sebanyak 6 kegiatan
atau 40 % Alat bantu berupa Buku Budidaya ( pertanian dan peternakan), Liflet, Liptan, Brosur,
BWD, PUTS dan lain-lain.
2. Efektifitas Penyuluhan
Efektifias metode penyuluhan pertanian secara umum dari 15 kegiatan termasuk katagori sedang
sebanyak7 kegiatan atau 46,66 %.dan masuk katagori tinggi sebanyak 7 kegiatan atau 46,66
%Metode penyuluhan yang paling banyak digunakan berupa kunjungan, tatap muka kepada petani
dan tatap muka kepada kelompoktani
Berdasarkan bentuk dan sifat materi disesuaikan dengan topik kegiatan. Secara umum dari 15
kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 10 kegiatan atau 66,66 %. Bentuk materi penyuluhan
yang terbanyak berupa lembar informasi Pertanian. Komposisi judul penyuluhan pertanian antara
sub sektor pertanian tanaman pangan,sub sektar tanaman Hortikultura, Sub sektor Peternakan dan
sub sektor Perikanan.
2. Demplot : 22 unit
3. Demcara : 46 Kali
5. Pelatihan : Orang
A. Kesimpulan
Setelah dikaji berdasarkan kreteria evaluasi hasil kegiatan penyuluhan pertanian diwilayah
Bapeluh Kabupaten Blora dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penyuluhan pertanian berdasarkan Programa penyuluhan Pertanian tahun 2010 dapat
dijalankan dengan baik
3. Ada kegiatan yang tidak direncanakan dalam programa penyuluhan pertanian tapi dapat
dilaksanakan dengan baik
4. Dukungan aparat Pemerintahan Desa belum kuat,terutama masalah dana atau biaya.
B. Saran
1. Pelatihan atau kursus bagi pemuda tani dengan topik dan kegunaan relevan sesuai sesuai
kebutuhan.
2. Metode Temu Usaha ,Temu Karya ,Sekolah lapang, Kursus tani harus dikembangkan dan
didukung dana /anggaran dari APBN maupun APBD
3. Metode Demplot, Demfarm, Demcara Area, Demcara harus makin dikembangkan dan
didukung anggaran APBN maupun APBD
4. Fasilitas dari Stake Holdel ( Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan) untuk
program yang berhubungan dengan kemitraan(perusahaan dan perbankan).