Anda di halaman 1dari 88

PRAKTIK KERJA LAPANGAN II DI DESA SERIANG KECAMATAN

BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN


BARAT DAN KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN
BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN

FARHAN M. IKHSAN
NIRM.04.1.15.0724

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR


JURUSAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Farhan M. Ikhsan


NIRM : 04.1.15.0724
Jurusan : Pertanian
Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Judul Laporan : Praktik Kerja Lapangan II Di Desa Seriang Kecamatan
Badau Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat
dan Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat

Disetujui,

Pembimbing II Pembimbing I

Achmad Musyadar, SE.,MM Dr. Ir. Soesilo Wibowo, MS.


NIP. 19570815 197912 1 001 NIP. 19530827 197903 1 002

Diketahui,
Ketua Prodi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

Dr. Dayat, SP., M.Si


NIP. 19630603 198702 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga Laporan ini dapat diselesaikan. Judul dari Laporan ini adalah
Praktik Kerja Lapangan II Di Kecamatan Badau Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi
Kalimantan Barat dan Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor yang telah
dilaksanakan pada bulan Juli 2018 sampai Agustus 2018.
Laporan Praktek Kerja Lapangan II ini dapat tersusun tidak lepas dari
bimbingan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Nazaruddin, MM., selaku Direktur POLBANGTAN Bogor
2. Dr. Dayat, SP., M.Si., selaku Ketua Prodi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan, Jurusan Pertanian, Polbangtan Bogor
3. Dr. Ir. Soesilo Wibowo, MS, selaku Dosen Pembimbing I
4. Achmad Musyadar, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing II
5. Fransiska Lenti, SP selaku Pembimbing eksternal di Desa Seriang,
Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat
6. Fransiskus selaku Kepala Desa Seriang Kecamatan Badau, Kabupaten
Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat
7. Tokoh Masyarakat dan Perangkat Desa Seriang Kecamatan Badau,
Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat
8. Kedua orang tua yang elah memberikan dukungan moril dan materi
9. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dalam
penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan II
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, September 2018

Farhan M Ikhsan

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 2
Manfaat ................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
Identifikasi Potensi Desa Melalui PRA .................................................. 4
Program dan Programa Penyuluhan Pertanian ..................................... 8
Materi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan ......................................... 10
Media Penyuluhan Pertanian ................................................................ 13
Metode Penyuluhan Pertanian .............................................................. 16
Akses Informasi Penyuluhan Pertanian ................................................. 18
Memetakan Potensi Wilayah Desa ....................................................... 19
Pelaksanaan Penyuluhan Berdasarkan POD ........................................ 22
Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Petani ....................... 25
Evaluasi Penyuluhan Pertanian ............................................................ 29
PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................................... 32
Waktu dan Tempat ................................................................................ 32
Mekanisme Pelaksanaan ...................................................................... 32
Materi Kegiatan ..................................................................................... 32
Tahapan Pelaksanaan .......................................................................... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 45
LAMPIRAN .................................................................................................. 47

iv
v
DAFTAR TABEL

No Nama Halaman
1. Jenis Media Penyuluhan Berdasarkan Karakteristik Media .................. 13
2. Alternatif Pemilihan Media Sesuai Aspek Perilaku Sasaran ................. 14
3. Materi PKL, Rincian Kegiatan dan Output Kegiatan ............................. 29
4. Matriks Penentuan Prioritas Masalah ...... Error! Bookmark not defined.
5. Kisi-kisi Instrumen Evaluasi ................................................................. 40
6. Kriteria Penilaian .................................................................................. 41

vi
DAFTAR GAMBAR

No Nama Halaman
1. Skema Penyusunan Programa .............................................................. 8
2. Alur Proses Penyusunan Programa Kecamatan .................................... 8

vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Nama Halaman
1. Jadwal Palang Kegiatan PKL II ............................................................. 48
2. Lembar Konsultasi ................................................................................ 49
3. Form Realisasi OPSIN .......................................................................... 50
4. Contoh Transek Desa ........................................................................... 51
5. Contoh Peta Jenis Usaha ..................................................................... 52
6. Contoh Analisis Kemajuan (Trend Analysis) ......................................... 53
7. Contoh Diagram Venn .......................................................................... 54
8. Contoh Format LPM dan Sinopsis ........................................................ 55
9. Instrumen Evaluasi ............................................................................... 57

viii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan pertanian pada era reformasi mengalami perubahan
paradigma dari paradigma lama yang lebih berorientasi kepada upaya-upaya
peningkatan produksi pertanian, kepada paradigma baru yang lebih berorientasi
pertanian berkelanjutan melalui peningkatan pendapatan dengan menerapkan
sistem agribisnis dan konservasi lingkungan.
Pada era revolusi hijau Tahun 1970, kondisi petanian di Indonesia
mengalami peningkatan produktivitas yang diiringi dengan tingginya penggunaan
pupuk kimia dan pestisida, terjadi peningkatan produktivitas Padi Nasional
sebelum adanya revolusi hijau yaitu 2,5 t/ha gkg menjadi 5,1 t/ha gkg pada tahun
2010 (Suyamto dan Zaini 2010). Orientasi pembangunan pertanian pada saat
revolusi hijau adalah peningkatan produktivitas nasional namun tidak diimbangi
dengan konservasi lingkungan, maka perlu adanya upaya pembangunan
pertanian yang berorientasi pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya alam untuk
usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam (Reijntjes,et.al 2003 dalam Djari, 2012). Dengan demikian
peningkatan produksi pertanian dengan menggunakan input luar yang melebihi
daya dukung lingkungan, akan sangat mempengaruhi kondisi ekosistem
sehingga akan mengalami degradasi, sekaligus berdampak pada berkurangnya
ketersediaan lahan pertanian potensial yang dapat diolah oleh generasi
mendatang.
Pengelolaan pertanian berkelanjutan perlu bersinergi dengan kegiatan
penyuluhan pertanian sebagai ujung tombak dalam pembanguna pertanian.
Seperti juga yang dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) .bahwa
“Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa untuk mensukseskan


pembangunan di bidang pertanian tidak terlepas dari peran seorang penyuluh
sebagai fasilitator yang dapat memberikan kontribusi bagi para petani dalam hal
2

menyelesaikan permasalahan di bidang pertanian. Tujuan program penyuluhan


adalah untuk mengubah petani yang kemudian dapat membuat keputusan untuk
mengubah usaha taninya. Perubahan inilah yang menjadi tujuan terpenting
penyuluhan sebagai pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya yang
yang berlangsung melalui proses belajar mengajar dari penyuluh ke petani.
Sebagai calon Penyuluh Pertanian, maka mahasiswa Politeknik
Pembangunan Pertanian Bogor perlu menguasai tugas-tugas seorang Penyuluh
Pertanian untuk mensukseskan pembangunan pertanian di Indonesia yang
berorientasi pertanian berkelanjutan melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan.
Praktik Kerja Lapangan II merupakan kegiatan kurikuler yang wajib
dilakukan mahasiswa program DIV Polbangtan Bogor. Kegiatan ini dilaksanakan
secara terprogram dan terintegrasi dengan mata kuliah yang sudah dipelajari
sebelumnya. Metode pendekatan pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan adalah
pemagangan di Lembaga Penyuluhan/ Balai Penyuluhan Pertanian/ UPTD Dinas
Pertanian. Melalui kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu merencanakan,
melaksanakan dan megevaluasi pelaksanaan penyuluhan secara partisipatif
untuk pengembangan usaha agribisnis di pedesaan khususnya komoditas
unggulan di sektor pertanian serta kompeten dalam melaksanakan tugas-tugas
sebagai seorang Penyuluh Pertanian Lapangan.

Tujuan
Tujuan Praktik Kerja Lapangan II adalah :
1. Melaksanakan identifikasi potensi, permasalahan dan merumuskan
rekomendasi potensi dan pemecahan masalah wilayah melalui
permagangan pada lembaga BPP/UPTD Dinas Pertanian;
2. Melaksanakan kegiatan magang tentang prosedur penyusunan program
dan Programa Penyuluhan Pertanian;
3. Menyusun materi penyuluhan pertanian berkelanjutan;
4. Memilih, menetapkan dan mendesain media penyuluhan pertanian;
5. Memilih, menetapkan dan menyusun desain dan strategi metode
penyuluhan pertanian
6. Melaksanakan kegiatan magang mengenai akses dan informasi, teknologi,
permodalan, dan pasar pada penyuluhan pertanian berkelanjutan;
7. Memetakan potensi wilayah Desa;
3

8. Melaksanakan penyuluhan dengan menerapkan prinsip Pendidikan Orang


Dewasa (POD) dan pemberdayaan masyarakat;
9. Melaksanakan penumbuhkembangan kelembagaan Petani;
10. Melaksanakan evaluasi penyuluhan pertanian.

Manfaat
Manfaat Praktik Kerja Lapangan II bagi mahasiswa adalah :
1. Mahasiswa dapat berlatih melakukan tugas kerja penyuluhan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha serta mampu membantu permasalahan pelaku
utama dalam pengembangan agribisnis di perdesaan;
2. Mahasiswa dapat melakukan kerjasama dengan instansi
pemerintah/swasta, pengusaha tani/ petani dan stakeholder dalam
memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian;
3. Mahasiswa dapat berlatih bermasyarakat dengan kondisi sosiokultur yang
beragam.

Manfaat bagi pihak terkait seperti instansi pemerintah/swasta, petani dan


stakeholder adalah :
1. Membantu menyelesaikan tugas/ pekerjaan rutin yang dilakukan instansi
terkait dan organisasi agribisnis
2. Menciptakan kegiatan kerjasama yang baik antar dinas terkait dan
pengusaha di bidang pertanian yang saling menguntungkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Potensi Desa Melalui PRA


Identifikasi Potensi Wilayah
Potensi desa mengandung arti kemampuan yang dimiliki desa yang
memungkinkan untuk dikembangkan. Kemampuan yang dimiliki suatu
lingkungan tertentu, misalnya desa, yang mungkin untuk dikembangkan, tetap
selamanya menjadi “potensi” bila tidak diolah, atau didayagunakan menjadi suatu
“realita” berwujud kemanfaatan kepada masyarakat. Oleh karena itu potensi
wilayah memerlukan upaya-upaya tertentu untuk membuatnya bermanfaat
kepada masyarakat (Nuzula, 2016).
Identifikasi Potensi wilayah dilakukan untuk memperoleh data keadaan
wilayah dan ekosistem dengan menggunakan data primer maupun data
sekunder. Data primer diperoleh di lapangan baik dari petani maupun
masyarakat yang terkait. Identifikasi data primer bisa dilakukan melalui
pendekatan partisipatif dan wawancara semi tersetruktur menggunakan teknik
PRA. Data sekunder diperoleh dari monografi desa/ Kecamatan/BPP dan atau
dari sumber-sumber lain yang relevan. Identifikasi data sekunder dilakukan
dengan cara mengumpulkan seluruh data potensi wilayah dan ekosistem dari
data monografi desa/Kecamatan/BPP dan sumber lain yang mendukung.

PRA (Participatory Rural Appraisal)


PRA adalah suatu metode pendekatan dalam proses pemberdayaan dan
peningkatan partisipasi masyarakat, yang tekanannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. Metode PRA ini
merupakan pengembangan dari metode RRA (Rapid Rural Appraisal) di mana
metode RRA penekanannya adalah pada kecepatannya (Rapid) dan penggalian
informasi oleh orang luar, sedangkan metode PRA penekanannya pada
partisipasi dan pemberdayaan. Prinsip PRA adalah belajar dari masyarakat,
orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku, saling belajar dan
saling berbagi pengalaman, keterlibatan semua kelompok masyarakat, bebas
dan informal, menghargai perbedaan dan triangulasi (Chambers, 1996).
5

Metode PRA
Metode-metode PRA hanyalah bagian dari PRA karena PRA sebagai
metodologi pengembangan program, mencakup hal yang lebih luas: yaitu
kerangka konseptual, prinsip-prinsip, nilai ideologis, visi yang ingin dicapai, serta
metode/teknik yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan pemikiran tentang
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
PRA terdiri dari sekumpulan teknik atau alat yang dapat dipakai untuk
mengkaji keadaan perdesaan. Teknik ini berupa visual (gambar, tabel, bentuk)
yang dibuat oleh masyarakat sendiri dan dipergunakan sebagai media diskusi
masyarakat tentang keadaan mereka sendiri serta lingkungannya. Beberapa
teknik yang terkenal berdasarkan Panduan yang dikeluarkan oleh Departemen
Perikanan dan Kelautan, antara lain:
a. Peta (potensi) desa
Suatu metode untuk memplot informasi yang ada pada suatu daerah
dalam suatu peta. Pemetaan ini dilakukan berdasarkan partisipasi
masyarakat. Di mana masyarakat yang mengetahui keberadaan informasi
tersebut memplot sendiri informasi yang ada pada peta dasar atau langsung
membuat peta sendiri.
Pemetaan partisipatif berupa metode untuk mengumpulkan dan
memetakan informasi yang ada serta yang terjadi dalam masyarakat serta
kondisi sekitar. Informasi tersebut dikumpulkan, dipetakan dan dianalisis
untuk membantu pengelola memahami kondisi yang lalu, kondisi saat ini
serta memperkirakan potensi atau kondisi akan datang bagi pengelolaan
pertanian.
b. Kalender musiman
Teknik ini merupakan suatu cara untuk mendokumentasikan periode
siklus reguler (suatu musim) dan kegiatan-kegiatan utama yang ada selama
setahun dan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Kalender musim
ini berisi gambar-gambar lingkungan, budaya dan sosial ekonomi dalam
periode satu tahun.
Kalender musiman berguna dalam memberi informasi tentang
periode penting selama setahun yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi
masyarakat pesisir, serta untuk mengidentifikasi periode yang sesuai untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
6

c. Transek (penelusuran lokasi)


Transek adalah suatu pengamatan yang dilakukan ketika berjalan
atau berenang melewati suatu daerah (desa, pasar, hutan, pertanian, pantai,
dll). Hasil transek berguna untuk membuat profil pantai. Profil pantai ini
merupakan potongan melintang daerah pantai yang menunjukkan hubungan
antara daratan dengan laut.
d. Diagram Venn
Diagram Venn merupakan salah satu cara untuk menggambarkan
hubungan antara suatu lembaga dengan lembaga lain dalam suatu daerah
atau suatu proyek. Diagram Venn ini menggunakan lingkaran-lingkaran
untuk menggambarkan lembaga. Ukuran lingkaran menggambarkan
besarnya pengaruh lembaga. Posisi lingkaran relatif ke batas
menggambarkan lembaga tersebut di dalam atau di luar masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat yang mengerti hubungan antar
lembaga dalam masyarakat.
e. Bagan kecenderungan dan perubahan
Bagan kecenderungan merupakan suatu gambar yang menunjukkan
persepsi masyarakat terhadap suatu perubahan. Misalnya hasil panen,
pendapatan, jumlah alat pertanian dan lain-lain. Bagan kecenderungan
berguna dalam mendokumentasikan perubahan pada sumberdaya, dan
untuk memverifikasi kecenderungan yang ada pada kalender sejarah.
f. Penelusuran alur sejarah
Suatu cara untuk mengumpulkan informasi tentang perubahan-
perubahan mendasar yang terjadi di masyarakat seperti keadaan
lingkungan, demografi dan kejadian lain yang mempengaruhi masyarakat.
Cara ini mendokumentasikan perubahan yang ada dengan menggunakan
simbol, kata-kata atau ke duanya. Peserta kegiatan ini seharusnya adalah
orang tua dan anak muda.
g. Peta mobilitas
Mengkaji berbagai sistem/subsistem yang bekerja di suatu
masyarakat, a.l.: alur produksi pertanian dan pemasaran hasil, sistem
pengelolaan air di desa/sistem irigasi, dsb.
7

h. Bagan alur produksi


Mengkaji kegiatan pengelolaan kebun: pola tanam, teknologi
pengelolaan kebun, pembagian kerja, dsb.
i. Wawancara semi terstruktur
Memperoleh gambaran tentang pendapatan keluarga, sumber daya
yang dimiliki keluarga, kesehatan dan hubungan sosialnya, dsb. Teknik ini
sering disebut juga sebagai teknik wawancara keluarga petani.
j. Kalender harian
Suatu cara untuk mencari informasi tentang berbagai aktivitas yang
dilakukan setiap hari baik secara produktif maupun reproduktif. Kalender
harian berguna dalam mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan oleh
berbagai masyarakat dalam satu hari, baik dari segi gender, mata
pencaharian dan lain-lain.
k. Diagram peringkat
Membandingkan berbagai alternatif pilihan teknologi baru dan
komoditi/tanaman baru, pilihan prioritas masalah, pilihan prioritas kegiatan,
mengurutkan kelompokkelompok ekonomi/sosial yang ada di masyarakat.

Program dan Programa Penyuluhan Pertanian


Programa Penyuluhan Pertanian
Menurut Permentan No. 47 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
Programa Pertanian yang dimaksud Programa Penyuluhan Pertanian adalah
kesepakatan antara penyuluh PNS dengan penyuluh swadaya dan penyuluh
swasta di wilayah kerja Balai Penyuluhan untuk melaksanakan penyuluhan
dalam kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran. Penyusunan Programa Penyuluhan
di Kecamatan dilakukan melalui tahapan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
8

Perumusan Keadaan

Penetapan Tujuan

Penetapan Masalah

Penetapan Rencana
Kegiatan

Pengesahan
Programa

Sumber : Permentan No.47 tahun 2016


Gambar 1. Skema Penyusunan Programa

Proses Penyusunan Programa


Diagram alir proses penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian sesuai
dengan Permentan nomor 47 Tahun 2016 disajikan pada Gambar 2.

Sumber : Permentan No.47 tahun 2016


Gambar 2. Alur Proses Penyusunan Programa Kecamatan
9

a. Pimpinan unit kerja yang melaksanakan tugas bidang penyuluhan di


Kecamatan selaku penanggung jawab penyusunan Programa
Penyuluhan Kecamatan memfasilitasi pembentukan tim penyusun
Programa Penyuluhan Kecamatan;
b. Pelaksanaan penyusunan Programa Penyuluhan Kecamatan dimulai
dengan melakukan analisis keadaan yang diperoleh dari hasil
rekapitulasi PRA desa/kelurahan atau teknik identifikasi keadaan
wilayah yang lain;
c. Selain melakukan analisis keadaan, Penyuluh Pertanian di Kecamatan
melakukan evaluasi Programa Penyuluhan Kecamatan tahun
sebelumnya (T-1), untuk mengukur keberhasilan, efektivitas dan
efesiensi pelaksanaan kegiatan penyuluhan di Kecamatan sekaligus
memberi umpan balik terhadap Programa Penyuluhan Kecamatan
tahun berikutnya (T+1);
d. Hasil analisis keadaan dan hasil evaluasi Programa Penyuluhan
Pertanian Kecamatan tahun sebelumnya (T-1) digunakan sebagai
bahan diskusi dalam pelaksanaan Mimbar Sarasehan Kecamatan;
e. Kesepakatan dalam Mimbar Sarasehan Kecamatan menjadi usulan
indikatif dan kualitatif kegiatan Penyuluhan Pertanian tahun berikutnya
(termasuk usulan dukungan prasarana sarana serta
pelayanan/pengaturan) yang disampaikan dalam Musrenbang
Kecamatan. Musrenbang Kecamatan diperkirakan dilaksanakan
sekitar bulan Februari - Maret tahun berjalan;
f. Hasil definitif Musrenbang Kecamatan menjadi bahan dalam
penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan tahun
berikutnya (T+1);
g. Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan
dilaksanakan melalui pertemuan yang dihadiri oleh seluruh Penyuluh
Pertanian di wilayah unit kerja yang melaksanakan tugas bidang
penyuluhan di Kecamatan, UPTD lain yang membidangi pertanian,
pejabat fungsional bidang pertanian lain di Kecamatan. Dalam hal
wilayah unit kerja yang melaksanakan tugas bidang penyuluhan di
Kecamatan meliputi lebih dari satu Kecamatan, maka Programa
Penyuluhan Pertanian dibuat untuk setiap Kecamatan;
10

h. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan disahkan oleh pimpinan


unit kerja yang melaksanakan tugas bidang penyuluhan di Kecamatan
dan selanjutnya disampaikan kepada pimpinan unit kerja yang
melaksanakan tugas bidang Penyuluhan Pertanian di kabupaten/kota.

Materi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan


Definisi
Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, materi penyuluhan pertanian didefinisikan
sebagai bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada
pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi,
teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian
lingkungan.
Materi dalam teknis penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi
pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-nelayan, dan
masyarakat tani). Materi penyuluhan antara lain dapat berbentuk pengalaman
misalnya pengalaman petani yang sukses mengembangkan komoditas tertentu,
hasil pengujian/hasil penelitian, keterangan pasar atau kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah (Diamin, 2015).

Penetapan Materi Penyuluhan


Menurut Diamin (2015) penetapan materi penyuluhan bila ditinjau
dari subject-matter (materi pokok) yang harus diberikan sebagai bahan
penyuluhan pertanian, materi penyuluhan pertanian dapat dikelompokkan
dalam.:
a. llmu Teknik Pertanian
Materi yang diberikan harus dlkaitkan dengan pengalaman yang dimiliki
petani setempat dan harus disertai kepercayaan kepada realitas-realitas yang
ditemui di lapangan. Materi tentang teknik pertanian meliputi : 1) kegiatan pra
panen yang meliputi: (a) pola bertanam dan teknik pertanamannya, (b)
pemupukan yang efektif, (c) pemanfaatan air secara efisien, (d) perlindungan
tanaman secara terpadu dengan menerapkan teori ambang ekonomi, (e)
penggunaan varietas unggul; 2) kegiatan pasca panen meliputi : (a) panen
11

perontokan, (b) pengangkutan, (c) pengeringan, (d) pengolahan dan (e)


penyimpanan.
b. Ilmu Ekonomi Pertanian
Materi ilmu ekonomi pertanian meliputi : 1) pengelolaan usahatani yang
lebih efisien dengan menerapkan prinsip-prinsip optimisasi yakni : (a) hasil
fisik yang maksimum, (b) keuntungan optimum, (c) penekanan biaya,
(masukan); 2) penguasaan dan pemasaran hasil-hasil pertanian; 3)
penggunaan atau pemanfaatan kemudahan kredit produksi pertanian; 4)
kelembagaan ekonomi pertanian : koperasi dan lain-lain.
c. lmu Tatalaksana Rumah Tangga Petani,
Materi untuk bidang tatalaksana rumah tangga petani meliputi : 1)
pengenalan tentang makna usahatani bagi rumahtangga petani yang dapat
diresapi; 2) Proses manajemen secara keseluruhan yang; 3) Persiapan
anggaran berupa analisis usahatani per tahun; 4) penerapan perencanaan
tatalaksana rumahtangga dan usahataninya.
d. Dinamika Kelompok
Materi ini antara lain : 1) dasar-dasar pengertian tentang dinamika
kelompok; 2) makna dari dinamika kelompok; 3) beberapa latihan
pengembangan dinamika kelompok seperti : diskusi, kegiatan-latihan gotong-
royong untuk mengerjakan sesuatu, dan lain-lain; 4) dorongan untuk selalu
bekerja dan bereksperimen (trials and error).
e. Politik Pembangunan Pertanian
Materi ini meliputi: 1) makna pertanian atau usahatani bagi kehidupan
manusia; 2) makna usahatani bagi stabilitas nasional; 3) makna usahatani
bagi kehidupan umat manusia; 4) berbagai peraturan dan atau
kebijaksanaan “baru” dari pemerintah pusat dan daerah.

Sumber Materi Penyuluhan


Mardikanto (1993) dalam Diamin (2015) menyebutkan bahwa sumber
materi penyuluhan pertanian dapat kelompokkan menjadi:
 Sumber resmi dari instansi pemerintah, seperti : Kementerian /dinas-
dinas terkait, Lembaga penelitian dan pengembangan, Pusat-pusat
pengkajian, Pusat-pusat informasi dan Pengujian lokal yang dilaksanakan
oleh penyuluh.
12

 Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya


masyarakat yang bergerak di bidang penelitian, pengkajian dan
penyebaran informasi.
 Pengalaman petani, baik pengalaman usahataninya sendiri atau hasil dari
petak pengalaman yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa
bimbingan penyuluhnya.
 Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: informasi pasar dari para
pedagang, perguruan tinggi dan lain-lain.

Sinopsis Materi Penyuluhan


Sinopsis materi penyuluhan adalah ringkasan dari materi penyuluhan
yang akan disampaikan dalam pelaksanaan penyuluhan (Diamin, 2015).
Sinopsis materi penyuluhan berisi :
 Judul, ditulis dengan menggunakan kalimat singkat dan mudah dipahami
yang menggambarkan inti dari materi.
 Bagian awal, bagian ini berisi ringkasan latar belakang masalah “mengapa”
sasaran perlu mengetahui materi tersebut.
 Bagian utama, bagian utama berisi ringkasan gambaran isi materi “siapa,
apa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana” menerapkan atau melaksanakan
isi materi tersebut.
 Bagian akhir, bagian ini berisi ringkasan implikasi (disugestikan) materi
terisebut.
Lembar Persiapan Menyuluh
Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dapat diartikan sebagai lembar yang
memuat hal-hal pokok yang harus dipersiapkan dan dikerjakan saat
berlangsungya penyuluhan (Arsyadi, 2014). Komponen penyusunan LPM antara
lain :
a. Skenario kegiatan
Skenario kegiatan karena isinya berisi urut-urutan apa yang akan
dilakukan dan yang akan digunakan pada saat penyuluhan. Komponen yang
terdapat dalam skenario kegiatan adalah (1) Judul; (2) Tujuan Instruksional
Umum (TIU); (3) Nama Penyuluh; (4) Jenis media yang digunakan; (5)
Metode yang digunakan; (6) Alokasi waktu; (7) Deskripsi kegiatan; (8) Lokasi
kegiatan penyuluhan; dan (9) Tanggal pelaksanaan;
b. Sinopsis materi
13

Sinopsis materi penyuluhan berisi (1) Judul; (2) Bagian awal; (3)
Bagian utama; dan (4) Bagian akhir.

Media Penyuluhan Pertanian


Definisi
Gagne (1970) dalam Widodo (2000), mengatakan : ”Media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan sasaran yang dapat merangsang untuk belajar.
Sedangkan ”Penyuluhan” berasal dari kata ”suluh” yaitu sesuatu yang digunakan untuk
memberi penerang, sehingga media penyuluhan adalah suatu benda yang dikemas
sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran
dapat menyerap pesan dengan mudah dan jelas.”

Jenis dan Karakteristik Media Penyuluhan Pertanian


Menurut Widodo (2000), penentuan jenis media visual yang efektif untuk
suatu proses belajar mengajar merupakan langkah awal yang perlu dilakukan
dalam perencanaan suatu pelatihan atau penyuluhan. Paling tidak ada 6 (enam)
pertanyaan yang perlu diajukan berkaitan dengan penentuan jenis media yang
digunakan, antara lain :
- Siapa yang akan dilatih ?
- Apa yang diharapkan dan mampu dilakukan oleh peserta didik ?
- Dimana pelatihan akan diadakan dan berapa lama ?
- Metode belajar apa yang digunakan ?
- Media penyuluhan apa yang akan digunakan ?
- Bagaimana mengetahui efektifitas pelatihan/penyuluhan ?
Jenis-jenis media penyuluhan berdasarkan karakteistik media penyuluhan
yang disajikan pada Tabel 1 dan klasifikasi berdasarkan sasaran perubahan
perilaku petani yang disajikan Tabel 2.

Tabel 1. Jenis Media Penyuluhan Berdasarkan Karakteristik Media

No. Jenis Media Contoh-Contoh

1. Media Penyuluhan Gambar, Skets, Foto, Poster, Leaflet, Folder, Peta Singkap, Kartu
Tercetak Kilat, Diagram, Grafik, Bagan, Peta, Brosur, Majalah, Buku
Kelebihannya : Relatif tahan lama, dapat dibaca berulang-ulang,
dapat digunakan sesuai kecepatan belajar masing-masing,
mudah dibawa dsb.
Kelemahannya : Proses penyampaian sampai pencetakan butuh
14

waktu relatif lama, sukar menampilkan gerak, membutuhkan


tingkat literasi yang memadai, cenderung membosankan bila
padat dan panjang.
2. Media Penyuluhan Kaset, CD, DVD, MP3, MP4 Audio
Audio Kelebihannya : Informasi dikemas sudah tetap, terpatri dan tetap
sama bila direproduksi. Produksi dan reproduksinya tergolong
ekonomis dan mudah didistribusikan.
Kelemahannya : Bila terlalu lama akan membosankan, perbaikan
atau revisi harus memproduksi master baru.
3. Media Penyuluhan Slide film, Movie film, Film strip, Video (VCD,DVD), film, Televisi,
Visual dan Audio – Komputer (Interaktif, Presentasi)
Visual Kelebihannya : Dapat memberikan gambaran yang lebih konkrit,
baik dari unsur gambar maupun geraknya, lebih atraktif dan
komunikatif.
Kelemahannya : Biaya produksi relatif mahal, produksi
memerlukan waktu dan diperlukan peralatan yang tidak murah.
4. Media penyuluhan Benda sesungguhnya, Sample, Spesimen, Model, Maket,
berupa Objek fisik Simulasi
atau benda nyata Menunjukan benda hidup secara nyata, berbentuk tiga dimensi
dan alat peraga.
Kelebihannya : Dapat menyediakan lingkungan belajar yang
amat mirip dengan lingkungan kerja sebenarnya, memberikan
stimulasi terhadap banyak indera, dapat digunakan sebagai
latihan kerja, latihan menggunakan alat bantu dan atau latihan
simulasi.
Kelemahannya : Relatif mahal untuk pengadaan benda nyata.
Sumber : Widodo (2000)

Tabel 2. Alternatif Pemilihan Media Sesuai Aspek Perilaku Sasaran


Alternatif pemilihan media sesuai
Klasifikasi Media Dengan aspek perilaku sasaran
Sikap Pengetahuan Keterampilan

- Benda Percontohan Percontohan Percontohan


Sesungguhnya - Maket - Spesimen - Model
- Spesimen - Model
- Sample/moster - Sample/moster
Media Tercetak - Poster - Brosur - Peta Singkap
- Liptan - Folder - Folder
- Foto - Leaflet - Leaflet
- Peta Singkap - Peta Singkap - Liptan
Media Terproyeksi Video TV - Transparansi - Film slide
- LCD Film - Film Slide - Film strip
- Film Strip - Film strip - Video
Presentasi - Video TV - TV
- Presentasi - Presentasi
Media Terekam - Rekaman siaran - CD,DVD Rekaman
- CD,DVD Rekaman
- Radio - Rekaman Siaran
- CD,DVD,Rekaman Radio
15

Sumber : Widodo (2000)

Pembuatan Media Penyuluhan Pertanian


Menurut Widodo (2000), Langkah-langkah dalam pembuatan media
penyuluhan pertanian yaitu :
a. Memenuhi persyaratan media antara lain :
- Adanya pesan yang jelas, menarik perhatian
- Mudah dimengerti, mendorong untuk menerapkannya.
b. Keterampilan merancang antara lain : membuat gambar, skets, grafik, bagan
dan sebagainya.
c. Keterampilam menata gambar dengan memperhatikan.
- Kesederhanaan , tonjolkan gambar/hal yang penting saja.
- Keseimbangan antara gambar dan kata-kata.
- Keserasian/harmonis.
- Menonjolkan pusat perhatian
- Irama atau aliran gerak yang serasi.
d. Keterampilan menyusun naskah dan membuat skenario.
- Naskah ilmiah semi populer, ilmiah populer dan tulisan populer.
- Skenario pembuatan slide, rekaman dan lain-lain, sebaiknya
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e. Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan antara lain alat gambar, alat
pembuat huruf, alat dan bahan khusus menurut jenis media yang akan
dibuat

Metode Penyuluhan Pertanian


Definisi
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi
pesan) penyuluhan pertanian oleh Penyuluh Pertanian kepada petani beserta
anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka
tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan terdiri atas
sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk
perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan, dll
(Mardikanto 1999).
16

Dengan demikian tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah: 1) agar


Penyuluh Pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa
metode yang tepat dan berhasilguna, 2) agar kegiatan penyuluhan pertanian
yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki yaitu
perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdayaguna dan
berhasilguna.

Prinsip Metode Penyuluhan Pertanian


Mardikanto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman
penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam
penyuluhan pertanian sebagai berikut:
 Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak
mungkinmelibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
 Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi
pengaruh baik.
 Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan
lainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian
melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk
melakukan tindakan pengendalian.

Jenis Metode Penyuluhan Pertanian


Jenis-jenis, metode penyuluhan berdasarkan Permentan Nomor 52
Tahun 2009 :
1. Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan
dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan maksud agar
memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata atau konkret.
Melalui kegiatan demonstrasi, sasaran (audiens) diajarkan mengenai
keterampilan, memperagakan cara kerja teknik-teknik baru termasuk
keunggulannya untuk menyempurnakan cara lama. Dalam penyuluhan pertanian
dikenal ada dua macam demonstrasi, yaitu 1) demonstrasi cara, dan 2)
demonstrasi hasil.
2. Ceramah
Media penyampaian informasi secara lisan kepada pelaku utama, pelaku
17

usaha dan/atau tokoh masyarakat dalam suatu pertemuan.

3. Kursus Tani

Kursus tani adalah kegiatan belajar dan mengajar bagi para petani dalam
waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petani.

Akses Informasi Penyuluhan Pertanian


Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 10
Tahun 2010, Akses Informasi adalah kemudahan yang diberikan kepada
seseorang atau masyarakat untuk memperoleh informasi publik yang dibutuhkan.
Kaitan antara akses informasi dengan kegiatan penyuluhan adalah memberikan
rekomendasi dan mengikhtiarkan akses petani dan keluarganya beserta
masyarakat pelaku agribsnis ke sumber informasi dan sumber daya yang akan
membantu mereka dalam pemecahan masalahnya, sehingga salah satu kegiatan
administrasi dalam penyuluhan pertanian adalah memfasilitasi penyediaan dan
penyebaran informasi penyuluhan.
Berdasarkan Permentan nomor 26 Tahun 2012 dinyatakan bahwa
ketersediaan informasi di Balai Penyuluhan di Kecamatan sangat diperlukan
dalam rangka membantu pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh para
pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengembangkan usahatani/usaha
perikanan/usaha kehutanan. Bukan hanya itu informasi yang perlu disediakan
dapat membantu sasaran manakala dibutuhkan selama melakukan usahanya.
Informasi tersebut dapat diperoleh oleh pelaku usaha maupun pelaku utama
dengan bantuan layanan petugas penyuluh lapang.
Beberapa informasi yang harus dapat tersedia dan terakses di Balai
Penyuluhan Pertaian di antaranya mengenai informasi teknologi, informasi modal
dan informasi pasar. Berdasarkan Permentan nomor 26 Tahun 2012 ruang
lingkup masing-masing informasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Informasi Teknologi
Informasi teknologi yang diperlukan yakni berkaitan dengan teknologi
budidaya, pasca panen, pengolahan dan pemasaran serta manejemen usaha
tani/usaha perikanan/usaha kehutanan.
b. Informasi Modal
18

Informasi pembiayaan dapat disebut juga informasi modal. Informasi


yang dimuat terutama menyangkut satuan biaya untuk melaksanakan suatu
usaha agribisnis baik budidaya, panen, pasca panen, pengolahan dan
pemasaran serta sumber-sumber mendapatkan modal tersebut.
c. Informasi Pasar
Informasi pasar di antaranya harga komoditi, permintaan komoditi
(jumlah, mutu, kapan diperlukan pembeli/konsumen) dan sumber produksi;

Memetakan Potensi Wilayah Desa


Definisi
Menurut Muhi (2011) secara umum peta adalah gambaran konvesional
permukaan bumi yang diperkecil dan mendeskripsikan kenampakan permukaan
bumi dari atas yang dilengkapi dengan simbol-simbol dan keterangan lainnya.
Dengan kata lain adalah menggambarkan bentuk permukaan bumi ke atas
kertas atau media lainnya dengan cara membuat bentuk yang mirip kondisi
dengan riil dalam ukuran yang lebih kecil atau menggunakan skala tertentu.

Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta

Widiyatmoko (2004) dalam Muhi (2011) menyebutkan bahwa fungsi dan


tujuan pembuatan peta adalah:

a. Menunjukan posisi atau lokasi (letak suatu tempat dalam hubungannya


dengan tempat lain) di permukaan bumi.
b. Memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah
dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.
c. Memperlihatkan atau menggambarkan bentul-bentuk permukaan bumi.
d. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah/kawasan/daerah.
e. Komunikasi informasi ruang.
f. Menyimpan informasi.
g. Membantu suatu pekerjaan .
h. Membatu dalam pembuatan suatu desain.
i. Analisis data spesial.
19

Jenis Peta

Ada beberapa macam peta yang dikenal selama ini ditinjau dari segi
teknis, skala, isi dan tujuannya. Menurut Wardiyatmoko (2004) dalam Muhi
(2011) ada beberapa macam peta ditinjau dari jenis, skala, isi dan tujuannya,
yaitu:
a. Peta umum, yaitu peka yang menggambarkan segala sesuatu yang ada
dalam suatu wilayah atau daerah. Dalam peta ini digambarkan sungai,
sawah hutan, tempat pemukiman, jalan raya, jalur rel kereta api dan
sebagainya.
b. Peta tematik (khusus), yaitu peta yang menggambarkan kenampakan-
kenampakan tertentu di permukaan bumi. Pada peta tematik biasanya
dilengkapi dengan data yang terkait dengan unsur-unsur geografi, antara
lain:
 Luas wilayah keseluruhan dan bagian-bagiannya.
 Lokasi suatu wilayah termasuk batas-batas administrasinya.
 Letak, jarak dan arah suatu tempat dengan tempat lain.
 Penyebaran sosial, ekonomi dan budaya.
 Kenampakan alam/fisik permukaan bumi atau data spesifik
lainnya.
Setelah semua potensi dan permasalahan wilayah (desa) dianalisis atau
diidentifikasi untuk mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada
masyarakat, penggunaan atau pihak-pihak yang berkepentingan lainya maka
segala potensi dan permasalahan tersebut dapat digambarkan atau dipetakan
penyebarannya. Pemetaan potensi dan permsalahan wilayah desa dimaksudkan
untuk menggambarkan dan memudahkan dalam mengenali dan memahami
potensi-potensi dan permasalahan yang ada dalam wilayah desa agar dapat
ditentukan penanganan yang tepat. kegiatan atau aktivias untuk mengetahui dan
menggambarkan posisi serta penyebaran potensi dan permasalahan dalam
suatu wilayah desa inilah yang disebut dengan memetakan potensi dan
permasalahan wilayah desa (Muhi, 2011).

Memetakan Potensi Desa


Menurut Muhi (2011) cara memetakan potensi dan permasalahan dalam
wilayah desa adalah sebagai berikut.
1. Buat peta umum wilayah desa.
20

2. Tentukan simbol-simbol untuk tiap potensi yang ada dalam wilayah desa.
3. Tentukan simbol-simbol untuk tiap permasalahan yang ada dalam wilayah
desa.
4. Pasangkan simbol-simbol potensi yang ada wilayah desa pada peta desa
sesuai dengan posisi yang diyakini keberadaannya berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan.
5. Pasangkan simbol-simbol permasalahan yang ada dalam wilayah desa
pada peta desa sesuai dengan posisi yang diyakini keberadaannya
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan.
6. Beri keterangan untuk setiap item simbol yang terdapat di dalam peta.

Metode Identifikasi Menggunakan Konsep PRA


Dalam melakukan pemetaan dan identifikasi potensi lingkungan desa,
cenderung melakukan identifikasi dengan konsep SLA (Sustainable Livelihood
Approach), sedangkan Pendamping Desa lebih cenderung menggunakan PRA
(Participatory Rural Appraisal).

Menurut Chambers (1996) PRA adalah suatu metode untuk memahami


desa secara partisipatif, dalam upaya memahami permasalahan dan upaya
antisipasi yang dibutuhkan, dengan berdasarkan pada potensi dan kendala
sumber daya yang tersedia. Beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh
Pendamping Desa dalam melakukan pemetaan dan identifikasi potensi desa,
antara lain :
 Melibatkan kelompok masyarakat (mewakili)
 Masyarakat setempat sebagai pelaku utama
 Penerapan prinsip trianggulasi
 Berorientasi praktis
 Optimalkan hasil
 Santai dan Informal
 Prinsip demokrasi
21

Pelaksanaan Penyuluhan Berdasarkan POD


Penyuluhan Pertanian
Fungsi penyuluhan pada hakekatnya adalah memberikan jalan kepada
para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya (caracara dan
teknologi baru). Fungsi penyuluh menimbulkan dan merangsang kesadaran para
petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
itu. Fungsi penyuluh lainnya adalah menjembatani gap antara praktik yang harus
dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkembang yang menjadi kebutuhan para petani tersebut (Hanarko, 2010).

Pengertian
Knowles (1970) dalam Padmowihardjo (2014) mendefiniskan Pendidikan
Orang Dewasa (POD) sebagai ilmu bagaimana memimpin atau membimbing
orang dewasa; atau ilmu mengajar orang dewasa. Andragogi menstimulasi orang
dewasa agar mampu melakukan proses pencarian dan penemuan ilmu
pengetahuan yang mereka butuhkan dalam kehidupan. Andragogi pada
hakikatnya berlangsung terus-menerus, tiada henti-hentinya selama manusia
masih hidup. Andragogi adalah identik dengan konsep life long education atau
pendidikan sepanjang hayat.

Prinsip Pendidikan Orang Dewasa


Dalam menggunakan pembelajaran berbasis andragogi perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dan strategi pembelajaran orang dewasa. Alfarabi
(2015) menyebutkan prinsip-prinsip POD sebagai berikut:
a. Orang dewasa memiliki konsep diri.
Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya mampu membuat
suatu keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan
yang diambil, dan dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Perilaku
yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi secara negatif oleh
orang dewasa. Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang
dewasa dihargai dan difasilitasi oleh pendidik, maka mereka akan
melibatkan diri secara optimal dalam pembelajaran.
b. Orang dewasa memiliki akumulasi pengalaman.
Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman situasi, interaksi,
dan diri yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya sesuai
22

dengan perbedaan latar belakang kehidupan dan lingkungannya.


Pengalaman interaksi menyebabkan pertambahan kemahiran orang
dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat dirinya dari segi
pandangan orang lain.
Orang dewasa mempelajari sesuatu yang baru cenderung
dimaknai dengan menggunakan pengalaman lama. Sejalan dengan itu,
peserta didik orang dewasa perlu dilibatkan sebagai sumber
pembelajaran. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep baru akan
lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang dimiliki orang
dewasa.
c. Orang dewasa memiliki kesiapan belajar.
Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama dengan peran yang
ia tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas/pekerjaan.
Penyesuaian materi dan kegiatan belajar perlu direlevansikan dengan
kebutuhan belajar dan tugas/pekerjaan peserta didik orang dewasa.
d. Orang dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan hasil
belajarnya.
Orang dewasa berpartisipasi dalam pembelajaran, karena ia
sedang merespons materi dan proses pembelajaran yang berhubungan
dengan peran dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pembelajaran perlu
mengarah pada peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam kebutuhannya.
e. Orang dewasa memiliki kemampuan belajar.
Kemampuan dasar untuk belajar tetap dimiliki setiap orang
sepanjang hayatnya, khususnya orang dewasa. Penurunan kemampuan
belajar pada usia tua bukan terletak pada intensitas dan kapasitas
intelektualnya, melainkan pada kecepatan belajarnya.
f. Orang dewasa dapat belajar efektif apabila melibatkan aktivitas mental
dan fisik.
Orang dewasa dapat menentukan apa yang akan dipelajari, di
mana, dan bagaimana cara mempelajarinya, serta kapan melakukan
kegiatan belajar.
23

Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Petani

Ketentuan penumbuhkembangan kelembagaan petani berdasarkan


Permentan No. 67 Tahun 2016, dilakukan melalui pemberdayaan Petani, dengan
perpaduan dari budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal untuk meningkatkan
usahatani dan kemampuan Poktan dalam melaksanakan fungsinya.

Definisi
Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari,
oleh, dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan
petani, mencakup Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Asosiasi
Komoditas Pertanian, dan Dewan Komoditas Pertanian Nasional.

Penumbuhan Kelompoktani
Dalam penumbuhan kelompok tani, yang perlu diperhatikan yaitu
kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial-ekonomi, keakraban, saling
mempercayai, dan keserasian hubungan antar anggota untuk kelestarian
kehidupan berkelompok, sehingga setiap anggota merasa memiliki dan
menikmati manfaat dari setiap kegiatan.
Pelaksanaan penumbuhan kelompoktani melalui tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Penumbuhan Poktan
1) Penyuluh Pertanian mengidentifikasi melalui pengumpulan data dan
informasi Petani yang belum menjadi anggota Poktan
2) Penyuluh Pertanian menjelaskan kepada tokoh-tokoh Petani dan
aparat desa
3) Penyuluh Pertanian kemudian melakukan pertemuan kelompok-
kelompok atau kelembagaan sosial dan pertemuan di tingkat
RW/dusun dalam satu desa/kelurahan
b. Proses Penumbuhan Kelompoktani
1) Penyuluh Pertanian melakukan sosialisasi tentang penumbuhan
Poktan kepada tokoh-tokoh Petani setempat dan aparat
desa/kelurahan;
2) Pertemuan atau musyawarah Petani yang dihadiri oleh tokoh
masyarakat, pamong desa/kelurahan, instansi terkait, dengan
didampingi Penyuluh Pertanian;
24

3) Menyepakati pembentukan Poktan yang dituangkan dalam surat


pernyataan dengan diketahui Penyuluh Pertanian; pengurus Poktan
terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan seksi-seksi sesuai unit
usaha yang dimiliki
4) Setiap Poktan melakukan pertemuan lanjutan dengan dihadiri seluruh
anggota untuk menyusun dan/atau menetapkan rencana kerja; dan
5) Setiap Poktan harus didaftarkan di satuan kerja yang melaksanakan
tugas penyuluhan di Kecamatan dan datanya dimuat dalam Sistem
Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN).

Pengembangan Kelompoktani
Pengembangan Poktan diarahkan pada (a) penguatan Poktan menjadi
Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri; (b) peningkatan kemampuan
anggota dalam pengembangan agribisnis; dan (c) peningkatan kemampuan
Poktan dalam menjalankan fungsinya.
a. Penguatan Poktan menjadi Kelembagaan Petani yang Kuat dan Mandiri,
melalui :
1) Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;
2) Melaksanakan pertemuan secara berkala dan berkesinambungan
(rapat anggota, rapat pengurus, dan rapat lainnya);
3) Menyusun rencana kerja dalam bentuk rencana definitif kelompok
(RDK) dan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK)
berdasarkan kesepakatan dan dilakukan evaluasi secara partisipatif;
memiliki pengadministrasian kelembagaan petani;
4) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu sampai
dengan hilir;
5) Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;
6) Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha
petani umumnya dan anggota khususnya;
7) Menumbuhkan jejaring kerjasama kemitraan antara Poktan dengan
pihak lain;
8) Mengembangkan pemupukan modal usaha, baik iuran anggota
maupun penyisihan hasil kegiatan usaha bersama; dan
9) Meningkatkan kelas kemampuan Poktan yang terdiri atas Kelas
Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama, sesuai
25

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


b. Peningkatan Kemampuan Poktan dalam Menjalankan Fungsinya, melalui:
Pembinaan dilaksanakan secara berkesinambungan dan diarahkan
pada upaya peningkatan kemampuan Poktan dalam melaksanakan
fungsinya sebagai (1) kelas belajar; (2) wahana kerjasama; dan (3) unit
produksi, sehingga mampu mengembangkan Usahatani dan menjadi
Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri.
a) Kelas Belajar
Peningkatan kemampuan Poktan melalui proses belajar
mengajar diarahkan untuk mempunyai kemampuan sebagai berikut:
 Mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan belajar;
 Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar;
 Menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota;
 Melaksanakan pertemuan dan pembelajaran secara kondusif dan
tertib;
 Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi dalam proses
belajar mengajar, baik yang berasal dari sesama anggota, instansi
pembina maupun pihak terkait;
 Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif;
 Aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangkan dan
berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan pertanian, dan
sumber-sumber informasi lainnya;
 Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat dan masalah
anggota;
 Merumuskan kesepakatan bersama, dalam memecahkan masalah
dan melakukan berbagai kegiatan; dan
 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala, baik internal
maupun dengan instansi terkait.
b) Wahana Kerjasama
Peningkatan kemampuan Poktan sebagai wahana kerjasama,
diarahkan untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:
 Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan
selalu berkeinginan untuk bekerjasama;
 Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat
pandangan di antara anggota untuk mencapai tujuan bersama;
26

 Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja di antara


anggota sesuai dengan kesepakatan bersama;
 Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggungjawab di antara
anggota;
 Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai
kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota;
 Melaksanakan kerjasama penyediaan sarana dan jasa pertanian;
 Melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan;
 Mentaati dan melaksanakan kesepakatan, baik yang dihasilkan
secara internal maupun dengan pihak lain;
 Menjalin kerjasama dan kemitraan usaha dengan pihak penyedia
sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau permodalan;
dan
 Melakukan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan usaha
anggota.
c) Unit Produksi
Peningkatan kemampuan Poktan sebagai unit produksi,
diarahkan untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:
 Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi
yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam
bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan
sumberdaya alam lainnya;
 Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, serta
rencana kebutuhan poktan atas dasar pertimbangan efisiensi;
 Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usahatani oleh
anggota sesuai dengan rencana kegiatan;
 Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain yang terkait
dalam pelaksanaan usahatani;
 Mentaati dan melaksanakan kesepakatan, baik yang dihasilkan
secara internal maupun dengan pihak lain;
 Mengevaluasi kegiatan dan rencana kebutuhan bersama, sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan kegiatan yang akan
datang;
 Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan; dan
27

 Mengelola administrasi secara baik dan benar.

Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Pengertian
Evaluasi merupakan upaya penilaian atas hasil suatu kegiatan melalui
pengumpulan dan penganalisaan informasi/data secara sistematik serta
mengikuti prosedur tertentu yang secara ilmu diakui keabsahannya. Evaluasi
bisa dilakukan terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun hasil serta dampak
suatu kegiatan (Kementerian Pertanian, 2016).
Pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian didasarkan pada Programa
Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan kemudian dijabarkan dalam Rencana
Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) yang menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan
penyuluhan pertanian selama satu tahun.

Tujuan Evaluasi
Menurut Stufflebeam (1971) dalam Effendy (2017) ada dua tujuan evaluasi
yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang ditetapkan,

2. Untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan yang telah dicapai


dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat dicapai

Dengan demikian akan dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi


kegiatan yang telah dilaksanakan; untuk selanjutnya, dapat segera diambil
langkah-langkah guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti
yang dikehendaki.

Prinsip Evaluasi
Menurut Mardikanto (1996) dalam Effendy (2017), kegiatan evaluasi
harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang terdiri atas :
a. Kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari kegiatan perencanaan program, artinya bahwa tujuan
evaluasi harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah
dinyatakan dalam perencanaan programnya.
28

b. Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan :


 Obyektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta.
 Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan (standardized).
 Menggunakan metoda pengumpulan data yang tepat dan teliti.
 Setiap evaluasi, harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk
mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
c. Setiap evaluasi harus mengguakanalat ukur yang berbeda untuk mengukur
tujuan evaluasi yang berbeda pula.
d. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk :
 Data kuantitatif, agar dengan jelas dapat diketahui tingkat
pencapaian tujuan dan tingkat penyimpangan pelaksanaannya.
 Uraian kualitatif, agar dapat diketahui faktor-faktor; penentu
keberhasilan, penyebab kegagalan, dan faktor penunjang serta
penghambat keberhasilan tujuan program yang direncanakan.
e. Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya :
 Evaluasi harus menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai
untuk meningkatkan efektivitas (tercapainya tujuan) program.
 Evaluasi harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdayanya
sehingga tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang terlalu rinci,
tetapi tidak banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan, melainkan
harus dipusatkan pada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki
dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan.
29

PELAKSANAAN KEGIATAN

Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II dilaksanakan selama 2 bulan
yaitu dimulai pada tanggal 1 Juli sampai 31 Juli 2018 yang merupakan kegiatan
terintegrasi dengan kegiatan pengabdian di wilayah perbatasan Indonesia
dengan Malaysia yang berlokasi di Desa Seriang, Kecamatan Badau, Provinsi
Kalimantan Barat.
Kegiatan PKL II berlanjut pada tanggal 1 Agustus dampai 30 Agustus 2018
di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat bersamaan
dengan kegiatan pendampingan OPSIN (Optimalisasi Alsintan).

Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan PKL II terintegrasi dengan kegiatan pengabidan masyarakat di
Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat dan kegiatan OPSIN
(Optimalisasi Penggunaan Alsintan) di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan PKL terbagi kedalam 10 materi kegiatan dimana terdapat 7 materi
kegiatan yang akan dilaksanakan di Kalimantan Barat dan 3 materi kegiatan
yang akan dilaksanakan di Jawa Barat.

Materi Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan II
Kegiatan PKL II yang akan dilaksanakan meliputi 10 jenis kegiatan dalam
tabel 3.
Tabel 3. Materi PKL, Rincian Kegiatan dan Output Kegiatan
No Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Output Kegiatan
1 Melaksanakan identifkasi  Melakukan identifikasi  Hasil kerja berupa
potensi, permasalahan dan potensi dan permasalahan notulen hasil
merumuskan rekomendasi wilayah melalui SWOT/FGD/ PRA
potensi dan pemecahan SWOT/FGD/PRA atau  Daftar Hair
masalah wilayah melalui metode partisipasi lainnya  Dokumentasi
pemaganganpada lembaga (wilayah Desa) kegiatan
Penyuluhan/ Balai  Merumuskan rekomendasi
Penyuluhan Pertanian potensi dan pemecahan
(BPP) masalah.
2 Melaksanakan kegiatan  Mengidentifikasi program  Hasil kerja
magang tentang prosedur dan Programa Penyuluhan prosedur
penyusunan program dan Pertanian yang tesedia di penyusunan
Programa Penyuluhan BPP setempat program dan
Pertanian  Mempelajari proses Programa
penyusunan program dan Penyuluhan
Programa Penyuluhan Pertanian
30

No Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Output Kegiatan


Pertanian (Program tingkat  Daftar hasir
wilayah desa, dan Programa  Dokumentasi
tingkat Kecamatan) kegiatan

3 Menyusun materi  Menetapkan materi  Sinopsis materi


penyuluhan pertanian penyuluhan berdasarkan penyuluhan sesuai
berkelanjutan Programa Penyuluhan permasalhan
Pertanian  Dokumentasi
 Membuat sinopsis materi kegiatan
penyuluhan
 Membuat LPM
4 Memilih, menetapkan dan  Membuat LPM  Media penyuluhan
mendesai media  Membuat sinopsis pertanian sesuai
penyuluhan pertanian  Menyiapkan media grafis/ materi
elektronik  Dokumentasi
kegiatan
5 Memilih, menetapkan dan  Menetapkan dan  Hasil kerja dari
menyusun desai dan menerapkan metode menetapkan dan
strategi metode penyuluhan pertanian sesuai menerapkan
penyuluhan pertanian dengan Permentan 53 tahun metore
2010 disesuaikan dengan  LPM
materi penyuluhan pertanian  Dokumentasi
kegiatan
6 Melaksanakan kegiatan  Mengidentifikasi akses dan  Hasil kerja
magang mengenai akses informasi teknologi identifikasi
dan informasi, teknologi,  Mengidentifikasi akses dan  Dokmentasi
permodalan, dan pasar informasi permodalan kegiatan identifikasi
pada penyuluhan pertanian  Mengidentifikasi akses dan
berkelanjutan informasi pasar
7 Memetakan potensi  Menyusun peta potensi  Peta potensi desa
wilayah desa wilayah desa berdasarkan
hasil analisis PRA
8 Melaksanakan penyuluhan  Melaksanakan penyuluhan  Sinopsis materi
dengan menerapkan kepada kelompok tani yang penyuluhan
prinsip Pendidikan Orang ada di desa sebanyak 4 kali  LPM
Dewasa (POD) dan pertemuan dengan  Media penyuluhan
pemberdayaan masyarakat menerapkan media dan pertanian
metode penyuluhan  Daftar hadir
pertanian yang sudah  Dokumentasi
dipersiapkan kegiatan
9 Melaksanakan  Melaksanakan penyuluhan  Sinopsis materi
penumbuhkembangan kepada kelompok tani yang penyuluhan
kelembagaan petani ada di desa sebanyak 4 kali  LPM
pertemuan dengan  Media penyuluhan
menerapkan media dan pertanian
metode penyuluhan  Daftar hadir
pertanian yang sudah  Dokumentasi
dipersiapkan kegiatan
10 Melaksanakan evaluasi  Melaksanakan evaluasi  Laporan evaluasi
penyuluhan pertanian kegiatan penyuluhan kegiatan
pertanian penyuluhan
pertanian
 Dokmentasi kegiatn
penyuluhan
pertanian
Sumber : Panduan PKL II (2018)
31

Pengabdian Masyarakat di Wilayah Perbatasan


Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan di Desa Seriang, Kec.
Badau, Kab. Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan wilayah
perbatasan antara Negara Indonesia dengan Negara Malaysia. Materi
kegiatannya meliputi :
a. Pendataan komoditas unggulan, luas areal pertanaman, jumlah keluarga
petani, kelembagaan petani, dan sarana penunjang pertanian.
b. Membantu kelancaran kerja penyuluh pertanian
c. Melakukan kegiatan penyuluhan pertanian
d. Menumbuhkan kelompok ternak dan Kelompok Wanita Tani
e. Membuat demplot lahan sayuran di lahan tanah merah
f. Mengaktifkan kembali alsintan yang tidak terpakai
g. Membuat rekomendasi pemecahan masalah bagi penyuluh pertanian dan
aparat Desa.
h. Melakukan pengabdian pada kegiatan lain diluar bidang pertanian

Kegiatan OPSIN
Kegiatan pengawalan pendampingan OPSIN merupakan salah satu
program kemeterian pertanian dalam upaya peningkatan produksi pertanian
yang melibatkan penyuluh dan mahasiswa untuk membantu dalam
mensukseskan kegiatan OPSIN. Kegiatannya meliputi :
a. Identifikasi dan verifikasi Alsintan bantuan pemerintah 2014 – 2017
ditingkat Poktan/Gapoktan/UPJA.
b. Mencari Lahan Bera/Lahan Baru Panen/Lahan yang akan diolah (Potensi
luas tanam) berkoordinasi dengan penyuluh dan babinsa : potensi luas
tanam periode 03 Agustus – 03 September 2018.
c. Mencari Lahan yang akan dipanen (Potensi luas panen) berkoordinasi
dengan penyuluh dan babinsa : potensi luas panen 03 Agustus – 03
September 2018
d. Menggerakkan TR2 dan TR4 yang ada di Poktan/Gapoktan/UPJA untuk
mengolah poin (b) serta CHK, CHS dan CHB untuk memanen poin (c).
Berkoordinasi dengan penyuluh, babinsa, Poktan/Gapoktan/UPJA.
e. Mengoptimalkan dan memonitor pemanfaatan Pompa air dalam
mendukung percepatan luas tanam
32

f. Melaporkan realisasi pemanfaatan OPSIN ke dosen pembimbing tembusan


ke penanggung jawab OPSIN Kabupaten, adapun format relaisasi
pemanfaatan OPSIN dapat dilihat pada lampiran 3
g. Mendampingin petani/operator dalam memanfaatkan alasintan;
h. Mendampingi petani/operator dalam perawatan alsintan;
i. Membantu penyuluh dalam prekapitulasi data pemanfaatan alsintan.

Tahapan Pelaksanaan

Pembekalan
Pembekalan diberikan kepada mahasiswa dan dilaksanakan di kampus
Polbangtan Bogor. Pembekalan dimaksudkan antara lain untuk
menginformasikan lokasi PKL masing-masing mahasiswa yang sudah
ditetapkan, dan menyamakan persepsi tentang pelaksanaan PKL, terutama
berkaitan materi yang perlu dikuasai dan mekanisme pelaksanaan tugasnya.

Pra Survei Lokasi PKL


Kegiatan survei lokasi telah dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Juni 2018
di BP3K X Wilayah Cigudeg yang beralamat di Jl.Raya Cigudeg No.46, Bunar,
Cigudeg, Bogor, Jawa Barat.

Penyusunan Proposal
Proposal disusun oleh mahasiswa yang diarahkan dan dibimbing oleh
dosen pembimbing. Proposal dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan PKL sehingga dapat terarah dan kompetensi dapat tercapai.

Pelaksanaan PKL II
a. PKL II di Kec. Badau, Kab. Kapuas Hulu
1. Melaksanakan Identifikasi Potensi Wilayah
Kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan dilakukan di Desa
Seriang, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat. Tahapan dalam melakukan identifkasi potensi wilayah
yaitu dengan menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal).
33

Dari metode ini diperoleh prioritas masalah dengan bantuan 11 instrumen


PRA.
Pengumpulan data primer dilakukan secara pertisipatif melalui
wawancara langsung dilapangan dan peninjauan ke lapangan yang
dilakukan oleh mahasiswa dengan didampingi penyuluh, atau aparat
Desa Seriang. Data sekunder dikumpulan dari BPP setempat atau
instansi terkait menyangkut substansi kegiatan.
 Transek Desa
Kegiatan ini dilakukan dengan berjalan kaki melintasi perumahan,
perladangan dan persawahan atau agroekosistem yang ada dengan
didampingi oleh penyuluh, aparat Desa, atau tokoh masyarakat yang
mengetahui kondisi Desa Seriang.
Dalam pelaksanaannya, tim dibagi menjadi 2 kelompok, transek
diawali dari Kantor Desa yang berfungsi sebagai pusat kegiatan PRA.
Setiap tim diberi tugas yang sama, satu tim menelusuri ke arah timur
untuk menelusuri wilayah Dusun Seriang hilir, dan satu tim lagi
menulusuri ke arah barat untuk menyusuri ke Dusun Seriang hulu.
 Pola produksi, disusun berdasarkan hasil wawancara dengan petani,
penyuluh dan aparat Desa Seriang. Dalam wawancara kelompok
didiskusikan tentang waktu tanam dan tutup tanam untuk masing-
masing musim, varietas yang digunakan, hasil panen dan masalah.
 Diagram Venn, data yang dikumpulan adalah jenis lembaga yang ada
di Desa Seriang. Apabila lembaga berperan aktif dan berada,
nama/jenis lembaga dibuat dalam Desa. Bila lembaga jauh dari
Desa, namun berperan aktif dibuat bersinggungan dengan gambar
desa.
 Penelusuran alur sejarah Desa Seriang dilakukan dengan
wawancara kepada tokoh maysarakat Desa yang mengetahui
tentang seluk beluk desa dan perkembangannya baik dari bidang
pertanian maupun hal-hal yang bersifat umum namun berpengaruh
terhadap perkembangan kondisi pertanian di Desa Seriang.
 Bagan Kecenderungan dan Perubahan dibuat untuk mengetahui
perkembangan masyarakat Desa dari bidang pekerjaan dan
komoditas yang ditanam. Data ini dikumpulkan dari catatan sejarah
34

desa, wawancara dengan petani tua, tokoh masyarakat, dan kepala


Desa.
 Peta Mobilitas dibuat dengan mengamati secara langsung
bagaimana masyarat Desa Seriang berkatifitas dan mengkases
fasilitas kesehatan, pasar, keuangan dan pendidkan yang ada di
Desa maupun luar Desa.
 Bagan alur produksi dibuat dengan melakukan wawancara kepada
petani dan pedagang terhadap alur pemasaran hasil pertanian dan
perkebunan mereka.
 Kalender harian dibuat dengan mengidentifikasi dan mewawancara
petani ddan keluarganya dalam berktifitas sehari-hari.
 Kegiatan untuk meperoleh data dilakukan dengan mengggali dari
hasil wawancara yang terarah sehingga disusun daftar pertanyaan
wawancara yang semi terstruktur.
 Diagnosis Masalah, proses ini disebut sebagai identifikasi dan seleksi
masalah. Masalah tersebut teridentifikasi dan terseleksi yang dibuat
dalam matriks berdasarkan prioritas masalah dengan kriteria Gawat,
Mendesak dan Penyebaran.

2. Mengidentifikasi Program dan Programa Penyuluhan


 Identifikasi Program Pembangunan Pertanian
Kegiatan identifikasi program dan Programa Penyuluhan
dilakukan di Desa Seriang, Kecamatan Badau. Program yang
diidentifikasi adalah program yang berkaitan dengan pembangunan
pertanian dan penyuluhan pertanian baik program yang bersifat nasional
maupun daerah yang berada di tingkat wilayah Desa, dan Program Desa
yang bersifat umum atau non-pertanian.
Tahapan dalam identifikasi program yaitu dengan
menginventarisir program Desa dan Program pembangunan pertanian
apa saja yang berada di Desa Seriang dengan cara mewawancara
penyuluh, aparat Dasa dan tokoh masyarakat. Program pertanian yang
diidentifikasi adalah program pada 3 tahun terakhir.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi adalah
dengan melakukan wawancara kepada Penyuluh Pertanian dan pihak
terkait.
35

 Identifikasi Programa Penyuluhan


Kegiatan identifikasi Programa Penyuluhan dilakukan terhadap
Programa Penyuluhan Kecamatan Badau. Tahapan dalam
mengidentifikasi yaitu dengan membangdingkan unsur-unsur yang
terdapat didalam Programa Kecamatan apakah sudah sesuai dengan
Permentan No.47 tahun 2016 beserta dengan proses penyusunannya.
Metode yang digunakan dalam menlakukan identifikasi
penyusunan Programa yaitu dengan melakukan wawancara dengan
pihak terkait seperti Penyuluh dan Kepala BPP, serta melikat
dokumentasi administrasinya.
 Membantu dalam penyusunan Programa
Programa penyuluhan yang ada di Kecamatan badau dirasa
masih kurang, dikarenakan wilayah binaan penyuluh terlalu oleh sebab
itu dilakukan penyusunan programa dalam tingkat Desa untuk membantu
penyuluh mendapatkan data yang konkrit tentang kondisi pertanian di
tingkat Desa.

3. Menyusun Materi Penyuluhan


Penyusunan materi penyuluhan ditetapkan berdasarkan
permasalah dari hasil identifikasi potensi dan permasalahan wilayah di
Desa Seriang. Selain itu penyusunan materi penyuluhan juga
berdasarkan Programa Penyuluhan Pertanian di Desa Seriang apabila
memang tersedia di BPP sebagai referensi tambahan. Tabel penentuan
masalah berdasarkan tingkat GMP (Gawat, Mendesak, dan
Penyebaran).

4. Membuat Media Penyuluhan


Media penyuluhan dipilih berdasarkan materi penyuluhan yang
akan disampaikan di Desa Seriang, Kecamatan Kapuas Hulu. Apabila
materi penyuluhan bersifat teknis maka media yang digunakan berupa
benda sesungguhnya sebagai model dan bahan yang tersedia agar
sesuai dengan sasaran terhadap dapat perubahan perilaku petani. Selain
itu juga menggunakan media tercetak seperti peta singkap untuk
mempermudah dalam memvisualisasikan materi penyuluhan. Selain itu
36

jika dibuat juga leaflet sebagai salah satu media tercetak yang dapat
disimpan sehingga dapat dibaca dikemudian hari.

5. Mendesain Strategi Metode Penyuluhan


Metode penyuluhan yang akan diterapkan, dipilih sesuai dengan
materi penyuluhan yang akan diberikan. Metode penyuluhan ditentukan
sesuai dengan Permentan No.52 tahun 2010. Apabila materi penyuluhan
bersifat teknis maka metode yang digunakan adalah kombinasi dari
metode ceramah dan demonstrasi cara. Namun disesuaikan juga dengan
konidisi biaya dan lokasi penyuluhan yang tersedia.
Metode penyuluhan yang digunakan adalah demonstrasi cara dan
ceramah karena masyarakat Desa Seriang masih minim akan akses
informasi dan teknologi sehingga dengan melakukan langsung dan
visualisasi langsung akan memudahkan mereka dalam menerima materi
penyuluhan.

6. Melaksanakan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dilakukan kepada kelompok tani yang
berada di Desa Seriang Kecamatan Badau Kabupaten Kapuas Hulu.
Penyuluhan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip POD. Metode
penyuluhan yang digunakan sesuai yang telah dirancang pada materi
sebelumnya serta menggunakan media penyuluhan yang telah dibuat
agar materi penyuluhan lebih mudah dimengerti oleh petani.
Kegiatan penyuluhan dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pada
kelompok tani yang sama dan materi yang berbeda. Sinopsis materi
penyuluhan dan daftar hadir dibuat sebagai bukti telah melaksanakanya
kegiatan penyuluhan. penyuluhan dilakukan setiap satu minggu sekali
dengan metode anjangsana ke kelompok tani bersama dengan
penyuluh.

7. Melaksanakan Penumbuhkembangan Kelembagaan Petani


Kegiatan penumbuhkembangan kelembagaan petani dilakukan
pada kelompok tani yang berada di Desa Seriang Kecamatan Badau
Kab. Kapuas Hulu. Kegiatan pengembangan kelembagaan petani
dilakukan terhadap penguatan fungsi kelompok tani sebagai kelas
37

belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dengan melakukan


penyuluhan yang didampingi oleh penyuluh setempat dan tokoh
masyarakat. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan
pendekatan sistem FGD (Focus Group Discussion) dimana petani
difasilitasi berdiskusi tentang kendala yang ada didalam kelompok
mereka. Kelompok tani yang ada di Desa Seriang adalah jenis kelompok
merpati dimana dibentuk untuk mendapatkan bantuan program, padahal
dengan berkeompok maka akan memudahkan dalam melakukan
pengelolaan usaha tani mereka.

b. PKL II di Kec. Sukajaya Kab. Bogor


1. Magang Akses Informasi Penyuluhan
Kegiatan magang mengenasi akses informasi penyuluhan
dilakukan di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor yaitu :
 Informasi Teknologi
Kegiatan identifkasi akses informasi teknologi yaitu dengan
mengidentifikasi bagaimana petani di Kecamatan Sukajaya
mendapatkan informasi teknologi pertanian yang bersifat teknis sehingga
dapat membantu mereka dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
dalam melakukan kegiatan usaha tani. Selain itu, identifikasi juga
dilakukan terhadap Penyuluh Pertanian lapangan tentang sumber
informasi teknologi yang diperoleh untuk dijadikan sebagai bahan materi
penyuluhan. Pendekatan dalam akses informasi teknologi adalah
komoditas pertanian dan spesifik lokalita. Metode yang digunakan yaitu
dengan melakukan wawancara dan membuat matriks contoh informasi
teknologi pertanian beserta sumbernya.
 Informasi Permodalan
Kegiatan mengidentifikasi akses informasi dan informasi
permodalan dilakukan dengan mencari tahu tentang bagaimana petani di
Kecamatan Sukajaya mendapatkan informasi permodalan, dan
memberikan rekomendasi kepada petani cara untuk mengakses
permodalan dari sumber permodalan pertanian. Metode yang digunakan
adalah dengan wawancara dan berbagi pengalaman antar petani.
38

 Informasi Pasar
Kegiatan mengidentifikasi informasi pasar didapatkan dari hasil
wawancara petani, penyuluh dan pihak terkait sehingga didapatkan
informasi harga pasar dan permintaan pasar. Pendekatan dari akses
informasi pasar adalah komoditas pertanian. Hasil dari identifikasi
tersebut kemudian disampaikan kepada petani dan penyuluh sehingga
dapat diaplikasikan dalam bertataniaga hasil pertanian para petani.

2. Memetakan Potensi Wilayah Desa


Kegiatan pemetaan potensi wilayah desa dilakukan di Desa
Sipayung dan Desa Pasirmadang Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
dengan melakukan Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) dan dukungan data
sekunder dari Programa Penyuluhan. Hasil dari IPW tersebut dituangkan
dalam bentuk peta potensi wilayah desa yang memuat informasi
komoditas, luas lahan, dan potensi sumber daya alam.

3. Melaksanakan Evaluasi Penyuluhan Pertanian


 Waktu dan Tempat

Kegiatan evaluasi akan dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus sampai


dengan 30 Agustus 2018 di Desa Pasirmadang, Kecamatan Sukajaya
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

 Sasaran Kegiatan

Sasaran dalam pelaksanaan evaluasi ini yaitu kelompoktani yang


telah melakukan kegiatan Kaji Terap teknologi jajar legowo pada padi sawah
tahun 2017 yang berada di Desa SIpayung, Kecamatan Sukajaya
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

 Populasi dan Sampel

Populasi dalam evaluasi ini adalah petani yang menjadi anggota


kelompoktani di Desa Sipayung Kecamatan Sukajaya, yang pernah
mendapatkan kegiatan Kaji Terap mengenai jajar legowo padi sawah pada
tahun 2017. Dikarenakan keterbatasan waktu serta biaya maka dilakukan
teknik purposive sampling, sehingga dari 4 kelompoktani yang ada di Desa
Sipayung diambil 1 kelompoktani saja. Kelompoktani tersebut adalah
39

kelompoktani Sauyunan yang beranggotakan 30 orang sebagai populasi dari


penelitian evaluasi ini. Adapun penentuannya berdasarkan pada :

 Penentuan kelompoktani
Kelompoktani yang aktif, direkomendasikan oleh penyuluh,
kelompoktani yang terjangkau oleh jarak dan tenaga serta yang dapat
program kaji terap tentang jajar legowo, yaitu Kelompoktani Sauyunan yang
berada di Desa Sipayung, Kecamatan Sukajaya.

 Penentuan sampel
Penentuan sampel mengunakan metode sensus, dimana semua
populasi menjadi sampel sehingga jumlah sampel adalah 30 orang petani di
Kelompoktani Sauyunan.

Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Untuk
melaksanakan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

 Wawancara, merupakan salah satu teknik pengumpulan data primer


dengan bantuan kuesioner (daftar pertanyaan). Bentuknya berupa
pertanyaan kepada responden secara langsung dan berhadapan.
 Survey / Angket (kuesioner). Merupakan teknik kedua yang digunakan
untuk mengumpulkan data primer, yaitu dengan memberikan kuesioner
kepada responden berupa pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup.
Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 9.
 Data sekunder sebagai data pendukung.

Instrumen Evaluasi
 Perumusan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi penyuluhan
pertanian ini berupa kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang telah ada
jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan. Instrumen yang digunakan berisi daftar pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan indikator kajian yang akan dievaluasi.
40

Variabel yang akan diukur dalam evaluasi ini adalah variabel


pengetahuan dan sikap petani terhadap penerapan teknologi pola tanam
sistem jajar legowo. Variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item
instrument yang berupa pertanyaan dan pernyataan. Variabel, indikator,
parameter dan skala pengukuran dalam kegiatan evaluasi ini, sehubungan
dengan tujuan penyuluhan yang telah ditetapkan pada penyuluhan tentang
jajar legowo dalam bentuk kisi-kisi instrument pada tabel 4.
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Evaluasi
Variabel Indikator Parameter Skala
Pengetahuan Jajar legowo a. Pengertian jajar legowo Skala Modifikasi
b. Keuntungan jajar legowo Likert
Baris tanam a. Alat garis tanam 4 = Sangat tepat
b. Kondisi air 3 = Tepat
Jarak tanam c. Legowo 2:1 2 = Kurang tepat
d. Legowo 4:1 1 = Tidak tepat
Tanam a. Umur bibit
b. Kebutuhan bibit per lubang
c. Cara laju tanam
Pemupukan a. Cara pemupukan
b. Jenis pupuk
c. Waktu pemupukan
Sikap Jajar legowo a. Efek Tanaman pinggir Skala
b. Keuntungan jajar legowo Modifikasi
Baris tanam a. Alat garis tanam Likert
b. Kondisi air 4 sangat setuju
c. Pembuatan garis tanam 3 setuju
Jarak tanam a. Tipe tanam jajar legowo 2 kurang setuju
Tanam a. Bibit bermutu 1 tidak setuju
b. Keuntungan bibit muda
c. Umur bibit
Pemupukan a. Prinsif pemberian pupuk
b. Pupuk jerami
c. Waktu pemupukan
Keterampilan Pembuatan jarak Mampu membuat garis tanam Skala Ordinal
tanam jarwo menggunakan caplak 1. Tidak
menggunakan Terampil
2. Kurang
caplak
Terampil
Penanaman 3 Mampu menanam bibit 3. Terampil
bibi/lubang tanam sebanyak 3 buah/lubang 4. Sangat
tanam Terampil
Pemberian bahan Mengidentifikasi ciri-ciri
organik bahan organik yang siap
untuk diberikan.
41

Pengaturan Mampu menanam dengan


populasi tanaman bibit muda dan menggunakan
secara optimum cara tanam jajar legowo
(jarak tanam dan
cara tanam Jajar
Legowo)
Sumber : Penulis (2018)

Analisis Data
Data hasil kuesioner pada kegiatan evaluasi ini dikumpulkan dan
disajikan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah dan dianalisis secara
statistik deskriptif. Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).
Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan pengetahuan petani yang
meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan terhadap teknologi jajar
legowo. Kriterian penilaian yang digunakan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Penilaian

No Indikator Kategori Nilai


1. Pengetahuan Tidak Tahu 1 – 1,74
Kurang Tahu 1,75 – 2,49
Tahu 2,50 – 3,24
Sangat Tahu 3,25 – 4
2. Sikap Tidak Setuju 1 – 1,74
Kurang Setuju 1,75 – 2,49
Setuju 2,50 – 3,24
Sangat Setuju 3,25 – 4
3. Keterampilan Tidak terampil 1 – 1,74
Kurang Terampil 1,75 – 2,49
Terampil 2,50 – 3,24
Sangat Terampil 3,25 – 4
Sumber : Penulis (2018)

Penyusunan Laporan
Mahasiswa menyusun laporan PKL II dengan bimbingan dosen.
Konsultasi mahasiswa kepada pembimbing internal, dilakukan di kampus
Polbangtan Bogor maupun saat supervise di lokasi PKL II.
42

Pelaksanaan Ujian
Penulis mengikuti ujian PKL II pada waktu sesuai jadwal yang tertera
pada kalender kegiatan PKL II. Bahan ujian yang perlu dipersiapkan penulis yaitu
laporan PKL II yang telah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing
internal.
43

HASIL DAN PEMBAHASAN

PKL II di Kec. Badau, Kab. Kapuas Hulu


Melaksanakan Identifikasi Potensi Wilayah
Pelaksanaan idetifikasi potensi wilayah dilakukan dengan metode PRA
dengan menghasilkan output 11 intrumen PRA dan dokumentasi kegiatan saat
melakukan IPW yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut ini merupakan hasil
dari identifikasi dengan metode PRA :
a) Instrumen PRA
Identifikasi potensi dan permasalahan di Desa Seriang menggunakan
bantuan 11 instrumen PRA antara lain :
1. Peta Potensi Desa
Desa Seriang terdiri dari dua Dusun yaitu Dusun Seriang Hulu dan
Dusun Seriang Hilir, dimana memiliki potensi wilayah perkebunan dan
hutan yang cukup luas. Komoditas potensial yang ada di Desa Seriang
antara lain lada, padi ladang, karet, durian, dan tanaman kehutanan.
Wilayah penduduk Desa Seriang berada di dekat jalan raya utama
sebagai akses menuju Kecamatan, sedangkan wilayah lainnya
merupakan kebun, ladang, dan hutan.

2. Transek
Desa Seriang memiliki kontur wilayah yang berbukit dan memiliki
anak-anak sungai, wilayahnya sebagian besar adalah ladang dan hutan
lindung. Oleh karena itu, Wilayah Desa Seriang memiliki jenis tanah dan
potensi pertanian yang beragam.

3. Pola Produksi
Petani di Desa Seriang hampir seluruhnya memiliki ladang yang
luas, digunakan untuk bertanam lada, padi ladang dan umbi-umbian. Pola
tanam yang digunakan adalah ladang berpindah. Selama sepanjang
tahun, masyarakat Desa Seriang berladang lada dengan masa panen
setiap satu tahun sekali. Masa panen yang banyak yaitu pada bulan Juni
– Juli. Pola tanam padi ladang/gogo yaitu hanya satu kali tanam selama
periode setahun, dimana pada bulan Juli mulai membuka lahan dengan
cara dibakar keudian teba benih pada bulan Agustus. Periode panen
44

padi ladang adalah 6-7 bulan, sehingga pada bulan Maret-April mulai
dilakukan panen.

4. Diagram Venn
Desa seriang memiliki keterbatasan dalam penyediaan fasilitas
Desa sehingga perlu memenuhi dengan mengakses ke Desa lain hingga
ke pusat Kecamatan. Fasilitas yang terdapat di dalam Desa antara lain
posyandu, SD, SMP. Fasilitas yang berada di luar desa atau di pusat
kecamatan antara lain pasar, puskesmas, bengkel, bank, rumah makan,
dll. Masyarakat Desa Seriang tidak bisa memenuhi kebutuhan yang lain
sendiri, akan tetapi bergantung juga dengan mengakses Desa lain meski
dengan jarak yang cukup jauh.

5. Penelusuran Alur Sejarah


Masyarakat Desa Seriang sejak mulanya sudah mengenal
berladang, menangkap ikan, dan menanam karet untuk disadap. Wilayah
Desa yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia menyebabkan
interaksi antar Negara mudah dilakukan seperti bertransaksi jual beli lada,
dan karet, menyekolahkan anak-anak mereka di Malaysia, hingga
melakukan migrasi dan menetap di Malaysia, namun dengan mulai
adanya PLBN (Pos Lintas Batas Negara), maka kegiatan hilir mudik
masyarakat ke Negara Malaysia mulai dibatasi.

6. Bagan Kecenderungan dan Perubahan


Warga Desa Seriang pada mulanya hidup dengan mangandalkan
berburu, memancing, dan berladang. Komoditas yang ditanam sejak mula
di Desa Seriang adalah Karet, namun seiring dengan semakin turunnya
harga karet dan terjadi penurunan produktivitas maka petani di Desa
Seriang beraling menjadi petani lada dan padi ladang.

7. Peta Mobilitas
Akses mobilitas Desa Seriang terhadap fasilitas penunjang baik
pasar, kesehatan, maupun lembaga pemerintahan harus berhubungan
dengan Desa lain dan pusat kecamatan. Akses menuju pasar dan Bank
cukup tinggi meski berada di luar Desa.
45

8. Bagan Alur Produksi


Petani di Desa Seriang hampir seluruhnya menanam lada
sepanjang tahun, dan bertanam padi ladang sekali dalam setahun yaitu
pada bulan agustus. Lada yang diproduksi adalah lada hitam yang dijual
kepada pengepul yang berada di Lubok Antu, Malaysia. Sedangkan padi
ladang dan komoditas pangan lain tidak dijal melainkan untuk konsumsi
sendiri.

9. Kalender Harian
Kegiatan harian petani Desa Seriang setiap harinya pergi ke
ladang dari pagi hingga sore, dan pada malam harinya melakukan
kegiatan di rumah, mengangkat lada yang dijemur dan mengurusi ternak.

10. Wawancara Semi Terstruktur


Data Primer untuk mengisi blanko dan instumen PRA perlu
disusun dalam bentuk wawancara yang semi terstruktur agar arah
pembicaraan dapat mencapai tujuan dan informasi dapat dengan jelas
didapatkan.

11. Diagram Peringkat Masalah


Permasalahan hasil icentifikasi dikelompokan dalam aspek teknis,
aspek sosial, dan aspek ekonomi. Permasalahan aspek teknis cukup
banyak mengenai budidaya lada dan padi ladang yang masih memiliki
produktivitas rendah. Permasalahan aspek sosial yang paling tinggi
adalah perilaku masyarakat yang masih membakar hutan untuk
membuka lahan baru. Permasalahan aspek ekonomi yang paing tinggi
adalah sulitnya akses permodalan dan akses dalam pemenuhan saprodi.

b) Potensi Desa
Desa Seriang merupakan salah satu dari 9 Desa di Kecamatan Badau
yang terdiri dari 2 dusun dan mempunyai luas wilayah ± 585,63 ha. Batas-
batasnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Serawak, Malaysia
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulau Majang
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sebindang
46

- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tajum


Asal usul. Desa Seriang pada awalnya
Organisasi Pemerintahan dan tata kerja pemerintahan Desa Seriang
terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa (BPD) dan
menyampaikan laporan mengenai tugasnya kepada bupati dengan tembusan
diampaikan kepada camat. Di Desa Seriang telah berjalan sebagaimana
mestinya dan dapat dilihat sebagai berikut :
- Kepala Desa : Fransiskus
- Sekretaris Desa : Herkulanus
- Bendahara Desa : Hoerinimus
- Kaur Kesra : Rufinus
- Kaur Pembangunan : Petrus
Dalam meaksanakan tugas-tugasnya, kepala desa dibantu oleh 2 orang
kepala dusun, yaitu :
- Kepala Dusun Seriang Hulu : Thomas Langit
- Kepala Dusun Seriang Hilir : Philip Jaga
Geografi di Desa Seriang termasuk desa pertanian yang terletak di
dataran rendah dengan ketinggian 80 m dari permukaan laut, berbukit, dikelilingi
oleh hutan lindung, dilalui oleh sungai seriang dan berbatasan langsung dengan
Serawak (Malaysia). Suhu udara berkisar 22°C-35°C, dengan curah hujan cukup
tinggi dalam satu tahun berkisar antara 3300 mm sampai 5000 mm dengan
jumlah hari hujan antara 240 - 260 pertahun dan jumlah curah hujan maksimum
dapat terjadi berkisar antara 29 – 124 mm/hari (Pemerintah Kabupaten Kapuas
Hulu, 2012).
Orbitrasi jarak tempuh Desa Seriang dengan pusat pemerintahan yang
ada sebagai berikut.
- Dari ibukota kecamatan : 10 km
- Dari ibukota kabupaten : 171 km
- Dari ibukota provinsi : 461 km
Komoditas pangan dan perkebunan utama yang dibudidayakan adalah
padi ladang, lada, dan karet. Komoditas hortikultura hanya sedikit sebagai
selingan. Selain itu masyarakatnya memelihara ternak ayam buras, dan babi
47

meski hanya dalam jumlah yang sedikit di dekat rumah mereka. Diluar areal
pemukiman juga terdapat perkebunan sawit milik perusahaan swasta.
Mayoritas lahan yang tersedia di Desa Seriang dimanfaatkan untuk
kegiatan berladang dengan komoditas lada dan padi ladang yang berpindah-
pindah.
Pola tanam yang diterapkan selama ini pada padi ladang yaitu ladang
berpindah, karena banyaknya lahan yang tersedia namun jumlah SDM yang
terbatas. Setiap 2 – 3 tahun para petani membuka lahan baru untuk ditanami
kembali dengan cara membakar lahan tersebut lalu ditanam secara sebar atau
tanam benih langsung. Keadaan seperti ini terjadi karena masyarakat
beranggapan bahwa dengan cara membakar akan lebih cepat dalam membuka
lahan baru dan hasil pembakaran berguna sebagai pupuk. Sehingga
penggunaan pupuk dasar di Desa Seriang hampir tidak pernah diberikan karena
proses berladang yang berpindah-pindah. Ternak yang mereka pelihara terutama
ternak ayam buras masih belum memiliki kandang, sedangkan ternak babi sudah
diberi kandang namun belum memenuhi standar untuk kandang babi.
Sarana dan Prasarana di Desa Seriang masih dalam tahap
perkembangan antara lain saat ini telah dibangun infrastruktur jalan raya yang
menghubungkan dari ibukota kabupaten Kapuas Hulu, Putusibau hingga PLBN
(Pos Lintas Batas Negara) Nanga Badau dengan kondisi yang telah diaspal,
akan tetapi untuk akses jalan dalam wilayah Dusun masih belum dilakukan
pengaspalan. Terdapat balai Desa yang dibangun pada tahun 2017 untuk
menunjang kegiatan pertemuan di Desa. Selain itu terdapat Posbindu sebagai
sarana kesehatan bagi masyarakat Desa dan terdapat sarana beribadah seperti
gereja untuk menunjang kegiatan peribadatan di Desa Seriang. Sarana
Pendidikan di Desa Seriang antara lain terdapat 1 SD dan 1 SMP : SDN 05
Seriang dan SMPN 3 Badau.
Pemerintah Desa Seriang dan masyarakatnya telah mencanangkan
program Desa Siaga yaitu untuk mewujudkan masyarakat Desa yang peduli,
tanggap, dan mampu mengatasai permasalah kesehatan secara mendiri.
Terdapat juga Pos Penjagaan Perbatasan Negara Yonif 032 yang dijaga oleh
TNI untuk menjaga patok perbatasan di wilayah Desa Seriang karena memang
wilayahnya berbatasan langsung dengan Negara Malaysia.
Penduduk Desa Seriang sampai bulan Juli Tercatat sejumlah 545 jiwa,
dengan jumlah kepala keluarga 175 KK. Mayoritas penduduk di Desa Seriang
48

adalah suku Dayak Iban yang beragama Kristen Katolik. Dari jumlah penduduk
tersebut dapat dilihat menurut komposisinya pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Seriang

Uraian Jumlah (jiwa) Uraian Jumlah (jiwa)


Islam 25 Laki-laki 285
Kristen Katolik 520 Perempuan 260
Jumlah 545 545
Sumber : Monografi Desa Seriang (2018)
Kondisi adat di Desa Seriang masih kental dengan adat suku Dayak Iban
dimana mayoritas penduduk tinggal di rumah adat yang disebut “Rumah Betang
Panjang”. Terdapat kepala adat sebagai tokoh masyarakat yang berpengaruh di
Desa, meski demikian tidak terdapat adat khusus dalam mengatur kegiatan
pertanian dan perternakan. Terdapat tradisi yang dilakukan masyarakat Desa
yaitu saat kegiatan pemupukan dan pembersihan ladang dilakukan secara
bersama-sama dan bergilir dari satu lahan ke lahan lain bergotong royong.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Seriang adalah bertani
lada dan padi ladang dan memiliki ternak ayam atau babi di pekarangan rumah
mereka. Disadari bahwa sebenarnya sektor pertanian secara umum adalah
sumber utama kehidupan masyarakat Desa Seriang. Selain itu beberapa
masyarakat Desa Seriang sering berburu rusa dan menangkap ikan dengan
menggunakan akar tuba yang hasilnya untuk mereka jual. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari juga mereka mengandalkan dari hasil kebun dan beras
dari ladang padi mereka untuk konsumsi sendiri.
Kegiatan petani di Desa Seriang sehari-harinya pergi ke ladang lada pada
pagi hari sampai sore hari. Dimana dalam melakukan kegiatan di Ladang Lada
dilakukan secara bersama-sama dengan setiap harinya bergiliran dari satu lahan
ke lahan lain. Apabila tiba musim kemarau, yaitu sekitar bulan agustus dilakukan
pembukaan lahan baru untuk ditanami padi ladang, sayuran dan umbi-umbian.
Pemerintah desa pada prinsipnya tetap melaksanakan pembangunan
terutama yang menyangkut pertumbuhan ekonomi masyarakat, sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Fokus pembangunan selama ini lebih ditekankan pada
infrastruktur Desa untuk menunjang mobilitas antar Desa dan Kecamatan. Selain
itu sektor kedua yang dikembangkan adalah perkebunan sebagai komoditas
utama adalah lada dengan penjualan langsung ke Negara Malaysia. Potensi
lahan yang sangat luas dimana dari luas wilayah 585 ha, mayoritas warga nya
memiliki lahan 5-10 ha per keluarganya. Akan tetapi tidak semua lahan tersebut
49

terus ditanami, hanya beberapa ha yang dimanfaatkan untuk berladang sisanya


adalah lahan tidur dan hutan.
Kelembaan petani di Desa Seriang terdapat 2 Kelompok Tani yaitu
Kelompok Tani Pulanggana di Dusun Seriang Hulu dan Kelompok Tani Batin
Betuah di Dusun Seriang Hilir. Keberadaan kelompok tani, baik mengenai
keanggotaan, tugas, dan fungsi, serta manfaat kelompok belum berjalan, bahkan
pengurusnya pun tidak jelas. Aktivitas kelompok belum berjalan dengan baik.
Keberadaan kelompoktani ini hanya sebagai syarat untuk memperoleh bantuan
dari Pemerintah.

c) Masalah dan Alternatif Pemecahan


 Masalah Teknis
Dalam kegiatan usaha tani, baik padi ladang, lada dan usaha tani
lainnya berkembang beberapa masalah yang sampai saat ini belum
teratasi oleh masyarakat. Berdasarkan kesepakatan bersama berikut
diuraikan masalah-masalah yang mendesak untuk diatasi dan dicarikan
solusi pemecahannya.
Usaha Tani Lada. Dalam usaha tani lada terdapat beberapa
masalah yaitu hasil kurang, kualitas lada menurun, bunga sering rontok,
serangan walang sangit, penyakit kuning, dan layu fusarium,
pertumbuhan tidak seragam, pupuk sulit dan mahal, pestisida sulit dan
maha, dan fluktuasi harga.
Tuntutan yang menonjol adalah teknologi dan penanganan hama
dan penyakit yang efektif sehingga diperoleh hasil yang tinggi. Tanaman
tidak banyak yang mati sehingga areal lahan pertanaman dapat
dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi. Untuk itu
diperlukan pembinaan dan pengawasan teknologi budidaya spesifik
lokasi dengan pemberantasan hama dan penyakit yang efektif.

 Masalah Sosial
Masyarakat di Desa Seriang masih memiliki tradisi untuk
melakukankegiatan ladang berpindah karena luasnya kepemilikan tanah
mereka. Kegiatan ladang berpindah tidak terlepas dengankebiasaan
pembukaan lahan dengan cara dibakar, sehingga tidak jarang terjadi
kabut asap yang cukup mengganggu kesehatan. Sulit sekali dalam untuk
50

menghilangkan kebiasaan ini, karena belum ada teknologi yang mampu


menggantikan cara pembukaan lahan dengan tanpa pembakaran.
Permasalahan sosial yang kedua adalah keberadaan kelompok
tani yang sifatnya kelompok merpati, dimana kelompok ini ada ketika
akan mengajukan dan menerima bantuan saja. Diperlukan pembinaan
secara intens sehingga tumbuh diantara mereka keinginan untuk dapat
berkelompok.

 Masalah Ekonomi
Masalah fluktuasi harga lada tidak begitu meresahkan petani lada.
Petani beranggapan bahwa biarlah harga yang berfluktuasi asal tanaman
sehat dan bisa memberikan hasil yang tinggi karena harga lada masih
cukup tinggi, karena pasar mereka adalah pengepul untuk dijual di
Malaysia.

Mengidentifikasi Program dan Programa Penyuluhan


a) Identifikasi Program Desa
Program yang ada di Desa Seriang terdiri dari program
pembangunan yang bersifat umum atau non-pertanian yaitu memperhatikan
dalam pembangunan infrastruktur, dan program dalam bidang kesehatan
dan pendidikan. Sedangkan untuk program yang berkaitan dengan bidang
pertanian dan peternakan hanya beberapa program saja yang merupakan
program dari kabupaten. Berikut ini merupakan program-program yang ada
di Desa Seriang baik Program Pertanian maupun non-Pertanian yang
disajikan dalam Tabel 7.
51

Tabel 7. Rekapitulasi Program Desa Seriang

No Nama Program Tahun Sumber Realisasi


Program Pertanian
Vaksinasi rabies 2017 APBD Terlealisasi
Bantuan kultivator 2012 APBD Terlealisasi
Subsidi pupuk melalui 2012 - APBD Terlealisasi
RDKK 2014
SLPTT Padi Rawa 2014 APBD Terlealisasi
Program Non-Pertanian
Desa Siaga 2018 APBD Masih berjalan
Kesehatan 2017 - APBD Masih berjalan
skrg
BUMDES 2016- APBN Masih berjalan
2018
Sumber : Desa Seriang (2018)

b) Identifikasi Programa Kecamatan


Programa pertanian hanya ada sampai tingkat Kecamatan, hal ini
dikarenakan jumlah tenga penyuluh lapangan yang terbatas dimana terdapat
satu orang penyuluh saja untuk wilayah binaan satu kecamatan. Hasil
identifikasi terhadap programa penyuluhan kecamatan badau menunjukkan
bahwa isi yang terkandung dalam programa tidak dapat merefleksikan
potensi dan permasalah yang ada di Kecamatan Badau. Tidak terdapat
tingkat penerapan teknologi baik pertanian, peternakan dan perkebunan.
Selain itu tidak terdapat Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluh (RKTP) dan
Identifikasi terhadap cara penyusunan Progama menghasilkan
bahwa tidak diadakan Musrenbang tingkat Desa dan Kecamatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh, dalam menyusun
Programa hanya berpatokan terhadap Programa tahun sebelumnya dengan
mengidentifikasi permasalahan yang notabene masih sama setiap tahunnya.
Dalam mengukur tingkatan penerapan teknologi PTT tidak bisa menentukan
secara keseluruhan desa karena keterbatasan SDM dan luasnya wilayah
binaan penyuluh, serta kurang berfungsinya kelembagaan petani dan
administrasi kelompok. Penyuluh mengeluhkan kurangnya SDM dan
52

mengharapkan adanya penambahan tenaga penyuluh di tiap Desa karena


Penyuluh adalah ujung tombak pembangunan pertanian yang bersinergi
dengan program pertanian yang berasal dari pusat. Penyusunan monografi
dan kondisi wilayah Desa juga terbatas karena terlalu luasnya wilayah
binaan.

c) Penyusunan Programa Desa


Programa Penyuluhan Desa Seriang belum tersedia, oleh karena itu
dilakukan penyusunan programa berdasarkan hasil Identifikasi Potensi
Wilayah. Susunan Pograma yang dibuat hanya sebatas sampai penetapan
masalah dan alternatif pemecahannya dan tidak dilakukan hingga
perencanaan kegiatan penyuluhan dalam bentuk RKTP dikarenakan
keterbatasan waktu dan biaya dalam penyusunan RUK dan RKK tidak
dilakukan. Hasil kerja dari penyusunan programa berupa alur pembuatan
programa Desa dan dokumentasi kegiataan dapat dilihat dalam Lampiran 3.

Menyusun Materi Penyuluhan


Penyusunan materi penyuluhan dilakukan berdasarkan hasil dari
identifikasi potensi dan permasalahan yang ada di Desa Seriang karena sesuai
dengan prinsip POD (pendidikan Orang Dewasa) bahwa petani akan menerima
materi penyuluhan apabila petani membutuhkan dan materi yang akan
disampaikan merupakan informasi yang tidak bertolak belakang dengan adat
mereka. Hasil identifikasi permasalahan diurutkan dalam tabel prioritas masalah
untuk mengetahui materi penyuluh yang sesuai untuk disuluhkan. Berikut ini
adalah diagram peringkat masalah yang disajikan dalam Tabel 9.

.
53

Tabel 8. Diagram Peringkat Masalah


Tingkat Tingkat Tingkat
Total
No Masalah Urgensi Keseriusan Penyebaran Rank
Skor
(Gawat) (Mendesak)
Aspek Teknis
1. Penggunaan bibit lokal tanpa 8 8 9 25 I
dilakukan seleksi benih
2. Kondisi tanah yang keras dan 8 7 9 24 II
miskin unsur hara
3. Kualitas hasil panen lada 7 8 9 24 III
rendah
4. Serangan penyakit BSB pada 7 6 8 21 VI
tanaman Lada
Aspek Sosial
5. Masyarakat masih melakukan 6 7 9 22 V
pembakaran hutan untuk
membuka lahan
6. Masyarakat masih melakukan 4 5 9 18 VIII
sistem ladang berpindah
7. Fungsi kelompok tani tidak 7 6 7 20 VII
berjalan
Aspek Ekonomi
8. Penjualan lada langsung ke 5 4 7 16 IX
Malaysia sehingga dipengaruhi
oleh harga tukar ringgit
9. Sulitnya memenuhi kebutuhan 8 8 7 23 IV
saprodi dan EM4
Sumber : Penulis (2018)
Berdasarkan dari tabel prioritas masalah maka terdapat 4 permasalahan
dengan nilai tertinggi. Peringkat pertama adalah penggunaan benih lokal padi
tanpa adanya seleksi benih. Penggunaan benih lokal yang ditanam ters menerus
akan menyebabkan penurunan kualitas bibit , sehingga apabila penggunaanya
tidak dibaenii dengan seleksi benih maka persentase benih yang tumbuh
semakin sedikit, dan hal ini menjadi tkurang efisien. Banyak tanaman yang
memiliki daya tahan untuk hidupnya renah akibat penggunaan bibit yang kurang
baik. Oleh sebab itu diperlukan penyuluhan mengenai selksi benih padi
menggunakan air garam, karena selain mudah untuk diaplikasikan petani, juga
dapat meminimalisir pertumbuhan benih yang cacat. Penggunaan varietas baru
dan benih unggul masih sulit didapatkan karena akses menuju Desa dari kota
sulit untuk dijangkau.
54

Permasalahan peringkat kedua adalah kondisi tanah di Desa seriang yang


kurang baik untuk ditanami padi dan lada. Jenis tanah PMK (Posdolik Merah
Kuning) ditambah kurangnya kesadaran warga untuk menambahkan pupuk
organik pada saat pemupukan pertama. Alasan petani tidak memupuk dengan
pupuk organik adalah suitnya mrngakses toko tani. Oleh sebab itu, diperlukan
penyuluhan untuk membuat kompos dari bahan-bahan sekitar, sehingga
masyarakat Desa Seriang secara mandiri dapat membuat pupuk sendiri dan
hasilnya diaplikasikan ke tanaman mereka.
Permasalahan peringkat ketiga adalah kualitas panen lada masih rendah.
Rendahnya kualitas lada hitam yang diproduksi leh masyarakat Desa Seriang
menyebabkan harga lada yang lebih murah dibandngkan dengan lada hitam
dengan kualitas pertama. Kurangnya pengetahuan akan proses panen dan
penanganan lada yang baik menyebabkan kualitas lada di Desa Seriang masih
rendah, padahal potensi lada hitam sangatlah tinggi. Hampir seluruh petani di
Desa Seriang memiliki lahan lada didukung pasar yang tersedia untuk
menampung seluruh hasil panen lada hitam di Desa Seriang. Oleh sebab itu,
diperlukan penyuluhan mengena panen dan pascapanen lada hitam di Desa
Seriang, agar pengetahuan petani meningkat dan kualitas lada semakin baik.
Permasalahan peringkat keempat adalah sulitnya mengakses kebutuhan
saprodi, salah satunya adalah mendapatkan EM4 untuk membuat pupuk organik
secara mandiri dan sebagai bahan pembenah tanah. Dengan memberi materi
penyuluhan tentang cara pembuatan mol, maka petani dapat termotivasi untuk
membuat pupuk organik secara mandiri tanpa harus ketergantungan akan toko
saprodi dalam memenuhi kebutuhan pupuk organik.
Berikut ini merupakan 4 materi penyuluhan yang cocok disuluhkan kepada
petani di Desa Seriang, antara lain : (1) Seleksi Benih Padi (2) Penangan Panen
dan Pascapanen Lada (3) Pembuatan Kompos sebagai bahan pembenah tanah
(4) Pembuatan MOL untuk Pupuk Organik. Output dari kompetensi ke-3 ini
adalah sinopsis materi penyuluhan yang dapat dilihat pada Lampiran 4.
55

Membuat Media Penyuluhan


Media penyuluhan dapat menunjang materi penyuluhan sehingga lebih
mudah untuk diterima dan dipahami oleh petani. Berikut ini merupakan media
penyuluhan yang digunakan sesuai dengan materi penyuluhan yang disuluhkan.
1) Seleksi Benih Padi
Media penyuluhan yang digunakan dalam materi penyuluhan
seleksi benih padi adalah alat peraga langsung dan disertai slide
powepoint untuk karena tujuan dari penyuluhan ini adalah agar petani
dapat melakukan seleksi benih padi. Dengan menggunakan alat peraga
langsung, maka petani menjadi lebih mudah mengingat bahan-bahan
dalam melakukan seleksi benih. Adapun alat peraga langsung yang
digunakan adalah benih wadah, benih padi, garam, telur, dan air.
2) Penanganan Panen dan Pascapanen Lada
Media penyuluhan dalam penyuluhan dengan materi panen dan
pascapanen lada adalah powerpoint dan folder. Media powerpoint
digunakan karena selain murah dalam biaya dan mudah, juga dalam
menyampaikan memiliki visualisasi yang baik sehingga petani dapat
mudah mengerti isi dalam materi. Media folder juga digunakan agar
petani memiliki pengangan ketika selesai mengikuti penyuluhan,
apabila petani lupa akan materi yang telah disampaikan dapat
membaca kembali rangkuman materi yang disajikan dalam folder.
3) Pembuatan Kompos
Media yang digunakan saat penyuluhan dengan materi
pembuatan kompos adalah alat peraga langsung, karena selain
menyesuaikan dengan metode demonstrasi proses juga dengan media
peraga langsung petani lebih mengerti dan mengingat terutama bahan-
bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos. Dalam kegiatan
penyuluha, petani merasakan langsung dengan cara melihat dan
meraba setiap bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos.
Adapun alat peraga yang digunakan terdiri dari cangkul, terpal, tanah
humus, hijauan, dedak, air, gula dan EM4.
4) Pembuatan MOL
Media yang digunakan dalam penyuluhan mengenai MOL adalah
alat peraga langsung, sehingga petani dapat mengingat dan mengerti
setiap bahan dan alat yang digunakan tanpa terkendala bahasa.
56

Penggunaan istilah dan bahan yang agak berbeda dirasakan saat


berada di Desa Seriang, terkadang petani agak kebingunan dengan
istilah yang digunakan dengan bahasa mereka sehari-hari.
Penggunaan alat peraga dapat mengatasi hal tersebut. Media brosur
juga digunakan agar petani dapat melihat kembali tahapan pembuatan
MOL saat mereka selesai mengikuti kegiatan penyuluhan.
Media penyuluhan yang digunakan dalam penyuluhan dapat dilihat dalam
Lampiran 4.

Mendesain Strategi Metode Penyuluhan


Metode penyuluhan yang digunakan disesuaikan dengan materi dan media
penyuluhan yang disajikan. Berikut ini merupakan metode penyuluhan yang
dipilih sesuai dengan Permentan No. 52 Tahun 2009 :
1) Seleksi Benih Padi
Metode yang digunakan pada penyuluhan seleksi benih padi
adalah demonstrasi cara, karena tujuan dari materi penyuluhan ini
adalah agar petani dapat melaksanakan kegiatan seleksi benih padi
sesuai dengan prosedur yang disampaikan. Petani akan lebih
mengingat apa yang disampaikan apabila mereka langsung melakukan
dan terlibat dalam kegiatan penyuluhan.
2) Penanganan Panen dan Pascapanen Lada
Metode yang digunakan pada penyuluhan penangan panen dan
pascapanen lada adalah dengan ceramah dan diskusi, karena dengan
metode ini selain murah dalam melaksanakannya, juga petani
terfasilitasi untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan memcahkan
permasalahan bersama berdasarkan materi yang disampaikan maupun
dari pengalaman antar petani.
3) Pembuatan Kompos
Metode yang digunakan dalam penyuluhan pembuatan kompos
adalah demonstrasi cara, karena prosedur pembuatan haruslah sesuai
dan dengan melibatkan petani maka mereka akan lebih mengingat apa
yang mereka kerjakan dibandingkan hanya melihat tayangan video
atau ceramah saja.
57

4) Pembuatan MOL
Metode yang digunakan dalam penyuluhan pembuatan MOL
adalah demonstrasi cara, karena prosedur pembuatan haruslah sesuai
dan dengan melibatkan petani maka mereka akan lebih mengingat apa
yang mereka kerjakan dibandingkan hanya melihat tayangan video
atau ceramah saja.

Melaksanakan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dibatasi dan hanya dilaksanakan sebanyak 4 kali di
di Desa Seriang, Kecamatan Badau karena keterbatasan waktu dan biaya.
Kegiatan Penyuluhan menggunakan prinsip POD (Pendidikan orang Dewasa)
dimana dalam melaksanakan penyuluhan haruslah bersifat interaktif dan
partisipatif, penyampaian materi yang singkat dan jelas dengan durasi
penyuluhan yang tidak terlalu lama, kemudian diakhiri dengan adanya diskusi
dan evaluasi. Penyusunan LPM (Lembar Pesiapan Menyuluh) dan sinopsis
dilakukan agar kegiatan penyuluhan dapat terukur dan terarah, adapun LPM
dadapat dilihat dalam Lampiran 4 . Berikut ini merupakan hasil pelaksanaan
penyuluhan yang dilakukan di Desa Seriang :
Tabel 9. Hasil Pelaksanaan Penyuluhan
No Materi Penyuluhan Media Metode Jumlah Petani
yang Hadir
1. Seleksi Benih Padi Alat Peraga, dan Ceramah dan 30
powepoint Demonstrasi Cara
2. Pengangan Panen dan Powepoint, dan folder Ceramah dan 23
Pascapanen Lada Diskusi
3. Pembuatan Kompos Ala peraga, dan Demonstasi Cara 18
brosur
4. Pembuatan MOL Ala peraga, dan Demonstasi Cara 18
brosur

Melaksanakan Penumbuhkembangan Kelembagaan Petani


Kegiatan penumbuhkembangan kelompok tani dilaksanakan di Desa
Seriang, Kec.Badau karena kondisi kelembagaan petani di Desa ini masih
kurang. Terdapat dua kelompok tani yaitu Kelompok Tani Batin Betuah dan
Kelompok Tani Pulanggana, dimana kedua kelompok tani ini merupakan
Kelompok Tani yang didirikan pada tahun 2012 hanya sebagai syarat untuk
mendapatkan program bantuan pupuk dan mesin cultivator. Fungsi kelompok
58

tani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi tidak berjalan
bahkan struktur kelompok dan administrasi kelompok pun tidak ada.
Mahasiswa Polbangtan Bogor mencoba untuk menumbuhkan kembali
kelompok tani di Desa Seriang, karena melihat tingginya antusias para petani
saat mengikuti penyuluhan dan beberapa masukan dari aparat desa dan tokoh
masyarakat. Kegiatan penumbuhkembangan yang dilakukan yaitu dengan
memberi penyuluhan dan motivasi tentang pentingnya kelembagaan dalam
petani, kemudian memfasilitasi untuk membentuk struktur kelompok tani yang
terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Kegiatan penumbuhan kelompok ini
dilakukan dengan metode FGD (Focus Grup Discussion). Hasil dari kegiatan ini
adalah berupa struktur dan data anggota kelompok yang kemudian diberikan
kepada penyuluh pertanian setempat agar dapat diberikan pembinaan kelompok
lebih lanjut. Hasil kerja unit kompetensi ini dapat dilihat dalam Lampiran 5.

PKL II di Kec. Sukajaya, Kab. Bogor


Magang Akses Infromasi Penyuluhan
Kegiatan magang akses informasi teknis, pemasaran, dan permodalan
dilakukan di dua Desa yaitu Desa Sipayung dan Desa Pasirmadang Kecamatan
Sukajaya. Pemilihan dua Desa tersebut dilakukan agar terdapat pembanding,
karena dua Desa tersebut memiliki potensi wilayah yang hampir sama, lokasi
yang berdekatan, namun berbeda penyuluh lapangan yag membinanya. Berikut
ini merupakan hasil dan penjelasan dari magang akses informasi berdasarkan
hasil wawancara dan yang dilakukan oleh petani, dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 10. Hasil magang akses informasi

Jenis Akses Desa Sipayung Desa Pasirmadang


Informasi
Teknis Teknologi pertanian dari Penyuluh lapangan,
Penyuluh, antar petani, Pelatihan pertanian, Pihak
pengalaman swasta (agen pestida)
Pemasaran Menunggu pengepul yang Menunggu pengepul yang
datang, menanyakan ke datang, menanyakan ke
rekan pasar, dan penyuluh rekan pasar, dan penyuluh
lapangan lapangan
Permodalan Menjual ternak, Menjual ternak, gabah,
menanyakann ke rekan hasil pertanian lain melalui
sesama petani, penyuluh dan pengepul dan langsung ke
bank pasar.
Sumber : Disusun oleh Penulis, 2018
Petani di Desa Sipayung dan Desa Pasirmadang masih memiliki
keterbatasan dalam mengakses informasi teknis, pasar dan permodalan. Oleh
59

sebab itu, Penulis melakukan magang untuk mencari tahu bagaimana cara
mengakses informasi teknis, pemasaran dan permodalan yang lebih luaas lagi
sehinggga dapat direkomendasikan kepada petani di Desa Sipayung dan Desa
Pasirmadang, Kecamatan Sukajaya. Berikut ini merupakan hasil dari magang
akses informasi :
1) Akses Informasi Teknologi
Kegiatan magang akses informasi teknologi dilakukan di Balai
Penyuluhan Pertanian Cigudeg sebagai pusat diseminasi teknologi pertanian
yang berasal dari berbagai sumber seperti Balitbangtan (Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian), BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian),
dan Dinas Pertanian. Petani dapat mendapatkan berbagai informasi
teknologi pertanian di BPP Cigudeg melalui Peyuluh dan POPT, juga
terdapat fasilitas perpustakaan untuk menunjang ketesediaan sumber
informasi teknologi pertanian. Selain dari BPP, kini telah ada sistem akses
teknoogi yang berbasis online dan melalui aplikasi android. Berikut ini
merupakan aplikasi android bagi petani untuk mengakses informasi
teknologi pertanian disajikan dalam tabel 11.
Tabel 11. Sumber Akses Informasi Teknologi Berbasis Android

No Aplikasi Keterangan
1. Mata Daun Aplikasi untuk menghitung kadar klorofil dan
nitrogen pada daun padi dan kedelai.
2. PETANI Aplikasi berbasis Android yang akan memudahkan
pakar menjawab secara langsung masalah-
masalah pertanian, melalui ponsel kepada
penanya.
3. Rice Doctor Aplikasi ini dikembangkan oleh International Rice
Research Institute (IRRI). Aplikasi ni berisi lebih
dari 100 permasalahan pada tanaman padi yang
umumnya terjadi di lapangan, seperti kekurangan
unsur hara, serangan OPT, faktor lingkungan, dan
permasalahan lainnya.
4. Katam Kalender Tanam Terpadu adalah pedoman atau alat
Terpadu bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular
tentang prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas
tanam potensial, wilayah rawan banjir dan kekeringan,
potensi serangan OPT, serta rekomendasi dosis dan
kebutuhan pupuk, varietas yang sesuai (pada lahan
sawah), dan data alsin berdasarkan prediksi
variabilitas dan perubahan iklim.
Sumber : Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kab.Bogor,
2017
60

2) Akses Informasi Pemasaran


Kegiatan magang akses informasi pemasaran dilakukan di pasar
Cigudeg yang merupakan pasar tterdekat dengan Kecamatan Sukajaya.
PD.Pasar Cigudeg merupakan bagian dari PD.Pasar Tohaga yang berpusat
di Cibinong, Kabupaten Bogor. Menurut Kepala Unit Pasar Bapak Aria
Maulana,ST bahwa untuk dapat memasarkan produk pertanian di Pasar
Cigudeg yaitu dengan membuka lokasi usaha yang berbentuk loss atau auni
atau lapak usaha. Akan tetapi untuk saat ini belum bisa membuka lapak baru
karena kondisi yang sudah penuh, namun alternatif lain yaitu dengan
bermitra dengan pedagang yang sudah memiliki lapak sendiri di pasar.
Sistem kerjasama yang dapat dilakukan antara lain menjadi sebagai
pemasok komoditas tertentu secara kontinyu kuantitas yang telah disepakati.
Proses kerjasama antara petani dan pedagang pasar dapat langsung
menghubungi pedagang bersangkutan tanpa perlu melalui PD.Pasar. Berikut
ini merupaka alur pemasaran bila bermitra dengan pedagang pasar :

Mencari pedagang yang


Petani perorangan atau sedang membutuhkan Bernegosiasi dan
kelompok menentukan penyuplai komoditas menyepakati kuantitas
komoditas yang tertentu atau dan jangka waktu
disuplai menawarkan produk pembayaran
yang dimiliki

Melakukan Mulai produksi dan


Mendistribusikan ke
administrasi dan menghitung waktu
produk ke pasar secara
pencatatan harian, produksi dan kapasitas
kontinyu
mingguan dan bulanan panen

Menerima hasil
pembayaran sesuai
yang disepakati

Gambar 3. Bagan alur pengajuan bermitra dengan pedagang

Kegiatan pemasaran komoditas pertanian juga saat ini sudah bisa


diakukan dengan bantuan aplikasi android dengan sistem online, berikut ini
merupakan beberapa contoh aplikasi untuk memasarkan hasil pertanian
yang disajikan pada tabel 11.
61

Tabel 11. Sumber Akses Informasi Teknologi Berbasis Android

No Aplikasi Keterangan
1. Tani Hub Aplikasi yang memudahkan petani dalam menjual
hasil panennya. Tujuan : Memberikan keadilan bagi
petani agar bebas dari perantara atau
tengkulaknyang bermain harga dan menekan
mereka.
2. Limakilo Aplikasi ini menghubungkan petani secara
langsung dengan konsumen baik pebelian partai
besar maupun kecil dengan sistem transaksi yang
terbuka sehingga megnuntungkan kedua belah
pihak.
3. Pantau Harga Aplikasi yang berisi fitu utama cek harga, kirim
harga dan jual komoditas. Penggun aplikasi ini
dapat mengetahui informasi harga pangan resmi di
pasar, sehingga dapat melakukan transaksi dengan
petani secara langsung dan transparan.
4. Nurbaya Aplikasi ini menghubungkan petani secara
Initiative langsung dengan konsumen baik pembelian partai
besar maupun kecil dengan sistem transaksi yang
terbuka sehingga menguntungkan kedua belah
pihak.
Sumber : Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kab.Bogor,
2017

3) Akses Informasi Permodalan


Kegiatan magang akses informasi permodalan dilakukan di Bank BRI
Unit Cigudeg, karena merupakan Bank Konvensional yang paling dekat
dengan Kecamatan Sukajaya. Berdasarakan hasil penulusuran informasi
dari pihak pernbankan terdapat produk Bank BRI sebagai alternatif
permodalan yaitu KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI.
KUR atau Kredit Usaha Rakyat merupakan salah satu program yang
ditawarkan oleh BRI dalam rangka menanggapi program pemerintah berupa
pinjaman modal usaha. Dalam hal ini, modal yang diberikan 100% berasal
dari bank yang menjalankan KUR kepada rakyat Indonesia. Jenis KUR untuk
sektor agribisnis adalah KUR Mikro Pertanian yang memiliki plafon hingga
maksimal 25 juta dan tanpa memerlukan jaminan. Saat ini suku bunga KUR
Mikro adalah 7%. Berikut ini merupakan tatacara dalam mengajukan KUR
Mikro BRI :
62

a) Pemohon (UMKMK) mengajukan surat permohonan KUR kepada bank


dengan melampiri dokumen seperti legalitas usaha (jika ada), perizinan
usaha, catatan keuangan dan sebagainya
b) Bank mengevaluasi/analisa kelayakan usaha UMKMK berdasarkan
permohonan UMKMK tersebut
c) Apabila menurut bank, usaha UMKMK layak maka bank menyetujui
permohonan KUR. Keputusan pemberian KUR sepenuhnya merupakan
kewenangan bank
d) Bank dan UMKMK menandatangani Perjanjian Kredit/Pembiayaan.
e) UMKMK wajib membayar/mengangsur kewajiban pengembaalian KUR
kepada bank sampai lunas
Proses pengajuan KUR biasanya membutuhkan waktu 3-7 hari kerja
sampai dana KUR yang Anda ajukan dicairkan. Dana ini akan ditransfer ke
rekening pribadi Anda tentunya dengan menggunakan tabungan BRI. Untuk
informasi persyaratan, brosur dan tabel angsuran dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Memetakan Potensi Wilayah Desa
a) Desa Sipayung
Desa sipayung adalah salah satu Desa di Kecamatan Sukajaya
berada pada kordinat 6°34’ 26’’ S, 106°30’ 2’’ E memiliki luas wilayah 677,69
Ha. Berikut ini adakah batas-batas wilayah administratif pemerintahan Desa
Sipayung.
Sebelah Utara : Desa Sukamaju, Kec.Cigudeg
Sebelah Timur : Jayaraharja Kec. Sukajaya
Sebelah Selatan : Desa Sukajaya, Kec.Sukajaya
Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Sukamulih
Topografi Desa Sipayung berupa wilayah yang bervariasi mulai dari
daaran rendah sampai pegunungan/ perbukitan yang berada pada
ketinggian 350 – 400 mpdl dengan suhu rata-rata berkisar 25 - 36°C. Desa
Sipayung terdiri dari 5 Dusun, 10 RW dan 30 RT, Orbitrasi dan waktu
tempuh dari ibukota Kecamatan 1 km dan ke BPP 14 km. (Monografi Desa
Sipayung, 2017)
Luas areal pesawahannya adalah 207 Ha dengan setengah
luasannya merupakan lahan sawah tadah hujan. Luas areal yang paling
besar adalah Hutan Rakyat yang mencapai 349,8 Ha atau sekitar 50% dari
63

luas Desa Sipayung. Luas lahan tegalan adalah 31 Ha yang ditanami


dengan komoditas hortikultura dan palawija.
Komoditas utama bagi masyarakat Desa Sipayung adalah padi,
sedangkan lahan tagalan sering ditanami komoditas cabai, kacang panjang,
terong, dan jagung. Lahan hutan rakyat ditanami oleh tanaman keras seperti
pohon sengon dan jati, serta sebagian ditanami cengkeh dan pala oleh
masyarakat Desa Sipayung.
Fasilitas penunjang yang ada di Desa Sipayung cukup memadai
seperti Lapangan, masjid, sekolah, Posyandu dan Puskesmas. Setiap rumah
penduduk, rata-rata memiliki kandang ternak ayam dan ternak domba
sebagai tambahan penghasilan mereka.

b) Desa Pasirmadang
Desa Pasirmadang adalah salah satu Desa di Kecamatan Sukajaya
berada pada kordinat 6°35’ 30’’ S, 106°28’ 37’’ E memiliki luas wilayah 1.749
Ha. Berikut ini adakah batas-batas wilayah administratif pemerintahan Desa
Sipayung.
Sebelah Utara : Desa Jugalajaya, Kec.Jasinga
Sebelah Timur : Desa Kiarasari, Kec. Sukajaya
Sebelah Selatan : Desa Cisarua, Kec.Sukajaya
Sebelah Barat : Desa Cileuksa, Kec. Sukajaya
Topografi Desa Sipayung berupa wilayah yang bervariasi mulai dari
daaran rendah sampai pegunungan/ perbukitan yang berada pada
ketinggian 350 – 400 mpdl dengan suhu rata-rata berkisar 25 - 36°C. Desa
Pasirmadang terdiri dari 3 Dusun, 6 RW dan 27 RT, Orbitrasi dan waktu
tempuh dari ibukota Kecamatan 1 km dan ke BPP 14 km.
Luas areal pesawahannya adalah 118 Ha dengan setengah
luasannya merupakan lahan sawah tadah hujan. Luas lahan darat mencapai
2.519 Ha, dimana area yang paling besar adalah Hutan Rakyat yang
mencapai 865 Ha dan Perkebunan Negara 800 Ha. Luas lahan tegalan
adalah 654 Ha yang ditanami dengan komoditas hortikultura dan palawija.
(Programa BPP X Cigudeg, 2017)
Komoditas utama bagi masyarakat Desa Sipayung adalah padi, dan
palawija, seperti ubi, singkong, jagung, cabai, terong, kacang panjang,
tomat, dll. Lahan hutan rakyat ditanami oleh tanaman keras seperti pohon
64

sengon dan jati, serta sebagian ditanami cengkeh dan pala oleh masyarakat
Desa Pasirmadang. Cengkeh menjadi komoditas unggulan Desa
Pasirmadang, dan saat ini sedang mengembangkan komoditas pala di Desa
Pasirmadang.
Fasilitas penunjang yang ada di Desa Sipayung cukup memadai
seperti Kantor Kecamatan, Mesjid, Sekolah, dan Posyandu. Setiap rumah
penduduk, rata-rata memiliki kandang ternak ayam dan ternak domba
sebagai tambahan penghasilan mereka.

Melaksanakan Evaluasi Penyuluhan Pertanian


a) Karakteristik Responden
Petani yang ada Desa Sipayung Kecamatan Sukajaya pada umumnya
berusaha tani padi. Kepemilikan lahan petani di Desa Sipayung merupakan
lahan milik sendiri, sewa dan penggarap.
Evaluasi yang dilaksanakan adalah evaluasi perilaku petani terhadap
penerapan jarwo di Kelompok Tani Sauyunan Desa Sipayung dengan
jumlah responden sebanyak 30 orang yang seluruhnya merupakan anggota
Kelompok Tani Sauyunan. Karakteristik responden yang dibatasi hanya
umur, tingkat pendidikan, lama berusaha tani dan luas garapan. Berikut ini
merupakan karakteristik responden disajikan dalam grafik pada gambar 3.

Sebaran Karakteristik Petani Responden


100
95
90 80
85
80 70
75
70
Persentase (%)

65 57
60 50
55
50
45
40 33 30
35 27
30 20
25 17 17
20
15
10 0
5
0
Umur Tingkat Pendidikan Lama Bertani Luas Garapan

28-41 th; SD; <15 th; <0,25 ha 42-56 th; SMP; 15-25 th; >0,25 ha
57-70 th;Tidak Sekolah; >25 th;

Gambar 4. Grafik Sebaran Karakteristik Petani Responden


65

1) Umur
Umur petani responden yang menjadi responden yang paling
muda adalah petani yang berumur 28 tahun sedangkan yang paling tua
adalah petani dengan berumur 41 tahun, sehingga pembagian golongan
umur responden dibagi menjadi tiga interval umur, berikut ini merupakan
tabel distribusi petani responden menurut umur :

Tabel 12. Distribusi Petani Responden Menurut Umur

Umur Petani Jumlah Persentase (%)


28 - 41 tahun 17 orang 56,7
42 - 56 tahun 8 orang 26,7
57 - 70 tahun 5 orang 16,7
Total 32 orang 100
Sumber : Data diolah oleh penulis, 2018

Berdasarkan tabel distribusi petani responden, bahwa rata-rata


umur yang paling tinggi adalah pada rentang umur 28-41 tahun dengan
persentase 56,7%, dimana usia ini adalah kategori usia yang produktif.
Menurut Pratiwi (2012) usia petani yang produktif berada pada usia <44
tahun yaitu termasuk dalam kelas tinggi, dimana petani masih memiliki
kinerja yang maksimal dalam mengelola lahan pertanian. Sehingga
semakin muda muda umur petani maka tingkat kinerjanya akan semakin
tinggi dan akan memiliki perilaku dalam mengelola lahan yang baik.

2) Tingkat Pendidikan
Berikut ini merupakan karakteristik petani menurut tingkat
pendidikan yang dibagi dalam beberapa tingkatan pendidikan, namun
hanya tingkat pendidikan SD, SMP, dan tidak tamat SD saja yang
disajikan pada tabel 12.

Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)


SD 24 orang 80
SMP 0 orang 0
Tidak Tamat SD 6 20
66

Total 32 orang 100


Sumber : Data diolah oleh penulis (2018)

Rata-rata pendidikan petani responden yang ada di Desa


Banjaran adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu 80%, untuk pendidikan
mereka tidak banyak yang tinggi, dikarenakan pemikiran SDM (Sumber
Daya Manusia) yang masih rendah tentang pendidikan. Masih terdapat
petani yang tidak tamat SD dan cukup tinggi yaitu 20% hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran akan pendidikan masih rendah di
kalangan masyarakat petani di Desa Sipayung.

3) Lama Berusaha tani


Berikut ini merupakan distribusi petani responden berdasarkan
lamanya dalam melakukan usaha tani yang dibagi kedalam 3 kriteria
yaitu kurang dari 15 tahun, 15-25 tahun dan lebih dari 25 tahun,
dibawah ini disajikan dalam tabel 13.
Tabel 14. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Lama Berusaha Tani

Lama Berusaha Tani Jumlah Persentase (%)


<15 tahun 15 orang 50
15-25 tahun 5 orang 17
>25 tahun 10 orang 33
Total 32 orang 100
Sumber : Data diolah oleh penulis (2018)

Rata-rata petani responden di Desa Sipayung telah bertani kurang


dari 15 tahun, sehingga pengalaman petani masih belum cukup lama.
Hal ini juga sesuai dengan sebaran menurut umur petani yang berumur
antara 28-41 tahun paling banyak, diikuti dengan pengalaman bertani
lebih dari 25 tahun di posisi kedua terbanyak yaitu sepertiganya dari
responden. Menurut Pratiwi (2012), petani yang memiliki pengalaman
bertani lebih dari 25 tahun yaitu dalam klasifikasi kelas tinggi memiliki
pengalaman yang lebih luas karena berkaitan dengan pengalamannya
dalam bertani sehingga pengetahuannya pun semakin luas.
Semakin lama petani dalam melakukan usaha tani maka
pengetahuan semakin banyak namun akan menjadi sulit dalam
menerima inovasi baru karena sudah terbiasa dengan teknologi lama.
67

Dengan pengalaman kurang dari 15 tahun, maka petani masih dapat


menerima inovasi dan teknologi yang diberikan oleh penyuluh.

4) Luas Garapan
Berikut ini merupakan distribusi petani responden berdasarkan
luasan garapan usaha taninya, dimana dibagi kedalam dua ketegori
yaitu luas kurng dari 0,25 ha dan lebih dari 0,25 ha dapat dilihat pada
tabel 14.

Tabel 15. Distribusi Petani berdasarkan luas garapan

Luas Garapan Jumlah Persentase (%)


< 0.25 ha 21 orang 70
> 0.25 ha 9 orang 30
Total 32 orang 100,0

Rata-rata luas garapan petani responden di Desa Sipayung


kurang dari 0.25 ha yaitu sebesar 70%, dan yang memiliki lahan lebih
dari 0,25 ha hanya 30%. Hal ini berdampak pada tingkat perubahan
perilaku petani terhadap adopsi inovasi karena dengan luas garapan
yang tinggi, petani leluasa dalam mencoba pada luasan yang sedikit
terlebih dahulu. Apabila luas lahan sedikit, petani harus mencoba pada
seluruh luasan wilayahnya jika ingin melakukan lahan percobaa
terhadap suatu teknologi yang dianggap baru bagi mereka.

b) Aspek Perilaku Petani


1) Pengetahuan Petani

Pengetahuan petani diukur menggunakan instrument kuesioner


mengenai teknologi pola tanam sistem jajar legowo. Kuesioner tersebut
digunakan untuk mengukur seberapa jauh penyerapan terhadap
teknologi pola tanam sistem jajar legowo. Materi mengenai teknologi
pola tanam sistem jajar legowo, dibuat menjadi 12 pertanyaan yang
mengukur tingkat pengetahuan petani. Adapun pengetahuan petani
dibagi menjadi empat kategori yaitu kategori tidak tahu, kurang tahu,
tahu, dan sangat tahu.
68

Tabel 17. Distribusi Pengetahuan Petani


Persentase
Kategori Skor Jumlah
(%)
Tidak Tahu 1,00 - 1,74 0 0.0%
Kurang Tahu 1,75 - 2,49 1 3.3%
Tahu 2,50 - 3,24 10 33.3%
Sangat Tahu 3,25 - 4,00 19 63.4%
Total 30 100%
Sumber: Data diolah oleh penulis, 2018

Pengetahuan petani dalam kategori tidak tahu sebanyak 0 orang


(0%), pengetahuan petani dalam kategori kurang tahu sebanyak 1 orang
(3,3%), pengetahuan petani dalam kategori tahu sebanyak 10 orang
(33,3%) dan pengetahuan petani dalam kategori sangat tahu sebanyak
10 orang (63,4%).
Analisis secara keseluruhan menunjukkan tingkat pengetahuan
petani berada pada kategori dangat tahu (kisaran skor 3,25 - 4,00)
dengan jumlah sebanyak 10 orang (63.4%).
Mayoritas petani memiliki tingkat pengetahuan sangat tahu
mengenai teknologi jajar legowo yang disampaikan penyuluh kepada
petani. Menurut Roudhonah (2007) dalam Pratiwi (2017) bahwa
pengetahuan merupakan suatu penerimaan yang cermat dari isi stimulir
yang dimaksudkan oleh komunikator. Dilihat dari jawaban pertanyaan
yang dijawab oleh petani mengenai sistem legowo ternyata petani dapat
menyerap materi penting yang diberikan oleh penyuluh.
Pada evaluasi teknologi pola tanam sistem jajar legowo
menunjukkan usia responden yang paling tinggi pada usia 28-42 tahun.
Pada usia itu termasuk kedalam usia produktif. Responden
menunjukkan sifat berfikir yang sudah matang untuk mempelajari
situasi-situasi yang baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah
dipelajari, penalaran analogi dan berfikir kreatif. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Jika dihubungkan umur dengan pengetahuan, maka semakin
bertambahnya umur maka akan semakin banyak pengalaman yang
dilimiki oleh petani dan semakin banyak informasi yang diperoleh.
Pada evaluasi teknologi pola tanam sistem jajar legowo responden
sangat menyadari akan pentingnya tingkat pendidikan yang menjadi
69

jembatan untuk menjadi yang berkualitas termasuk respon terhadap


informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin
mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengalaman
yang dilimiliki, dalam hal ini khususnya pengetahuan tentang teknologi
sistem pola tanam jajar legowo.
Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat
pengetahuan perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Namun, pada evaluasi teknologi sistem pola tanam jajar
legowo yang dilaksanakan di Desa Sipayung menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan petani masih rendah. Hasil analisis dapat diketahui
bahwa tingkat pendidikan responden hanya pada lulusan SD. Pada
evaluasi ini, tingkat pendidikan rendah tidak menghambat pengetahuan
petani terhadap teknologi pola tanam sistem jajar legowo, karena petani
mendapatkan pendidikan non formal, pengalaman dan kebiasaan petani
dalam melaksanakan budidaya padi dengan sistem jajar legowo sangat
mempengaruhi tingkat pengetahuannya.
Petani Desa Sipayung hingga saat ini masih melaksanakan
budidaya padi dengan sistem jajar legowo, meskipun ada beberapa
yang tidak melaksanakan. Dari pengalaman dan terbiasanya dalam
pelaksanaan, sehingga pengetahuan petani menunjukkan kategori
sangat tahu.
Pengalaman berusaha tani di Desa Sipayung masih tergolong
singkat yaitu <15 tahun, namun hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi
terhadap tingkat pengetahuan petani dalam menerima teknologi jajar
legowo karena dengan pengalaman bertani yang belum terlalu lama
akan lebih cepat menerima teknologi baru. Pengalaman usaha tani yang
terlampau lama akan sulit untuk merubah kebiasaan lama dan sulit
menerima teknologi yang diberikan penyuluh.
Luas lahan usaha tani di Desa Sipayung mayoritas kurang dari
0,25 ha, namun hal tersebut juga tidak mempengaruhi terhadap tingkat
pengetahuan petani. Menurut pengalaman salah seorang petani, saat
memulai mencoba teknologi jajar legowo, petani Sipayung mencoba
secara serentak dan mendapatkan hasil yang berbeda dari sistem tegel
sehingga tidak perlu mencoba pada sebagian lahan terlebih dahulu.
70

Untuk meningkatkan pengetahuan, terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhinya, antara lain umur, dan pengalaman lamanya
berusaha tani. Sedangkan tingkat pendidikan dan luas garapan tidak
berpengaruh terhadap pengetahuan pertani. Meskipun seseorang
memiliki pendidkan yang rendah dan usia yang muda atau tua tetapi jika
mendapatkan informasi dan pengalaman yang baik dari berbagai unsur
maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan petani. Luas
garapan yang kecil tidak menjadikan petani ragu untuk mencoba
teknologi jajar legowo karena sudah yakin dan mengerti tentang
teknologi jajar legowo.

2) Sikap Petani
Kuesioner digunakan untuk mengukur sikap petani mengenai
teknologi jajar legowo yang telah diberikan oleh penyuluh dan
diharapkan menunjukkan sikap positif. Sikap petani terhadap teknologi
sistem pola tanam jajar legowo dibagi menjadi empat kategori yaitu
kategori tidak setuju, kurang setuju, setuju, dan sangat setuju. Adapun
hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Distribusi Sikap Petani


Kategori Skor Rata-rata Jumlah Persentase (%)
Tidak Setuju 1,00 - 1,74 0 0.0%
Kurang Setuju 1,75 - 2,49 3 10.0%
Setuju 2,50 - 3,24 25 83.3%
Sangat Setuju 3,25 - 4,00 2 6.7%
Total 30 orang 100
Sumber: Data diolah oleh penulis tahun, 2018

Sikap petani terhadap teknologi jajar legowo yang termasuk dalam


kategori tidak setuju adalah 0 orang (0%), sikap petani dalam kategori
kurang setuju hanya 3 orang (10 %), sikap petani dalam kategori tinggi
sebanyak 25 orang (83,3%) dan pada kategori sangat setuju hanya 2
orang (6,7%).
Sikap petani secara keseluruhan adalah tinggi, karena mayoritas
petani menunjukan tingkat sikap yang positif terhadap teknologi
penanaman sistem jajar legowo setelah menerima penyuluhan Jarwo
yaitu lebih dari 80% yang memyatakan setuju.
71

Menurut Siska (2017), berkembangnya sikap petani berjalan


dengan umur. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur juga
berkaitan dengan kematangan akal dalam menerima, menghayati dan
mensikapi sesuatu. Seiring bertambahnya umur seseorang,
kematangan akal juga semakin tumbuh dengan kuat, sehingga
menumbuhkan sikap yang semakin baik pada diri seseorang. Hal ini
sesuai antara tingkat sikap petani dengan karakteristik petani
responden, dimana mayoritas umur responden adalah 28 – 42 tahun.
Selain umur, juga terdapat karakteristik lain yaitu lamanya petani
dalam berusaha tani yaitu berkaitan dengan pengalaman petani.
Karakteristik pengalaman bertani responden mayoritas adalah lebih
kurang dari 15 tahun hal ini berpengaruh terhadap sikap petani dalam
menerapkan teknologi setelah mendapatkan materi jajar legowo. Sama
seperti pengetahuan, petani akan membandingkan sistem tanam jajar
legowo dengan apa yang dialami sesuai dengan pengalaman bertani
mereka. Mereka merasa puas apabila apa yang sudah mereka lakukan
ternyata sudah sesuai dengan haarapan dan hasil yang nampak dalam
waktu singkat dan merasa kurang puas apabila gasilnya tidak sesuai
dengan harapan mereka. Oleh sebab itu petani akan mencoba apa yang
tidak sesuai itu sehingga merasa puas dan setuju karena telah
dilakukan secara langsung di lahan garapan mereka.
Menurut salah seorang responden melalui wawancara
mengatakan bahwa mayoritas petani di Desa Sipayung memiliki luas
garapan lebih dari 2000 m2, meskipun tidak terlalu luas namun petani
masih antusian dalam menca menerapkan cara tanam jajar legowo.
Menurut Siska (2017), pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan baik
di sekolah ataupun di luar sekolah. Makin tinggi pendidikan, makin
mudah seseorang menerima pengetahuan.
Sama halnya dengan tingkat pengetahuan yang telah dibahas
sebelumnya, dari hasil analisis bahwa petani di Desa Sipayung
menunjukkan tingkat pendidikan yang rendah yaitu berpendidikan SD.
Meskipun tingkat pendidikan rendah, petani di desa Sipayung dapat
72

menerima program teknologi pola tanam sistem jajar legowo. Petani


Desa Sipayung menunjukkan sikap petani yang tinggi. Dengan sikap
yang tinggi karena adanya kesadaran petani dalam menyadaran
terdapat keuntungan dari sistem jajar legowo, antara lain jumlah bibit
yang lebih hemat dan mempermudah dalam perawatan.
Tabel 16. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Petani Per-Indikator
No Indikator Pengetahuan Kategori Sikap Kategori
1 Pengertian Jajar Legowo 2,80 Tahu 3,25 Sangat Setuju
2 Baris Tanam 3,33 Sangat Tahu 2,94 Setuju
3 Jarak Tanam 2,75 Tahu 3,00 Setuju
4 Cara Tanam 3,61 Sangat Tahu 2,89 Setuju
5 Pemupukan 3.42 Sangan Tahu 2,53 Setuju
Sumber : Data diolah oleh Penulis tahun 2018
Keterangan :

Tidak Tahu/ Setuju 1,00 - 1,74


Kurang Tahu/ Setuju 1,75 - 2,49
Tahu/ Setuju 2,50 - 3,24
Sangat Tahu/ Setuju 3,25 - 4,00

Dari tabel 15 menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap petani


terhadap teknologi pola tanam sistem jajar legowo berdasarkan masing-
masing indicator. Terdapat 3 dari 5 indikator mendapatkana hasil sangat
tahu pada tingkat pegnetahuan. Pada indikator pengertian jajar legowo
dan jarak tanam termasuk dalam kategori tahu, hal ini dikarenakan
petani masih belum memahami dengan baik mengenai manfaat jajar
legowo secara luas, serta penggunaan jarak tanam yang masih belum
dapat membedakan istilah jarwo 2:1 dan 4:1. Meski demikia, secara
kesulurahan tingkat pengetahuan petani sudah baik dan mengetahui
tentang teknolog jajar legowo.
Tingkat sikap petani rata-rata menunjukkan sikap setuju terhadap
4 indikator, dan hanya 1 indikator yang menyatakan sangat setuju.
Indikator pengertian jajar legowo mendapatkan hasil sangat setuju, hal
ini dikarenakan petani mulai sadar akan manfaat yang dirasakan setelah
melakukan penanaman dengan cara legowo, sedangkan indikator
lainnya meunjukan sikap setuju karena terdapat hal-hal teknis yang
masih kurang sesuai dan masih dianggap sulit untuk dilakukan oleh
73

petani. Meski demikian, secara kesuluruhan petani menunjukan sikap


yang positif terhadap teknologi jajar legowo.

3) Keterampilan Petani
Keterampilan petani diukur menggunakan instrumen kuesioner
mengenai teknologi pola tanam sistem jajar legowo. Kuesioner tersebut
digunakan untuk mengukur seberapa jauh keterampilan petani dalam
melakukan teknologi pola tanam sistem jajar legowo. Materi mengenai
teknologi pola tanam sistem jajar legowo, dibuat menjadi 4 pertanyaan
yang mengukur tingkat keterampilan petani. Adapun ukuran
keterampilan petani dibagi menjadi empat kategori yaitu kategori tidak
terampil, kurang terampil, terampil, dan sangat terampil. Berikut ini
merupakan tabel distribusi keterampilan petani yang disajikan pada
tabel 17.
Tabel 17. Distribusi Keterampilan Petani
Persentase
Kategori Skor Jumlah
(%)
Tidak Terampil 1,00 - 1,74 4 13.3%
Kurang Terampil 1,75 - 2,49 10 33.3%
Terampil 2,50 - 3,24 13 43.4%
Sangat Terampil 3,25 - 4,00 3 10.0%
Total 30 100%
Sumber: Data diolah oleh penulis, 2018

Keterampilan petani dalam kategori tidak terampil sebanyak 4


orang (13,3%), kategori kurang terampil sebanyak 10 orang (33,3%),
pengetahuan petani dalam kategori terampil sebanyak 13 orang (43,4%)
dan pengetahuan petani dalam kategori sangat terampil sebanyak 3
orang (10,0%).
Analisis secara keseluruhan menunjukkan tingkat keterampilan
petani berada pada kategori terampi dengan jumlah 13 orang (43.4%).
Tingkat keterampilan petani terhadap teknologi jajar legowo masih
banyak yang kurang terampil bahkan tidak terampil, hal ini dikarenakan
dalam pelaksanaannya di sawah petani masih mengalami kesulitan
dalam menerapkan beberapa komponen dalam teknologi jajar legowo.
Berikut ini disajikan skor penilaian petani berdasarkan tiap variable
pengukuran pada tabel 18.
74

No Indikator Jumlah Kategori


1 Pembuatan jarak tanam menggunakan 2.90 Terampil
caplak
2 Penanaman 3 bibit/lubang tanam 2.53 Terampil
3 Pemberian Bahan Organik 2.07 Kurang Terampil
4 Pengaturan populasi tanaman secara 2.20 Kurang Terampil
optimum
Sumber : Data diolah oleh Penulis (2018)
Keterangan:

Tidak Terampil 1,00 - 1,74


Kurang Terampil 1,75 - 2,49
Terampil 2,50 - 3,24
Sangat Terampil 3,25 - 4,00

Berdasarkan tabel 18, untuk indikator pembuatan jarak tanam


menggunakan caplak aspek keterampilan termasuk kategori terampil
karena sebagian petani sudah memiliki alat caplak jarwo, namun meski
menggunakan caplak tegel petani masih dapat menggunakannya saat
tanam jajar legowo. Petani sudah memiliki pengetahuan yang baik
tentang pola tanam legowo dengan mengosongkan satu barisan setiap
dua barisan yang akan ditanami.
Penanaman 3 bibit perlubang tanam termasuk dalam kategori
terampil, karena petani sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang
baik terhadap penggunaan jumlah bibit yang optimal untuk tanam jajar
legowo. Penanam 3 bibit perlubang tanam memang perlu adaptasi
kembali karena sebelumnya petani terbiasa menanam bibit hingga 7bibit
perlubang tanam pada sistem tegel, namun petani responden mengaku
telah terampil dalam menanam benih dengan jumlah 3 bibi perlubang
tanam.
Pengujian benih bermutu dengan cara seleksi benih banyak petani
yang bisa, karena dilihat dari nilai 144 dengan kategori terampil. Hasil
wawancara juga memeng petani sudah mendapatkan pengetahuan
tentang uji benih sehingga petani banyak yang sudah bisa
melakukannya.
Pemberian bahan oganik juga termasuk baik terampil dengan niali
129, karena memang biasa menggunakan kotoran ternak mereka
sehingga mereka dalam menentukan bahan organik yang siap
75

digunakan memang sudah terampil. Sehingga dalam menentukannya


terlihat sangat cekatan dari petani itu sendiri.
Berdasarkan hasil data kuesioner uji keterampilan dalam tanam
jajar legowo meraka sangat terampil dengan nilai 172. Dari hasil uji
banyak yang telaten dalam penanaman jajar legowo 2:1 ini, karena
semua responden sudah pernah menggunakan tanam jajar legowo
sebelumnya sehingga dalam uji keterampilan sudah sangat telaten.
Uji keterampilan pemupukan dalam barisan jajar legowo juga
kategori sangat terampil dengan nilai 163. Memang sudah diajarkan
oleh penyuluh bagaimana cara pemupukan dalam barisan jajar legowo
yang baik dan benar. Jadi petani dalam melakukan pemupukan dalam
barisan jajar legowo rata-rata sudah sangat baik.
Pemberian bahan organik saat pengolahan lahan ermasuk dalam
kategori kurang terampil, karena petani mayoritas masih jarang
menggunakan bahan organik dan membenamkan jerami bekas panen
pada saat pengolahan lahan. Alasannya karena sulitnya mendapatkan
bubuk organik dan biaya yang tinggi, dan juga kesulitan dalam
pengolahan menggunakan traktor apabila membenamkan jerami
setelah panen.
Pengaturan populasi tanaman secara optimum termasuk dalam
kategori kurang terampil, karena petani mengaku masih belum dapat
mengoptimalkan jumlah populasi dan kebutuhan bibit, dikarenakan
terjadinya serangan hama keong saat umur bibit muda dan jumlah bibit
sedikit. Oleh seba itu sebagian petani kembali lagi kepada sistem tegel
karena jumlah kebutuhan bibit yang tidak terlalu banyak dan dapat
mengatasi serangan hama keong karena jumlah tanam bibit lebih
banyak.

Pengabdian Masyarakat di Wilayah Perbatasan


Kegiatan pengabdian masyarakat di wilayah perbatasan merupakan
kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan tujuan PKSN. Berikut ini hasil
kegiatan yang dilakukan saat melakukan pengabdian masyarakat di Desa
Seriang, Kec. Badau, Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat :
1) Membantu Penyuluh dalam menyusun Monografi dan Programa Desa
2) Melakukan Penyuluhan berdasarkan analisis permasalahan Desa
76

3) Membantu Penyuluh dalam mendata unggas untuk vaksinasi ayam


4) Membuat kebun percontohan Hortikultura
5) Melakukan vaksinasi ternak ayam dan babi
77

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1. Kegiatan IPW dilakukan di Desa Seriang, Kec.Badau dimana potensi utama
di Desa Seriang adalah komoditas lada dan padi ladang dan juga masih
banyaknya areal yang tidak dapat ditanami. Adapun permasalahannya
adalah produktivitas padi ang masih rendah dan kualitas lada yang semakin
menurun.
2. Program yang terdapat di Desa Seriang lebih banyak dalam sektor
pembangunan Desa dan infrastruktur Desa. Sedangkan prosedur
penyusunan programa masih belum sesuai dengan aturan, sehingga
dilakukan penyusunan programa Desa yang melibatkan petani.
3. Materi penyuluhan ditentukan dari hasil diagram peringkat, antara lain
seleksi benih padi, panen dan pascapanen lada, pebuatan kompos dan
MOL.
4. Media penyuluhan yang digunakan antara lain alat peraga langsung,
powerpoint, dan media tercetak seperti folder dan brosur.
5. Metode penyuluhan yang dipilih menyesuaikan dengan materi penyuluhan
yang dibawakan antara lain demonstrasi cara dan ceramah.
6. Potensi Desa Sipayung, Kecamatan Sukajaya antara lain padi dan pala,
sedangkan potensi Desa Pasirmadang adalah padi dan cengkeh karena
kedua wilayah ini masih banyak wilayah perkebunan wakyat dan hutan
Negara.
7. Kegiatan magang akses informasi dilakukan di Kecamatan Sukajaya antara
lain megang akses informasi teknologi dilaksanakan di BP3K X Cigudeg,
akses informasi permodalan dilakukan di Bank BRI Unit Cigudeg, dan akses
informasi pemasaran dilakukan di PD.Pasar Cigudeg karena keterbatasan
akses informasi di Kecamatan Sukajaya.
8. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan di Desa Serang, Kecamatarn Badau
sebanyak empat kali dengan materi penyuluhan tentang seleksi benih padi,
panen dan pascapanen lada, pembuatan kompos, dan pembuatan MOL.
9. Kegiatan penumbuhkembangan kelembagaan petani dilakukan di Desa
Seriang dengan memberikan materi penyuluhan tentang dinamika kelompok
agar kelompok tani di Desa Seriang yang sudah tebentuk dapat aktif
kembali.
78

10. Evaluasi yang dilakukan adalah perilaku petani terhadap teknologi jajar
legowo di Desa Sipayung, Kecamatan Sukajaya dengan hasil tingkat
pengetahuan petani termasuk dalam kategori Sangat tahu (63,4%), Sikap
dengan hasil Setuju (83,3%) dan Keterampilan dalam ketegori terampil
(43,4%).

Saran
Saran untuk di wilayah Desa Seriang, Kecamatan Badau diperlukan
kegiatan pembinaan lebih lanjut dan diseminasi teknologi melalui kegiatan
penyuluhan berdasarkan hasil IPW yang lebih terinci agi karena keterbatasan
waktu yang hanya satu bulan sehingga sangat kurang hingga petani mencapai
kemandirian. Sedangkan untuk di Kecamatan Sukajaya, potensi desa masih
perlu digali lagi dan perlu pengembangan dalam hal akses pemasaran karena
lokasi Kecamatan Sukajaya cukup sulit diakses dari pusat keramaian. Hasil
evaluasi terhadap perilaku menunjukkan hasil yang baik sehingga perlu
dikembangkan menjadi teknologi jarwo super untuk medongkrak produktifitas
padi di Desa Sipayung, Kecamatan Sukajaya.
79

DAFTAR PUSTAKA

[DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN] Direktoran Kelautan. 2006.


Panduan Pengambilan Data Dengan Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)
Dan Participatory Rural Appraisal (PRA).
[KEMENTAN]. Kementerian Pertanian. 2016. Pedoman Penyusunan Programa
Penyuluhan Pertanian. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 tahun 2016.
[KEMENTAN]. Kementerian Pertanian. 2016. Pembinaan Kelembagaan Petani.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67 Tahun 2016.
[KEMENTAN]. Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Pengelolaan Balai
Penyuluhan. Permentan Nomor: 26/Permentan/OT.140/4/2012
[MENKOMINFO] PERMENKOMINFO NOMOR: 10/PER/M.KOMINFO/07/2010
Tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan
Kementerian Komunikasi dan Informatika
[KEMENTAN]. Kementerian Petanian. 2009. Metode Penyuluhan Pertanian.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009.
[Undang-Undang] Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(SP3K). Undang-Undang No.16 Tahun 2016.
[PEMDA] . Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu. 2012. Data Pokok Kabupaten
Kapuas Hulu.
Anonim. 2018. Monografi Desa Seriang Tahun 2018. Pemerintah Desa Seriang.
Alfarabi, Muhammad. 2015. Konsep Pendidikan Orang Dewasa.
repository.uinsu.ac.id/815/4/DISERTASI_BAB_II diakses tanggal 22 Juni
2018
Arsyadi. 2014. Lembar Persiapan Menyuluh. [Online]. https://www.scribd.com/
doc/240418847/LEMBAR-PERSIAPAN-MENYULUH [24 Juni 2018].
Chambers, Robert. 1996. P.R.A.—Participatory Rural Appraisal, Memahami
Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius, Oxfam dan Yayasan Mitra
Tani.
Chambers, Robert. 1996. PRA (Participatory Rural Appraisal) Memahami Desa
Secara Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisuis.
Diamin, Erwin. 2015. Teknik Menyusun Materi Penyuluhan Pertanian. [Online].
http://www.jam-statistic.id/2014/01/contoh-pengujian-reliabilitas-
instrumen.htmlhttps://www.kompasiana.com/erwindiamin/teknik-menyusun-
materi-pe nyuluhan-pertanian_5509d74d813311fa63b1e161 [24 Juni
2018].
Djari, Musa. 2012. Penyuluh Petanian vs Pertanian Berkelanjutan.
http://blog.ub.ac.id/yanuar267/files/2012/06/Penyuluh-Petanian-vs-
Pertanian-Berkelanjutan.pdf [ diunduh pada tanggal 22 Juni 2018 pukul
10.00]
Effendy, Lukman dan Harahap, Nurliana. 2017. Buku Ajar Evaluasi Penyuluhan
Pertanian. STPP Bogor.
80

Hanarko, Cuk. 2010. Proses Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan Pertanian


Di Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Hidayah, Rifani Dian. 2013. Pemberdayaan Masyarakat.
eprints.uny.ac.id/18096/4/PDF%20BAB%202%2009.10.040%20Rif%20p.p
df. diakses pada 23 Juni 2018
Kusnadi, Dedy. Effendy, Lukman. Pradiana, Wida. Dayat dan Hartono, Rudi.
2018. Panduan Praktik Kerja Lapangan II. Bogor: Politeknik Pembangunan
Pertanian Bogor
Mardikanto, Totok. 1999. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Muhi, Ali Hanapiah. 2011. DESA: Analisis Permasalahan Potensi dan
Pengembangan. Sumedang: Alqaprint.
Nuzula, Maulana. 2016. Analisis Potensi Wilayah Dan Sdm Dalam Upaya
Pengembangan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Pada Pelaku Umkm Di
Desa Rejosari). Skripsi. Kudus: STAIN Kudus.
Padmowihardjo, Soedijanto., 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Padmowihardjo, Soedijanto., 2014. Pengertian dan Konsep Pendidikan Orang
Dewasa. repository.ut.ac.id/4383/1/LUHT4108-M1.pdf diakses 23 Juni
2018
Pratiwi, Siska Dinia. 2017. Evaluasi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Petani
terhadap Penerapan Teknologi PolaTanam Sistem Jajar Legowo di Desa
Sirnajaya. Bogor: STPP Bogor
Pratiwi, Efrita Riadiani . 2012. Perilaku Petani Dalam Mengelola Lahan Pertanian
Di Kawasan Bencana Longsor. Jurnal Bumi Indonesia Vol.1 Nomor 3.
Sugiyono, 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suyamto dan Zaini. 2010. Kapasitas produksi pangan lahan sawah irigasi dan
tadah hujan. Jakarta: Badan Litbang Pertanian.
Widodo, Sugeng. 2000. Diktat Media Penyuluhan. Bogor: STPP.
http://agronomipertanian.blogspot.com/2016/06/media-penyuluhan-
pertanian_6.html [diunduh pada tanggal 23 Juni 2018 pukul 12.00].

Anda mungkin juga menyukai