Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KKN-PPM ANGKATAN 69
SEMESTER ANTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014
UNIVERSITAS TADULAKO

MENGATASI KETERBATASAN LAHAN DENGAN SISTEM TANAM


VERTIKULTUR DI DESA SIBONU KECAMATAN DOLO BARAT
KABUPATEN SIGI
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN

: SIBONU DUSUN I
: DOLO BARAT
: SIGI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat
(KKN-PPM)
Universitas Tadulako Angkatan 69 Semester Antara Tahun Akademik
2013/2014

Disusun Oleh :
I KADEK AGUS HERIAWAN
E 281 11 106
PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KULIAH KERJA NYATA
LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2014

I.
I.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Lahan pekarangan merupakan suatu asset nasional yang dimiliki oleh

setiap keluarga yang telah mempunyai rumah dan tempat tinggal yang tetap.
Lahan ini sebenarnya mempunyai peran yang besar bagi keluarga bila dikelola
secara tepat. Potensi besar yang dimiliki ini, secara umum belum tergali dan
termanfaatkan secara maksimal. Pertumbuhan populasi penduduk yang sangat
cepat telah mendesak pertumbuhan kebutuhan akan lahan, baik sebagai media
tempat bermukim ataupun sebagai tempat penyediaan sarana dan prasarana serta
sebagai sumber mata pencaharian. Untuk mengatasi kelangkaan dan keterbatasan
lahan yang semakin meningkat, sudah saatnya masyarakat memberdayakan lahan
pekarangan secara baik dan tepat, terutama untuk menyediakan sebagian
kebutuhan harian keluarga.
Bertanam sayuran organik di halaman rumah yang luasnya relatif terbatas
memang memerlukan perencanaan yang bijaksana harus memikirkan dan
memperhatikan berbagai aspek halaman rumah, karena itu diketahui apa yang
akan dibuat dengan luasan halaman rumah yang tersedia, lalu sayuran apa yang
hendak ditanam.
Lahan yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang
leluasa, namun dengan memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi
lebih menyenangkan dengan kuantitas yang dapat ditingkatkan. Vertikultur adalah
pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi
keterbatasan lahan.

Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk membuat karya tulis ilmiah yang
membahas Cara Mengatasi Keterbatasan Lahan dengan Sistem Tanam
Vertikultur .
I.2
1.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dapat di ambil permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana cara mengatasi presoalan terbatasnya lahan yang tersedia
dipekarangan rumah?

2.

Bagaimana cara bercocok tanam dengan memanfaatkan bambu sebagai media


vertikultur ?
I.3 Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari pembuatan media vertikultur adalah untuk


mengatasi keterbatasan lahan yang tersedia dipekarangan rumah sehingga dapat
memanfaatkan pekarangan rumah secara optimal.
Sedangkan manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu Melalui
kegiatan ini diharapkan memberi manfaat kepada masyarakat yang ada, berupa
pengetahuan tentang cara pembuatan media vertikultur sehingga masyarakat dapat
mempraktekannya sebagai penyaluran hobi dilapangan/pekarangan rumah,
sehingga dapat mewiujudkan keinginan dalam mengatasi persoalan
pemikiran masyarakat Berkebun tidak semestinya dilahan yang luas. Berkebun
bisa dilakukan dilahan yang sempit dengan memanfaatkan bambu sebagai media
vertikultur.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sistem Bertanam Vertikultur

Vertikultur berasal dari kata vertical yang artinya ke atas atau bertingkat, dan
cultur artinya budidaya atau bertanam. Jadi, vertikultur adalah sistem bertanam secara
bertingkat. Tujuannya, untuk memberikan solusi pemanfaatan pekarangan rumah
seoptimal mungkin agar dapat memenuhi sebagian kebutuhan pengan secara mandiri

(Benny Sanusi, 2010).


Vertikultur merupakan sebuah cara bercocok tanaman dengan susunan
vertikal atau keatas menuju udara bebas, untuk tempat media tumbuhnya sendiri
biasanya disusun secara vertical juga. Penempatan media tanamnya biasanya bisa
menggunakan kaleng, paralon, bambu, riul, maupun papan kayu yang bisa
digunakan sebagai alternative tempat media tanam. Penggunaan cara bercocok
tanaman dengan metode vertikultur ini sangat cocok diterapkan pada lahan yang
sempit terutama dipekarangan rumah yang tidak mempunyai lahan luas. Sistem
vertikultur ini juga memberikan keuntungan dalam dunia pertanian karena selama
ini banyak sekali isu mengenai alih fungsi lahan. Dengan menerapkan sistem
pertanian vertikultur ini juga diharapkan menambah produksi para petani yang
terkendala permasalahan adanya alih fungsi lahan. Di Indonesia sendiri sistem
pertanian vertikultur dikembangkan pada tahun 1987 (Wartapa, 2010).
Vertikultur bukan hanya sekadar kebun vertikal, namun vertikultur ini
akan merangsang seseorang untuk menciptakan suatu biodiversitas di pekarangan
yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan
memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi
juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan (Sastro, 2011).
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, disesuaikan
dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang,

segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau
sejumlah rak. Ada pula model gantung, model tempel, model tegak dan model rak
(Maya, 2012).
Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan
lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman
sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada,
kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,
mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Untuk tujuan komersial,
pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar
biaya produksi tidak melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman.
Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan
memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas (Lukman, 2012).
Jenis tanaman yang cocok untuk dibudidayakan secara vertikultur
jumlahnya banyak sekali, mencapai ribuan tanaman. Secara umum tanaman yang
cocok untuk divertikulturkan adalah hampir semua jenis tanaman semusim yang
pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, maksimal 1 m. Kebanyakan tanaman
semusim merupakan jenis sayuran dan buah-buahan, dapat juga jenis tanaman
hias. Ini termasuk tanaman merambat yang pertumbuhannya dapat diatur dengan
ajir dari tali rafia atau bambu (Widarto, 1996).
2.2

Fungsi dan Manfaat Vertikultur

Upaya pengembangan dan pemasyarakatan vertikultur di daerah


perkotaan, antara lain mempunyai fungsi dan manfaat sebagai berikut

1. Menciptakan keasrian, keserasian, dan keindahan lingkungan kota yang


dipenuhi dengan berbagai sarana dan prasarana perkotaan dan pemukiman
padat penduduk
2. Konservasi sumber daya tanah, yaitu dengan mengelola dan memanfaatkannya
secara bijaksana agar ketersediaanya dapat terus berlanjut.
3. Konservasi sumber daya air, sebab dengan penghematan penggunaan air
berarti ketersediaan air dapat terjamin pada masa-masa yang akan datang.
4.

Mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro perkotaan, sehingga kondisi


perkotaan menjadi lebih sejuk dan nyaman.

5.

Berjalannya proses daur ulang limbah perkotaan yang dimanfaatkan sebagai


kompos atau pupuk kandang.

6. Sebagai upaya pemenuhan bahan pangan perkotaan dan menjaga


keberlanjutannya (Sutarminingsih, 2003).

2.3

Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Pertanian Vertikultur


Menurut Andoko (2004) ada beberapa kelebihan dari teknik budidaya

secara vertikultur, di antaranya sebagai berikut.

a)

Populasi tanaman per satuan luas lebih banyak karena tanaman disusun ke
atas dengan tingkat kerapatan yang dapat diatur sesuai keperluan.

b) Media tanam yang disterilisasi meminimalkan risiko serangan hama dan


penyakit sehingga mengurangi biaya untuk pengendalian hama dan penyakit.
c)

Kehilangan pupuk oleh guyuran air hujan dapat dikurangi karena jumlah
media tanam yang sudah ditentukan hanya berada di sekitar perakaran
tanaman di dalam wadah terbatas.

d) Perlakuan penyiangan gulma sangat berkurang atau bahkan tidak ada sama
sekali karena sedikit media tanam terbuka yang memungkinkan media tanam
tersebut ditumbuhi gulma.
e)

Berbagai bahan di sekitar rumah seperti karung bekas, batang bambu, pipa
peralon, dan bekas gelas air mineral dapat dimanfaatkan sebagai wadah budi
daya vertikultur.

f)

Tempat dibangunnya bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika, atau


dapat dikatakan sebagai tanaman hias.

g) Bangunan vertikultur dapat dipindah-tempatkan ke tempat yang diinginkan,


terutama untuk vertikultur dengan konstruksi yang dapat dipindah-pindahkan.

Di samping banyaknya nilai kelebihan, teknik budidaya vertikultur ini pun


memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut.
a)

Investasi atau biaya awal yang diperlukan cukup tinggi karena harus
membuat srtruktur bangunan khusus dan penyiapan media tanam.

b) Oleh karena jarak tanamnya rapat, tercipta suatu kondisi kelembapan udara
yang tinggi. Hal ini menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan penyakit
akibat cendawan.
Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak,
menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah
tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai
kemasan tetrapak. Dengan teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga
bisamemproduksi sayuran organik secara mandiri. Selain itu, kesehatan juga bisa
diupayakan dengan herbal yang ditumbuhkan sendiri. Rumah juga lebih indah
berkat tanaman hias.
Dalam mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah
peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan
produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai
dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin
meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan
pertanian (Hanani, 2003).

2.4

Membuat Media Tanam Vertikultur

Vertikultur dapat dibuat dengan cara memanfaatkan bahan-bahan yang ada


disekitar kita. Disamping itu, mudah dalam penyiapannya berikut cara membuat
media tanam vertikultur (Benny Sanusi, 2010)
A.

Vertikultur Bambu
Potonglah bambu dengan diameter yang cukup besar (disesuaikan dengan

kebutuhan anda) sepanjang 1.0 m 1.5 m. Tidak ada ukuran pasti untuk
menentukan panjang bambu yang akan digunakan, hanya saja sesuaikanlah
dengan tinggi badan anda. Bambu yang terlalu panjang akan menyulitkan saat
perawatan nanti, sementara bambu yang terlalu pendek akan menghilangkan
efisiensi penggunaan lahan.
Berilah tanda pada bambu ditempat pembuatan lubang tanam. Besar dan
bentuk lubang tanam juga akan bervariasi, bergantung kepada jenis tanaman yang
akan anda tanam (bentuk segitiga, lingkaran, oval; ukuran besar, sedang, ataupun
kecil). Sebagai panduan, gunakanlah tanaman siap panen dan perhatikan diameter
batang dan ukuran akar untuk menentukan ukuran lubang tanam. Jarak antar
lubang tanam pun bervariasi. Umumnya antara 20-30 cm. Efisiensi penggunaan
bambu akan tercapai apabila lubang tanam dibuat serapat mungkin tetapi tanpa
menyebabkan tanaman dewasa saling tumpang tindih satu sama lain. Lubangilah
bambu secara berselang-seling untuk menghindari penumpukan atau saling
tumpang tindih ini.
Setelah diberi tanda, lubangilah bambu untuk membuat lubang tanam.
Gunakan tatah/pahat. Apabila peralatan anda lengkap, anda bisa juga
menggunakan bor atau gergaji listrik dalam hal ini.

Pada setiap buku bambu terdapat sekat yang membatasi antar ruas.
Buanglah bagian sekat ini dengan menggunakan besi batangan atau pipa besi yang
berujung runcing. Perlu diingat bahwa tidak semua sekat dibuang. jangan
membuang sekat pada bagian paling bawah bambu. Sekat ini nantinya akan
digunakan untuk menahan media dan kemudian dilubangi agar air bisa merembes
keluar.
Terakhir tanamlah bambu di dalam tanah agar tidak mudah rebah. Apabila
anda menginginkan vertikultur anda bisa dipindah-pindah, gunakan dudukan yang
kokoh dan cukup berat (misalnya dengan menggunakan semen). Vertikultur
bambu anda siap digunakan. Mulailah masukkan media tanam dari bagian atas
bambu (Wiryanta, 2008).
B. Pengadaan media tanam
Sebelum bertanam, sebaliknya mengetahui dahulu jenis-jenis tanaman
yang akan dibudidayakan. Jenis tanaman yang dapat ditanam sesuai ketinggian
lahan. Namun, pada bagian ini penting untuk mengetahui tanaman apa yang dapat
ditanam secara langsung dan tanaman yang harus disemai terlebih dahulu. Berikut
jenis tanaman menurut proses tanamnya :
Melalui persemaian : bawang daun, cabai, mentimun, selada, tomat, terung,
seledri, dan pakchoy. Taam langsung : Bayam, buncis, caisim, kangkung, kacang
panjang, kacang tanah katuk, labu siam, peria (pare). (Benny Sanusi, 2010)
a. Melalui persemaian
Media persemaian berasal dari tanah yang gembur, bebas kerikil, bebas
gulma, serta bebas hama dan penyakit untuk memperoleh kondisi media seperti

itu dapat diupayakan dengan cara mencampur tanah yang tersedia dengan kompos
atau pasir. Perbandingannya, satu bagian tanah dicampur dengan satu bagian
kompos atau pasit (1:1). Kompos atau pasir dapat juga diganti dengan arang skam.
Pemberian campuran bahan tersebut bertujuan agar proses perkecambahan
benih dapat berlangsung dengan baik. Media persemaian akhirnya memiliki
porositas yang baik atau tidak terlalu padat sebagai sifat dari tanah yang tersedia.
Untuk menyemai benih sayuran diperlukan tempat atau wadah berupa tray
(baki) plastik atau wadah lainnya, asalkan memiliki pinggiran dengan tinggi 5 cm.
Selain itu, siapkan juga sprayer tangan ukuran 1-2 liter. Gunanya untuk
menyemprot media persemaian agar kelembaban media semai salama prose
perkecambahan (germination) tetap terjaga. Berikut ini tahapan menyemai benih
sayuran.
Isi tray tersebut dengan tanah yang telah campur dengan kompos hingga
2/3 tinggi tray. Basahi media semai secukupnya. Upayakan jangan sampai media
semai tergenang air. Gunakan sprayer agar penyiraman merata. Buat garitan
menggunakan sumpit bekas atau pensil dengan jarak antargaritan 1 cm dalamnya
1 cm. Tanam benih sayuran ke dalam garitan. Jarak antarbenih dalam garitan
sekitar 0,3 cm. Taburi kembali dengan tanah tipis hingga merata. Bisa juga dengan
cara benih di tabur langsung secara merata. Lapisi permukaan persemaian
menggunakan kertas tissue lalui basahi lapisan tissue tersebut secukupnya
menggunakan sprayer. Tujuannya, untuk menjaga kelembaban persemaian.
Simpan persemaian ditempat yang teduh.

Kontrol persemaian setiap hari. Semprot peersemaian dengan air


secukupnya untuk menjaga kelembabannya. Pada hari keempat atau kelima, buka
tissue penutup persemaian. Biasanya, benih tampak mula berkecambah (memiliki
dua helai daun palsu). Selanjutnya pindahkan persemaian ketempat yang terkena
sinar matahari langsung, tetapi tetap ternaungi.
Apabila terlambat memindahkan persemaian ketempat terbuka atau yang
terkena sinar matahari, pertumbuhan benih akan mengalami rebah batang atau
etiolasi. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat dan gagal berproduksi.
Umur persemaian biasanya sekitar 18-21 hari. Jika kecambah sudah
memiliki empat helai daun asli, artinya benih yang telah disemai dan tumbuh
disebut senagai bibit siap untuk dipindahkan dan ditanam dengan sistem
vertikultur.
-

Proses pindah tanam (tranplanting)


Pilih bibit tanaman yang telah memiliki empat helai daun dan tampak

sehat. Selanjutnya lakukan tahapan berikut ini. Masukan media tanam kedalam
media bambu berupa campuran tanah dan kompos atau pupuk kandang (1:1)
hingga merata. Buat lubang tanam dengan diameter 3-4 cm dan dalam 4-5 cm.
Keluarkan bibit dari persemaian menggunakan sendok atau garpu makan.
Sebaliknya, sebelum bibit dipindahkan, siram media persemaian hingga lembab
agar bibit mudah dikeluarkan.

b. Tanam langsung

Cara ini sangat praktis. Artinya, benih atau biji sayuran dapat langsung
ditanam di media tanam yang sudah diletakkan diwadah vertikultur. Siapkan
wadah media tanam, tergantung pada model vertikultur. Berikut tahapan proses
menanam langsung benih di wadah vertikultur. Masukan media tanam berupa
campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1. Isi
hingga penuh di dalam pot/bambu. Tanam atau tebar benih secara merata ke
permukaan media tanam. Tutup benih dengan tanah setebal 0,5 cm hingga merata.
Siram media tanam yang telah ditanami benih menggunakan sprayer, lalu letakkan
wadah vertikultur (yang telah diisi dan ditanami benih) kebangunan vertikultur
yang telah dibuat.

III.

GAMBARAN UMUM LOKASI KKN

3.1

Sejarah Singkat Desa


Desa Sibonu adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Dolo Barat

kabupaten Sigi. Dahulu sebelum tahun 1959 desa Sibonu merupakan dusun dari
desa pewunu, namun pada tahun 1959 desa Sibonu memisahkan diri dari desa
Pewunu sebagai desa pemekaran. Nama desa Sibonu sendiri diambil dari nama
sebuah pohon yang bernama pohon Sibonu yang banyak terdapat di desa Sibonu.
Desa sibonu bersuku Kaili Ledo serta tanaman pokok di desa Sibonu yaitu padi,
kelapa, dan kakao. Semenjak berdirinya desa sibonu sampai dengan saat ini telah
terjadi pergantian Kepala Desa sebanyak 8 kali.
3.1

Kondisi Geografis
Secara keseluruhan, Desa Sibonu adalah salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi dengan luas wilayah desa 325.25 Ha dan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat

3.3

: Desa Bomba kec. Marawola


: Aliran Sungai Palu
: Desa Pewunu Kec.Dolo Barat
: Gunung

Kondisi Demografis
Desa Sibonu terdiri dari dua dusun. Berikut data kependudukan desa

Sibonu tahun 2013/2014.


Tabel 1. Data Jumlah Penduduk
No.
Jenis Kelamin
`1. Kepal Keluarga

Jumlah
118

Ket.

2.
3.

Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Sumber : Kantor Desa Sibonu
Tabel 2. Data Menurut Golongan Umur
No
Kelompok Usia
L
(Tahun)
1
03
11
2
46
12
3
7 10
19
4
11 13
22
5
14 16
23
6
17 - 20
29
7
21 23
18
8
24 26
23
9
27 - 30
18
10
31 33
8
11
34 36
8
12
37 40
19
13
41 43
19
14
44 49
31
15
50 tahun ke atas
9
Jumlah
Sumber : Kantor Desa Sibonu

274
312
586

P
15
12
23
25
26
32
18
19
16
10
16
23
16
43
11

Jumlah
26
24
42
47
49
61
36
42
34
18
24
42
35
74
20
574

Tabel 3. Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa


Agama
Banyak Penganut/Orang
Laki-laki
Perempuan
Islam
222
244
Kristen
khatolik
Hindu
Budha
Sumber : Kantor Desa Sibonu
3.3.1

Sarana dan Prasarana


Pada dasarnya penyediaan fasilitas sarana dan prasarana merupakan salah

satu umur penunjang bagi terwujudnya suatu pembangunan baik perkotaan

maupun di pedesaan, seperti penyediaan sarana pendidikan sarana pelayanan


kesehatan serta sarana dan prasarana umum lainnya.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
membangun sebuah masyarakat yang bermoral dan berbudaya, disamping itu
pendidikan juga dapat membentuk sumber daya manusia sehingga mampu
mencitakan daya saing era gelobal saat ini. Bangunan sekolah dasar hanya terletak
di satu dusun yaitu dusun Raboya yaitu SDN Sibonu desa Sibonu.
Mayoritas penduduk desa Sibonu adalah Muslim. Sarana peribadahan
yang terdapat di Sibonu adalah Mesjid yang berjumlah satu buah. Disetiap dusun
terdapat mesjid. Salah satu mesjid tertuah di desa Sibonu adalah Mesjid Al Hudaa.
Saat ini Mesjid Al Huda sedang mengalami pengecoran halaman mesjid yang
dananya berasal dari partisipasi swadaya masyarakat. Pengelolaan mesjid yang
mengacu pada Masjid Al Hudaa telah diatur dalam peraturan desa yang baru
dibuat dan diharapkan dapat menjadi contoh dalam pengolaan mesjid lain yang
ada di Sibonu
Berikut ini dapat dilihat tentang keadaan sarana dan prasarana yang
terdapat di desa Sibonu :
Tabel 4. Sarana Pendidikan
Jenis Sarana Pendidikan
Jumlah
TK Alkhairat
Sekolah Dasar
Taman Pengajian/Masjid

Sekolah
1 Lokal
1 Lokal
1 Lokal

Al Hudaa
Sumber : Kantor Desa Sibonu
Tabel 5. Sarana dan Prasarana umum

Jumlah

Jumlah Guru

Murid/santri
23 Orang
60 Orang
28 Orang

4 Orang
10 Orang
1 Orang

Jenis prasarana
Volume
Kantor Desa
1 Unit
Polindes
1 Unit
Jalan Lingkungan
6.000 M
Jalan Lingkar Desa
2.800 M
Jalan Produksi Tani
1.500 M
Saluran Irigasi
1.000 M
Saluran Drainase
2.900 M
Sumber : Kantor Desa Sibonu
3.4

Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

3.4.1

Adat Istiadat

Keterangan
Permanen
Permanen
Pengerasan
Pengerasan
Pengerasan
Permanen
Permanen

Pada prinsipnya hubungan sosial yang berlangsung di desa sibonu


diwarnai dengan keeratan emosional antara sesama warga masyarakat tanpa
melihat berbagai perbedaan antara mereka baik perbedaan menurut usia dan jenis
kelamin. Kehidupan mereka selalu dipenuhi dengan rasa kebersamaan antara
warga masyarakat sikap yang saling menghormati antara satu dengan yang
lainnya masih sangat terlihat serta sikap keramah tamahan warga senantiasa
mereka tunjukan pada setiap warga yang datang dan berkunjung di desa Sibonu.
Dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat desa Sibonu senantiasa
melakukan gotong royong dalam berbagai kegiatan yang membutuhkan bantuan
orang lain, misalnya salah satu warga yang akan mengadakan pesta acara
pernikahan, maka warga lainnya akan turut membantu membuat tenda yang akan
digunakan untuk keperluan pesta, kemudian seorang warga yang akan
membangun rumahnya, maka warga lainnya akan membantu dalam membangun
rumah tersebut. Demikian juga dengan kegiatan memasak, semua ibu-ibu dan
remaja putri yang ada di desa tersebut akan bersama-sama membantu orang yang
melakukan hajatan.

Masyarakat desa Sibonu juga mengenal hubungan kekerabatan didalam


kehidupan mereka, bagi masyarakat desa Sibonu keluarga adalah satu hal yang
paling penting yang harus dijaga keutuhannya, bagi mereka lebih baik mereka
tidak mempunyai harta benda dari pada tidak mempunyai keluarga mereka
mereka senantiasa membina hubungan yang baik pada siapa saja karena mereka,
hubungan kekeluargaan antar sesama kanusia lebih penting jika dibandingkan
dengan harta benda yang mereka miliki.

3.4.2

Mata Pecarian
Luas daerah pemkiman penduduk di desa sibonu sekitar 325.75 Ha. Jenis-

jenis tanaman perkebunan dan tambak yang dihasilkan antara lain di bidang
perkebunan yaitu, coklat/kakao, persawahan dan kelapa.
Masyarakat desa sibonu juga memiliki mata pencarian sebagai pegawai negri dan
peternak. Desa sibonu memiliki usaha kecil seperti kios kecil yang dikelola Ibu
PKK dan Ibu rumah tangga.

IV.
IV.1

METODE PENELITIAN

Waktu Dan Tempat

Tempat pelaksanaan pembuatan vertikiultur yaitu di Desa Sibonu Kecamatan


Dolo Barat Kabupaten Sigi dan dilaksanakan pada hari minggu tanggal 10 Agustus 2014
sampai 15 Agustus 2014 mulai pukul 08.00 12.00 WITA.
IV.2

Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan Vertikultur Bambu adalah
sebagai berikut:
Gregaji kayu, meteran, palu, parang dan spidol, bambu, kayu, batang kayu dan
paku beton ukuran 4 atau 5 cm.
IV.3

4.3.1

Cara Kerja

Model Vertikultur 1 yang di sandar di dinding yang terbuat dari kayu.


Potong kayu dengan ukuran panjang 150 cm untuk dua bagian, kemudian buat

masing-masing sepuluh kayu yang berbentuk sepert segituga siku-siku seperti pada
gambar 1. Pasang masing-masing kayu yang sudah dibentuk seperti segitiga siku-siku
pada kayu yang sudah dipotong dengan ukuran 150 cm tadi masing-masing lima bagian
pada kayu 1 dan kayu 2. Setelah selesai buatkan alas polybag dengan panjang 150 cm,
masing-masing alas tiletakkan 2 batang kayu yang sudah diukur tadi. Buatkan pengancing

atas dan bawah dengan ukuran 150 cm. Setelah selesai lalu sandarkan didinding dan
vertikultur siap deletakkan polybag diatasnya.

4.3.2 Model Vertikultur 2 yang terbuat dari kayu Bambu


Langkah-langkah dalam pembuatan vertikultur menggunakan bambu
sebagai wadah tanam yaitu sebagai berikut :
Potong bambu menjadi empat bagian sebagai kerangka sesuai ukuran yang
dibutuhkan, silangkan masing-masing dua potong bambu kemdian paku sisi pada
kuda bambu yang bertemu. Membelah potongan bambu masing-masing menjadi
enam bagian. Untuk pemasangan belahan bambu yang pertama pada arah melebar
sebagai penyangga . Ukur terlebih dahulu mulai dari titik temu dua bambu yang di
silangkan sekitar 30 cm dari atas kebawah lalu dikuatkan dengan paku pada kedua
sisi bambu begitupun pada kerangka kedua yang telah disilangkan untuk
pemasangan belahan bambu yang kedu dan bagian yang melebar sisi kiri dan sisi
kanan dipasangkan penyangga pada bagian bawah kaki bambu sebagai penguat
kerangka vertikultur. Pada arah memanjang dipasangkan juga penyangga yang
nantinya sebagai alas wadah tanam dan juga sebagai penguat kerangka vertikultur.
Salah satu wadah tanam dibuat dari lima batang bambu yang masingmasing panjangnya 120 cm. Bambu dipilih yang batangnya paling besar, lalu
dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu,
semakin lama masa pemakaiannya. Dari antara ruas keruas di gerehaji sedalam 2
cm untuk mengluarkan bagian antara ruas bambu yang nantinya media tanam

ditempatkan. Untuk ruas terakhir sisi kiri dan sisi kanan tidak dibobol
keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk
sirkulasi air keluar wadah.

4.3.3 Model vertkultur 3 yang terbuat dari bambu dan batang kayu.
Potong masing-masing bambu untuk bagian alas polybag dengan ukuran
120 cm (disesuaikan dengan keinginan). Untuk pembuatan kaki vertikultur Potong
masing-masing 4 batang kayu dengan panjang 20 cm dan 4 batang masing-masing
40 cm. Pada kaki vertikultur yang pertama terdapat 2 batang kayu yang berukuran
40 cm dibagian tengah dan dibagian sisi terdapat 2 batang kayu yang berukuran
20 cm kemudian satukan dengan bambu yang berukuran 50 cm letakkan secara
horizontal kemudian paku, begitupun pada kaki vertikultur yang kedua. Setelah
selesai pembuatan kaki vertikultur paku bambu tadi yang berukuran 120 cm dari
sisi kaki ke sisi kaki sebagai alas. Setelah selesai model vertikultur ini dapat
diletakkan polybag diatasnya.
4.3.4 Model vertikultur 4 yang terbuat dari bambu.
Model vertikultur ini sama halnya seperti model tangga berikut langkahlangkah cara pembuatannya :
Pertama-tama potong dan belah bambu dengan ukuran 120 cm dan untuk
pembuatan tiang kaki vertikultur masing-masing 6 tiang, tiang kaki yang pertama
yaitu dengan ukuran 120 1 batang tiang kaki, tiang kaki yang kedua dengan
ukuran 80 cm, dan tiang kaki yang ketiga dengan ukuran 40 cm. Kemudian baut
bambu sebagai pengancing kaki vertikultur. Bambu yang berukuran 60 cm masing

dua batang, bambu berukuran 40 cm dua batang, dan bambu berukuran 20 cm dua
batang. Untuk pengancingan kaki vertikultur satukan bambu yang berukuran
dengan panjang 60 cm pada bagian bawan, bagian tengan dipaku bambu yang
berukuran 40 dan bagian atas dipaku bambu yang reukuran 20 cm secara
horizontal. Setelah selesai pembuatan kaki vertikultur paku bambu tadi yang
berukuran 120 cm dari sisi kaki ke sisi kaki sebagai alas. Setelah selesai model
vertikultur ini dapat diletakkan polybag diatasnya.
4.3.5

Model vertikultur 5 yang terbuat dari bambu dan kayu balok.


Pertama-tama potong dan belah bambu dengan ukuran 120 cm dan potong

kayu sebagai kaki vertikultur dengan ukuran 35 cm sebanyak 4 batang kayu.


Untuk pembuatan kaki vertikultur pertama satukan 4 batang kayu dengan kayu
yang berukuran 80 cm sebagai pengancing (bisa dilihat pada gambar 10)
begitupun pada pembuatan kaki yang kedua. Setelah selesai pembuatan kaki
vertikultur paku bambu tadi yang berukuran 120 cm dari sisi kaki ke sisi kaki
sebagai alas. Setelah selesai model vertikultur ini dapat diletakkan polybag
diatasnya.
4.3.2

Pengadaan media tanam


Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang

perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur
hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara
tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua
bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat

koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur
hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin
tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang
diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu/polybag
hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan
bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas
terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat
supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan bernafas,
dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan
menjaga kelembaban.
4.4

Tata Penulisan Karya Ilmiah


Pada penulisan karya ilmiah ini sifat penulisannya adalah penulisan

kualitatif dengan pendekatan study pustaka ,dimana penulis melakukan penulisan


berdasarkan literature ,dokumen dan karya ilmiah serta sumber sumber lainnya
yang berkenang dengan obyek yang akan dibuat. hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang konsep dan teori-teori yang dapat di jadikan
sebagai landasan dalam melakukan penulisan ini.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil
Vertikultur sebagai wadah tanaman bertingkat dan sebagai alternatif
berkebun di pekarangan rumah pada lahan pekarangan yang sempit di Desa
Sibonu Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi.

Gambar 1. Model Vertikultur yang Terbuat dari Kayu dengan Lima Tingkat yang
Disandar Didinding Disetiap Tingkat Diletekkan Polybag Diatasnya
(vertikultur 1).

Gambar 2. Vertikultur yang Sudah Ditanam dengan Tanaman Kangkung


(Ipomoea reptana) dan Bayam (Amaranthus spp.) (vertikultur 1).

Gambar 3. Vertikultur Bambu yang Langsung Diisi Media Tanah/Kompos


Didalamnya Tanpa Menggunakan Polybag (vertikultur 2).

Gambar 4. Vertikultur yang Sudah Diisi Media Tanah/Kompos (vertikultur 2).

Gambar 5. Vertikultur Bambu yang Sudah Ditanam dengan Tanaman Bayam


(Amaranthus spp.) (vertikultur 2).

Gambar 6. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu dan Batang Kayu Sebagai
Kakinya dengan Tiga Alas Dibagian Depan, Belakang dan Atas
dengan Polybag Diatasnya (vertikultur 3).

Gambar 7. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu dan Batang kayu Sebagai
Kakinya dengan Tiga Alas Dibagian Depan, Belakang dan Atas
dengan Polybag Diatasnya yang Sudah Ditanam dengan Tanaman
Bayam (Amaranthus spp.) (vertikultur 3)

Gambar 8. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu Dengan Dua Alas Dibagian
Atas dan Bawah dengan Polybag Diatasnya (vertikultur 4).

Gambar 9. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu dengan dua Alas Dibagian
Atas dan Bawah dengan Polybag Diatasnya yang Sudah Ditanam
dengan Tanaman Sawi (Brassica parachinensis L.) (vertikultur 4).

Gambar 10. Model Vertkultur Terbuat dari Kayu dan Bambu dengan Lima Alas
Dibagian Atas dan Bawah, Dibagian Bawah Sisi Kiri dan Kanan
Terdapat Masing-Masing Dua Alas dengan Polybag Diatasnya
(vertikultur 5).

Gambar 11. Model Vertkultur Terbuat dari Kayu dan Bambu dengan Lima Alas
Dibagian Atas dan Bawah, Dibagian Bawah Sisi Kiri Dan Kanan
Terdapat Masing-Masing Dua Alas dengan Polybag Diatasnya yang

Sudah Ditanam dengan Tanaman Sawi (Brassica parachinensis L.)


(vertikultur 5).
5.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada pembuatan vertikultur yang

dilaksanakan di Desa Sibonu yang dibuat sebanyak lima model vertikultur pada
rumah yang berbeda dengan kondisi pekarangan yang berbeda pula. vertikultur
masing-masing menggunakan dua jenis bahan. Untuk pembuatan vertikultur pada
gambar 1 dan gambar 2, yaitu model vertikultur 1 yang terbuat dari kayu dengan
lima tingkat yang disandar didinding disetiap tingkat diletekkan polybag diatasnya
dan pada gambar 2 vertikultur yang sudah diletakkan polybag diatasnya yang
sudah ditanam dengan tanaman Kangkung (Ipomoea reptana) dan Bayam
(Amaranthus spp.).

Hasil vertikultur pada gambar 3, 4 dan gambar 5, yaitu model vertikultur 2


yang terbuat dari bambu yang langsung diisi media tanah/kompos didalamnya
tanpa menggunakan polybag. Pada gambar 4 vertikultur yang sudah diisi media
tanak/kompos dan pada gambar 5 vertikultur yang sudah ditanam dengan tanaman
Bayam (Amaranthus spp.).
Hasil vertikultur pada gambar 6 dan 7, yaitu model vertkultur 3 yang
terbuat dari bambu dan batang kayu sebagai kakinya dengan tiga alas dibagian
depan, belakang dan atas dengan polybag diatasnya. Pada gambar 7 vertikultur
yang sudah diletakkan polybag diatasnya yang sudah ditanam dengan tanaman
Bayam (Amaranthus spp.).

Hasil vertikultur pada gambar 8 dan 9, yaitu model 4 vertkultur 4 yang


terbuat dari bambu dengan dua alas dibagian atas dan bawah dengan polybag
diatasnya. Pada gambar 9 vertikultur yang sudah diletakkan polybag diatasnya
yang sudan ditanam dengan tanaman Sawi (Brassica parachinensis L.).
Hasil vertikultur pada gambar 10 dan 11, yaitu model vertkultur 5 terbuat
dari kayu dan bambu dengan lima alas dibagian atas dan bawah, dibagian bawah
sisi kiri dan kanan terdapat masing-masing dua alas dengan polybag diatasnya.
Pada gambar 11 vertikultur yang sudah diletakkan polybag diatasnya yang sudan
ditanam dengan tanaman Sawi (Brassica parachinensis L.).
Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan
konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.
Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman,
dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.
Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan
merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan
yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan
memeliharanya.
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana alami yang menyenagkan. Model, bahan, ukuran, wadah
vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada
umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak
tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa
bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa,

karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda


bekas di sekitar kita.Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindahpindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman
sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada,
kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,
mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu
dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi
pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat
dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan
berkualitas.

VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Untuk mengatasi keterbatasan lahan pada lahan yang sempit dapat diatasi
dengan penggunaan 5 model vertikultur dengan ukuran yang dapat
disesuaikan dengan kondisi pekarangan rumah.
2. Model vertikultur 1 yang terbuat dari kayu dengan lima tingkat yang disandar
didinding dengan polibag diatasnya yang ditanam dengan tanaman kangkung
(Ipomoea reptana) dan Bayam (Amaranthus spp.)

3. Model vertikultur 2 yang terbuat dari bambu yang langsung diisi dengan
media

tanah/kompos

yang

ditanam

dengan

tanaman

Bayam

(Amaranthus spp.)
4. Model vertikultur 3 yang terbuat dari bambu dan batang kayu sebagai
kakinya dengan tiga alas dibagian depan, belakang dan atas dengan polybag
diatasnya yang sudah ditanam dengan tanaman bayam (Amaranthus spp.)
5. Model Vertkultur 4 yang terbuat dari bambu dengan dua alas dibagian atas
dan bawah dengan polybag diatasnya yang sudah ditanam dengan tanaman
sawi (Brassica parachinensis L.)
6. Model vertkultur terbuat dari kayu dan bambu dengan lima alas dibagian atas
dan bawah, dibagian bawah sisi kiri dan kanan terdapat masing-masing dua
alas dengan polybag diatasnya yang sudah ditanam dengan tanaman sawi
(Brassica parachinensis l.)
7. Penelitian pembuatan vertikultur ini laksanakan dengan 5 model vertikultur
dengan lima pekarangan rumh dengan kodisi pekarangan yang berbeda.
6.2 Saran

Semoga teknik menanam secara vertikultur dapat dikembangkan


Mahasiswa dan pemerintah bisa membantu perkembangan menanam secara
vertikultur dengan sosialisasi ke masyarakat atau petani agar mengetahui cara
budidaya dan keuntungan menanam secara vertikultur.

DAFTAR PUSTAKA
Andoko Agus. 2004. Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta
Benny Sanusi, 2010. Sukses Bertanam Sayuran Di Lahan Sempit. AgroMedia.
Jakarta
Hanani, 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Laboratorium Pertanian Pustaka
Utama, Yogyakarta.
Lukman Liferdi, 2012. Budidaya tanaman sayur secara vertikutur.
hortikultura.litbang.deptan.go.id, Diakses Tanggal 12 September 2014.
Maya,Ria.2012.Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur sederhana. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung. Penebar
Swadaya. Jakarta
Sastro,Yudi & Indarti Puji Lestari.2011.Vertikultur andalan pertanian di
perkotaan.BPTP Sumatera Selatan Edisi Khusus Penas XIII.

Sutraminingsih, 2003. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertiksl. Kanisius,


Yogyakarta:.
Wartapa, 2010. Budidaya Vertikultur. Volume 6. Nomor 2. Desember 2010: 142156. Yogyakarta.
Wiryanta, 2008. Membuahkan Anggur Didalam Pot dan Pekarangan., jakarta.
Agromedia Pustaka, 2008.

Anda mungkin juga menyukai