: SIBONU DUSUN I
: DOLO BARAT
: SIGI
Disusun Oleh :
I KADEK AGUS HERIAWAN
E 281 11 106
PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KULIAH KERJA NYATA
LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
I.
I.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan pekarangan merupakan suatu asset nasional yang dimiliki oleh
setiap keluarga yang telah mempunyai rumah dan tempat tinggal yang tetap.
Lahan ini sebenarnya mempunyai peran yang besar bagi keluarga bila dikelola
secara tepat. Potensi besar yang dimiliki ini, secara umum belum tergali dan
termanfaatkan secara maksimal. Pertumbuhan populasi penduduk yang sangat
cepat telah mendesak pertumbuhan kebutuhan akan lahan, baik sebagai media
tempat bermukim ataupun sebagai tempat penyediaan sarana dan prasarana serta
sebagai sumber mata pencaharian. Untuk mengatasi kelangkaan dan keterbatasan
lahan yang semakin meningkat, sudah saatnya masyarakat memberdayakan lahan
pekarangan secara baik dan tepat, terutama untuk menyediakan sebagian
kebutuhan harian keluarga.
Bertanam sayuran organik di halaman rumah yang luasnya relatif terbatas
memang memerlukan perencanaan yang bijaksana harus memikirkan dan
memperhatikan berbagai aspek halaman rumah, karena itu diketahui apa yang
akan dibuat dengan luasan halaman rumah yang tersedia, lalu sayuran apa yang
hendak ditanam.
Lahan yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang
leluasa, namun dengan memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi
lebih menyenangkan dengan kuantitas yang dapat ditingkatkan. Vertikultur adalah
pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi
keterbatasan lahan.
Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk membuat karya tulis ilmiah yang
membahas Cara Mengatasi Keterbatasan Lahan dengan Sistem Tanam
Vertikultur .
I.2
1.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dapat di ambil permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana cara mengatasi presoalan terbatasnya lahan yang tersedia
dipekarangan rumah?
2.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Vertikultur berasal dari kata vertical yang artinya ke atas atau bertingkat, dan
cultur artinya budidaya atau bertanam. Jadi, vertikultur adalah sistem bertanam secara
bertingkat. Tujuannya, untuk memberikan solusi pemanfaatan pekarangan rumah
seoptimal mungkin agar dapat memenuhi sebagian kebutuhan pengan secara mandiri
segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau
sejumlah rak. Ada pula model gantung, model tempel, model tegak dan model rak
(Maya, 2012).
Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan
lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman
sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada,
kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,
mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Untuk tujuan komersial,
pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar
biaya produksi tidak melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman.
Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan
memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas (Lukman, 2012).
Jenis tanaman yang cocok untuk dibudidayakan secara vertikultur
jumlahnya banyak sekali, mencapai ribuan tanaman. Secara umum tanaman yang
cocok untuk divertikulturkan adalah hampir semua jenis tanaman semusim yang
pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, maksimal 1 m. Kebanyakan tanaman
semusim merupakan jenis sayuran dan buah-buahan, dapat juga jenis tanaman
hias. Ini termasuk tanaman merambat yang pertumbuhannya dapat diatur dengan
ajir dari tali rafia atau bambu (Widarto, 1996).
2.2
5.
2.3
a)
Populasi tanaman per satuan luas lebih banyak karena tanaman disusun ke
atas dengan tingkat kerapatan yang dapat diatur sesuai keperluan.
Kehilangan pupuk oleh guyuran air hujan dapat dikurangi karena jumlah
media tanam yang sudah ditentukan hanya berada di sekitar perakaran
tanaman di dalam wadah terbatas.
d) Perlakuan penyiangan gulma sangat berkurang atau bahkan tidak ada sama
sekali karena sedikit media tanam terbuka yang memungkinkan media tanam
tersebut ditumbuhi gulma.
e)
Berbagai bahan di sekitar rumah seperti karung bekas, batang bambu, pipa
peralon, dan bekas gelas air mineral dapat dimanfaatkan sebagai wadah budi
daya vertikultur.
f)
Investasi atau biaya awal yang diperlukan cukup tinggi karena harus
membuat srtruktur bangunan khusus dan penyiapan media tanam.
b) Oleh karena jarak tanamnya rapat, tercipta suatu kondisi kelembapan udara
yang tinggi. Hal ini menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan penyakit
akibat cendawan.
Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak,
menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah
tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai
kemasan tetrapak. Dengan teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga
bisamemproduksi sayuran organik secara mandiri. Selain itu, kesehatan juga bisa
diupayakan dengan herbal yang ditumbuhkan sendiri. Rumah juga lebih indah
berkat tanaman hias.
Dalam mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah
peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan
produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai
dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin
meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan
pertanian (Hanani, 2003).
2.4
Vertikultur Bambu
Potonglah bambu dengan diameter yang cukup besar (disesuaikan dengan
kebutuhan anda) sepanjang 1.0 m 1.5 m. Tidak ada ukuran pasti untuk
menentukan panjang bambu yang akan digunakan, hanya saja sesuaikanlah
dengan tinggi badan anda. Bambu yang terlalu panjang akan menyulitkan saat
perawatan nanti, sementara bambu yang terlalu pendek akan menghilangkan
efisiensi penggunaan lahan.
Berilah tanda pada bambu ditempat pembuatan lubang tanam. Besar dan
bentuk lubang tanam juga akan bervariasi, bergantung kepada jenis tanaman yang
akan anda tanam (bentuk segitiga, lingkaran, oval; ukuran besar, sedang, ataupun
kecil). Sebagai panduan, gunakanlah tanaman siap panen dan perhatikan diameter
batang dan ukuran akar untuk menentukan ukuran lubang tanam. Jarak antar
lubang tanam pun bervariasi. Umumnya antara 20-30 cm. Efisiensi penggunaan
bambu akan tercapai apabila lubang tanam dibuat serapat mungkin tetapi tanpa
menyebabkan tanaman dewasa saling tumpang tindih satu sama lain. Lubangilah
bambu secara berselang-seling untuk menghindari penumpukan atau saling
tumpang tindih ini.
Setelah diberi tanda, lubangilah bambu untuk membuat lubang tanam.
Gunakan tatah/pahat. Apabila peralatan anda lengkap, anda bisa juga
menggunakan bor atau gergaji listrik dalam hal ini.
Pada setiap buku bambu terdapat sekat yang membatasi antar ruas.
Buanglah bagian sekat ini dengan menggunakan besi batangan atau pipa besi yang
berujung runcing. Perlu diingat bahwa tidak semua sekat dibuang. jangan
membuang sekat pada bagian paling bawah bambu. Sekat ini nantinya akan
digunakan untuk menahan media dan kemudian dilubangi agar air bisa merembes
keluar.
Terakhir tanamlah bambu di dalam tanah agar tidak mudah rebah. Apabila
anda menginginkan vertikultur anda bisa dipindah-pindah, gunakan dudukan yang
kokoh dan cukup berat (misalnya dengan menggunakan semen). Vertikultur
bambu anda siap digunakan. Mulailah masukkan media tanam dari bagian atas
bambu (Wiryanta, 2008).
B. Pengadaan media tanam
Sebelum bertanam, sebaliknya mengetahui dahulu jenis-jenis tanaman
yang akan dibudidayakan. Jenis tanaman yang dapat ditanam sesuai ketinggian
lahan. Namun, pada bagian ini penting untuk mengetahui tanaman apa yang dapat
ditanam secara langsung dan tanaman yang harus disemai terlebih dahulu. Berikut
jenis tanaman menurut proses tanamnya :
Melalui persemaian : bawang daun, cabai, mentimun, selada, tomat, terung,
seledri, dan pakchoy. Taam langsung : Bayam, buncis, caisim, kangkung, kacang
panjang, kacang tanah katuk, labu siam, peria (pare). (Benny Sanusi, 2010)
a. Melalui persemaian
Media persemaian berasal dari tanah yang gembur, bebas kerikil, bebas
gulma, serta bebas hama dan penyakit untuk memperoleh kondisi media seperti
itu dapat diupayakan dengan cara mencampur tanah yang tersedia dengan kompos
atau pasir. Perbandingannya, satu bagian tanah dicampur dengan satu bagian
kompos atau pasit (1:1). Kompos atau pasir dapat juga diganti dengan arang skam.
Pemberian campuran bahan tersebut bertujuan agar proses perkecambahan
benih dapat berlangsung dengan baik. Media persemaian akhirnya memiliki
porositas yang baik atau tidak terlalu padat sebagai sifat dari tanah yang tersedia.
Untuk menyemai benih sayuran diperlukan tempat atau wadah berupa tray
(baki) plastik atau wadah lainnya, asalkan memiliki pinggiran dengan tinggi 5 cm.
Selain itu, siapkan juga sprayer tangan ukuran 1-2 liter. Gunanya untuk
menyemprot media persemaian agar kelembaban media semai salama prose
perkecambahan (germination) tetap terjaga. Berikut ini tahapan menyemai benih
sayuran.
Isi tray tersebut dengan tanah yang telah campur dengan kompos hingga
2/3 tinggi tray. Basahi media semai secukupnya. Upayakan jangan sampai media
semai tergenang air. Gunakan sprayer agar penyiraman merata. Buat garitan
menggunakan sumpit bekas atau pensil dengan jarak antargaritan 1 cm dalamnya
1 cm. Tanam benih sayuran ke dalam garitan. Jarak antarbenih dalam garitan
sekitar 0,3 cm. Taburi kembali dengan tanah tipis hingga merata. Bisa juga dengan
cara benih di tabur langsung secara merata. Lapisi permukaan persemaian
menggunakan kertas tissue lalui basahi lapisan tissue tersebut secukupnya
menggunakan sprayer. Tujuannya, untuk menjaga kelembaban persemaian.
Simpan persemaian ditempat yang teduh.
sehat. Selanjutnya lakukan tahapan berikut ini. Masukan media tanam kedalam
media bambu berupa campuran tanah dan kompos atau pupuk kandang (1:1)
hingga merata. Buat lubang tanam dengan diameter 3-4 cm dan dalam 4-5 cm.
Keluarkan bibit dari persemaian menggunakan sendok atau garpu makan.
Sebaliknya, sebelum bibit dipindahkan, siram media persemaian hingga lembab
agar bibit mudah dikeluarkan.
b. Tanam langsung
Cara ini sangat praktis. Artinya, benih atau biji sayuran dapat langsung
ditanam di media tanam yang sudah diletakkan diwadah vertikultur. Siapkan
wadah media tanam, tergantung pada model vertikultur. Berikut tahapan proses
menanam langsung benih di wadah vertikultur. Masukan media tanam berupa
campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1. Isi
hingga penuh di dalam pot/bambu. Tanam atau tebar benih secara merata ke
permukaan media tanam. Tutup benih dengan tanah setebal 0,5 cm hingga merata.
Siram media tanam yang telah ditanami benih menggunakan sprayer, lalu letakkan
wadah vertikultur (yang telah diisi dan ditanami benih) kebangunan vertikultur
yang telah dibuat.
III.
3.1
kabupaten Sigi. Dahulu sebelum tahun 1959 desa Sibonu merupakan dusun dari
desa pewunu, namun pada tahun 1959 desa Sibonu memisahkan diri dari desa
Pewunu sebagai desa pemekaran. Nama desa Sibonu sendiri diambil dari nama
sebuah pohon yang bernama pohon Sibonu yang banyak terdapat di desa Sibonu.
Desa sibonu bersuku Kaili Ledo serta tanaman pokok di desa Sibonu yaitu padi,
kelapa, dan kakao. Semenjak berdirinya desa sibonu sampai dengan saat ini telah
terjadi pergantian Kepala Desa sebanyak 8 kali.
3.1
Kondisi Geografis
Secara keseluruhan, Desa Sibonu adalah salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi dengan luas wilayah desa 325.25 Ha dan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
3.3
Kondisi Demografis
Desa Sibonu terdiri dari dua dusun. Berikut data kependudukan desa
Jumlah
118
Ket.
2.
3.
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Sumber : Kantor Desa Sibonu
Tabel 2. Data Menurut Golongan Umur
No
Kelompok Usia
L
(Tahun)
1
03
11
2
46
12
3
7 10
19
4
11 13
22
5
14 16
23
6
17 - 20
29
7
21 23
18
8
24 26
23
9
27 - 30
18
10
31 33
8
11
34 36
8
12
37 40
19
13
41 43
19
14
44 49
31
15
50 tahun ke atas
9
Jumlah
Sumber : Kantor Desa Sibonu
274
312
586
P
15
12
23
25
26
32
18
19
16
10
16
23
16
43
11
Jumlah
26
24
42
47
49
61
36
42
34
18
24
42
35
74
20
574
Sekolah
1 Lokal
1 Lokal
1 Lokal
Al Hudaa
Sumber : Kantor Desa Sibonu
Tabel 5. Sarana dan Prasarana umum
Jumlah
Jumlah Guru
Murid/santri
23 Orang
60 Orang
28 Orang
4 Orang
10 Orang
1 Orang
Jenis prasarana
Volume
Kantor Desa
1 Unit
Polindes
1 Unit
Jalan Lingkungan
6.000 M
Jalan Lingkar Desa
2.800 M
Jalan Produksi Tani
1.500 M
Saluran Irigasi
1.000 M
Saluran Drainase
2.900 M
Sumber : Kantor Desa Sibonu
3.4
3.4.1
Adat Istiadat
Keterangan
Permanen
Permanen
Pengerasan
Pengerasan
Pengerasan
Permanen
Permanen
3.4.2
Mata Pecarian
Luas daerah pemkiman penduduk di desa sibonu sekitar 325.75 Ha. Jenis-
jenis tanaman perkebunan dan tambak yang dihasilkan antara lain di bidang
perkebunan yaitu, coklat/kakao, persawahan dan kelapa.
Masyarakat desa sibonu juga memiliki mata pencarian sebagai pegawai negri dan
peternak. Desa sibonu memiliki usaha kecil seperti kios kecil yang dikelola Ibu
PKK dan Ibu rumah tangga.
IV.
IV.1
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan Vertikultur Bambu adalah
sebagai berikut:
Gregaji kayu, meteran, palu, parang dan spidol, bambu, kayu, batang kayu dan
paku beton ukuran 4 atau 5 cm.
IV.3
4.3.1
Cara Kerja
masing-masing sepuluh kayu yang berbentuk sepert segituga siku-siku seperti pada
gambar 1. Pasang masing-masing kayu yang sudah dibentuk seperti segitiga siku-siku
pada kayu yang sudah dipotong dengan ukuran 150 cm tadi masing-masing lima bagian
pada kayu 1 dan kayu 2. Setelah selesai buatkan alas polybag dengan panjang 150 cm,
masing-masing alas tiletakkan 2 batang kayu yang sudah diukur tadi. Buatkan pengancing
atas dan bawah dengan ukuran 150 cm. Setelah selesai lalu sandarkan didinding dan
vertikultur siap deletakkan polybag diatasnya.
ditempatkan. Untuk ruas terakhir sisi kiri dan sisi kanan tidak dibobol
keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk
sirkulasi air keluar wadah.
4.3.3 Model vertkultur 3 yang terbuat dari bambu dan batang kayu.
Potong masing-masing bambu untuk bagian alas polybag dengan ukuran
120 cm (disesuaikan dengan keinginan). Untuk pembuatan kaki vertikultur Potong
masing-masing 4 batang kayu dengan panjang 20 cm dan 4 batang masing-masing
40 cm. Pada kaki vertikultur yang pertama terdapat 2 batang kayu yang berukuran
40 cm dibagian tengah dan dibagian sisi terdapat 2 batang kayu yang berukuran
20 cm kemudian satukan dengan bambu yang berukuran 50 cm letakkan secara
horizontal kemudian paku, begitupun pada kaki vertikultur yang kedua. Setelah
selesai pembuatan kaki vertikultur paku bambu tadi yang berukuran 120 cm dari
sisi kaki ke sisi kaki sebagai alas. Setelah selesai model vertikultur ini dapat
diletakkan polybag diatasnya.
4.3.4 Model vertikultur 4 yang terbuat dari bambu.
Model vertikultur ini sama halnya seperti model tangga berikut langkahlangkah cara pembuatannya :
Pertama-tama potong dan belah bambu dengan ukuran 120 cm dan untuk
pembuatan tiang kaki vertikultur masing-masing 6 tiang, tiang kaki yang pertama
yaitu dengan ukuran 120 1 batang tiang kaki, tiang kaki yang kedua dengan
ukuran 80 cm, dan tiang kaki yang ketiga dengan ukuran 40 cm. Kemudian baut
bambu sebagai pengancing kaki vertikultur. Bambu yang berukuran 60 cm masing
dua batang, bambu berukuran 40 cm dua batang, dan bambu berukuran 20 cm dua
batang. Untuk pengancingan kaki vertikultur satukan bambu yang berukuran
dengan panjang 60 cm pada bagian bawan, bagian tengan dipaku bambu yang
berukuran 40 dan bagian atas dipaku bambu yang reukuran 20 cm secara
horizontal. Setelah selesai pembuatan kaki vertikultur paku bambu tadi yang
berukuran 120 cm dari sisi kaki ke sisi kaki sebagai alas. Setelah selesai model
vertikultur ini dapat diletakkan polybag diatasnya.
4.3.5
perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur
hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara
tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua
bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat
koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur
hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin
tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang
diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu/polybag
hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan
bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas
terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat
supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan bernafas,
dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan
menjaga kelembaban.
4.4
V.
V.1 Hasil
Vertikultur sebagai wadah tanaman bertingkat dan sebagai alternatif
berkebun di pekarangan rumah pada lahan pekarangan yang sempit di Desa
Sibonu Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi.
Gambar 1. Model Vertikultur yang Terbuat dari Kayu dengan Lima Tingkat yang
Disandar Didinding Disetiap Tingkat Diletekkan Polybag Diatasnya
(vertikultur 1).
Gambar 6. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu dan Batang Kayu Sebagai
Kakinya dengan Tiga Alas Dibagian Depan, Belakang dan Atas
dengan Polybag Diatasnya (vertikultur 3).
Gambar 7. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu dan Batang kayu Sebagai
Kakinya dengan Tiga Alas Dibagian Depan, Belakang dan Atas
dengan Polybag Diatasnya yang Sudah Ditanam dengan Tanaman
Bayam (Amaranthus spp.) (vertikultur 3)
Gambar 8. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu Dengan Dua Alas Dibagian
Atas dan Bawah dengan Polybag Diatasnya (vertikultur 4).
Gambar 9. Model Vertkultur yang Terbuat dari Bambu dengan dua Alas Dibagian
Atas dan Bawah dengan Polybag Diatasnya yang Sudah Ditanam
dengan Tanaman Sawi (Brassica parachinensis L.) (vertikultur 4).
Gambar 10. Model Vertkultur Terbuat dari Kayu dan Bambu dengan Lima Alas
Dibagian Atas dan Bawah, Dibagian Bawah Sisi Kiri dan Kanan
Terdapat Masing-Masing Dua Alas dengan Polybag Diatasnya
(vertikultur 5).
Gambar 11. Model Vertkultur Terbuat dari Kayu dan Bambu dengan Lima Alas
Dibagian Atas dan Bawah, Dibagian Bawah Sisi Kiri Dan Kanan
Terdapat Masing-Masing Dua Alas dengan Polybag Diatasnya yang
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada pembuatan vertikultur yang
dilaksanakan di Desa Sibonu yang dibuat sebanyak lima model vertikultur pada
rumah yang berbeda dengan kondisi pekarangan yang berbeda pula. vertikultur
masing-masing menggunakan dua jenis bahan. Untuk pembuatan vertikultur pada
gambar 1 dan gambar 2, yaitu model vertikultur 1 yang terbuat dari kayu dengan
lima tingkat yang disandar didinding disetiap tingkat diletekkan polybag diatasnya
dan pada gambar 2 vertikultur yang sudah diletakkan polybag diatasnya yang
sudah ditanam dengan tanaman Kangkung (Ipomoea reptana) dan Bayam
(Amaranthus spp.).
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
3. Model vertikultur 2 yang terbuat dari bambu yang langsung diisi dengan
media
tanah/kompos
yang
ditanam
dengan
tanaman
Bayam
(Amaranthus spp.)
4. Model vertikultur 3 yang terbuat dari bambu dan batang kayu sebagai
kakinya dengan tiga alas dibagian depan, belakang dan atas dengan polybag
diatasnya yang sudah ditanam dengan tanaman bayam (Amaranthus spp.)
5. Model Vertkultur 4 yang terbuat dari bambu dengan dua alas dibagian atas
dan bawah dengan polybag diatasnya yang sudah ditanam dengan tanaman
sawi (Brassica parachinensis L.)
6. Model vertkultur terbuat dari kayu dan bambu dengan lima alas dibagian atas
dan bawah, dibagian bawah sisi kiri dan kanan terdapat masing-masing dua
alas dengan polybag diatasnya yang sudah ditanam dengan tanaman sawi
(Brassica parachinensis l.)
7. Penelitian pembuatan vertikultur ini laksanakan dengan 5 model vertikultur
dengan lima pekarangan rumh dengan kodisi pekarangan yang berbeda.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Andoko Agus. 2004. Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta
Benny Sanusi, 2010. Sukses Bertanam Sayuran Di Lahan Sempit. AgroMedia.
Jakarta
Hanani, 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Laboratorium Pertanian Pustaka
Utama, Yogyakarta.
Lukman Liferdi, 2012. Budidaya tanaman sayur secara vertikutur.
hortikultura.litbang.deptan.go.id, Diakses Tanggal 12 September 2014.
Maya,Ria.2012.Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur sederhana. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung. Penebar
Swadaya. Jakarta
Sastro,Yudi & Indarti Puji Lestari.2011.Vertikultur andalan pertanian di
perkotaan.BPTP Sumatera Selatan Edisi Khusus Penas XIII.