Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab

itu pembangunan yang dilaksanakan di sektor ini diharapkan dapat meningkatkan

perekonomian Indonesia. Tujuan pembangunan bidang pertanian selain untuk

meningkatkan produksi juga meningkatkan taraf hidup petani, memperluas

lapangan kerja di sektor pertanian dalam rangka pemerataan pendapatan,

menigkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian, mendukung

pembangunan industri serta memanfaatkan dan memelihara kelestarian

sumberdaya alam serta memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup.

Masyarakat pedesaan pada umumnya menggantungkan hidupnya pada

sektor pertanian. Kenyataannya yang harus diakui bahwa masyarakat yang bekerja

di sektor pertanian di Indonesia sebagian besar adalah petani dengan skala usaha

yang relatif kecil. Skala usaha pertanian yang kecil menghambat petani

meningkatkan pendapatannya sehingga sulit keluar dari lingkungan kemiskinan.

Kemiskinan yang terjadi pada petani karena luas lahan taninya yang sempit, juga

disebabkan oleh produktivitas yang rendah, infrastruktur yang terbatas, rendahnya

aksesibilitas terhadap modal, teknologi dan informasi.

Sumatera utara merupakan salah satu provinsi lumbung padi nasional

dengan total luas panen pada tahun 2016 yaitu seluas 826.695 hektar dan

mengalami penambahan luas panen seluas 94.884 ha dari tahun 2015.

Peningkatan luas panen tersebut diikuti dengan adanya peningkatan produksi padi

di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 mencapai 4.387.035 ton mengalami
2

peningkatan produksi dari tahun 2015 sebanyak 518.155 ton. Bersamaan dengan

meningkatnya produksi dan penambahan luas panen, rata-rata produksi per hektar

pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebanyak 0,2 kuintal per hektar dari

tahun 2015. Peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di

Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah 2006-2016
Rata-rata Produksi
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) (Kw/Ha)
2006 652.531 2.870.944 44,00
2007 690.640 3.107.570 45,00
2008 696.722 3.189.758 45,78
2009 718.583 3.382.066 47,07
2010 702.308 3.422.264 48,79
2011 703.168 3.440.262 48,93
2012 714.307 3.552.373 49,73
2013 697.344 3.571.141 51,21
2014 676.724 3.490.516 51,58
2015 731.811 3.868.880 52,87
2016 826.695 4.387.035 53,07
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara 2017

Bersamaan dengan meningkatnya luas panen, produksi, dan rata-rata

produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara berpengaruh juga terhadap

produksi padi di Kabupaten Simalungun naik dari 535.805 ton pada tahun 2015

menjadi 634.555 ton pada tahun 2016. Peningkatan produksi padi sawah dan

ladang di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Padi (Sawah dan Ladang) Kabupaten Simalungun

No Tahun Produksi/Ton
1 2012 440.992
2 2013 436.678
3 2014 526.330
4 2015 535.805
5 2016 634.555
Sumber : BPS, 2017
3

Dalam upaya meningkatkan peran penangkar benih dalam menghasilkan

dan memasarkan benih varietas unggul bermutu, diperlukan bimbingan dan

penyuluhan agar penangkar benih tersebut dapat berfungsi optimal dalam

memproduksi dan memasarkan benih bermutu. Dengan adanya bimbingan dari

penyuluh tersebut para penangkar benih dapat lebih diberdayakan secara

berkesinambungan sehingga semakin mantap dan mandiri dalam usaha

perbenihan.

Pemberdayaan kelompok tani diartikan sebagai proses atau langkah -

langkah yang perlu dilakukan dalam mendorong, memotivasi dan memperkuat

kelembagaan kelompok tani dalam usaha memproduksi benih. Efektivitas upaya

pemberdayaan suatu kelompok tani sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi

anggota-anggota kelompok tani dalam menyamakan persepsi, tujuan, dan

perencanaan serta operasionalisasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha

memproduksi benih (Arsyad,2008). Selanjutnya dikatakan bahwa pemberdayaan

kelompok tani sebagai penangkar benih dapat meningkatkan pendapatan,

kesejahteraan anggota – anggota kelompok tani yang bersangkutan. Pada

prinsipnya teknologi budidaya tanaman untuk tujuan produksi konsumsi dan

produksi benih adalah sama, sedangkan perbedaan antara keduanya terdapat pada

aspek penanganan pasca panen yang lebih spesifik dan adanya penanganan

rouging (pencabutan tipe simpang/off type) pada pertanaman di lapang pada fase

vegetatif.

Pengembangan usaha pertanian di Kabupaten Simalungun dilaksanakan

hampir disetiap Desa. Salah satu pemanfaatan lahan pertanian di kecamatan

Panombeian Panei yang di kembangkan adalah padi. Peningkatan produksi padi


4

otomatis akan meningkatkan kebutuhan benih padi bersertifikat, salah satu usaha

yang dilakukan untuk menjamin ketersedian benih di Kabupaten Simalungun

melalui pengembangan kelompok penangkar benih padi, yaitu Bum-Des Tombei

di Desa Pematang Panombeian dan K.T.Mekar Melati di Desa Nagori

Panombeian. Diharapkan dengan adanya kelompok penangkar benih padi tersebut

bisa meningkatkan pendapatan petani.

Selama ini permasalahan yang dihadapi oleh kelompok penangkar benih

padi di Kecamatan Panombeian panei adalah petani mempunyai keterbatasan

modal untuk mengelola usahataninya. Belum optimalnya kelembagaan usaha

pertanian di pedesaan dalam mengembangkan jejaring usaha kelembagaan petani,

masih sulitnya akses petani terhadap pelayanan lembaga-lembaga yang ada

termasuk akses pemasaran, rendahnya posisi tawar petani dalam transaksi usaha

komoditas pertanian. Sehingga hal ini dapat menghambat proses penyediaan dan

produksi benih bermutu.

Berdasarkan hasil pengamatan awal dilapangan keberadaan penyuluhan di

Kecamatan Panombeian panei sudah berjalan sesuai dengan program-program

yang dibuat baik dari program Pusat maupun Daerah setempat, namun untuk

menjangkau seluruh desa dan kelompok tani yang ada, jumlah tenaga penyuluhan

masih sangat kurang. Selain kurangnya jumlah tenaga penyuluhan dalam

menjangkau seluruh desa dan kelompok tani, masih minimnya sarana parasarana

atau fasilitas lain sebagai media dalam mendukung kelancaran kegiatan

penyuluhan, dan masih kurangnya dana dalam menyelenggarakan kegiatan

penyuluhan.
5

Lemahnya kinerja sebagian besar penyuluh pertanian tidak lepas dari

rendahnya kapasitas SDM yang ada, lemahnya kemampuan menyusun program

jangka panjang dan berkelanjutan, serta lemahnya daya dukung operasional,

sehingga peningkatan kinerja menjadi sangat penting, selain itu banyaknya jumlah

petani binaan di wilayah kerja penyuluh pertanian dan kurangnya sarana prasarana

penyuluhan juga merupakan hal yang mungkin berpengaruh terhadap kinerja

penyuluh pertanian (Sudarmanto, 2009).

Kerjasama antara penyuluh dengan kelompok tani sangat diperlukan untuk

menghasilkan petani yang baik dan berkualitas. Oleh karena itu, penyuluh

berperan sebagai organisator dan dinamisator yaitu melakukan pembinaan

kelompoktani yang diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan

peranan. Peran serta petani dan penyuluh dengan menumbuhkembangkan kerja

sama antar petani dan penyuluh untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu

pembinaan kelompoktani diharapkan dapat membantu menggali potensi,

memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif dan memudahkan

dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya

lainnya (Permentan, 2007).

Untuk menghindari hambatan – hambatan tersebut, maka petani sebagai

pelaku dan penentu berjalannya program pembangunan ini perlu mendapatkan

dukungan berupa bantuan modal dan pendampingan oleh penyuluh yang bergerak

dibidang tersebut. Untuk mempermudah pemerintah dalam mendistribusikan

bantuan maka dibentuklah suatu lembaga sosial-tradisional yang mengakar di

masyarakat pedesaan. Lembaga tersebut biasa disebut Kelompok Tani.


6

1.2. Identifikasi Masalah

1. Kelembagaan petani dalam agribisnis benih padi belum profesional dan

belum mampu bersaing dengan produsen benih swasta. Perlu pembinaan

yang lebih intensif dari aspek manajemen dan fasilitasi pemerintah dari

aspek permodalan dan pasar.

2. Belum berjalannya kelembagaan sistem perbenihan terutama dalam

kaitannya dengan insentif bagi para produsen dan penangkar, sistem

produksi, dan distribusi benih secara lebih baik.

3. Peran penyuluh dalam meningkatkan produksi pertanian padi masih belum

optimal.

4. Program pemberdayaan yang dilakukan penyuluh :

a. Masih kurangnya program peningkatan kesejahteraan petani, pelatihan

petani dan pelaku agribisnis, peningkatan kemampuan lembaga

tani/kelompok tani

b. Belum optimalnya peningkatan fungsi dan kinerja lemabaga tani

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan Pendampingan, pembinaan

monitoring dan evaluasi pelaporan PUAP dan safari penyuluhan.

c. Masih lemahnya program peningkatan pemasaran hasil produksi

pertanian/ perkebunan dan Program peningkatan penerapan teknologi

pertanian/ perkebunan.

1.4. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan kelembagaan kelompok penangkar benih ?

2. Bagaimana peranan penyuluh dalam kegiatan pemberdayaan kelompok

penangkar benih ?
7

3. Bagaimana peran penyuluh untuk meningkatkan produktivitas dan

pemasaran hasil benih kelompok penangkar ?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi keadaan kelompok penangkar benih padi di

daerah penelitian

2. Untuk mendeskripsikan peran penyuluh pertanian dalam

memberdayakan kelompok penangkar benih padi di daerah penelitian

3. Untuk mengetahui seberapa besar peran penyuluh dalam

meningkatkan produktivitas dan pemasaran hasil benih kelompok

penangkar

1.6. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai masukan bagi petani dalam upaya meningkatkan produksi

usahataninya

2. Sebagai bahan perimbangan bagi pemerintah setempat dalam hal

membantu petani dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penyuluh pertanian dalam menentukan

kegiatan kelompok tani

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan

penelitian
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Putri, (2016) dengan judul Peran Penyuluh Pertanian

dalam Pengembangan Kelompok Tani di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai

Pua Kabupaten Agam. Data di analisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran penyuluh sebagai motivator, educator

organisator, dan komunikator dikategorikan berperan, sedangkan peran penyuuh

sebagai katalisator dan konsultan tidak berperan. Kendala-kendala yang dihadapi

penyuluh dalam pengembangan kelompok tani adalah mengatur jadwal pertemuan

dengan 25 kelompok tani, karena penyuluh hanya berjumlah satu orang, daerah

yang luas mengakibatkan penyuluh banyak menghabiskan waktu diperjalanan,

dan tidak semua solusi dan saran penyuluh diterima kelompok tani karena petani

belom biasa dengan teknologi baru dan kelompok tani masih belum berkembang

karena masih bergantung kepada penyuluh.

Laksmi (2017) didalam penelitiannya yang berjudul Strategi

pengembangan usaha perbenihan padi bersertifikat di Subak Guama, Kecamatan

Marga, Kabupaten Tabanan. Metode analisis data yang menggunakan analisis

SWOT dan analsis QSPM. Hasil penelitiannya menunjukkan strategi-strategi

alternatif yang dapat dilaksanakan oleh Subak Guama berdasarkan analisis

matriks SWOT yaitu: 1) memperluas pangsa pasar guna memenuhi kebutuhan

potensial benih padi bersertifikat, 2) pembentukan kelompok pemuda tani, 3)

peningkatan kualitas sumber daya manusia, 4) Pemberdayaan petani melalui


9

penguatan modal usahatani, 5) pengendalian hama dan penyakit secara terpadu,

dan 6) optimalisasi usaha perbenihan padi bersertifikat. Strategi prioritas yang

dapat dilaksanakan yaitu strategi pemberdayaan petani melalui penguatan modal

produsen benih sehingga terpenuhinya kebutuhan benih padi bersertifikat baik

dalam kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.

Hasil Penelitian Gusnirahmawati, (tahun tidak diketahui) Peran Penyuluh

Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani di Desa Sanglar Kecamatan

Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Metode analsis data menggunakan

metode deskriptif. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa Peran penyuluh

pertanian mendapat skor 2,36 dengan kategori tinggi. Sedangkan pengembangan

kelompok tani tergolong sedang yaitu dengan skor 1,8. Permasalah yang dihadapi

penyuluh yaitu kondisi jalan yang jelek, jarak yang jauh dari tempat tinggal

penyuluh dan belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Permasalah

yang dihadapi petani sulit menerima informasi yang diberikan penyuluh,

kurangnya alata-alat pertanian yng digunakan untuk untuk mengembangkan

usahataninya dan terbatasnya waktu petani untuk mengikutii kegiatan penyuluhan.

Hasil penelitian Indri, (2015) Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

dalam Peningkatan Produktivitas Pertanian di Desa Batu Timbau Kecamaan Batu

Ampar Kabupaten Kutai Timur. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif kualitatif, analisis data model interaktif dari Miles

dan Hubermen yang diawali dengan pengumpulan data, penyederhanaan data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa peran penyuluh sebagai pembimbing lapangan, dapat dilihat dari penyuluh

memberikan informasi-informasi terbaru kepada kelompok tani, pnyuluh sebagai


10

pengevaluasi dan pemantau dan penyuluh sebagai teknisi. Kendala-kendala

eksternal yang mempengaruhi penyuluh yaitu masih kurangnya partisipasi para

petani yang masih sulit diberi arahan dan tidak adanya kendaraan operasional.

Kendala-kendala internal penyuluh yaitu masih kurangnya dukungan dari

pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait.

Mandasari (2014) didalam penelitiannya Yang berjudul Hubungan Peran

Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi. Metode analisis

dengan menggunakan uji Chi Square (X2) pada taraf uji 0,10 dan ditambah dengan

informasi kualitatif yang disajikan secara deskriptif. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa peran kelompok tani di Surya Bangkit tergolong rendah.

Sedangkan tingkat produktivitas petani dan usahatani benih padi yang tergabung

dalam kelompok tani Surya Bangkit tidak tergolong tinggi yaitu berada pada

criteria sedang atau cukup. Hasil analisis dilapangan menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara peran kelompok tani Surya Bangkit dengan

produktivitas usahatani benih padi.

Hasil penelitian Sucahyo dkk, (2015) Strategi Peningkatan Produksi Usaha

Tani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat. Metode analisis yang digunakan

adalah metode analisis deskriptif dan analisis SWOT. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal dalam peningkatan

produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian terdiri kualitas fisik

produksi yang sangat baik, pemanfaatan teknologi yang baik, kepercayaan

pembeli gabah sangat tinggi, bahan baku benih tersedia ketika musim tanam.

Ketersediaan lahan yang minim, modal usaha tani, sarana prasarana produksi yang

minim. adanyapenyuluh yang aktif, permintaan benih sangat tinggi, pemerintah


11

sangat mendukung kesejahteraan petani. perubahan iklim dan cuaca, tidak adanya

lembaga keuangan dengan kredit ringan, adanya alih fungsi lahan. Strategi yang

diperoleh adalah strategi diversifikasi atau strategi ST (Strengths – Threats) yaitu

menggunakan kekuatan untuk meminimalkan ancaman yang ada.

Hasibuan (2016), didalam penelitiannya yang bejudul Peran Penyuluh

Pertanian Terhadap Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Padi Sawah

(Studi Kasus : Desa Pasar Rawah, Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: Peran Penyuluh Pertanian Terhadap

Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usaha tani Padi Sawah adalah baik.

Motivasi petani dalam mengikuti program penyuluh pertanian termasuk kategori

tinggi di Desa Pasar Rawa. Dengan mengikuti program penyuluhan para petani

lebih mudah dalam melakukan kegiatan usaha taninya.

Hasil penelitian Ahmad, (2015). Peran Petugas Penyuluh Pertanian Dalam

Mengembangkan Budidaya Padi di Desa Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu

Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan penelitian studi kasus secara deskriptif. Hasil penelitian ini

yaitu kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan petani dilakukan melalui

penyuluhan pertanian. Adapun penyuluhan pertanian menggunakan metode

penyuluhan dilakukan melalui perorangan dan kelompok. Proses penyelenggaraan

penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan benar apabila didukung

dengan tenaga penyuluh yang profesional, kelembagaan penyuluh yang handal,

materi penyuluhan yang terus-menerus mengalir, sistem penyelenggaraan


12

penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan manajemen

penyuluhan yang polivalen.

Hasil Penelitian Timbulus, dkk (2016) Persepsi Petani Terhadap Peran

Penyuluh Pertanian di Desa Rasi Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa

Tenggara. Metode analisis data yang digunakan adalah Skala Likert. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa total skor tingkat persepsi petani mengenai peran

penyuluh pertanian sebesar 3678 dan berada pada indeks persepsi 81 persen,

dengan demikian persepsi petani tergolong sangat baik. Persepsi petani tergolong

sangat baik juga pada indikator peningkatan produktifitas hasil, tingkat

kemudahan inovasi penyuluh dapat dengan mudah dipraktekkan, hasil inovasi

penyuluh dapat dengan mudah terlihat atau diamati, produktifitas hasil yang

meningkat tersebut lebih besar dari sebelum petani menggunakan inovasi

penyuluh pertanian.

Adi (2013) di dalam penelitiannya yang berjudul Studi tentang peranan

penyuluh pertanian terhadap gabungan kelompok tani (Gapoktan( di Kecamatan

Anggana kabupaten Kutai Kartanegara. Metode analisis data yang digunakan

Skala Likert, berdasarkan hasil penelitian peran penyuluh pertanian terhadap

gabungan kelompok tani (Gapoktan) diukur dengan 8 indikator secara

keseluruhan termasuk dalam kategori “sangat berperan” dengan jumlah skor 2.226

dan skor rata-rata 94,416.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Penyuluh Pertanian

Dalam bahasa Belanda digunakan kata “voorlichting” yang berarti

memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini


13

digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan belanda, walaupun

sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak. Indonesia misalnya,

mengikuti cara belanda dengan menggunakan kata “penyuluhan”, sedangkan

Malaysia yang dipengaruhi bahasa inggris menggunakan kata “extension” yang

arti harfiahnya adalah perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing

mengistilah sebagai “advisory work” dan “beratung” yang berarti seorang pakar

dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tetapi seseorang tersebut yang

berhak untuk menentukan pilhannya (Mulyono, 2001).

Menurut Hafsa (2009) penyuluh pertanian merupakan kegiatan

pemberdayaan petani dan keluarganya melalui kegiatan pendidikan non formal di

bidang pertanian, agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang

ekonomi, sosial maupun politik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan

keluarga dan kesejaheteraan masyarakat petani. Sedangkan Menurut Samsudin

(1977) Penyuluh pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat

non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan.

Penyuluhan pertanian dapat juga disebut bentuk pendidikan non-formal.

Suatu keadaan, kepentingan, waktu maupun tempat tani. Tujuan utamanya adalah

untuk menambah kesanggupan petani dalam usahataninya. Hal ini berarti, melalui

penyuluhan diharapkan adanya perubahan perilaku petani, sehingga mereka dapat

mempernbaiki cara bercocok-tanam , menggemukkan ternak, agar lebih besar

penghasilannya dan lebih layak hidupnya (Mubyarto, 2013).

2.2.2. Peran Penyuluh Pertanian

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang

yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan


14

menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling

berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang

seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan

(Departemen Pertanian, 2009).

Peran penyuluhan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai fasilitasi

proses belajar, sumber informasi,pendampingan, pemecahan masalah, pembinaan,

pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan petani yang berkaitan dengan

perannya sebagai pembimbing, sebagai organisator dan dinamisator, sebagai

teknisi dan sebagai konsultan (Mardikanto, 2009).

Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat

yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan

memberikan informasi yang diperlukan petani, selain itu penyuluh pertanian juga

berperan untuk membantu petani dalam peningkatan usahataninya (Van Den Ban

& Hawkins, 1999).

Tugas penyuluhan pertanian terutama menyangkut usaha membantu petani

agar senantiasa meningkatkan efisiensi usahatani. Sedangkan bagi petani,

penyluhan itu adalah suatu kesempatan pendidikan di luar sekolah, diamana

meraka dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). Para petani yang hidup

dalam lingkungan pertanian yang sempit perlu selalu disadarkan akan adanya

berbagai praktek dan kesempatan baru yang dapat dimanfaatkan (Mubyarto,

2013).

2.2.3. Pengertian Kelompok Tani

Menurut Mulyana (2000) kelompok adalah sekumpulan orang yang

mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
15

tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut.

Kelompok Tani didefinisikan sebagai sekelompok petani yang secara

informal mengkonsolidasikan diri berdasarkan kepentingan bersama dalam

berusahatani. Seperti yang dijelaskan dalam peraturan menteri pertanian No.

82/Permentan/OT.140/8/2013, Kelompok tani yang selanjutnya disebut poktan

adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya;

kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan

usaha anggota.(Deptan 2013)

Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa.

Kelompok tani ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang

optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya.

Para anggoa terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar

kekeluargaan (Kartasapoetra,1994).

Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan

ada secara nyata, di samping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak

kegiatan anggotanya. Beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain,

seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan

usahatani (Hermanto, 2007).

2.2.4. Pemberdayaan Kelompok Tani

Upaya pengembangan kapasitas kelembagaan kelompok tani perlu

diarahkan pada peningkatan kesadaran tentang pentingnya kebersamaan anggota

dalam mendukung kegiatan kelompok. Penguatan kegiatan produktif kelompok


16

perlu didukung dengan “channeling” pemasaran (kemitraan) dan akses

permodalan yang terjangkau petani (Purwanto, dkk. 2007).

Menurut Departemen Pertanian (2007), pengembangan kelompok tani

diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan

fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam pengembangan

agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan

mandiri. Potensi kelompok tani sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan

berbagai program pembangunan pertanian. Program pemberdayaan kelompok tani

harus dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam hal: (1) memahami

potensi dan kelemahan kelompok, (2) memperhitungkan peluang dan tantangan

yang dihadapi pada saat mendatang, (3) memilih berbagai alternatif yang ada

untuk mengatasi masalah yang dihadapi, (4) menyelenggarakan kehidupan

berkelompok dan bermasyarakat yang serasi dengan lingkungannya secara

berkesinambungan (Hermanto dan Swastika, 2011).

Beberapa strategi pemberdayaan masyarakat tani yaitu pemberdayaan

petani melalui kelas kemampuan kelompok, pembangunan pertanian tidak terlepas

dari peran serta masyarakat tani yang sekaligus merupakan pelaku pembangunan

pertanian. Adanya strategi pemberdayaan masyarakat tani yang paling strategis

adalah melalui kelompok tani. Dimana dalam kelompok telah tersusun

berdasarkan jenjang kelas kemampuan kelompok yang terdiri dari kelas pemula,

kelas lanjut, kelas madya dan kelas utama (Sukirno, 2009).

Cara menentukan kemampuan kelompok tani yaitu kelompok tani

memiliki fase pertumbuhan kemampuan yang disebut kelas kemampuan

kelompok, peningkatan fase pertumbuhan kemampuan tersebut diukur dengan


17

skor nilai yang ada pada lima jurus kemampuan Kelompok tani. Sehingga terdapat

empat kelas kemampuan kelompok dengan kriteria sebagai berikut:

a. kelas pemula apabila mempunyai skor penilaian 1 sampai 250 poin

b. kelas lanjut apabila mempunyai skor penilaian 251 sampai 500 poin

c. kelas madya apabila mempunyai skor penilaian 501 sampai 750 poin

d. kelas utama apabila mempunyai skor penilaian 751 sampai 1000 poin

Daur hidup pertumbuhan kelompok dapat dilihat dari diagram berikut ini:

Utama nilai skor 751 – 1000

Madya nilai skor 501 – 750


10000
Lanjut nilai skor 251 – 500
750
Pemula nilai skor 1 – 250
500

250

1
Sumber : (Sukirno, 2009)

Menurut (Sukirno,2009) di setiap fase dapat diklaim dan setiap fase

mempunyai umur yang berbeda untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Hal ini

tergantung kontinuitas pemberdayaan yang dilakukan. Lima jurus kemampuan

kelompok sebagai tolak ukur penilaian kelas kemampuan kelompok dalam era

globalisasi dan era informasi saat ini sudah tidak sesuai lagi. Karena dalam

indikator tersebut kurang mencerminkan tingkat inovasi teknologi yang berbasis

agribisnis oleh kelompok. Dengan demikian apabila lima jurus kemampuan

kelompok tersebut masih diterapkan, maka akan berdampak pembangunan

pertanian yang stagnan, karena pembangunan pertanian saat ini diukur oleh
18

kemampuan kelompok sedangkan alat ukur sudah tidak relevan terhadap

kemajuan zaman. Perlunya perumusan kembali indikator-indikator untuk

meningkatkan kelas kemampuan kelompok yang berimplikasi terhadap peran

teknologi, ketangguhan kelembagaan yang berorientasi agribisnis untuk

menanggapi globalisasi.

2.2.5. Penangkar Benih Padi

Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan

pembesaran tumbuhan dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Tujuan

dari penangkaran adalah untuk mendapatkan spesimen tumbuhan dalam jumlah,

mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk

kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap

populasi alam, serta mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara

fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan yang dinyatakan berasal dari

kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran

(Yolanda, 2017).

Penangkaran benih merupakan upaya untuk menghasilkan benih unggul

sebagai benih sumber maupun benih sebar yang akan digunakan untuk

menghasilkan tanaman varietas unggul. Pada penangkaran benih, benih sumber

yang digunakan untuk penanaman produksi benih haruslah satu kelas lebih tinggi

dari kelas benih yang akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas BD

(benih dasar) maka benih sumbernya haruslah benih pada kelas BS (benih

penjenis). Untuk memproduksi kelas benih BP (benih pokok), maka sumbernya

berasal dari benih dasar atau benih penjenis. Sedangkan untuk memproduksi

benih kelas BR (benih sebar) benih sumbernya berasal dari benih pokok, benih
19

dasar atau benih penjenis. (Departemen Pertanian 2010)

Penangkaran benih menghasilkan benih yang berkualitas dan mutunya

terjamin. Benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk

memperbanyak dan atau pengembangbiakan tanaman, baik perkembangbiakan

secara generatif maupun vegetatif yang akan dipakai untuk memperbanyak

tanaman atau dipakai untuk usahatani. Benih yang varietasnya benar dan murni,

mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik yang tertingi sesuai

dengan mutu standar pada kelasnya. Untuk menghasilkan benih padi bermutu

tinggi, diperlukan pengelolaan pertanaman maksimal meliputi pemilihan lokasi

yang tepat, musim tanam, kultur teknik, waktu tanam, penanganan pascapanen,

dan seleksi yang ketat. Beberapa varietas unggul yang telah dilepas dapat dipilih

dan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan benih (Kementerian Pertanian, 2010)

dalam Nurhamsiyah (2013).

2.2.6. Pengertian produktivitas

Produktivitas merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk menganalisa

hasil yang diperoleh dalam kegiatan usatani. Menurut Mardikanto (2009)

produktivitas adalah pengukuran tentang seberapa baik sumber daya digunakan

bersama-sama dalam organisasi untuk menghasilkan suatu unit hasil produksi.

Sinugan (2008) mengatakan bahwa secara umum bahwa produktivitas

diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata fisik (barang atau jasa) dengan

masukan yang sebenarnya. Jadi produktivitas diartikan sebagai tingkat efisiensi

dalam memproduksi barang dan jasa, dan produktivitas mengutamakan cara

pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang

atau jasa.
20

Menurut Puspadi dalam (Meri,2014) mengatakan produktivitas merupakan

ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Secara produktivitas dapat dinyatakan sebagai

rasio antara keluaran terhadap sumber daya yang dipakai. Bila dalam rasio

tersebut masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran dihitung seluruhnya,

disebut sebagai produktivitas total (total productivity), tetapi bila yang dihitung

sebagai masukan hanya faktor tertentu saja maka disebut sebagai produktivitas

parsial (partial productivity).

Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi

terhadap biaya input produksi.

Produktivitas = Output
Input

Rendahnya output karena banyaknya produk yang tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan mengakibatkan produktivitas menjadi rendah.

Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan output.

Peningkatan produktivitas yang terbaik adalah meningkatkan output jauh lebih

besar dibandingkan meningkatnya output (Mandasari,2014).

2.3. Kerangka Pemikiran

Penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas dan kemampuan petani Indonesia dalam mengelola

usahataninya dengan produktif dan efisien sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan dirinya dan keluarganya, dimana pendekatan yang digunakan

melalui pendekatan pemberdayaan kelompok tani.


21

Kelompok tani dibentuk atas kesadaran bersama petani yang mempunyai

kepentingan dan tujuan yang sama, dengan mengenal satu sama lainnya. Sehingga

nantinya kelompok tani dapat memberikan peran penting terhadap peningkatan

produktivitas petani.

Organisasi penyuluhan memegang peranan penting dalam membimbing

petani mengorganisasikan diri secara efektif. Dalam pengembangan kelompok

tani, peran penyuluh ditingkat kecamatan dan di tingkat desa sangat memegang

peranan penting dalam pemberdayaan dan pengembangan kelompok tani,

ditingkat desa penyuluh secara langsung yang membina kelompok tani yang ada

diwilayah kerjanya masing-masing dalam mengembangkan usahatani kelompok

tersebut.

Adanya peran penyuluh di tingkat desa diharapkan mampu membawa

kelompok penangkar benih padi dalam meningkatkan produktivitas usahataninya.

Pada akhirnya dapat diambil kesimpulan mengenai hasil peran penyuluh pertanian

terhadap pemberdayaan dan pengembangan usahatani kelompok penangkar benih.

Alur kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:


22

Penyuluh
Pertanian

Kelompok Kelompok
Penangkar Tani

Keadaan Kelemabagaan
Kelompok Tani

Produksi dan Pemasaran

Variabel Kegiatan
Pemberdayaan Penyuluh

1. Penyuluh Sebagai Pembimbing


2. Penyuluh Sebagai Proses Penasehat
3. Penyuluh Sebagai Proses Pendidik
4. Penyuluh Sebagai Proses Penyebarluasan Informasi
5. Penyuluh Sebagai Proses Penghubung
6. Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator

Keterangan :
23

1) : Pengaruh

2) : Hubungan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Simalungun, Kabupaten Simalungun,

Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian di Kabupaten Simalungun

dipilih secara Purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan

Panombeian Panei merupakan salah satu daerah yang memproduksi dan

mendistribusikan benih padi dalam jumlah besar. Perlu adanya pengembangan

yang lebih serius oleh penyuluh pertanin terhadap pemberdayaan kelompok tani

untuk lebih meningkatkan produktivitas usahataninya. Peneliti tertarik untuk

melihat dari 2 kelompok tani yang ada apakah penyuluh berperan dalam

menjalankan tugasnya sebagai penyuluh di Kecamatan Panombeian Pane.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2018.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Untuk melihat bagaimana peran penyuluh dalam pengembangan kelompok

tani, maka diperlukan beberapa kelompok tani di Kecamatan Panombeian panei.

Responden kelompok tani ditentukan melalui metode purposive sampling dengan

teknik pengambilan responden melalui pemilihan kelompok tani yang diikuti

pemilihan responden dari kelompok tani terpilih. Populasi petani terdapat dalam 2

kelompok tani. Populasi petani terdapat dalam 2 kelompok tani sebanyak 40

petani, 20 anggota kelompok tani Mekar Melati dan 20 anggota BUM-DES

Tombei dari jumlah populasi tersebut peneliti mengambil jumlah sampel


24

sebanyak 20 petani, 10 anggota kelompok tani Mekar Melati dan 10 dari anggota

BUM-DES Tombei. Pemilihan ini dilakukan secara purposive dengan kriteria

yang dilihat dari keaktifan kelompok tani, pertemuan rutin kelompok tani,

kegiatan kelompok tani. Dengan mempertimbangkan adanya tingkatan kelas

kelompok tani dapat melihat perbedaan peran penyuluh dari masing-masing

tingkatan kelompok tani. Kedua kelompok tani yang dipilih yaitu kelompok tani

Bum-Des Tombei dan K.T Mekar Melati.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan secara langsung

(wawancara) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) terhadap petani,

penyuluh pertanian dan pengurus kelompok tani. Sedangkan untuk data sekunder

pengumpulan data diperoleh dari literatur yang berasal dari instansi-instansi yang

terkait serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

1. Untuk Mengidentifikasi Masalah Yang Pertama

Untuk menyelesaikan masalah (1) digunakan metode analisis deskriptif

kualitatif menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014) mengemukakan

bahwa mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

pemfokusan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

Sedangkan penelitian deskriptif kualitatif menurut Bungin (2011) adalah

untuk mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif (yang terlalu positivism), serta

juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai

situasi, atau berbagai fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat yang


25

menjadi objek penelitian, kemudian menganalisisnya dan berupaya melakukan

teorisasi berdasarkan apa yang diamati dilapangan.

Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari

kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinnya dengan

kelompok data lain. Proses ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas data

yang hendak diolah dan dianalisis, karena bila data yang dihasilkan berkualitas,

maka informasi yang dibawapun juga ikut berkualitas dengan menggunakan

model Miles dan Huberman (1994).

2. Untuk Mengidentifikasi Masalah Kedua dan Ketiga

Untuk menganalisis masalah (2) dan (3) digunakan analisis metode

scoring (skor). Semua kriteria penilaian peran penyuluh pertanian diberi skor yang

telah ditentukan. Skala Likert merupaka suatu series butir (butir soal). Responden

hanya memberikan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap nutir soal tersebut.

Skala ini dimaksudkan untuk mengukur sikap individu dalam dimensi yang sama

dan individu menempatkan dirinya ke arah satu komunitas dari butir soal

(Yusuf,2014).

Semua kriteria penilaian peran penyuluh pertanian diberi skor yang telah

ditentukan. Cara yang digunakan dalam menyusun data tersebut adalah

menggunakan Skala Likert melalui tabulasi dimana skor responden dijumlahkan,

total skor kemudian dihitung rata-ratanya, dan rata-rata inilah yang ditafsirkan

sebagai posisi penilaian responden pada skala Likert sehingga mempermudah

dalam mengelompokkan dan mempersentasekan data.

Skor Penilaian Tingkat Peran Penyuluh Pertanian diukur dengan

menggunakan skala Likert. Responden dengan jumlah 20 orang diminta untuk


26

mengisi kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan untuk menilai peran

penyuluh guna membentuk proporsi nilai. Kategori peran penyuluh pertanian

dalam pemberdayaan kelompok penangkar dibagi menjadi 3 kategori 1) kategori

tidak berperan 1-1,66; 2) kategori berperan 1,67-2,33; 3) kategori sangat berperan

2,34-3,00.

Tabel 3. Peran Penyuluh Dalam Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani

NO. Peran Penyuluh Pertanian Skor Kategori


1. Sebagai Pembimbing
2. Sebagai Penerangan
3. Sebagai Pendidik
4. Sebagai Penyebarluasan Informasi
5. Sebagai Proses Perubahan Perilaku
6. Sebagai Organisator dan Dinamisator
Jumlah
Rata-rata

Tabel 4. Peran Penyuluh Dalam Meningkatkan Produktivitas dan Pemasaran Hasil

NO. Peran Penyuluh Pertanian Skor Kategori


1. Peran Penyuluh dalam meningkatkan
Produktivitas
2. Peran Penyuluh dalam pemasaran
Jumlah
Rata-rata
27

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

3.5.1. Defenisi Operasional

1. Penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas dan kemampuan petani dalam mengelola

usahataninya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dirinya dan

keluarganya kearah hidup yang lebih baik.

2. Peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing, sebagai organisator dan

dinamisator, sebagai teknisi dan sebagai konsultan bagi petani agar

mampu memecahkan masalah petani serta berperan untuk membantu

petani dalam peningkatan produktivitas usahataninya.

3. Kelompok Tani adalah Kelompok yang dibentuk atas kesadaran bersama

yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama, dengan mengenal

satu sama lain, kelompok tani di pimpin oleh seorang kontak tani.

4. Pemberdayaan kelompok tani adalah upaya atau proses yang perlu

dilakukan dalam meningkatkan kelembagaan dan kemampuan kelompok

tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para

anggota dalam pengembangan agribisnis, penguatan kelompok tani

menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.

5. Penangkaran benih adalah upaya dilakuakn untuk menghasilkan benih

unggul sebagai benih sumber maupun benih sebar yang akan digunakan

untuk menghasilkan tanaman varietas unggul.

6. Produktivitas adalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya

(input) diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan

(output).
28

7. Produktivitas usahatani adalah kemampuan atau potensi lahan yang

digunakan untuk input usahatani (faktor-faktor produksi) dalam

mengahasilkan Output (hasil) untuk menghasilkan produksi pada luas

lahan tertentu seperti tingkat produksi yang dapat dicapai per hektar dalam

satu musim tanam.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Tempat Penelitian adalah di dua Desa yakni Desa Pematang Panombeian

dan Desa Panombeian di Kecamatan Panombeian pane Kabupaten

Simalungun.

2. Studi kasus yang diteliti ada 2 Kelompok Tani yakni Bum-Des Tombei

Desa Pematang Panombeian dan K.T. Mekar melati di Desa Panombeian.

3. Waktu Pelaksanaan penelitian adalah 2018.


29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Pematang Panombeian dan Desa Panombeian merupakan salah satu

desa yang terletak di Kecamatan Panombeian, Kabupaten Simalungun Provinsi

Sumatera Utara. Penduduk Desa Pematang Panombeian dan Desa Panombeian

banyak yang berprofesi sebagai petani. Tanaman yang paling banyak di usahakan

oleh petani di Desa Karang Anyar adalah Padi, ubi kayu dan jagung.

Desa Pematang Panombeian merupakan Desa di Kecamatan Panombeian

Panei Kabupaten Simalungun yang mempunyai batasan – batasan wilayah yaitu

sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Simbolon Tengkoh

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Rukun Mulyo

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Panombeian

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Marjandi Pisang

Desa Pematang Panombeian berada di titik koordinat : 2º 55’43 LU dan

99º 02’ BB. Luas wilayah Desa Pematang Panombeian adalah ± 590 Hektar,

dengan jumlah penduduk sebanyak 1.577 jiwa.

Desa Panombeian merupakan Desa di Kecamatan Panombeian Panei

Kabupaten Simalungun yang mempunyai batasan – batasan wilayah yaitu sebagai

berikut :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Pematang Panombeian

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Nagori Besar

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Rawang Pardomuan Nauli

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Marjandi Pisang


30

Desa Panombeia berada di titik koordinat : 2º 55’51 LU dan 98º 59’49 BB

Luas wilayah Desa Panombeian adalah ± 586 Hektar, dengan jumlah penduduk

sebanyak 2.527 jiwa. Umumnya tanah yang digunakan oleh masyarakat di Desa

Pematang Panombeian dan Desa Panombeian adalah sebagian besar digunakan

untuk berladang dan bersawah, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Luas Penggunaan Lahan


No Jenis Lahan Pematang Panombeian Persentase (%)
1 Lahan Sawah 308 52,20
2 Lahan Kering 226 38,30
3 Pekarangan 40 6,78
4 Lainnya 16 2,72
Jumlah (Ha) 590 100
Sumber: BPS 2017

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan


No Jenis Lahan Panombeian Persentase (%)
1 Lahan Sawah 275 46,93
2 Lahan Kering 191 32,60
3 Pekarangan 75 12,80
4 Lainnya 45 7,67
Jumlah (Ha) 586
Sumber: BPS 2017

4.2. Keadaan Penduduk

4.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Penduduk Desa Pematang Panombeian berjumlah sebanyak 1.577 jiwa,

dan berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk Desa Pematang Panombeian

terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 782 jiwa dan perempuan sebanyak 795 jiwa.

Sementara Desa Panombeian berjumlah 2.527 jiwa dengan jumlah laki-laki

sebanyak 1243 jiwa dan perempuan sebanyak 1284 jiwa.. Untuk lebih jelasnya

data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :


31

Tabel 7. Jumlah Penduduk Desa Pematang Panombeia berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Pematang Panombeian Persentase %
1 Laki-laki 782 49,59
2 Perempuan 795 50,41
Jumlah 1.577 100
Sumber: Data Kantor Desa Pematang Panombeian 2017 0,98

Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Panombeian berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Panombeian Persentase %
1 Laki-laki 1.243 49,19
2 Perempuan 1.284 50,81
Jumlah 2.527 100
Sumber: Data Kantor Desa Pematang Panombeian 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk jenis

kelamin perempuan lebih banyak dibanding dengan jenis kelamin laki-laki,

dengan selisih persentase jumlah penduduk perempuan sebesar 2,44%. Sementara

untuk jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada table berikut

Tabel 9. Jumlah Penduduk Desa Pematang Panombeian Berdasarkan Kelompok


Umur
No Kelompok Umur Pematang Panombeian Persentase (%)
1 < 1 Tahun 7 0,44
2 1 – 4 Tahun 35 2,22
3 5 – 14 Tahun 80 5,07
4 15 – 39 Tahun 203 12,88
5 40 – 60 Tahun 1211 76,79
6 > 60 Tahun 41 2,60
Jumlah 1.577
Sumber: Data Kantor Desa Pematang Panombeian 2017

Tabel 10. Jumlah Penduduk Desa Panombeian Berdasarkan Kelompok Umur


No Kelompok Umur Panombeian Persentase (%)
1 < 1 Tahun 20 0,79
2 1 – 4 Tahun 11 0,43
3 5 – 14 Tahun 300 11,87
4 15 – 39 Tahun 483 19,11
5 40 – 60 Tahun 900 35,61
6 > 60 Tahun 200 7,91
Jumlah 2.527 100
Sumber: Data Kantor Desa Panombeian 2017
32

4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penduduk Desa Pematang panombeian dan Desa Panombeian mayoritas

bekerja sebagai petani. Meskipun demikian masih terdapat beberapa penduduk

lainnya yang memiliki profesi berbeda. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk

dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis pekerjaannya, sebagai berikut :

Tabel 11. Distribusi Penduduk Desa Pematang Panombeian Berdasarkan Jenis


Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Pematang Panombeian Persentase (%)
1 Petani 385
2 Buruh Tani/ Nelayan 12
3 PNS/ TNI/ POLRI 5
4 Pegawai Swasta 4
5 Wiraswasta/ Pedagang 20
6 Lainnya 10
Jumlah 436
Sumber: Data Kantor Kepala Desa Pematang Panombeian 2017

Tabel 12. Distribusi Penduduk Desa Panombeian Berdasarkan Jenis Pekerjaan


No Jenis Pekerjaan Panombeian Persentase (%)
1 Petani 1208
2 Buruh Tani/ Nelayan 14
3 PNS/ TNI/ POLRI 10
4 Pegawai Swasta 4
5 Wiraswasta/ Pedagang 7
6 Lainnya
Jumlah 1.243
Sumber: Data Kantor Kepala Desa Panombeian 2017

4.2.3. Sarana dan Prasarana Umum

Desa Pematang Panombeian dan Desa Panombeian memiliki beberapa

sarana dan prasarana. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Pematang

Panombeian dan Desa Panombeian akan mempengaruhi perkembangan dan

kemajuan masyarakat kedau desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana

pendukung maka akan mempercepat laju pembangunan di Desa Pematang

Panombeian dan Desa Panombeian baik di tingkat lokal maupun regional.


33

Keadaan sarana dan prasarana kedau Desa tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 13. Sarana dan Prasarana Desa Pematang Panombeian


No Jenis Saran dan Prasarana Desa Jumlah (Unit)
1 Perumahan penduduk 465
Tempat Ibadah
Mesjid/musollah 1
Gereja 5
3 Sarana Pendidikan
PAUD 1
TK 1
SD/sederajat 2
SMP/sederajat
SMA/sederajat
4 Sarana Kesehatan
Puskesmas Pembantu dan Posyandu 6
5 Sarana Umum
Kantor Kepala Desa 1
TPU 3
8 Sarana Komunikasi
Sinyal Telepon Seluler 3
Sumber: Data Kantor Kepala Desa Pematang Panombeian 2017

Tabel 14. Sarana dan Prasarana Desa Panombeian


No Jenis Saran dan Prasarana Desa Jumlah (Unit)
1 Perumahan penduduk 519
Tempat Ibadah
Mesjid/ Musollah
Gereja 7
3 Sarana Pendidikan
PAUD 1
TK 1
SD/sederajat 2
SMP/sederajat 1
SMA/sederajat
4 Sarana Kesehatan
Puskesmas Pembantu dan Posyandu 5
5 Sarana Umum
Kantor Kepala Desa 1
TPU 7
8 Sarana Komunikasi
Sinyal Telepon Seluler 3
Sumber: Data Kantor Kepala Desa Panombeian 2017
34

4.3. Karakteristik Sampel

Sampel merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah

penelitian. Karakteristik sampel harus sesuai dengan tujuan penulisan sebuah

penelitian. Sesuai dengan judul maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah para petani padi sawah dengan jumlah 20 orang responden yang terdapat di

Desa Pematang Panombeian dan Desa Panombeian, Kecamatan Panombeian

Panei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Diamana dalam

menentukan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu memilih

sampel yang berkaitan dengan petani penangkar benih padi sawah. Berdasarkan

wawancara penulis dapat diketahui bahwa luas lahan usahatani padi sawah dari

keseluruhan sampel adalah 13,71 Ha.

Karakteristik sampel penelitian dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia,

luas lahan, status kepemilikan lahan, dan jumlah tanggungan keluarga. Untuk

lebih jelasnya penulis akan menjabarkan keseleruhan karakteristik sampel

penelitian tersebut satu persatu.

4.3.1. Jenis Kelamin

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dibedakan

menjadi laki-laki dan perempuan. Untuk lebih jelasnya datanya dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 15. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-Laki 15 75
2 Perempuan 5 25
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
35

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah sampel penelitian jenis

kelamin laki-laki sebanyak 15 orang. Sedangkan untuk jumlah sampel penelitian

jenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang.

4.3.2. Umur Petani Sampel

Umur petani sampel yang menjadi objek penelitian dikelompokan atas 4

(empat) kelompok. Untuk lebih jelasnya karekteristik petani sampel berdasarkan

tingkat umur dapat dilihat pada Tabel 6. berikut :

Tabel 16. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Umur


No. Umur (tahun) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%)
1. 25 – 35 3 15
2. 36 – 45 6 30
3. 46 – 55 9 45
4. 56 – 65 2 10
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan data yang ada pada tabel di atas dapat diketahui bahwa

jumlah sampel penelitian yang terbanyak berada pada rentang usia 41-56 tahun,

yakni 14 orang atau 70% dari keseluruhan jumlah sampel.

4.3.3. Pendidikan Petani Sampel

Pendidikan petani penangkar benih padi sawah terdiri dari SD, SMP,

SMA. Hal ini dapat dilihat secara terperinci pada Tabel . berikut :

Tabel 17. Karakteristik Petani Sampel Menurut Pendidikan


No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. SD
2. SMP 2 10
3. SMA 18 90
4. D2, S1, S2
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 8. di atas dapat diketahui bahwa pendidikan petani

sampel yang paling banyak adalah tamatan SMA yaitu sebanyak 18 orang atau
36

90%, sedangkan pendidikan petani sampel yang paling sedikit adalah SMP, yaitu

sebanyak 2 orang atau 16,66%.

4.3.4. Pengalaman Petani Sampel

Pengalaman petani merupakan lamanya petani dalam berusahatani kelapa

sawit. Pengalaman petani dapat dilihat pada Tabel 18. berikut :

Tabel 18. Karakteristik Petani Sampel Menurut Pengalaman Tahun 2018


No. Pengalaman (Tahun) Jumlah Sampel (Orang) Persentase (%)
1. 1–6 7 23,33
2. 7 – 12 10 33,33
3. 13 – 18 8 26,66
4. 19 – 24 5 16,66
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 18. di atas dapat diketahui, bahwa pengalaman petani

sampel yang terbanyak berada antara 7 – 12 tahun, yaitu sebanyak 10 orang atau

33,33%, sedangkan pengalaman terkecil petani sampel adalah di antara 19 – 24

sebanyak 5 orang atau 16,66%.

4.3.5. Jumlah Tanggungan Petani Sampel

Jumlah tanggungan merupakan jumlah seluruh keluarga yang ditanggung

petani sebagai kepala keluarga, yaitu istri, anak maupun keluarga yang tinggal

bersama petani dalam satu rumah. Untuk mengetahui lebih jelas jumlah

tanggungan keluarga petani penangkar benih padi sawah, dapat dilihat pada Tabel

. Berikut:

Tabel 19. Karakteristik Petani Sampel Menurut Tanggungan Tahun 2018


No. Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 1–3 12 60
2. 4–6 7 35
3. 7–9 1 0,5
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018
37

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan

petani sampel yang terbanyak adalah 1 – 3 orang, yaitu sebesar 12 orang atau

60%, sedangkan yang terendah adalah jumlah tanggungan 7 – 9 orang yang

berjumlah 1 orang atau 0,5%.

4.3.6. Luas Lahan

Karakteristik sampel berdasarkan Luas lahan padi sawah yang dimiliki

dapat dibedakan seperti yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 20. Jumlah Luas Lahan Responden


No Luas Lahan (Ha) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%)
1 0 – 0,5 8 40
2 0,56 – 1,1 7 35
3 >1,2 5 25
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel

penelitian yang terbanyak memiliki Luas lahan padi sawah 0,0-0,5 Ha, yakni 8

orang atau 40 % dari keseluruhan jumlah sampel.

4.4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.4.1. Keadaan Kelembagaan Kelompok Tani dan Kelompok Penangkar

Keadaan pemberdayaan kelompok penangkar Tani Jaya meliputi beberapa

indikator antara lain :

1. Struktur Kelompok

Sedangkan Bumdes Tombei di Desa Pematang Panombeian, terdapat

pembagian tugas yang jelas didalam kepengurusan tetapi hal tersebut kurang

dilaksanakan

Dilihat dari struktur kelompok, kelompok tani melati di Desa Panombeian

terdapat pembagian tugas yang jelas didalam kepengurusan tetapi hal tersebut
38

kurang dilaksanakan. Hal ini terjadi karena faktor usia pengurusnya yang sudah

terlalu tua sehingga kepengurusan tidak aktif lagi dalam menjalankan tugasnya.

Anggota kelompok tani mengatakan perlu adanya penentuan (pemilihan)

kepengurusan baru kepada petani yang lebih muda, maju dan mempunyai gagasan

yang lebih maju agar nantinya membawa dampak secara langsung maupun tidak

langsung terhadap tingkat kepuasan anggota terhadap kepengurusan kelompok

tani.

dalam hal komunukasi antara peengurus kelompok dengan anggota begitu juga

antara anggota dengan pengurus kelompok mendapatkan kemudahan dalam

berkomunikasi dan menyampaikan pendapat atau gagasannya.

4.4.2. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pemberdayaan Kelompok

Penangkar

Pemberdayaam kelompok penangkar Benih padi diarahkan pada

peningkatan kemampuan kelompok tani penangkar benih, peningkatan

kemampuan para anggota kelompok tani menjadi organisasi yang kuat dan

mandiri. Menurut Mardikanto (2009), Pemberdayaan kelompok tani dapat

diartikan, sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada

kelompok untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan
39

keberanian untuk memilih (choice) sesuai dengan keinginannya, karena itu

pemberdayaan kelompok tani dapat diartikan sebagai proses terencana guna

meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan.

Peran penyuluh dalam pemberdayaan kelompok tani penangkar benih padi

di Desa Pematang Panombeian dan Desa Panombeian yang telah dilaksanakan

oleh penyuluh adalah sebagai pembimbing, penarangan, pendidik, sebagai

penyebarluasan informasi, menjadi orgaisator dan sebagai perubah perilaku

petani. Dari semua peran penyuluh tersebut tidak semua dapat dilakukan oleh

penyuluh perlu adanya dukungan dari petani maupun pemerintah. Peran penyuluh

dalam pengembangan kelompok tani masih ada kelemahannya diantaranya dapat

dilihat dari data berikut ini :

4.4.3. Peran Penyuluh Sebagai Pembimbing

Tabel 21. Peran Penyuluh Sebagai Pembimbing


No Indikator Skor Kategori
1 Bimbingan dan kunjungan penyuluh 2,05 Berperan
2 Mempunyai pendapat dan gagasan 1,45 Tidak Berperan
3 Memberikan bimbingan tehnik budidaya 2,2 Berperan
dan agroindustri
4 Memberikan informasi dan pengarahan 2,0 Berperan
Rata – rata 1,92 Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat nilai rata-rata yang diperoleh 1,92

dengan kategori berperan. Skor yang diperoleh masing-masing indikator seperti

bimbingan/kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap petani diperoleh

skor 2,05 dengan kategori berperan. Penyuluh mempunyai pendapat/gagasan yang

tinggi dalam memberikan bimbingan kepada petani diperoleh skor 1,45 dengan

kategori tidak berperan bagi petani, yang berarti bahwa penyuluh kurang berperan

memberikan pendapat/gagasan kepada petani mengenai hambatan yang dihadapi


40

oleh petani. Penilaian petani terhadap penyuluh yang memberikan bimbingan

teknik budidaya dan agroindustri diperoleh skor 2,2 dengan kategori berperan.

Penyuluh selalu memberikan informasi teknik budidaya baru kepada petani. Hal

ini dikarenakan petani lebih memilih menggunakan teknik budidaya yang lama.

Sedangkan untuk penilaian petani terhadap penyuluh dalam memberikan

informasi dan pengarahan diperoleh skor 2,00 dengan kategori berperan. Peran

penyuluh pertanian dalam mengusahakan bantuan modal dan memberi informasi

mengenai sumber dana kredit sudah optimal, penyuluh berusaha merekomendasi

kelompoktani agar bisa mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian maupun

lembaga terkait.

4.4.4. Peran Penyuluh Sebagai Penasehat

Tabel 22. Peran Penyuluh Sebagai Penerangan


No Indikator Skor Kategori
1 Membantu petani dalam mencari pilihan 1,45 Tidak Berperan
usahataninya
2 Bekerjasama dalam memecahkan 2,6 Sangat Berperan
masalah yang dihadapi Petani
3 Mengambil keputusan mengenai masalah 1,8 Berperan
atau kendala dalam organisasi kelompok
Rata – rata 1,95 Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat peran penyuluh dalam memberikan

nasehat kepada petani diperoleh skor 1,95 dengan kategori berperan. Peran

penyuluh dalam membantu petani dalam mencari pilihan usahataninya medapat

skor 1,45 dengan indikator tidak berperan. Hal ini dikarenakan semua anggota

kelompok menentukan sendiri usahatani apa yang akan mereka jalankan.

Peran penyuluh bekerjasana dalam memecahkan masalah yang dihadapi

petani mendapat skor 2,6, dengan kategori sangat berperan. Petani responden

menyatakan penyuluh sangat berperan karena sangat membantu petani jika ada
41

masalah dengan adanya serangan hama atau penyakit. Penyuluh langsung turun

kelapangan untuk membantu petani dalam mengidentifikasi masalah dan mencari

solusi bagaimana mencegah dan cara mengatasi masalah tersebut dilapangan.

Peran penyuluh dalam mengambil keputusan mengenai masalah atau kendala

dalam organisasi kelompok tani diperoleh skor 1,8 dengan kategori berperan.

4.4.5. Peran Penyuluh Sebagai Pendidik

Tabel 23. Peran Penyuluh Sebagai Pendidik

No Indikator Skor Kategori


1 Meningkatkan keterampilan dan 2,45 Sangat Berperan
pengetahuan petani terhadap ide baru utuk
pengembangan usaha kelompok tani
2 Memberikan pelatihan atau cara dalam 2,1 Berperan
penggunaan teknologi baru
3 Penyuluh memiliki kemampuan dalam 1,35 Tidak Berperan
melatih petani dalam meningkatkan usaha
kelompok tani
Rata – rata 1,96 Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Pada Tabel 23 dapat dilihat peran penyuluh sebagai pendidik diperoleh

skor 1,96 dengan kategori berperan. Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan petani terhadap ide baru untuk pengembangan

usaha kelompok tani mendapat skor 2,45 dengan kategori sangat berperan. Dalam

memberikan pelatihan atau tata cara dalam penggunaan teknologi baru diperoleh

skor 2,1 dengan kategori berperan. Sedangkan peran penyuluh dalam melatih

petani dalam meningkatkan usaha klompok tani 1,35 dengan kategori tidak

berperan.
42

4.4.6. Peran Penyuluh Sebagai Penyebarluasan Informasi

Tabel 24. Peran Penyuluh Sebagai Penyebarluasan Informasi


No Indikator Skor Kategori
1 Membantu komunikasi petani dalam 1,6 Tidak Berperan
berkelompok
2 Membantu kerja sama kelompok tani 2,5 Sangat Berperan
dengan instansi atau lembaga terkait
3 Membantu percepatan arus informasi 2,05 Berperan
kepada petani
Rata – rata 2,05 Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peran penyuluh sebagai

penyebarluasan informasi kepada petani mendapat kategori berperan, dengan skor

2,05. Petani menyatakan penyuluh tidak berperan dalam membantu komunikasi

petani dalam berkelompok, diperoleh skor 1,6 dengan indikator tidak berperan.

Hal ini dikarenakan penyuluh kurang berperan dalam mengadakan diskusi atau

pertemuan kelompok.

Peran penyuluh dalam membantu kerja sama antara kelompok tani dengan

instansi atau lembaga terkait mendapat kategori sangat berperan. Hal ini karena

penyuluh membantu petani dalam manyalurkan bantuan dari dinas-dinas ataupun

pemerintah. Sementara peran penyuluh dalam membantu percepatan arus

informasi kepada petani memperoleh skor 2,05 dengan kategori sedang/berperan.

Karena penyuluh memberikan informasi hanya kepada ketua-ketua kelompok tani

saja, kemudian ketua meberikan informasi tersebut kepada anggotanya.


43

4.4.7. Peran Penyuluh Sebagai Penghubung

Tabel 25. Peran Penyuluh Sebagai Penghubung


No Indikator Skor Kategori
1 Membawa inovasi baru yang dapat 2,85 Sangat Berperan
memajukan usahatani kelompok tani
2 Menyampaikan kebijakan dan peraturan 1,95 Berperan
dibidang pertanian
3 Membantu menyampaikan aspirasi 1,35 Tidak Berperan
petani
Rata – rata 2,05 Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peran penyuluh sebagai agen perubahan

perilaku bagi petani mendapatkan skor 2,05 dengan kategori berperan dalam

mengubah perilaku petani.

4.4.8. Peran Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator

Tabel 26. Peran Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator


No Indikator Skor Kategori
1 Memberikan arahan dan pembentukan 1,75 Berperan
atau pengembangan kelompok tani
2 Menentukan kelembagaan atau program 1,45 Tidak Berperan
kerja
Rata – rata 1,6 Tidak Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peran penyuluh sebagai organisator

dan dinamisator bagi petani mendapatkan skor 1,6 dengan kategori tidak berperan.

Peran penyuluh dalam memberika arahan dan pembentukan atau pengembangan

kelompok tani memperoleh skor 1,75 dengan kategori berperan. Peran penyuluh

dalam menentukan kelembagaan atau program kerja memperoleh skor 1,45

dengan kategori tidak berperan. Petani responden yang menyatakan penyuluh

tidak berperan dalam menentukan kelembagaan atau program kerja karena


44

penyuluh jarang ikut dalam menentukan kelembagaan atau pun program kerja

kelompok tani.

4.4.9. Peran Penyuluh dalam Meningkatkan Produktivitas dan Pemasaran

Hasil Produksi

Tabel 27. Peran Penyuluh dalam Meningkatkan Produktivitas


No Indikator Skor Kategori
1 Apakah dengan adanya penyuluh 2,15 Berperan
produksi Bapak/Ibu meningkat
2 Apakah dengan adanya penyuluh 2,05 Berperan
pertanian mampu meningkatkan
pendapatan Bapak/ Ibu
Rata – rata 2,1 Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peran penyuluh dalam meningkatkan

produktivitas petani memperoleh skor 2,1, dengan kategori berperan. Dilihat dari

indikator satu penyuluh dapat meningkatkan produksi petani dengan memperoleh

skor 2,15. Sedangkan untuk indikator kedua penyuluh juga mampu meningkatkan

pendapatan anggota kelompok tani. Alasan petani menyatakan penyuluh berperan

karena penyuluh dapat meningkatkan hasil produksi petani, mampu mengurangi

biaya tenaga kerja, dengan cara pengaturan jarak tanam dengan sistem jajar

legowo, dan penjualan hasil panennnya lebih mahal dari harga petani padi

konsumsi.

Tabel 28. Peran Penyuluh dalam Pemasaran Hasil Pertanian


No Indikator Skor Kategori
1 Apakah dengan adanya penyuluh 1,85 Berperan
Bapak/Ibu mendapatkan kemudahan
dalam memasarkan hasil produksi
pertanian
2 Apakah dengan adanya penyuluh 1,20 Tidak Berperan
pertanian dapat memperluas pemasaran
hasil produksi Bapak/Ibu
Rata – rata 1,52 Tidak Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018
45

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peran penyuluh dalam memasarkan

hasil produksi petani memperoleh skor 1,52 dengan kategori tidak berperan.

Dilihat dari indikator satu penyuluh mampu menberikan kemudahan bagi petani

dalam memasarkan hasil produksinya dengan memperoleh skor 1,85 dengan

kategori berperan. Hal ini beperan dikarenakan petani langsung menjual hasil

produksinya kepada ketua kelompok tani petani

Sedangkan untuk indikator kedua penyuluh tidak mampu memperluas

jaringan pemasaran hasil produksi benih kelompok tani dengan memperoleh skor

1,20 dengan kategori tidak berperan. Alasan petani menyatakan penyuluh tidak

berperan karena kelompok penangkar yang mencari pasar sendiri untuk

memasarkan hasil produksinya.

4.4.10. Rekapitulasi Peran Penyuluh Pertanian dalam Pemberdayaan

Kelompok Tani

Dalam hal ini penilaian dilakukan dengan mengumpulkan semua skor

penilian petani terhadap peran penyuluh dalam pemberdayaan kelompok tani dari

semua jumlah angka yang telah diperoleh. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

jumlah skor dari prestasi kerja penyuluh, dari masing-masing rekapitulasi peran

penyuluh dalam mengembangkan dan memberdayakan kelompok tani yang telah

dilakukan oleh penyuluh pertanian selama ini di daerah kerjanya yaitu di Bumdes

Tombei yang berada di Desa Pematang Panombeian dan Kelompok Tani Melati di

Desa Panombeian. Rekapitulasi peran penyuluh pertanian dalam pemberdayaan

kelompok tani penangkar benih dapat dilihat pada Tabel 29 dan Tabel 30 Berikut

ini :
46

Tabel 29. Rekapitulasi Peran Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan


dan Mengembangkan Kelompok Tani
No Peran Penyuluh Pertanian Skor Kategori
1. Sebagai Pembimbing 1,92 Berperan
2. Sebagai Penerangan 1,95 Berperan
3. Sebagai Pendidik 1,96 Berperan
4. Sebagai Penyebarluasan Informasi 2,05 Berperan
5. Sebagai Proses penghubung 2,05 Berperan
6. Sebagai Organisator dan Dinamisator 1,6 Tidak Berperan
Jumlah 11,53
Rata-rata 1,92 Berperan
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dapat dilihat pada Tabel 29, penyuluh telah berperan dalam menjalankan

tugasnya sebagai pembimbing, penerangan, pendidik, penyebarluasan informasi

dan sebagai penghubung. Namun pada penyuluh sebagai organisator dan

dinamisator penyuluh tidak berperan, dikarenakan penyuluh memberikan

keleluasan kepada kolompok tani, namun tetap memberikan arahan atau

pembinaan kepada kelompok tani. Penyuluh lapangan juga tidak mungkin mampu

untuk melakukan kunjungan kepada masing-masing petani karena penyuluh hanya

berkunjung sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.

Tabel 30. Rekapitulasi Peran Penyuluh Pertanian dalam Meningkatkan


Produktivitas dan Pemasaran Hasil Produksi
NO. Peran Penyuluh Pertanian Skor Kategori
1. Peran Penyuluh dalam meningkatkan 2,1 Berperan
Produktivitas
2. Peran Penyuluh dalam pemasaran hasil 1,52 Tidak Berperan
benih kelompok penangkar
Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peran penyuluh dalam meningkatkan

produktivitas petani memperoleh skor 2,1, dengan kategori berperan. Alasan

petani menyatakan penyuluh berperan karena penyuluh dapat meningkatkan hasil

produksi petani, mampu mengurangi biaya tenaga kerja, dengan cara pengaturan
47

jarak tanam dengan sistem jajar legowo, dan penjualan hasil panennnya lebih

mahal dari harga petani padi konsumsi.

Sementara peran penyuluh dalam memasarkan hasil produksi petani

memperoleh skor 1,52 dengan kategori tidak berperan. Hal ini berperan

dikarenakan petani langsung menjual hasil produksinya kepada ketua kelompok

tani petani. Alasan petani menyatakan penyuluh tidak berperan karena kelompok

penangkar yang mencari pasar sendiri untuk memasarkan hasil produksinya.

Adanya keluhan-keluhan dari petani terhadap permasalahan yang dihadapi

seperti masalah budidaya tanamana padi (pembibitan, pola tanam, pemanenan

dll), pemupukan (cara pemberian dosis pupuk), pengendalian hama dan penyakit

tanaman, dan pasca panen. Dari permasalahan tersebut maka penyuluh dapat

berperan sebagai penghubung dalam menyampaikan informasi-informasi baik dari

instansi terkait ataupun dari media sosial. Materi yang diberikan penyuluh

disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani itu sendiri dalam menjalankan

usahataninya.

Pernyataan dari masing-masing kelompok tani hampir semuanya sama,

dikarenakan dalam memberikan penyuluhan tidak ada perbedaan antar kelompok

tani dan kelompok penangkar. Penyuluh memberikan materi yang sama. Pada

umumnya tanaman yang diusahakan kelompok tani sama, sehingga penyuluh

memberikan penyuluhan yang sama terhadap masing-masing kelompok tani.


48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Peran penyuluh dalam pengembangan dan pemberdayaan kelompok tani

Melati di Desa Panombeian dan Bumdes Tombei di Desa Pematang

Panombeian, dikategorikan telah berperan dalam menjalankan tugasnya

Sebagai pembimbing diperoleh skor 1,92 dengan kategori berperan,

sebagai penerangan diperoleh skor 1,95 dengan kategori berperan, sebagai

pendidik diperoleh skor 1,96 dengan kategori berperan, penyebarluasan

informasi memperoleh skor 2,05 dengan kategori berperan dan sebagai

penghubung memperoleh skor 2,05 dengan kategori berperan. Namun

peran penyuluh sebagai organisator dan dinamisator penyuluh tidak

berperan dengan memperoleh skor 1,6.

2. Peran penyuluh dalam meningkatkan produktivitas petani memperoleh

skor 2,1, dengan kategori berperan. Sementara peran penyuluh dalam

memasarkan hasil produksi petani memperoleh skor 1,52 dengan kategori

tidak berperan. Hal ini tidak berperan karena kelompok penangkar yang

mencari pasar sendiri untuk memasarkan hasil produksinya.


49

DAFTAR PUSTAKA

Departemen pertanian. 2007. Pedoman Pertumbuhan Dan Pengembangan


Kelompk Tani Dan Gabungan Kelompok Tani. Jakarta.

Fazillah, Meri. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Produktivitas Petani Padi


Sawah di Kecamatan KawayXVI kabupaten Aceh Barat. Universitas Teuku
Umar. Aceh.

Hafsah, J. 2009. Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. PT. Pustaka


Harapan. Jakarta.

Hasibuan, Munandar A. 2016. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Kelompo Tani


Dalam Pengembanagan Usahatanu Padi Sawah. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Hermanto dan Swatika. 2011. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal


Peningkatan Kesejahteraan Petani. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor.

Kartaspoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Kedi Suradisastra. 2006. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepatan


Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian. Volume 4 No
4 Desember 2006.

Leonard, D.K. 1977. Reaching the peasant farmer: Organization theory and
Practice in Kenya, Chicago: University of Chicago Press.

Mandasari, Sutra. 2014. Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas


Usahatani Benih Padi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Mardikanto, Totok, 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas


Maret. Surakarta.

Mayasari, Fitri, et.al. 2012. Pengaruh Keberadaan Kelompok Tani Terhadap


Pendapatan Usahatani Tembakau

Mubyarto. 2013. Pengantar ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.


50

Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya.


Bandung

Mulyono, M. 2001. Pola Pengembangan Penyuluhan Pertanian Berorientasi


Agribisnis Pada Era Otonomi Daerah.

Nurhamsiyah, D. 2013. Analisis Penangkaran Benih Padi dan Konsumsi. Skripsi.


Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013. Tentang Pedoman


Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. BKP5K
Kabupaten Bogor (ID).

Purwanto; Mat Syukur; dan Pudji Santoso, 2007. Penguatan Kelembagaan


Kelompok Tani Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Di Jawa
Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Malang. Jawa Timur.

Puspadi, Ketut. 2010. Ekonomi dan Prokduksi Pertanian . Bumi Aksara. Jakarta.

Rangkuti, Freddy. 2014. ANALISIS SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Resicha, Putri. 2016. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelompok


Tani di Nagari Sungai Pua kecamatan Sungao Pua Kabupaten Agam.
Universitas Andalas, Padang.

Revikasari, Aginia. 2010. Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan


Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tempuran Kecamatan Paron
Kabupaten Ngawi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sairi, Akhmad. 2015. Peran Petugas Penyuluh Pertanian Dalam Mengembangkan


Budidaya Padi di Desa Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai
Kartanegara

Trimo. 2006. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompoktani (GAPOKTAN)


Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi. Bogor.

Van den Ban, A.W., Hawkins, H.S. (1999). Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

Zubaidi, Ahmad et.al. 2011. Penilaian Petani Terhadap Peranan Penyuluh


Pertanian Sebagai Agen Perubahan di Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Universitas Tribhuwana Tunggadewi.
51

Anda mungkin juga menyukai