Anda di halaman 1dari 7

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Buah Naga
Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau famili Cacteceae dan

subfamili Hylocereanea, genus Hylocereus. Genus ini pun terdiri atas sekitar 16
spesies

dua

diantaranya

Hylocereanea. undatus

memiliki

buah

yang

komersial,

yaitu

(berdaging putih) dan Hylocereanea. costaricensis

(daging merah). Klasifikasi buah naga

tersebut sebagai berikut :

Divisi :

Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup),


Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua), Ordo : Cactales, Famili : Cactaceae,
Subfamili : Hylocereanea, Genus : Hylocereus, Spesies : Hylocereus polyrhizus
(Kristanto, 2008).
Tanaman kaktus pemanjat penghasil buah naga ditemukan pertama kali di
tempat tumbuhnya yang asli di lingkungan hutan belantara. Tempat asalnya
adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara. Di Meksiko,
buah naga disebut pita haya. Sedangkan di Amerika Selatan disebut pitaya roja
(pitaya merah). Di tiap-tiap negara, buah ini memiliki nama yang berbeda-beda.
Buah naga di Cina disebut feuy long kwa; dalam bahasa Mandarin disebut lung
kuo; di Vietnam selain disebut thang loy, juga disebut clever dragon; di Thailand
dinamakan kaew mangkorn; di Taiwan dinamakan shien mie kuo; di Israel disebut
pitahaya; di Hawaii disebut melano; di Australia disebut rhino fruit. Nama lainnya
adalah pir strawberri, buah kaktus, pitaya, atau kaktus orkid. Secara internasional,
buah naga dikenal dengan nama dragon fruit (Winarsih, 2007).

2.1.1 Jenis Buah Naga


Jenis buah naga yang telah dibudidayakan ada empat, yaitu buah naga
berdaging
(Hylocereus

putih

(Hylocereus

polyrhizus),

undatus),
buah

naga

buah

naga

berdaging

berdaging

merah

super

merah

(Hylocereus costaricensis), dan buah naga berkulit kuning dengan daging putih
(Selenicereus megalanthus) (Winarsih, 2007).
Buah naga mempunyai sulur batang yang tumbuh menjalar. Batangnya
berwarna hijau dengan bentuk segi tiga. Bunganya besar, berwarna putih, harum,
dan mekar di malam hari. Setelah bunga layu akan terbentuk bakal buah yang
menggelantung di setiap batangnya. Kultivar asli tanaman ini berasal dari hutan
teduh. Tanaman diperbanyak dengan cara stek atau menyemai biji. Tanaman akan
tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya unsur hara, berpasir,
cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40 0 C. Tanaman akan mulai berbuah
pada umur 11-17 bulan (Winarsih, 2007).
Salah satu buah naga yang dibudidayakan di Indonesia adalah

Hylocereus

polyrhizus. Buah naga jenis ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan
daging berwarna merah keunguan. Rasa buah lebih manis dibanding Hylocereus
undatus, dengan kadar kemanisan mencapai 13-15% briks. Tanaman ini tergolong
jenis yang sering berbunga, bahkan cenderung berbunga sepanjang tahun. Buah
naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang dahaga,
karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 90 persen dari berat buah
(Mahmudi, 2011).

Sekilas rasa buah naga seperti buah kiwi, kombinasi antara manis, asam,
dan segar. Buah naga bias disantap sebagai buah meja, diolah menjadi puding, isi
pai, campuran salad atau es buah. Dibalik rasanya yang manis menyegarkan,
buah naga kaya akan manfaat seperti menurunkan kolesterol dan penyeimbang
gula darah, pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses
pencernaan. Belum ada penelitian pasti tentang manfaat buah ini. Namun, banyak
orang percaya buah naga mengandung vitamin C, beta karoten, kalsium,
karbohidrat, dan tinggi serat (Winarsih, 2007).
2.1.2 Kandungan Zat Gizi Buah Naga
Secara keseluruhan, buah ini baik untuk kesehatan dan dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan zat gizi sehari-hari. Hasil analisis laboratorium Taiwan
Food Industry Develop and Research Authoritis, didapatkan hasil kandungan nilai
gizi per 100 gr buah naga merah yakni 82,5 83 g air, 0,159 0,229 g protein,
0,21 0,61 g lemak, 0,7 0,9 g serat kasar, 0,005 0,012 g karoten, 6,3 8,8 g
kalsium, 30,2 36,1 g fospor, 0,55 0,65 g iron, 0,28 0,043 g vitamin B1,
0,043 0,045 g vitamin B2, 0,297 0,43 g vitamin B3, 8 9 g vitamin C,
0,28 0,030 g thiamine, 0,043 0,044 g riboflavin, 1,297 1,300 g niacin,
0,28 g abu dan 0,54 0,68 lain-lain.
Zat-zat di atas mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) Protein dari buah
naga merah mampu melancarkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan
jantung; (2) Serat berfungsi mencegah kanker usus, penyakit kencing manis dan
baik untuk diet; (3) Karoten berfungsi menjaga kesehatan mata, menguatkan otak
dan mencegah penyakit; (4) Kalsium untuk menguatkan tulang; (5) Fosfor untuk

pertumbuhan jaringan tubuh; (6) Zat besi untuk menambah darah; (7) Vitamin B1
untuk kestabilan suhu tubuh; Vitamin B2 untuk meningkatkan nafsu makan;
Vitamin B3 untuk menurunkan kadar kolesterol; Vitamin C untuk menjaga
kesehatan dan kehalusan kulit (Winarsih, 2007).
Bagian-bagian lain (selain buah yang matang) dari tanaman buah naga juga
dimanfaatkan untuk konsumsi manusia dan hewan. Buah naga yang belum masak
dapat dibuat sup. Bunga buah naga dapat juga dikonsumsi sebagai sayur urap,
digoreng, atau dapat dikeringkan untuk dijadikan minuman semacam teh. Dahan
atau cabang buah naga juga dapat dimakan dijadikan salad, urap, digoreng, dan
dijadikan sup. Masakan dari dahan tumbuhan buah naga dipercaya dapat
membuang racun dalam tubuh dan membersihkan pencernaan. Di Amerika
Selatan, dahan buah naga dihancurkan untuk dijadikan makanan ternak kambing
atau sapi. Pakan ternak dari dahan tersebut terbukti dapat meningkatkan kadar
susu dan kualitas daging ternak (Winarsih, 2007).
2.2

Sari Buah
Pengertian produk minuman sari buah (fruit juice). Menurut SNI 01-3719-

1995 adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan
atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Definisi sari buah menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK. No. HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori
Pangan mengatur definisi dan karakteristik dasar sari buah, terkait ketentuan
bahan baku, proses pengolahan dan produk jadi, adalah cairan yang diperoleh
dari bagian buah yang dapat dimakan yang dicuci, dihancurkan, dijernihkan (jika

dibutuhkan), dengan atau tanpa pasteurisasi dan dikemas untuk dapat dikonsumsi
langsung. Sari buah dapat berisi hancuran buah serta berpenampakan keruh atau
jernih. Produk sari buah dapat dibuat dari satu atau campuran berbagai jenis
buah. Pada sari buah hanya dapat ditambahkan konsentrat jika berasal dari jenis
buah yang sama.
Sari buah merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah yang sudah
disaring. Pembuatan sari buah terutama ditujukan untuk meningkatkan ketahanan
simpan serta daya guna buah-buahan. Pembuatan sari buah dari tiap-tiap jenis
buah meskipun ada sedikit perbedaan, tetapi prinsipnya sama. Sari buah dibuat
dengan cara menghancurkan daging buah dan kemudian ditekan agar diperoleh
sarinya. Gula ditambahkan untuk mendapatkan rasa manis. Pengawet dapat
ditambahkan untuk memperpanjang daya simpan. Selanjutnya cairan disaring,
dibotolkan, kemudian di pasteurisasi agar tahan lama. Pemurnian sari buah
bertujuan untuk menghilangkan sisa serat-serat dari buah dengan cara
penyaringan, pengendapan atau sentrifugasi dengan kecepatan tinggi yang dapat
memisahkan sari buahdari serat-serat berdasarkan perbedaan kerapatannya. Sari
buah yang tidak dimurnikan akan berakibat terjadinya pengendapan di dasar botol.
Hal tersebut tidak diinginkan karena akan menurunkan penerimaan konsumen
(Muchtadi, 1977).
Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan (2006), yang dapat dibedakan dari kandungan buahnya: a) sari
buah, yaitu cairan yang diperoleh dari buah, baik buah tunggal atau campuran dari
beberapa buah. Total kandungan sari buahnya 100 persen yang diperoleh dari

proses pengempaan, penghancuran, atau penggilingan buah, b) minuman sari


buah, adalah sari buah yang telah diencerkan dengan air. Kandungan total sari
buahnya minimal harus berjumlah 35 persen dengan atau tanpa penambahan gula,
c) minuman rasa buah yaitu sari buah yang telah diencerkan dengan air namun
dengan total kandungan sari buah minimal 10 persen. Di dalam minuman ini
umumnya ditambahkan bahan-bahan lain (bisa diketahui dari label kemasannya).
Pencantuman persentase kandungan sari buah adalah untuk memberikan
kesan kepada konsumen bahwa produk tersebut mengandung sari buah. Sari buah
dapat digunakan sebagai salah satu ingridien atau sebagai perisa pada produk
minuman. Produk yang mengandung sari buah sebagai ingredien dapat
mencantumkan persentase sari buah pada label. Jika sari buah ditambahkan pada
produk sebagai perisa, maka tidak perlu mencantumkan persentase sari buah
pada labelnya. Pencantuman persentase sari buah dimaksudkan sebagai
informasi kepada konsumen perihal kadar sari buah pada masing-masing produk.
Persentase sari buah pada label sebaiknya dicantumkan pada bagian yang mudah
dilihat, dengan jenis cetakan yang mencolok dan ukuran huruf yang cukup besar
sehingga mudah untuk dibaca. Contoh pernyataan mengenai prosentase sari buah
adalah 90 % sari buah dan 90% sari buah naga (BPOM, 2006).
2.3

Minuman Fungsional
Minuman fungsional merupakan minuman dan bahan makanan yang dapat

memberikan manfaat tambahan disamping fungsi gizi dasar minuman masyarakat.


Minuman fungsional diperlukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar
tetapi sekaligus melengkapi nilai gizi yang diperlukan dan meningkatkan

kesehatan manusia. Minuman fungsional yang baik tidak hanya sekedar enak,
murah, menarik, bisa menghilangkan rasa lapar dan haus, tetapi mampu
memenuhi asupan energi juga mempunyai khasiat kesehatan. Secara sederhana
dapat diartikan bahwa minuman fungsional merupakan bahan pangan yang
memiliki kasiat kesehatan bagi orang yang meminumnya (Herawati, 2013).
Pangan dalam minuman fungsional tidak hanya berfungsi sebagai pemasok
zat gizi dan pemenuhan selera sesuai sensasi rasa dan aromanya, tetapi juga
mengandung zat aktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Zat aktif pangan, baik
dari komponen gizi maupun non gizi, telah banyak dibuktikan berkemampuan
mencegah,

memelihara

dan

membantu

penyembuhan

penyakit

(Herawati, 2013).
Minuman fungsional dapat dikonsumsi setiap hari dalam jumlah tertentu
sehingga

menimbulkan efek sehat yang optimal.

Sebelum dikonsumsi dan

dipasarkan, efek fungsional sehat yang ditimbulkan oleh suatu minuman


fungsional wajib dibuktikan secara ilmiah oleh uji coba di laboratorium, uji hewan
percobaan, hingga uji klinis. Kenyataan memperlihatkan bahwa banyak pilihan
minuman fungsional yang tersedia di pasar Indonesia, namun sebagian besar
belum teruji secara ilmiah atau hanya berdasar pengalaman empiris saja, atau
terbatas pada uji khasiat bahan bioaktif secara tunggal atau tidak dalam produk
minuman fungsional. Hasil uji klinis membuktikan efek fungsional sehat yang
ditimbulkan sebagai

akibat konsumsi minuman fungsional

(Tejasari, dkk., 2011).

10

sehari hari

Anda mungkin juga menyukai