Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PRAKTIKUM PERTANIAN PERKOTAAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN SECARA


VERTIKULTUR

Oleh:
Difani Kustiana
201810200311177

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN – PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN-2
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1-2
2.2. Tujuan......................................................................................................2
1.3. Manfaat....................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.....................................................................................3-5
2.1. Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur....................................................3
2.2. Pengadaan Media Tanam.........................................................................3
2.3. Persiapan Bibit Tanaman dan Penanaman...............................................4
2.4. Pemeliharaan Tanaman............................................................................4
2.5. Pemanenan...............................................................................................5
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan..............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan makalah
Pertanian Perkotaan ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen
pembimbing mata kuliah Pertanian Perkotaan dan asisten laboratorium mata
kuliah praktikum Pertanian Perkotaan.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah praktikum Pertanian Perkotaan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini banyak terdapat
kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.

Malang, 07 April 2021

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada wilayah perkotaan atau perumahan, sempitnya lahan yang tersedia
untuk dijadikan lahan pertanian merupakan salah satu permasalahan pertanian saat
ini. Ini menyebabkan perlu rekayasa agar di lahan sempit tersebut tetap dapat
dihadirkan sayuran organik untuk keperluan hidup sehari-hari. Ketersediaan
pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang
tidak terbantahkan. Setiap rumah tangga diharapkan mampu mengoptimalisasi
sumberdaya yang dimiliki, termasuk pekarangan, dalam menyediakan pangan
bagi keluarga. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian pada awal tahun 2011
menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Rumah Pangan Lestari erat kaitannya dengan vertical garden yang menggunakan
sistem budidaya secara vertikultur. Vertical Garden adalah konsep taman tegak,
yaitu tanaman dan elemen taman lainnya yang diatur sedemikian rupa dalam
sebuah bidang tegak (Saptana et al, 2013).
Pertanian perkotaan merupakan kegiatan pertumbuhan, pengolahan, dan
distribusi pangan serta produk lainnya melalui budidaya tanaman dan peternakan
yang intensif di perkotaan dan daerah sekitarnya, dan menggunakan (kembali)
sumber daya alam dan limbah perkotaan, untuk memperoleh keragaman hasil
panen dan hewan ternak. Bentuknya meliputi pertanian dan peternakan kecil-
intensif, produksi pangan di perumahan, land sharing, taman-taman atap (rooftop
gardens), rumah kaca di sekolah-sekolah, restoran yang terintegrasi dengan kebun,
produksi pangan pada ruang publik, serta produksi sayuran dalam ruang vertikal.
Pertanian perkotaan sudah menjadi praktik umum di banyak kota dengan
melibatkan masyarakat dengan cara yang bervariasi antar negara dan antar kota
(Tornaghi, 2014).
Urgensi pertanian kota menjadi meningkat ketika krisis ekonomi
menyebabkan keamanan pangan menjadi pertanyaan besar. Keamanan pangan,
khususnya bagi masyarakat miskin kota tampaknya akan menjadi isu yang penting
di masa depan. Dengan semakin meningkatnya tekanan pada sumber- sumber
produksi pangan, berkembangnya jumlah masyarakat miskin kota, pertanian kota
akan menjadi satu alternatif yang sangat penting. Hasil penelitian Smith et al.
(2001) dalam Fauzi et al. (2016) menunjukkan bahwa 800 juta orang di seluruh
dunia secara aktif terlibat dalam praktik ini, dan bahwa pertanian perkotaan dapat
menghasilkan rata-rata 15 sampai 20 persen dari produksi pangan dunia. Tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertanian perkotaan di negara-negara
berkembang juga bervariasi, mulai dari 10% di Indonesia sampai hampir 70% di
Vietnam dan Nikaragua (Zezza and Tasciotti, 2010).
Pertanian di perkotaan dapat dilakukan salah satunya melalui penanaman
sistem vertikultur.Pada dasarnya vertikultur merupakan cara bertanam yang

1
dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun
secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit
atau di pemukiman yang padat penduduk. Berkebun cara vertikultur tidak
mengenal musim dan tidak memerlukan teknik yang terlalu rumit, sehingga
semua lapisan masyarakat dapat melakukannya. Meskipun vertikultur memiliki
banyak keunggulan, namun teknik ini belum banyak dikembangkan oleh
masyarakat.Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang berbagai macam alternatif teknik berkebun.
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian
secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok
untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun
vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah
biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal,
memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya.
Produksi tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur dipengaruhi oleh
media tanam yang digunakan, dan bahan yang digunakan sebagai wadah
vertikultur. Beberapa jenis bahan yang banyak digunakan sebagai media tanam
dalam vertical garden adalah sekam bakar, serbuk pakis, cocopeat, moss, pupuk
kandang dan lain-lain. Jenis media ini dipilih sesuai syarat tumbuh optimal suatu
jenis tanaman (Noverita, 2011). Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini
ialah tanah, humus, cocopeat dan arang sekam. Sedangkan wadah yang digunakan
ialah karung goni, karpet, dan plastik. Interaksi antara media tanam dan wadah
vertikultur diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi dari tanaman yang
dibudidayakan secara vertikultur.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara budidaya secara vertikultur khususnya di daerah
perkotaan yang memiliki lahan sempit.
2. Untuk memanfaatkan lahan sempit secara optimal.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengasah kreatifitas dalam budidaya pertanian pada lahan sempit.
2. Pemeliharaan dan perawatan lebih mudah karena penanaman vertikultur
dapat mengurangi tumbuhnya gulma.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur
Contoh salah satu wadah tanam dibuat dari dua batang bambu yang
masing- masing panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah
tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat
lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu dipilih yang batangnya paling besar, lalu
dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu,
semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat ruas yang nantinya
akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu kecuali yang
terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan ruang dalam
bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan. Untuk ruas
terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil
dengan paku untuk sirkulasi air keluar wadah (Izhar, et al. 2017).
Selanjutnya dibuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan
menggunakan bor listrik. Dapat juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk
membuat lubang. Lubang dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu
(asosiasikan permukaan bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling
berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya
masing- masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara
keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar
lubang dibuat 30 cm.
2.2 Pengadaan Media Tanam
Pengadaan media tanam Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman
untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan
berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah
campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1.
Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah
dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan
melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran
kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos
menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara
yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga
penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil
atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media
tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah
mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu
renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga
kelembaban.

3
2.3 Persiapan Bibit Tanaman dan Penanaman
Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu
mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur
siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu
persemaian, pemindahan, dan penanaman. Seperti halnya menanam,
menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa
saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian
bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah
khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray
lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemain
menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun
untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik
(Thana, 2016).
Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah
terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau
3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan
disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur
sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian
benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang
sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur
lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total
20 lubang tanam dari dua batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20
bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu
menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air
keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu
demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap
jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah.
2.4 Pemeliharaan Tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang
lain. Tanaman memerlukan perhatian. Selain penyiraman dilakukan setiap hari
juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit. Sebaiknya pupuk
yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang
atau pupuk bokashi. Disarankan agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak
mudah rontok sebaiknya menambahkan KCL satu sendok teh atau sendok makan
tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL setiap 5 sampai 6 bulan sekali.
Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal.
Limbah dapur atau daun-daun kering bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk
bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah
organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan

4
pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari
dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk. Kalau di daerah pedesaan, biasanya
sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya
sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk kotoran
hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Di swalayan,
kios tanaman saat ini sudah banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering,
tidak berbau, dan steril.
Saat ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi
hasil panen yang Iebih sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan
pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran
untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan
pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam
tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga
mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman
sayuran tidak perlu digunakan furadan (Munthe, 2018).
2.5 Pemanenan
Pemanenan Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut
akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila
kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila
panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman
sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Produksi tanaman yang
dibudidayakan secara vertikultur dipengaruhi oleh media tanam yang digunakan,
dan bahan yang digunakan sebagai wadah vertikultur. Beberapa jenis bahan yang
banyak digunakan sebagai media tanam dalam vertical garden adalah sekam
bakar, serbuk pakis, cocopeat, moss, pupuk kandang dan lain-lain. Jenis media ini
dipilih sesuai syarat tumbuh optimal suatu jenis tanaman. Sedangkan media tanam
yang digunakan dalam penelitian ini ialah tanah, humus, cocopeat dan arang
sekam.

6
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, A. R., Ichniarsyah, A. N., & Agustin, H. (2016). Pertanian perkotaan:
urgensi, peranan, dan praktik terbaik. Jurnal Agroteknologi, 10(01), 49-62.
Izhar, A., Sitawati, S., & Heddy, Y. B. (2017). Pengaruh Media Tanam Dan
Bahan Vertikultur Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica Juncea L.). Jurnal Produksi Tanaman, 4(7).
Munthe, K., Pane, E., & Panggabean, E. L. (2018). Budidaya Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Pada Media Tanam Yang Berbeda Secara
Vertikultur. Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 2(2),
138-151.
Noverita, S. 2011. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Nipkaplus dan
Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Baby Kaylan
(Brassica oleraceae L.) Secara Vertikultur. J. Penelitian Bidang Ilmu
Pertanian, 3(1): 21-29.
Saptana, Sunarsih & Friyatno. 2013. Prospek Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari dan Replikasi Pengembangan KRPL. J. Forum Penelitian Agro
Ekonomi, 31(1) 67- 87.
Thana, D. P. (2016). Budidaya Vertikultur Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea
L) Menggunakan Pupuk Organik Cair Elang Biru. AgroSainT, 7(2), 58-62.
Tornaghi, C. 2014. Critical geography of urban Agriculture. Progress in Human
Geography. Vol. 38(4) 551–567.
Zezza, A and L. Tasciotti. 2010. Urban agriculture, poverty, and food security:
Empirical evidence from a sample of developing countries. Journal of Food
Policy. Vol. 35, Issue 4. p 265-273.

Anda mungkin juga menyukai