Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

“ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS, PENANGANAN PANEN


DAN PASCA PANEN KOMODITI JAGUNG”
(Studi Kasus BPP Di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba)

Irfan Pauntungi (08320200003)


Fahransyah Putra Arya (08320200000)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji beserta syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang
dengan judul “Analisis Peningkatan Produktivitas, Penangan Panen dan
Pasca Panen Komoditi Jagung (Studi Kasus BPP di Kecamatan Bonto
Bahari, Kabupaten Bulukumba)”.
Shalawat beriringan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam
nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam gelap gulita ke alam
yang cerah seperti saat ini.
Pada akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan ini dapat
memberi manfaat sehingga dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan yang lebih
kepada pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bulukumba, 2 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman jagung merupakan salah satu komiditi tanaman pangan yang
memiliki peran sangat penting di Indonesia sehingga kebutuhan akan jagung per
setiap tahunnya akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Jagung merupakan komiditas tanaman pangan yang mudah untuk
dibudidayakan oleh petani. Tanaman jagung pada dasarnya tidak terlalu
membutuhkan perawatan yang intensif dan dapat tumbuh pada hampir semua
jenis tanah. Bagian dari jagung hampir semua memiliki nilai ekonomis. Biji
jagung merupakan hasil utama yang dimanfaatkan untuk bahan pangan, bahan
pakan ternak, dan bahan baku industri (Rudi dan Trias, 2017).
Selama satu tahun, biasanya dilakukan penanaman dan panen raya jagung
yakni panen pertama pada bulan Februari-April, panen kedua pada bulan Juli-
Agustus, dan panen ke-3 pada bulan November-Desember. Berdasarkan perkiraan
Kementan, produksi jagung sepanjang tahun 2020 diperkirakan mencapai 24,16
juta ton. Hal ini membuat kebutuhan jagung aman sepanjang tahun 2020. Untuk
produksi jaung pakan, pada tahun 2020 ini diperkirakan produksi jagung pakan
mencapai 21,53 juta ton atau tumbuh kurang lebih 5% dari pada produksi jagung
pakan pada tahun 2019 sebanyak 20,5 juta ton. Menurut gambaran kebutuhan
jagung pakan pada tahun 2020 untuk bahan baku pabrik industry sebesar 8,5 juta
ton dan untuk bahan baku pakan ternak sebesar 3,48 juta ton. Dengan perkiraan
produksi jagung yang mengalami peningkatan produksi dapat memenuhi
kebutuhan surplus jagung pada tahun 2020 di Indonesia (Kementan, 2020). Untuk
tetap menjaga dan meningkatkan produktivitas jagung di Indonesia dan tetap bisa
memenuhi kebutuhan nasiaonal akan jagung maupn untuk memenuhi kebutuhan
pasar, maka perlu menjaga kualitas mutu benih jagung dan adanya inovasi dalam
melakukan budidaya jagung itu sendiri.
Indonesia sebagai negara tropis memiliki iklim dan kondisi geografis yang
mendukung berbagai kegiatan pertanian. Kondisi ini mendukung para petani
sehingga bisa menanam berbagai jenis tumbuhan, salah satunya yaitu jagung
(Haeruddin, 2018). Menurut Cahyono (2007), jagung merupakan salah satu
komoditi pertanian yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia. Hal ini
karena jagung merupakan sumber karbohidrat terbesar kedua setelah beras yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan.
Penanganan pasca panen jagung seperti pemanenan atau pemetikan,
pemipilan dan pengeringan merupakan hal yang penting. Penanganan pasca panen
tersebut harus dilakukan dengan tepat agar didapatkan jagung yang bermutu tinggi
dan menekan kehilangan hasil. Penanganan yang kurang baik akan menyebabkan
kerusakan biji sehingga menurunkan mutu dan harga jual jagung. Teknologi
penanganan pasca panen dapat menekan tingkat kehilangan kuantitatif dan
kualitatif, serta menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu. Di daerah
pedesaan yang sangat miskin, jagung biasa dijadikan bahan pangan sehari-hari
sebagai pengganti beras. Bahkan beberapa daerah di Indonesia menjadikan jagung
sebagai bahan makanan pokok. Oleh karena itu, jagung dapat dijadikan sumber
karbohidrat yang penting sebagai cadangan pangan apabila produksi beras
menurun secara drastis dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.
Selain itu, jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi industri
pakan ternak (Cahyono, 2007). Selain untuk bahan pangan dan pakan ternak,
menurut Haeruddin (2018) jagung juga banyak dimanfaatkan dalam industri
makanan, minuman, kimia dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan
kandungan nutrisinya, jagung mempunyai prospek sebagai bahan baku industri.
Jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan dan pangan. Dalam
bentuk biji utuh, jagung dapat diolah menjadi beberapa produk, seperti tepung
jagung, beras jagung dan makanan ringan (contohnya pop corn dan jagung
marning). Selain itu, jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin
dan formula makanan. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri ini dapat
memberikan nilai tambah bagi usaha tani yang membudidayakan komoditas
tersebut.
1.2 Sasaran Belajar
Sasaran belajar yang ingin dicapai dalam Praktek Kerja Lapang ini yaitu:
1.2.1 Aspek Pengetahuan
a. Mengetahui proses peningkatan produktivitas tanaman jagung.
b. Mengetahui proses pasca panen dan panen tanaman jagung
c. Mengetahui masalah yang dihadapi oleh Balai Penyuluhan Pertanian
Kec. Bonto Bahari dalam hal penyuluhan
1.2.2 Aspek Keterampilan
a. Mendapatkan keterampilan dan pengalaman dalam bidang pertanian
khususnya dalam meningkatkan produktivitas tanaman jagung.
b. Terampil dalam bersosialiasasi, berkomunikasi dan menggali
informasi dengan sesama masyarakat, petani dan penyuluh pertanian.
1.2.3 Aspek Sikap
a. Menghargai dan mematuhi jam kerja yang berlaku di Balai
Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto Bahari.
c. Saling menghormati dan menghargai sesama tenaga kerja.
d. Menghargai keputusan-keputusan yang diambil oleh Balai
Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto Bahari.
1.3 Kegunaan PKL
1.3.1 Bagi Mitra Pelajar
a. Memperoleh masukan dan saran-saran untuk kemajuan Balai
Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto Bahari kedepannya
b. Memberikan kesempatan kepada pihak mahasiswa untuk
berpartisipasi langsung dalam kegiatan di lapangan.
1.3.2 Bagi Mahasiswa
a. Memperluas pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pertanian.
b. Meningkatkan daya kritis serta kepekaan mahasiswa terhadap
masalahmasalah yang ada di tempat PKL.
c. Memberikan pengalaman belajar yang mendukung kesiapan dalam
memasuki pilihan rencana karier masa depan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Petani
Petani adalah perorangan warga negara Indonesia perseorangan dan atau
berserta keluarganya yang melakukan usaha di bidang tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan/atau peternakan. Profesi petani sangat dikenal dalam
masyarakat kita. Kita bisa makan nasi, sayur, lauk, minum teh, susu, jahe, kopi,
cokelat juga atas jasa petani secara umum.
Mari kita baca pengertian petani berikut ini. Menurut KBBI, petani berasal
dari kata tani. Tani artinya mata pencaharian dalam bentuk bercocok tanam; mata
pencarian dalam bentuk mengusahakan tanah dengan tanam-menanam. Bertani
yaitu bercocok tanam, mengusahakan tanah dengan tanam-menanam. Pertanian
adalah 1 perihal Bertani (mengusahakan tanah dengan tanam-menanam). 2 segala
yang bertalian dengan tanam-menanam (pengusahaan tanah). Petani ialah orang
yang pekerjaannya bercocok tanam.
Ada beberapa sebutan petani yang dapat dikemukakan. Di antaranya, Petani
berdasi yaitu pemilik sawah (kebun) yang tidak pernah mengerjakan sendiri
tanahnya. Petani gurem ialah petani kecil (biasa memiliki lahan kurang dari 0,25
ha). Petani monokultur adalah petani yang hanya menanam satu jenis tanaman.
Petani penggarap artinya petani yang menggarap tanah orang lain dengan sistem
bagi hasil.
2.2 Penyuluh Pertanian

Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi Pelaku Utama serta


Pelaku Usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Penyuluh pertanian adalah sebutan bagi pelaku penyuluhan
atau dia yang melakukan penyuluhan pertanian, bertugas untuk memberikan
penyuluhan untuk membantu pekerjaan petani dalam memahami apa yang mereka
kerjakan dilapangan.
2.3 Produktivitas
2.3.1 Produktivitas
Produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara jumlah
pengeluaran dibagi dengan jumlah input selama periode waktu tertentu. Ada
dua aspek penting dalam konsep produktivitas, yaitu efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi adalah kemampuan untuk menggunakan sumber daya seminimal
mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal, sedangkan efisiensi berkaitan
dengan ukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam pertanian, produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi
(misalnya luas) cari output per satuan luas lahan. Produksi dan produksi
ditentukan oleh banyak faktor, seperti kesuburan tanah, tanaman yang
ditanam, penggunaan pupuk (jenis dan dosis), ketersediaan air yang baik
sistem pertanian yang lengkap dan komprehensif, penggunaan peralatan
pertanian yang tepat dan ketersediaan layanan (Vivi, 2018).
Dalam ekonomi pertanian, produktivitas adalah sentral hasil yang
diharapkan dan panen (pendapatan) dan harga (pengorbanan) yang harus
diberikan. Hasil yang diperoleh dari petani dan masa panen disebut produksi
produktif yang membayar keluaran. Agrobisnis yang baik adalah agribisnis
yang produktif atau bekerja dengan baik. Industri pertanian yang produktif
berarti pertanian memiliki produktivitas tinggi. Memahami konstruk ini
adalah kombinasi dari rancangan kegiatan usaha (fisik) dan hak atas tanah.
Penampilan fisik mengukur jumlah keluaran (output) yang diperoleh dari
suatu barang tertentu keluaran (input). Jika aktivitas fisik berguna untuk uang,
aktivitas ekonomi akan dipertimbangkan. Meskipun otoritas satu bagian tanah
menjelaskan kemampuan tanah untuk memperoleh energi dan modal untuk
dapat menghasilkan output sebanyak mungkin pada tingkat teknologi tertentu.
Jadi produktivitas teknis adalah peningkatan efisiensi (usaha) dan hak atas
tanah (Masnilam, 2020).
2.3.2 Peran Produktivitas
Kegiatan ekonomi yang meningkatkan produksi membatasi kenaikan
biaya input dibandingkan dengan ekonomi non-berkembang produksi. Untuk
dapat mengembangkan produktivitas, perekonomian harus dapat
meningkatkan (perbaikan diri) untuk memperkuat kekayaan itu sendiri
(dirinya sendiri) sehingga dia bisa melihat pembangunan berkelanjutan
(mutlak). Dalam hal ini, teknologi harus dilihat sebagai: bagaimana
menggabungkan berbagai input produktif dan proses produksi menggunakan
metode produksi tertentu secara efisien menciptakan produksi yang lebih baik
dan pasar. Terlepas dari teknologi, kemungkinannya adalah jangka panjang
singkatnya adalah inovasi berkelanjutan dalam hal produk dan proses
keluaran.
Dengan pesatnya perkembangan manufaktur, manfaat ekonomi
sedemikian rupa sehingga biaya tenaga kerja dapat dijaga sejalan dengan
peningkatan kualitas penggunanya. Sistem remunerasi untuk karyawan harus
mengikuti aturan sementara upah tidak bisa dibiarkan bergerak lebih cepat
dari tarif pengembangan industri (Vivi, 2018).
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
1. Luas Lahan
Salah satu faktor produksi pangan yang penting adalah ketersediaan
lahan karena lahan merupakan produksi utama dalam menghasilkan
makanan. Tanah adalah aset ekonomi dan ketersediaan relatif stabil
tetapi permintaan akan terus meningkat karena kebutuhan
pembangunan. Juga, luas lahan memiliki karakteristik khusus
(topografi, kemiringan lereng, tekstur tanah, kimia.) Oleh karena itu,
tingkat pemanfaatan yang sesuai penggunaannya akan tergantung dan
pentingnya program ekonomi terbuka. Karena itu, penggunaan lahan
akan diarahkan pada kegiatan yang paling tepat dan sifat fisiknya
dikelola dengan baik untuk mengakomodasi kegiatan masyarakat yang
berkelanjutan (Khairul, 2020).
2. Luas Panen
Luas panen merupakan tanah yang digunakan untuk pekerjaan
pertanian dapat dianggap sebagai salah faktor pendukung penting sektor
pertanian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah.
Faktor alam, termasuk tanah dan iklim, adalah penting yang dapat
dianggap berdampak signifikan terhadap sistem tumbuhan dan hewan
(Fatimah, 2021).
3. Produksi Jagung
Produksi adalah tindakan mengubah input menjadi hasil/output
untuk meningkatkan nilai atau menggunakan nilai suatu barang/jasa
dengan merubah bentuknya (formal utility), memindahkan lokasinya
(location widget), atau penyimpanan (store widget). Produksi juga
merupakan pekerjaan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan
memproduksi dan menggunakan penemuan untuk membuat produk
produk dan jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan
atau orang lain (Vira, 2021). 4. Curah Hujan
Curah hujan adalah hujan yang jatuh di permukaan dunia dalam
jangka panjang. Curah hujan turun ke permukaan bumi umumnya
ringan, sedang, lebat dan besar (Eneng, 2020).
5. Hari Hujan
Hari hujan adalah jumlah hari hujan dalam sebulan dan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran harian. Alasan untuk cuaca ini jangan
melihat hujan yang turun di bumi tetapi jumlah hari hujan di bumi
dalam sebulan (BMKG).
6. Tenaga Kerja
Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003
menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah kemampuan siapa pun bekerja
untuk menciptakan produk dan/atau layanan yang baik memenuhi
kebutuhan mereka dan masyarakat.
7. Jumlah Penduduk
Seluruh penduduk Indonesia termasuk warga negara Indonesia
(WNI) dan orang asing yang tinggal atau menetap di wilayah Indonesia
setidaknya selama satu tahun. Warga negara Indonesia dilindungi dan
yang di luar negeri (BPS, 2022).
2.4 Panen dan Pasca Panen
2.4.1 Panen
Panen merupakan kegiatan menumpuk atau mengumpulkan bulir padi
yang telah matang dari sawah/ladang. Kegiatan panen meliputi kumpulan dari
proses penuaian, penumpukan, perontokan, pembersihan, dan pengangkutan
yang dilakukan secara bertahap. Dalam prosesnya penting sekali untuk
menerapkan metode atau cara yang baik agar dapat memaksimalkan hasil
gabah dan meminimalisir kerusakan selama proses pemanenan.
Tanaman Jagung (Zea mays L) merupakan komoditas utama tanaman
pangan kedua setelah beras yang mengandung karbodirat. (Agustian &
Hartoyo, 2012). Jagung biasanya digunakan sebagai pakan ternak, sumber
pangan, dan kebutuhan benih. (Syamsia dkk, 2019). Kebutuhan Jagung akan
terus bertambah seiring berjalannya waktu dan permintaan konsumen. Jagung
menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait
dengan industri besar. Selain untuk konsumsi, untuk sayuran, buah jagung
juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu pipilan keringnya
dimanfaatkan untuk pakan ternak (Anggraeni, 2015).
2.4.2 Pasca Panen
Merupakan tahapan dalam menentukan kualitas yang akan dijadikan
beras siap konsumsi. Tahap penyimpanan hasil panen juga merupakan unsur
penting agar kualitas tetap terjaga, seperti menempatkan hasil panen di tempat
yang tidak terlalu lembab dan segera untuk diolah (Hadrian, 1981).
Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa
biji-bijian, ubiubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama
disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam
kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi. Hal ini pun berlaku untuk
tanaman jagung pipil yang perlu mendapatkan penanganan pasca panen guna
mempertahankan kualitas dan mempunyai daya simpan yang lama.
Penanganan pasca panen tanaman jagung tersebut tidak terlepas dari perilaku
petani (Yahya dkk, 2022).
Mutu hasil panen jagung akan baik bila jagung dipanen dengan baik
dan benar. Penanganan pasca panen pun perlu dilakukan sesuai SOP agar
benih yang dihasilkan maksimal. Penanganan pasca panen yang tidak baik
oleh petani akan menyebabkan turunnya kualitas jagung yang dihasilkan.
Rendahnya kesadaran dari petani dalam efisiensi usaha tani belum diterapkan
dengan baik, sehingga daya saing komoditas jagung di pasar bisa meningkat.
Upaya peningkatan produksi jagung akan terus digulirkan. Tahapan pasca
panen merupakan salah satu faktor vital yang cukup berpengaruh terhadap
produksi. Peningkatan produksi jagung perlu disertai dengan upaya perbaikan
proses pasca panen. Penanganan pasca panen dimaksudkan untuk
mengusahakan agar produk tidak mengalami susut, baik itu susut mutu dan
susur bobot, sehingga kualitas jagung yang dihasilkan oleh petani
memperolah harga yang layak (Mujiadi dkk, 2022).
Penanganan pascapanen merupakan salah satu mata rantai penting
dalam usahatani jagung. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa petani
umumnya memanen jagung pada musim hujan dengan kondisi lingkungan
yang lembab dan curah hujan yang masih tinggi. Hasil survei menunjukkan
bahwa kadar air jagung yang dipanen pada musim hujan masih tinggi,
berkisar antara 25-35%. Apabila tidak ditangani dengan baik, jagung
berpeluang terinfeksi cendawan yang menghasilkan mikotoksin jenis
aflatoksin (Firmansyah et al. 2006).
Teknologi penanganan pasca panen dapat menekan tingkat kehilangan
kuantitatif dan kualitatif, serta menentukan derajat pencapaian peningkatan
mutu. Di daerah pedesaan yang sangat miskin, jagung biasa dijadikan bahan
pangan sehari-hari sebagai pengganti beras. Bahkan beberapa daerah di
Indonesia menjadikan jagung sebagai bahan makanan pokok. Oleh karena itu,
jagung dapat dijadikan sumber karbohidrat yang penting sebagai cadangan
pangan apabila produksi beras menurun secara drastis dan tidak mencukupi
kebutuhan masyarakat. Selain itu, jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku bagi industri pakan ternak (Cahyono, 2007).
III. METODE PELAKSANAAN PKL
3.1 Pendekatan Kasus Agrosistem
3.1.1 Penentuan Mitra Belajar
Penentuan mitra belajar dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
yaitu secara langsung. Alasan lain memilih Balai Penyuluhan Pertanian Kec.
Bonto Bahari (BPP) dimana peneliti ditempatkan pada bidang penyuluhan
yang membuat peneliti mampu melihat bagaimana cara pelaksanaan dalam
meningkatkan produktivitas serta peneliti pun mampu untuk meneliti
bagaimana penanganan panen dan pasca panen.
3.1.2 Metode Pendekatan Partisipatif
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang ini
adalah metode partisipatif dimana penulis ikut dan bekerja di Balai
Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto Bahari. Pengambilan data dilakukan
melalui observasi dan wawancara langsung penyuluh pertanian dan petani.
Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mengikuti langsung
proses dalam meningkatkan prduktivitas dan proses panen dan pasca panen .
Sedangkan metode wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung
kepada kepala dan pegawai pada Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto
Bahari.
3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan
Pertanian Dusun Tanah Lemo, Kec. Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai pada tanggal 2 Agustus – 12 September 2023.
3.3 Penentuan Posisi Penilaian
Penentuan posisi penilian merupakan proses penentuan sudut pandang dalam
menilai berbagai kegiatan input untuk menghasilkan output suatu instansi.
Penentuan posisi penilaian terbagi atas dua yaitu:
a. Sebagai manajer di dalam lembaga pertanian merupakan penilaian yang
dilakukan antara atasan dengan bawahan dan melihat hasil kerja karyawan
dalam setahun terakhir. Namun, yang paling penting penilaian kinerja
karyawan yang bagus adalah dapat berpikir secara rasional bukan dengan
perasaan.
b. Sebagai pengamat merupakan penilaian kinerja karyawan tidak hanya
dilihat dari hasil yang dikerjakannya, namun juga dilihat dari proses
karyawan tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kinerja merupakan
hasil dari keseluruhan proses seseorang dalam mengerjakan tugasnya.
Dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang kali ini saya bertindak selaku
pengamat, bukan bertindak sebagai manajer karena saya turun langsung
dalam kegiatan sekolah lapang.
IV. DESKRIPSI AGROSISTEM KASUS
4.1 Visi dan Misi Agrosistem Kasus
4.1.1 Visi
Terwujudnya pelaku utama dan pelaku usaha yang berdaya,
bermartabat, mandiri dan sejahtera.
4.1.2 Misi
1. Memperkuat kapasitas modal manusia dan modal sosial pertanian.
2. Membangun strategi kemitraan pemerintah Masyarakat, dunia bisnis
dan akademi.
3. Mengembangkan keterpauduan sistem dalam penyuluhan pertanian.
4. Mengembangkan keberlanjutan sistem komunikasi dan inofasi yang
adaptif terhadap perubahan lingkungan.
4.2 Sejarah Singkat Agrosistem Kasus
Balai Peyuluhan Pertanian (BPP) Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba yang
terbentuk sejak tahun 2005 dengan nama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Sapolohe yang berkedudukan di Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bonto
Bahari, berkantor di Kantor Kecamatan Bonto Bahari. Balai Penyuluhan Pertanian
sejak terbentuknya sudah beberapa kali berganti koordinator, yaitu pada tahun
2005 Koordinator pertama Suardi, SP. MSi, 2021 dipimpin oleh Ir. Syamsuddi,
MSi dan 2022 Ansar, SP. MSi sampai sekarang.
4.3 Identifikasi Sumber Daya
4.3.1 Sumberdaya Lahan dan Bangunan
Sumberdaya lahan adalah segala sesuatu yang bisa memberikan
manfaat dari bentang alam (landscape) yang fisik yang meliputi pengerti
lingkungan fisik seperti tanah, iklim, topografi/relief dari vegetasi alami
(natural vegetation) dimana secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan.
Sumberdaya lahan dan bangunan merupakan sumberdaya yang penting
dalam suatu perusahaan mengingat lahan dan bangunan merupakan tempat
dilakukannya kegiatan dalam perusahaan. Selain itu, sumberdaya lahan dan
bangunan juga merupakan harta tetap yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan.
Sumberdaya lahan yang dimiliki oleh balai penyuluhan sebagai berikut:
Tabel 1. Sumberdaya lahan dan bangunan di balai penyuluhan kec.Bonto Bahari
No Uraian Deskripsi
1 Status bangunan Pemerintah
2 Luas lahan 50 x 30 m²
3 Harga lahan Rp. 450.000.000.
4 Lokasi lahan Dusun Tanah Lemo,Kecematan
Bonto Bahari,Kabupaten Bulumba.
5 Jenis bangunan Permanen
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah, 2023.
Berdasarkan Tabel l. Menunjukkan bahwa Balai Penyuluhan Pertanian
Kec. Bonto Bahari merupakan kantor milik pemerintah. Berada di Dusun
Tanah Lemo, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba dengan luas
lahan 50 x 30 m². Harga lahan dan bangunan senilai Rp 450.000.000.
Layout adalah proses penentuan dan penempatan fasilitas-fasilitas
yang menjadi penentu terjadinya efisiensi dalam proses produksi. Adapun
layout Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto Bahari sebagai berikut:

Aula Pertemuan
4.3.2 Sumberdaya Peralatan
Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk
mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya sendiri dan orang lain dengan
menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan
merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat
sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup
manusia tersebut (Riniwatri2018).
Setiap peralatan yang digunakan pasti akan mengalami penyusutan
sepanjang tahun dan nilainya akan berkurang sesuai dengan umur alat tersebut.
Menghitung nilai penyusutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode
garis lurus, yaitu besarnya nilai penyusutan sama dengan nilai atau harga
barang dikali dengan persentase penyusutan (Amortisasi), sedangkan
persentase penyusutan (Amortisasi) dapat dihitung dengan membagi 100%
dengan perkiraan masa produktif suatu barang.
Untuk menghitung penyusutan alat untuk setiap tahunnya dapat
dihitung dengan menggunakan rumus penyusutan alat, dengan rumus sebagai
berikut:
NB−NS
NPA = x Jumlah Alat
LP(Tahun)
Keterangan :
NPA : Nilai Penyusutan Alat (Rp/Tahun)
NB : Nilai Baru (Rp) adalah nilai alat saat pertama dibeli
NS : Nilai Sekarang (Rp) adalah nilai sisa alat setelah dipakai.
LP : Lama Pemakaian (Tahun)
Nilai penyusutan alat produksi dan pemasaran yang diamati pada praktik kerja
lapang sebagai berikut:
No Jenis Jumla Nilai Nilai Lama Nilai
h Baru (RP) Sekarang Pemakaia penyusutan
(RP) n (Tahun)
1. Mesin
Pompa
Racun
2.
3.
4.
5.
6.
7.

4.3.3 Sumberdaya Manusia


Sumberdaya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat
penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi
maupun perusahaan. Sumberdaya manusia juga merupakan kunci yang
menentukan perkembangan perusahaan pada hakikatnya, sumberdaya manusia
berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi itu. Dewasa ini,
perkembangan terbaru memandang karyawan bukan sebagai sumberdaya
belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi Di
sini sumberdaya manusia dilihat bukan sekadar aset sebagai aset utama, tetapi
aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan dan juga sebaliknya sebagai
liability (Hariandja2022).
Tabel 3. Sumberdaya Manusia Pada Balai Penyuluhan Pertanian
Kec.Bonto Bahari
No Nama Pendidikan Jabatan Lama Gaji
Terakhir Bekerja (Rp/bulan)
1. Ansar,SP. MSi S2 Koordinato 9
r
2. Syamsuddin AR, S2 Penyuluh 15
SP. MSi
2. Alita Inka, SP S1 Penyuluh 5
3. Hasmiyati, SP S1 Penyuluh 12
4. Jusman, SP S1 Penyuluh 13
5. Nurima, SP S1 Penyuluh 6
6. Syahrani, SP S1 Penyuluh 8
7. Nasiruddin, SP S1 Penyuluh 10
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan sumberdaya manusia yang dimiliki
oleh Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto Bahari berjumlah 7 orang dengan
keahlian bidang masing-masing.
4.3.4 Sumberdaya Finansial
Pembiayaan penyelenggara Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Bonto
Bahari (BPP) Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta sumber lain yang sah dan
tidak mengikat sesuai peraturan perundang-undangan.
4.4 Analisis Kinerja Peningkatan Produktivitas
4.4.1. Kinerja Proses
4.4.2. Kinerja Hasil
4.5 Analisis Kinerja Panen dan Pasca Panen
4.5.1. Kinerja Proses
4.5.2. Kinerja Hasil

Anda mungkin juga menyukai