Anda di halaman 1dari 40

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Soetriono (2016), Pertanian merupakan suatu kegiatan dengan
memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam untuk dikelola sedemikian rupa
dengan tujuan memperoleh hasil yaitu produk pertanian. Pertanian juga dapat
diartikan secara sempit maupun luas. Pertanian dalam arti sempit yaitu pertanian
rakyat atau pertanian hanya melakukan budidaya tanaman saja, sedangkan
pertanian dalam arti luas yaitu pertanian yang mencakup seluruh pemanfaatan
makhluk hidup baik pada tanaman maupun hewan seperti peternakan, perikanan,
dan perkebunan. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani bertujuan untuk
memperoleh pendapatan dengan memaksimalkan hasil produksi yang tinggi,
selain itu dengan adanya masyarakat yang sangat bergantung terhadap hasil
pertanian sehingga kegiatan pertanian harus dilakukan secara kontinyuitas.
Perolehan hasil pertanian dapat ditempuh berbagai cara yaitu dengan
memanfaatkan subsektor yang ada. Subsektor pada pertanian dibagi menjadi lima
diantaranya subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor
peternakan, subsektor perkebunanan, dan subsektor perikanan.
Sektor pertanian dalam perkembangannya memiliki peranan penting
diantaranya sebagai menunjang perekonomian suatu negara khususnya di
Indonesia, terbukti dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia bahwa pada
tahun 2013 sektor pertanian berkontribusi sebagai penyumbang terbesar Rp
331,16 triliun setelah sektor industri pengolahan. Sektor pertanian yang
menyumbangkan angka terbesar didapatkan dari subsektor pada tanaman pangan
yaitu mencakup komoditas padi, palawija, sayur, dan buah-buahan (Pusat Data
dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2013). Peranan penting lainnya
pada sektor pertanian yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, selain itu sektor
pertanian sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan tersebut digunakan sebagai sandang, pangan, dan papan, selain itu
dapat meningkatkan jumlah ekspor Indonesia sehingga dapat meningkatkan
devisa negara.
1
2

Menurut Fadlina dkk, (2013) pembangunan pertanian saat ini diarahkan


kepada masyarakat dimana strategi tersebut dilakukan selain dengan
memperhatikan hasil produksi yang tinggi juga memberikan perlindungan
terhadap petani yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan para petani dan
perolehan pendapatan petani. Pembangunan pertanian harus diupayakan karena
selain memberikan dampak positif yang bisa diterima oleh petani juga akan
memberikan pengaruh terhadap kemajuan suatu wilayah, akan tetapi pada saat ini
pembangunan pertanian yang dilakukan khususnya pada masyarakat pedesaan
yang mayoritas pekerjannya sebagai petani belum mendapat hasil yang maksimal.
Pembangunan pertanian yang awalnya memiliki tujuan memberikan perlindungan
kepada petani justrul berbanding terbalik denga realitasnya dimana permasalahan
yang ada pada petani seringkali tidak adanya solusi sehingga terus-menerus
masalah yang ada petani semakin bertambah. Dampak yang dialami oleh petani
dengan masalah tersebut yaitu akan memberikan suatu perubahan. Perubahan
tersebut yang terjadi dilihat dari segi perilaku sosial dan ekonomi.
Perubahan sosial merupakan suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang
ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks.
Perubahan sosial dapat dilihat dari segi terganggunya kesinambungan di antara
kesatuan sosial walaupun keadaannya relatif kecil. Perubahan ini meliputi
struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari
interaksi antar manusia, organisasi atau komunitas, termasuk perubahan dalam hal
budaya. Perubahan sosial dapat dilihat dari cara mereka menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka yang berbeda dengan lingkungan mereka di tempat asal
mereka (Ekomila dan Karmila, 2015).
Menurut Rahman (2015), perubahan sosial adalah sesuatu yang pasti terjadi
pada setiap masyarakat, tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti dari
perubahan dan dinamika. Tidak selamanya perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat itu mengarah pada perbaikan dan penyempurnaan kualitas hidup. Pada
setiap perubahan sosial pasti ada pihak-pihak yang diuntungkan dan ada pihak-
pihak yang dirugikan. Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan juga perubahannya dapat menuju kearah
3

yang positif maupun menuju arah yang negatif. Perubahan dapat membuat lebih
baik, namun juga sebaliknya. Tentunya perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi
oleh berbagai faktor dan mempunyai berbagai dampak bagi kehidupan
masyarakat.
Desa Serut merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Panti
Kabupaten Jember. Penduduk yang mendiami wilayah tersebut sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani, hal ini dikarenakan lahan yang tersedia
banyak dimanfaatkan masyarakat dalam kegiatan pertanian. Lahan yang
digunakan masyarakat terbagi atas lahan persawahan, ladang, dan pekarangan.
Penduduk memanfaatkan lahan persawahan dengan menanam komoditas pangan
diantaranya yaitu padi, jagung, dan kacang tanah. Penanaman tersebut dilakukan
secara bergantian dan disesuaikan dengan pergantian musim. Komoditas lainnya
yang dibudidayakan oleh masyarakat di Desa Serut yaitu hortikultura buah,
holtikultura sayuran, dan perkebunan. Tanaman holtikultura buah yang
dikembangkan antara lain tanaman pepaya dan buah naga, tanaman holtikultura
sayur yang dikembangkan antara lain brokoli dan kubis, sedangkan pada sektor
perkebunan antara lain kopi dan kakao.
Dusun Krajan merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa Serut,
Kecamatan Panti. Desa Serut berada yang berada di ketinggian 161 mdpl dengan
suhu rata-rata 35 derajat Celsius menyebabkan kondisi tanah yang subur sehingga
sebagian syarakat memanfaatkan lahan sebagai kegiatan usahatani. Para petani
Dusun Krajan, Desa Serut, Kecamatan Panti melakukan berbagai kegiatan
pertanian. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani Dusun Krajan yaitu
menanam berbagai komoditas pangan diantaranya padi dan jagung, kemudian
pada komoditas hortikultura yaitu jambu dan pepaya. Dominasi dari kegiatan
usahatani oleh petani yaitu membudidayakan hortikultura buah pepaya. Buah
pepaya yang dibudidayakan di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti
merupakan jenis buah Pepaya California. Pepaya California memang tampak
sama dengan pepaya jenis lainnya, perbedaan Pepaya California dengan pepaya
lain terletak dalam hal rasa, warna dan daging buahnya yang lebih tebal.
Keunggulan lain dari Pepaya California yaitu unggul dalam hal panen yang
4

cenderung lebih banyak. Buah pepaya dinilai memiliki keuntungan yang besar
dibandingkan mengusahakan dengan komoditas lain, seperti pada tanaman
pangan yaitu padi dan jagung, akan tetapi dalam melaksanakan kegiatan budidaya
tanaman pepaya memiliki kendala yaitu berupa penurunan kuantitas dan kualitas
pada pepaya. Penurunan kuantitas dan kualitas tersebut menyebabkan adanya
perubahan sosial pada masyarakat di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti
Kabupaten Jember.
Pengaruh dari turunnya kuantitas dan kualitas pepaya dapat terlihat dalam
segi perekonomian masyarakat Dusun Krajan, Desa Serut. Fenomena yang terjadi
salah satunya adalah masyarakat pasrah terhadap turunnya penghasilan mereka
karena belum ada solusi yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas pepaya. Fenomena yang diakibatkan juga berpengaruh terhadap hubungan
petani dengan pihak pengairan dan petani lainnya karena adanya perebutan untuk
memperoleh jatah air. Fenomena yang terjadi akibat dari penurunan kuantitas dan
kualitas pepaya disebabkan oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut yaitu
kurangnya air terhadap lahan pertanian, selain itu dipengaruhi oleh kurangnya
sarana produksi seperti pupuk dan adanya serangan hama seperti kutu loncat,
bakteri dan jamur yang menyerang bagian tanaman. Berdasarkan fenomena
tersebut, maka kelompok kami ingin mengetahui dampak penurunan kuantitas dan
kualitas pepaya pada perubahan sosial masyarakat di Dusun Krajan Desa Serut
Kecamatan Panti Kabupaten Jember.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor-faktor penyebab penurunan kuantitas dan kualitas pepaya di
Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember ?
2. Bagaimana upaya petani dengan adanya penurunan kuantitas dan kualitas
pepaya di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember ?
3. Bagaimana dampak penurunan kuantitas dan kualitas pepaya pada perubahan
sosial masyarakat di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Jember ?
5

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penurunan kuantitas dan kualitas
pepaya di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui upaya petani dengan adanya penurunan kuantitas dan
kualitas pepaya di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Jember.
3. Untuk mengetahui dampak penurunan kuantitas dan kualitas pepaya pada
perubahan sosial masyarakat di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti
Kabupaten Jember.

1.3.2 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, sebagai referensi untuk kegiatan penelitian, menambah
wawasan pengetahuan tentang perubahan sosial terhadap masyarakat di Dusun
Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember
2. Bagi masyarakat, sebagai referensi supaya dapat memperbaiki pola kehidupan
untuk diterapkan di masa yang akan datang di Dusun Krajan Desa Serut
Kecamatan Panti Kabupaten Jember
3. Bagi pemerintah, sebagai referensi untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi masyarakat Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perubahan Sosial


Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan yang berisfat fundamental,
mendasar, menyangkut perubahan nilai sosial, pola perilaku, juga menyangkut
perubahan institusi sosial, interaksi sosial dan norma-norma sosial. Perubahan
sosial dapat juga didefinisikan secara singkat yaitu perubahan yang terjadi pada
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Perubahan pasti terjadi dalam suatu
kehidupan sistem atau lapisan masyarakat. Proses perubahannya dapat terjadi
secara cepat atau lambat tergantung pada faktor yang mempengaruh dan faktor
yang menyebabkan perubahan tersebut (Mulyadi, 2015).
Menurut Cholifah (2017), faktor penyebab perubahan sosial ada dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sosial yaitu: (1) pertentangan atau konflik yang terjadi dalam
suatu kehidupan masyarakat; (2) munculnya stratifikasi sosial yang menyebabkan
adanya kesenjangan sosial. Faktor eksternal terjadinya perubahan sosial yaitu: (1)
difusi kebudayaan yaitu masuknya kebudayaan asing di era globalisasi yang
membawa pengaruh pada kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat; (2)
kebijakan pemerintah yang kadang berubah tergantung pada kondisi masyarakat
tersebut; (3) perkembangan teknologi (internet), dengan berkembangnya teknologi
seperti internet masyarakat dapat mengakses informasi dari luar; (4) masyarakat
pendatang yang menyebabkan adanya asimilasi kebudayaan.
Menurut Amran (2012), perubahan sosial terjadi dalam dua bentuk yaitu
masyarakat yang lambat mengalami perubahan dan masyarakat yang cepat
mengalami perubahan. Masyarakat yang lambat biasanya merupakan masyarakat
pedesaan, karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang terjadi juga
mengalami keterlambatan dalam hal kemajuannya. Perubahan sosial yang terjadi
pun tidak sebanyak yang terdapat di kota, ada yang mau mengalami perubahan
dan ada yang tidak menginginkan adanya perubahan. Masyarakat yang cepat
mengalami perubahan yaitu biasanya masyarakat perkotaan. Daerah perkotaan
umumnya mudah menerima perubahan sehingga sehingga seiring dengan
6
7

perkembangan teknologi, masyarakat perkotaan dengan cepat mengalami


perubahan-perubahan sosial. Perubahan yang terjadi tersebut juga menyebabkan
pengaruh kepada perilaku anggota masyarakatnya.

2.2 Teori Usahatani Pepaya


Menurut Suratiyah (2015), usahatani merupakan bagaimana seseorang atau
petani mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan
alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-
baiknya. Pelaksanaan usahatani harus seefisien mungkin agar petani atau
pengusaha bisa mendapatkan keuntungan dari usahataninya. Usahatani yang
efisisen adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang petani dalam kegiatan
pertaniannya dengan menggunakan input seminimal mungkin dan menghasilkan
output yang maksimal. Keberhasilan suatu usahatani tergantung pada petaninya,
dimana petani tersebut harus memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemauan
yang kuat agar usahataninya dapat berhasil sehingga memberikan keuntungan
bagi petani tersebut. Usahatani meliputi suatu usaha dalam bidang pertanian
secara luas, bukan hanya dalam pertanian pangan saja. Usahatani yang dapat
dilakukan oleh petani misalnya adalah usahatani pepaya.
Pepaya merupakan hortikultura buah yang memiliki banyak kandungan gizi
yang sangat baik bagi kesehatan tubuh, sehingga banyak dikonsumsi oleh
masyarakat di seluruh dunia. Pepaya juga memiliki manfaat dalam pengobatan
yang beragam karena di dalam buah pepaya memiliki kandungan senyawa aktif .
Senyawa aktif tersebut diantaranya berupa enzim papain, karotenoid, alkaloid,
monoterpenoid, flavonoid, mineral, vitamin, glukosinoit, dan karposida.
Kandungan-kandungan dalam pepaya tersebut sangat baik dalam pencegahan
penyakit, sehingga pepaya dapat dimanfaatkan sebagai buah pencegah penyakit.
Buah pepaya merupakan buah yang dapat digunakan sebagai antikanker,
antioksidan, antidiabetes, antibakteri, dan lain sebagainya sehingga sangat baik
dikonsumsi untuk kesehatan manusia. Manfaat-manfaat yang beranekaragam
terhadap konsumsi buah pepaya terutama membawa berpengaruh pada kesehatan
menjadikan alasan mayarakat maupun petani yang menaruh minat besar dalam
membudidayakan pepaya. Budidaya pepaya juga dinilai dapat memberikan
8

dampak yang positif terhadap pendapatan petani dimana semakin banyak tingkat
konsumsi buah pepaya akan meningkatkan pendapatan yang membudidayakan
usahatani pepaya (Rahayu dan Tjitraresmi, 2016).
Menurut Susanti et al (2014), Indonesia termasuk dalam lima besar negara
produsen utama buah pepaya di dunia. Besarnya produksi tersebut disebakan
karena lahan dan iklim tropika yang sangat cocok untuk papaya tumbuh dan
berbuah secara optimal. Besarnya potensi pepaya dapat tumbuh dengan baik di
Indonesia serta banyaknya tingkat konsumsi pepaya karena kandungan gizinya
yang banyak menyebabkan banyak petani yang melakukan kegiatan usahtani
komoditas pepaya. Usahatani pepaya merupakan usahatani yang dilakukan dengan
komoditas pepaya sebagai komoditas utama yang diusahakannya. Usahatani
pepaya yang baik adalah usahatani pepaya secara efisien, yaitu dengan
menggunakan input yang minimal tetapi menghasilkan output yang maksimal.
Budidaya pepaya juga tidak terlalu sulit seperti budidaya padi, kebutuhan pupuk
dan kebutuhan airnya juga tidak sebanyak kebutuhan tanaman padi namun dapat
menghasilkan produktivitas yang baik, hal ini lah yang menyebabkan petani
banyak membudidayakan dan mengusahatanikan buah pepaya.
Usahatani pepaya harus memperhatikan kebutuhan air serta nutrisi lain
untuk buah pepaya agar produktivitas buah dapat maksimal. Penyemprotan untuk
menghilangkan hama dan penyakit juga harus diperhatikan dengan baik agar
pepaya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Usahatani pepaya yang baik
yaitu usahatani yang memperhatikan nutrisi untuk pertumbuhan pepaya dengan
baik. Pemberian nutrisi yang berlebihan justru akan menyebabkan pepaya tidak
dapat tumbuh dengan baik, sehingga menyebabkan penurunan kualitas dan
kuantitas buah pepaya. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan dalam
pembudidayaan pepaya dapat menyebabkan penurunan kualitas pepaya karena
tingginya kontaminasi residu pestisida dan logam berat dalam tanah, oleh sebab
itu penggunaan pupuk dan pestisida harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
pepaya (Natawijaya et al, 2015).
9

2.3 Teori Focus Group Discussion


Focus Group Discussion (FGD) adalah bentuk diskusi yang didesain untuk
memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang,
kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta. Definisi lain, FGD adalah
salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatif, dimana sekelompok orang
berdiskusi dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator mengenai
suatu topik, sehingga dapat disimpulkan bahwa FGD adalah salah satu teknik
pengumpulan data kualitatif yang didesain untuk memperoleh informasi
keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman peserta
tentang suatu topik, dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator.
Teknik Focus Group Discussion (FGD) sering kali digunakan para pembuat
keputusan atau peneliti dalam penelitian kualitatif untuk menggali data mengenai
persepsi, opini, kepercayaan dan sikap terhadap suatu produk, pelayanan, konsep
atau ide, karena relative lebih mudah dan cepat selesai dibandingkan dengan
teknik pengumpulan data kualitatif yang lain (Paramitha, 2013).
Penentuan peserta FGD berkaitan dengan beberapa hal, yaitu keahlian atau
kepakaran, pengalaman, pribadi terlibat, tokoh otoritas, dan masyarakat. Peserta
dalam FGD ini paling idealnya sejumlah antara 7-11 orang. Ciri-ciri peserta yang
harus di pilih untuk di ikut sertakan dalam kegiatan FGD antara lain: peserta di
pilih yang benar-benar relevan (berpengalaman) dengan persolan yang akan
dibahas, semakin homogen, semakin heterogen, pengalaman dalam hal materi
yang akan dipahami sebaiknya ada heterogenetis (walaupun tidak terlalu besar),
untuk tim FGD pada umumnya mencakup moderator, fasilitator, notulen,
penghubung peserta, penyedia logistik dan dokumentasi (Suryana et al., 2015).
FGD (Focus Group Discussion) bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang sesuatu hal dari peserta diskusi tanpa harus ada kesepakatan pendapat
antar peserta yang mengikutinya. Tujuan lain dari FGD adalah untuk memperoleh
masukan maupun informasi mengenai suatu permasalahan yang bersifat lokal dan
spesifik. Penyelesaian masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah masukan
diperoleh dan dianalisa. Manfaat dari kegiatan FGD adalah pengungkap beberapa
aspek sekaligus seperti pemahaman atas permasalahan di sekitarnya, logika
10

berfikir dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi sesuai dengan


keadaan fakta, pengambilan keputusan, inisiatif, keterampilan komunikasi,
percaya diri dan lebih bersifat natural (Granit, 2007).

2.4 Konsep Dampak


Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai akibat yang terjadi karena
adanya pengaruh pada saat pengambilan keputusan. Setiap perilaku maupun hal
yang terjadi pasti memiliki dampak dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan.
Hasil yang diperoleh dari setiap hal yang dilakukan mempengaruhi hal lain dan
memiliki akibat yang akan kembali keperlakuan awal yang dilakukan. Dampak
sendiri merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun
positif. Dampak memiliki sifat timbal balik antara satu dengan yang lainnya
karena adanya pengaruh maupun yang mempengaruhi dampak tersebut (Putra
dalam Irwan, 2015).
Perkembangan pembangunan yang semakin menjadi tidak selalu
mengakibatkan perubahan menuju kearah yang lebih baik. Perubahan yang terjadi
dapat berupa perubahan yang akan bersifat membangun ataupun perubahan yang
akan menjatuhkan. Permasalahan yang muncul memiliki dampak yang akan
mempengaruhi kondisi sosial yang ada. Dampak yang terjadi merubah pola sosial
yang ada menjadi pola lain dan terus berubah-ubah pula sesuai permasalahan yang
muncul setelah itu. Akibat yang dirasakan memang tidak terasa secara langsung
melainkan membutuhkan waktu yang lama dan secara lambat akan dirasakan oleh
induvidu yang terlibat (Mulyani, 2015).
Kondisi sosial dalam masyarakat tidak hanya memilki dampak dalam proses
perubahannya. Dampak sendiri dapat mengakibatnya adanya suatu perubahan.
Dampak dari suatu kegiatan ataupun hal dapat berupa perubahan sosial maupun
perubahan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Dampak selain tercipta karena
adanya perubahan sosial juga dapat menciptakan perubahan sosial itu sendiri. Hal
ini karena setiap dampak yang ada akan menimbulkan suatu perubahan social dan
perubahan social tersebut juga akan memebrikan dampak kepada masyarakat.
Perubahan yang terjadi juga memiliki dampak lain yang berarti bahwa setiap
dampak yang tercipta juga akan menimbulkan dampak lainnya juga baik berupa
11

dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif maupun negatif akan
dirasakan oleh individu terlibat secara perlahan dan tidak terlalu menonjol
(Nawawi et al., 2015).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Praktek Lapang


Metode penentuan daerah lapang untuk pemilihan Dusun Krajan Desa
Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember ditentukan secara sengaja atau
purposive method. Purposive method merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data pada daerah tertentu yang sudah ditentukan atau
direncanakan dimana dalam pengambilan sampelnya ditentukan sendiri oleh
peneliti berdasarkan kriteria tertentu. Purposive method digunakan sebagai
penentuan daerah praktek lapang guna mendapatkan sampel yang sesuai dengan
lokasi praktek lapang di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. Praktek lapang dilaksanakan di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan
Panti Kabupaten Jember dengan pertimbangan bahwa mayoritas masyarakat
dusun tersebut yang tinggal bermata pencaharian sebagai petani dengan dominan
masyarakat membudidayakan komoditas hortikultura yaitu tanaman pepaya. Hasil
produksi dari tanaman pepaya tersebut dapat menghasilkan produktivitas yang
tinggi serta bernilai jual tinggi, namun kegiatan budidayanya mengalami
penurunan kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh hama dan penyakit
terutama serangan kutu loncat, pengaturan irigasi yang kurang memadai, dan
pupuk yang langka (Wicaksono et al, 2015).

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, untuk mendapatkan informasi dari
narasumber. Deskriptif kualitatif merupakan data berupa informasi berdasarkan
latar belakang alami atau kenyataan yang ada di masyarakat dengan mencari
hubungan secara menyeluruh dari suatu keadaan, kemudian dirumuskan dan
ditafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran dan informasi secara
jelas mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Deskriptif Kualitatif digunakan sebagai metode penelitian karena untuk
mendapatkan gambaran dan informasi tentang Kelompok Tani Randu 1 secara

12
13

tepat untuk menganalisa masalah yang ada terutama dalam penurunan kuantitas
dan kualitas pada tanaman pepaya. Penurunan kuantitas dan kualitas yang dialami
Kelompok Tani Randu 1 disebabkan oleh hama dan penyakit terutama serangan
kutu loncat, pengaturan irigasi yang kurang memadai, dan pupuk yang langka
(Devi et al, 2015).

3.3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada praktikum lapang menggunakan beberapa metode
diantaranya wawancara, studi pustaka, observasi lapang, focus group discussion,
dan dokumentasi hasil lapang. Wawancara merupakan pengumpulan data melalui
percakapan atau bertemu secara langsung antara responden dengan peneliti.
Metode dari wawancara yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
responden mengenai informasi yang ada. Wawancara yang dilakukan peneliti di
Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember yaitu kepada ketua
kelompok tani Randu I. Studi pustaka merupakan pengumpulan data melalui
internet, bahan bacaan seperti buku, jurnal, dan artikel.
Studi pustaka sebagai bahan pendukung dalam bahan penelitian. Peneliti
menggunakan studi pustaka diantaranya jurnal, buku, dan internet terkait dengan
permasalahan yang ada di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. Observasi lapang merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti dengan
melakukan pengamatan dan terjun langsung untuk memperoleh informasi yang
ada. Observasi lapang yang dilakukan peneliti yaitu dengan berkunjung langsung
ke lahan tempat penanaman komoditas pepaya yang memicu terjadinya penurunan
kuantitas dan kualitas dari komoditas tersebut.
Menurut Purwanto (2015), pengumpulan data dengan metode focus group
discussion (FGD) merupakan hasil pengumpulan data secara kualitatif dimana
pendekatan melalui hasil diskusi dalam suatu grup dengan tujuan mengetahui
pendapat dari masing-masing pihak baik mengenai permasalahan yang terjadi dan
solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Metode
FGD yang dilakukan akan diketahui dengan cepat hasilnya dan biaya yang
dikeluarkan tidak sebegitu besar. Pelaksanaan dengan metode FGD juga akan
14

mengetahui informasi lebih dalam dari informan secara partisipatif. FGD yang
dilakukan peneliti di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Jember yaitu dengan diskusi bersama kelompok tani Randu I yang beranggotakan
dari petani pepaya. Tujuan dari dilakukannya FGD yaitu mendapatkan informasi
mengenai permasalahan dan solusi mengenai penurunan kuantitas dan kualitas
pepaya.
Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan rekam
dokumen. Dokumentasi yang didapatkan dari peneliti yaitu saat berlangsungnya
kegiatan focus group discussion (FGD) yang bertempat di salah satu rumah
anggota kelompok tani Randu I di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti
Kabupaten Jember. Dokumentasi juga dilakukan pada lahan petani dengan
komoditas pepaya.

3.4 Metode Penentuan Informan


Penentuan informan ditentukan menggunakan Teknik Purposive
Sampling. Teknik Purposive Sampling adalah penentuan informan secara sengaja
menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan harus
sesuai dengan topik penelitian. Informan yang dipilih diharuskan memiliki
kredibel untuk menjawab maslah yang sedang di teliti (Nurdiani, 2014).
Informan yang terlibat dalam proses pengumpulan data yang ada di Dusun
Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember yaitu ketua kelompok tani
Randu I dan 15 anggota dari kelompok tani tersebut. Data mengenai anggota dan
pengurus kelompok tani sebelumnya didapatkan dari Kepala Desa, perangkat
desa, dan masyarakat yang tinggal di dusun tersebut. Arahan dari kepala desa
menjelaskan bahwa kelompok tani Randu I merupakan kelompok tani yang aktif
dan sering mendapat bantuan dari pihak pemerintah. Penentuan ketua kelompok
tani Randu I dan anggotanya sebagai informan, karena didukung oleh
pengetahuan dan keahlian mereka dalam bercocok tanam komoditas hortikultura
yang sesuai dengan permasalahan yang akan kami teliti. Berdasarkan data-data
yang didapatkan melalui ketua kelompok tani dan anggotanya diperoleh informasi
yang digunakan sebagai bahan penelitian.
15

3.5 Metode Analisis Data


Menurut Nursalam (2008), analisis data merupakan bagian dalam
penelitian yang memiliki peranan sangat penting guna mencapai tujuan utama
penelitian. Analisis data diperlukan untuk mendapatkan data yang benar-benar
dapat digunakan sebagai perumus permasalahan yang ada. Data yang diperoleh
dalam bentuk data mentah tidak dapat menggambarkan informasi untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian sehingga perlunya analisis data menjadi bagian
yang sangat penting. penggunaan metode dalam penelitian yang dilakukan di
Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti yaitu menggunakan metode fishbone.
Menurut Wafa (2017), metode fishbone merupakan suatu gambaran yang
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi semua penyebab maupun
akibat yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Penggunaan metode ini
guna mengetahui sebab dan akibat permasalahan yang terdapat di Dusun Krajan
Desa Serut Kecamatan Panti. Analisis data dimulai dari pencarian masalah paling
utama yang dihadapi oleh petani di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti.
Permasalahan utama yang telah didapat kemudian didiskusikan bersama
kelompok tani terkait guna mendapatkan penyebab masalah baik permasalahan
sekunder sampai kuarter apabila memungkinkan. Penyebab yang muncul
disampaikan langsung oleh petani terkait serta akibat yang muncul akan diatasi
atau memiliki solusi yang berasal dari petani maupun pihak lain.
Tahapan pembuatan diagram fishbone yaitu sebagai berikut:
1. Menggambar diagram seperti bentuk tulang ikan dari kanan ke kiri serta
menuliskan masalah pokok pada kepala tulang ikan di sisi kanan tulang ikan

Masalah
Utama

Gambar 3.1 Analisis Masalah Utama dengan Grafik Fishbone

2. Menentukan masalah primer, kemudian menuliskannya pada cabang pertama


tulang ikan.
Masalah Masalah
Primer Primer
16

Masalah
Utama

Masalah Masalah
Primer Primer

Gambar 3.2 Analisis Masalah Primer dengan Grafik Fishbone


3. Menentukan penyebab masalah sekunder, kemudian dituliskan pada cabang
penyebab masalah primer, dimana penyebab masalah sekunder merupakan
akar masalah dari penyebab masalah primer.

Masalah Masalah
Primer Primer
Masalah
Sekunder Masalah
Utama

Masalah Masalah
Primer Primer

Gambar 3.3 Analisis Masalah Sekunder dengan Grafik Fishbone


4. Membuat secara keseluruhan penyebab masalah dari masalah primer hingga
tersier jika ada.

Masalah
Primer
Masalah
Sekunder Masalah
Utama

Masalah Masalah
Primer Primer

Gambar 3.4 Analisis Masalah Tersier dengan Grafik Fishbone


BAB 4. GAMBARAN UMUM

4.1 Sejarah dan Profil Desa Serut Kecamatan Panti


Nama Desa Serut Kecamatan Panti menurut kepala desa berasal dari nama
sebuah pohon yaitu pohon serut yang dianggap sangat keramat oleh masyarakat di
wilayah tersebut pada masa penjajahan Belanda. Wilayah tersebut pada saat itu
belum memiliki nama. Pohon tersebut dianggap keramat karena memiliki terdapat
unsur mistis yang dipercayai oleh warga setempat serta memiliki keterkaitan yang
penting yang berhubungan dengan awal mula desa. Awal cerita diambilnya nama
serut untuk wilayah desa tersebut bermula pada masa penjajahan Belanda.
Menurut cerita kepala desa, para pejuang desa serta pemimpinnya pada saat
penjajahan Belanda yang bernama K.Nahrowi bersama-sama berlindung di bawah
pohon serut yang dianggap keramat tersebut. K.Nahrowi merupakan pemimpin
terkenal di wilayah desa, dimana masyarakat memberinya julukan Bung Rewel.
K.Nahrowi dan masyarakat lain yang berlindung di bawahpohon serut selamat
dari kejaran musuh dengan izin Allah SWT, bahkan para prajurit Belanda yang
melewati pohon tersebut tidak dapat melihat keberadaan para pejuang dan warga
yang berlindung di pohon tersebut. Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1940,
kemudian K.Nahrowi dan para pejuang lain yang masih hidup sepakat untuk
memberi nama wilayah tersebut dengan nama Desa Serut. Terbentuknya Desa
Serut sekitar awal tahun tahun 1941, dimana informasi tersebut diperoleh dari
beberapa narasumber seperti bapak kepala desa dan sesepuh di desa tersebut.
Desa Serut merupakan salah satu desa yang terletak di sekitar kaki gunung
Argopuro. Desa Serut termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Panti Kabupaten
Jember, tepatnya berada di wilayah utara Kabupaten Jember. Desa Serut
Kecamatan Panti terdiri dari 6 dusun, 19 RW dan 87 RT. Dusun yang terdapat di
wilayah Desa Serut yaitu Dusun Serut Krajan, Dusun Serut Selatan, Dusun Serut
Barat, Dusun Karang Anom, Dusun Badean dan Dusun Kasian. Jumlah penduduk
di Desa Serut adalah 12.267 orang yang terdiri dari 6.074 orang laki-laki dan
6.193. Rata-rata penduduk Desa Serut di setiap dusunnya yaitu terdapat sekitar
2.044 jiwa dengan beberapa tingkatan umur dari yang muda hingga lanjut usia.

17
18

Pembagian dusun-dusun pada wilayah Desa Serut dapat dilihat pada gambar peta
Desa Serut. Berikut merupakan peta Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Jember :

Gambar 4.1 Peta Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Jarak yang dapat ditempuh dari kota menuju Desa Serut yaitu sekitar 13 km
dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Jarak dari Desa Serut ke kantor
Kecamatan Panti yaitu sekitar 5 km yang dapat ditempuh dengan waktu ± 10
menit. Desa Serut terletak pada ketinggian 161 meter di atas permukaan air laut.
Luas wilayah Desa Serut yaitu 1.064 ha. Luas wilayah tersebut terbagi menjadi
sawah, tegalan, tambak atau kolam, perkebunan dan bangunan serta lain-lain
seperti pekarangan dan halaman rumah penduduk. Luas lahan sawah 452 ha,
tegalan 288,40 ha, tambak atau kolam 0,09 ha, perkebunan 120 ha, bangunan 149
ha, serta lain-lain 54,51 ha. Desa Serut memiliki batasan wilayah antara lain :
Sebelah utara : Desa Suci
Sebelah timur : Desa Sukorambi
Sebelah selatan : Desa Dukuh Mencek
Sebelah barat : Desa Panti
19

4.2 Struktur Organisasi Desa Serut Kecamatan Panti


Struktur organisasi pemerintahan desa merupakan suatu bagan yang
menggambarkan posisi perangkat desa, mulai dari orang yang memiliki posisi
atau jabatan yang paling tinggi di Desa Serut hingga kepada posisi atau jabatan
yang rendah. Desa Serut Kecamatan Panti memiliki pemerintahan desa yang
bertugas pada bidangnya masing-masing. Pemerintahan di Desa Serut terbagi
menjadi beberapa bagian. Bagian tersebut memiliki tugas yang berbeda-beda
namun memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan fungsinya. Perangkat desa atau pemerintahan desa
dibentuk agar masyarakat dapat menyelesaikan urusan atau permasalahan yang
ada dengan mudah dan sesuai dengan bidang kerja perangkat desa.

KEPALA DESA

SEKRETARIS
DESA

KAUR KAUR KAUR UMUM


PEMERINTAHAN KEUANGAN

PAMONG TANI PAMONG


KEAMANAN

KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA


DUSUN DUSUN DUSUN DUSUN DUSUN DUSUN
SERUT SERUT SERUT KARANG BADEAN KASIAN
2
KRAJAN SELATAN BARAT ANOM

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Desa Serut Kecamatan Panti

Struktur organisasi pemerintahan Desa Serut memudahkan masyarakat


dalam mengetahui siapa saja yang termasuk ke dalam perangkat desa yang
sebenarnya dan mengetahui jabatan serta tugas masing-masing dari mereka.
20

Maksud dan tujuan pembuatan struktur pemerintahan Desa Serut adalah agar
masyarakat dapat mengetahui bentuk susunan aparatur pemerintahan Desa Serut,
sehingga masyarakat yang berkunjung mengetahui bentuk pemerintahan, dan
identitas desa menjadi lebih dikenal, baik masyarakat luar maupun masyarakat
desa itu sendiri. Berikut adalah bagan struktur organisasi Desa Serut Kecamatan
Panti.
Kepala desa Serut adalah Bapak Abdul Asis, sedangkan Sekretaris Desa
Serut adalah Bapak Kholikin Nur. Kepala desa bertugas menyelenggarakan
pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD,
membina kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa, mengkoordinasikan
pembangunan desa, memimpin desa dan bertanggung jawab penuh atas desa
tersebut. Tugas sekretaris desa adalah membantu Kepala Desa dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi Desa,
sertamempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintah
Desa. Kepala Urusan Pemerintahan adalah Ibu Irma Yulandari yang bertugas
membantu Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan administrasi
kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat Desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan penataan, serta
kebijakan dalam Penyusunan produk hukum Desa. Jabatan Kepala Urusan
Keuangan adalah Bapak Ahmad Rahman yang bertugas membantu Sekretaris
Desa dalam melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan Desa, pengelolaan
administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa,
sedangkan Kepala Urusan Umum adalah Bapak Selamet Hariyadi yang bertugas
membantu sekretaris desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan
kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa.
Pamong Tani adalah Bapak Bambang Hariyanto. Tugas pokok pamong tani
yaitu sebagai pengumpul, pengolah, dan pengevaluasi data di bidang pertanian,
pembimbing dan pembina bidang pertanian, serta pembina dalam kegiatan
kelompok-kelompok tani di Desa. Pamong Keamanan adalah BapakAmsori.
PamongKeamananbertugasmenjagakeamanan dan ketertiban danmengolah
dataadministrasi petugas keamanan dan pos keamanan di desa, serta membina
21

petugas keamanan desa terhadap hal-hal yang menyangkut keamanan dan


ketertiban serta keterampilan penanganan gangguan keamanan. Struktur desa
dibuat dengan tujuan agar desa tersebut terorganisasi antara bidang satu
denganbidang lainnya dengan pembagian tugas yang sesuai dengan kemampuan
atau potensi yang dimiliki perangkat desa tersebut.

4.3 Gambaran Umum Kelompok Tani


Desa Serut merupakan salah satu desa yang mayoritas masyarakatnya
berprofesi sebagai petani. Banyaknya jumlah petani yang ada di Desa Serut ini
menyebabkan terbentuknya beberapa kelompok tani, salah satunya adalah
kelompok tani komoditas pepaya, yang bernama “Kelompok Tani Randu I”.
Kelompok tani ini dibentuk sejak tahun 2010. Kelompok tani Randu I merupakan
kelompok tani yang kebanyakan anggotanya menanam komoditas pepaya sebagai
komoditas utama. Selain komoditas pepaya, petani-petani yang ada dalam
kelompok tani ini juga menanam komoditas lainnya seperti padi, jagung, jambu
kristal, dan tanaman hortikultura. Struktur organisasi dalam kelompok tani ini
meliputi ketua yang memimpin dan mengatur kelompok tani ini, kemudian
sekretaris yang mencatat kegiatan dan agenda kegiatan kelompok tani ini sehingga
kegiatan kelompok tani ini dapat terlaksanan secara teratur dan lancar, dan
bendahara yang mengurusi keuangan dalam kelompok tani, seperti iuran-iuran
rutin yang dilakukan secara rutin untuk uang kas kelompok tani dan akan
digunakan jika ada keperluan bersama, kemudian pengawas yang bertugas
mengawasi kelompok tani ini.
Kelompok tani ini diketuai oleh seorang petani maju dan juga berprofesi
sebagai guru olah raga di SMP, yaitu Bapak Selvy Alamul Huda. Ketua dalam
kelompok tani mengatur jalannya kelompok tani serta yang bertanggung jawab
jika kelompok tani ini akan melakukan suatu perkumpulan. Kedudukan sekretaris
dalam kelompok tani ini dipegang oleh Bapak Sofyan Sauri, kemudian bendahara
kelompok tani adalah Ibu Eka Fitri, dan bagian pengawas kelompok tani adalah
Bapak Abdur Rohman. Anggota dari kelompok tani ini berjumlah sekitar 40
orang. Keaktifan anggota kelompok tani ini dapat dilihat dari anggota yang selalu
22

datang dalam perkumpulan untuk membahas masalah pertanian, terutama untuk


komoditas pepaya. Anggota dari kelompok tani ini berumur mulai dari petani-
petani muda hingga petani-petani lanjut usia.
Kelompok tani di Desa Serut ini juga aktif dalam melakukan perkumpulan
dan diskusi untuk membahas masalah pertanian yang sedang dihadapi, serta
bagaimana untuk meningkatkan hasil pertaniannya secara maksimal. Kegaitan
perkumpulan kelompok tani ini biasanya dilakukan selama 2 minggu sekali.
Kegiatan pertemuan kelompok tani ini bertujuan untuk bersama-sama
memecahkan permasalahan pertanian yang di hadapi di Desa Serut Kecamatan
Panti, selain itu kegiatan yang dilakukan secara rutin bertujuan untuk lebih
memper erat rasa solidaritas antar petani. Tempat perkumpulan yang dilakukan
oleh kelompok tani ini biasanya dilaksanakan di balai desa atau salah satu rumah
anggota kelompok. Kelompok tani ini juga sering mendapatkan penyuluhan
pertanian dari penyuluh yang biasanya didapatkan selama sebulan sekali.
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani ini, selain melakukan
perkumpulan dan diskusi permasalahan pertanian mereka, tetapi juga sering
mengikuti kegiatan-kegiatan atau acara-acara yang diadakan oleh desa atau
kelurahan. Kegiatan tersebut salah satunya adalah acara karnaval 17 Agustus
untuk memperingati HUT Indonesia, dimana setiap kelompok tani akan membuat
suatu ikon yang melambangkan kelompok tani tersebut. Diadakannnya acara-
acara seperti ini akan membuat lomba-lomba yang menarik perhatian masyarakat
di Desa Serut Kecamatan Panti dengan memberikan berbagai hadiah yang
menarik dan anggota kelompok tani yang ada di Desa Serut menjadi lebih
kompak, serta hubungan sosial yang terjalin menjadi lebih erat. Hubungan sosial
yang terjadi antar anggota kelompok tani tersebut sangat erat, hal ini dapat dilihat
dari kegiatan gotong royong yang sering dilakukan oleh kelompok tani tersebut.
Kelompok tani ini masih terus aktif hingga sekarang, dan diharapkan dapat terus
aktif hingga seterusnya.
Peran atau kontribusi kelompok tani ini dalam masyarakat Desa Serut
diantaranya adalah sebagai penghubung antara petani dengan mpenyuluh.
Penyuluh lebih mudah melakukan penyuluhannya kepada para petani atau
23

masyarakat Desa Serut dengan adanya kelompok tani ini. Peran lainnya yaitu
memberikan segala informasi tentang pertanian kepada para petani di Desa Serut.
Petani-petani yang ada di Desa Serut menjadi lebih mengetahui informasi-
informasi tentang pertanian melalui kelompok tani ini. Masalah-masalah yang
dihadapi petani atau masyarakat dalam kegiatan pertaniannya juga dapat
dipecahkan melalui diskusi-diskusi dengan bersama kelompok tani ini.

4.4 Potensi Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember


Desa Serut merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Panti
Kabupaten Jember, yang mana wilayah desa ini merupakan desa yang terkenal
dengan wilayah yang memiliki kondisi lingkungan cukup subur. Hal ini terbukti
dengan pengembangan pertanian yang besar terutama pada sektor pertanian
tanaman pangan dan budidaya buah pepaya. Keadaan tersebut disebabkan karena
kondisi wilayah yang subur dan mendukung budidaya tanaman pangan di Desa
Serut serta mayoritas penduduknya merupakan seorang yang bekerja dan
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Komoditas pertanian yang
dibudidayakan di Desa Serut sangat beragam, termasuk tanaman pangan padi,
jagung dan budidaya buah pepaya yang menjadi sektor utama penunjang ekonomi
pertanian di Desa Serut. Penanaman komoditas tersebut didasarkan pada kondisi
iklim yang ada, dimana mereka akan memaksimalkan penanaman padi pada
musim hujan, jagung dan buah pepaya pada musim kemarau dengan bantuan
pengairan.
Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember memiliki potensi yang
sangat besar pada sektor pertanian tanaman pangan dan tanaman hortikultura
yang dapat menunjang perekonomian petani di Desa Serut. Potensi yang sangat
besar merupakan indikator bahwa Desa Serut termasuk kedalam desa yang
berpotensi karena dapat memaksimalkan proses budidaya tanaman pangan dengan
kesesuaian lahan yang berada pada Desa Serut. Penanaman komoditas padi dan
jagung didasarkan pada kondisi iklim yang ada atau tergantung pada cuaca yang
terjadi saat itu. Potensi Desa Serut secara umum dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
24

Tabel 4.1 Data Produksi Padi dan Jagung di Desa Serut Tahun 2016 Berdasarkan
Luas Lahan
Luas Lahan Luas Panen
Komoditas Pangan Produksi (Kg)
(Ha) (Ha)
Padi 829 1.045 6.252
Jagung 442 442 3.274
Total 1.271 1.487 9.526
Sumber : Kecamatan Panti dalam Angka 2017.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa, Desa Serut memiliki


potensi yang besar terhadap budidaya komoditas pangan, yaitu padi dan jagung.
Jumlah produksi yang tinggi pada kedua komoditas tersebut dapat membantu
petani sekitar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari rumah tangga petani.
Jumlah produksi dari padi dan jagung tersebut apabila dapat meningkat akan
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar. Lahan pertanian yang
produktif meliputi lahan sawah dan lahan pekarangan. Tingkat produktivitas lahan
inilah yang mendukung meningkatnya perekonomian masyarakat untuk
mencukupi kehidupan sehari-hari. Faktor pendukung kemajuan di sektor pertanian
yaitu adanya sistem irigasi yang cukup baik dan teknologi yang digunakan untuk
proses budidaya tanaman pangan. Teknologi yang digunakan di bidang pertanian
seperti penggunaan teknologi traktor yang telah difasilitasi oleh kelompok tani di
Desa Serut Kecamatan Panti. Keunggulan teknologi traktor tersebut dapat
memaksimalkan hasil produksi tanaman padi dan jagung dan membantu petani
untuk lebih mempermudah mengolah laham di Desa Serut. Sistem irigasi di Desa
Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember umunya sudah memiliki irigasi yang
cukup baik. Sistem irigasi yang baik ini didukung oleh letak geografis dan adanya
sumber langsung dari air terjun yaitu air terjun tancak yang letaknya masih berada
dipegunungan. Ketersedian air irigasi cukup memadai. Adanya sistem irigasi yang
baik, oleh masyarakat ada yang digunakan untuk menanam tanaman padi hingga 3
musim tanam.
25

4.5 Gambaran Umum Usahatani Pepaya


Pepaya merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh petani di Desa
Serut. Komoditas pepaya merupakan komoditas utama yang dibudidayakan oleh
petani di Desa Serut karena perawatannya yang lebih mudah dibandingkan dengan
budidaya komoditas padi. Komoditas pepaya juga dapat memberikan keuntungan
yang cukup besar kepada petani pepaya. Pepaya ini juga memiliki produktivitas
yang baik sehingga memberikan hasil panen yang memuaskan dan memberikan
keuntungan bagi petani. Kegiatan yang dilakukan oleh petani dalam budidaya
tanaman pepaya lebih mudah untuk dilakukan.
Komoditas pepaya mulai ditanam oleh petani Desa Serut sejak 4 tahun
terakhir. Jenis varietas pepaya yang dibudidayakan oleh petani di Desa Serut
adalah pepaya California. Alasan petani memilih varietas pepaya California ini
adalah perawatan tanaman pepaya yang cukup mudah, dimana tanaman ini tidak
memerlukan perawatan khusus seperti perawatan tanaman padi. Pepaya ini juga
memiliki produktivitas yang baik sehingga memberikan hasil panen yang
memuaskan dan memberikan keuntungan bagi petani.
Teknologi yang digunakan petani dalam usahatani pepaya ini belum ada.
Petani hanya menggunakan alat-alat konvensional dalam melakukan usahataninya
seperti menggunakan gunting petik untuk memanen pepaya, serta masih
menggunakan cara-cara budidaya yang umum atau biasa dilakukan oleh para
petani pepaya lainnya. Cara-cara budidaya tersebut terdiri dari pembenihan atau
pembibitan dalam polybag, pindah tanam, perawatan tanaman, kemudian
pemanenan. Benih atau bibit pepaya yang dibudidayakan oleh petani Desa Serut
didapatkan dari toko pertanian dan ada juga yang melakukan pembibitan sendiri.
Perawatan yang dilakukan pada tanaman pepaya ini meliputi pemupukan,
pengairan, serta perawatan terhadap serangan hama dan penyakit.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman pepaya tidak terlalu banyak.
Hama yang menyerang tanaman pepaya ini adalah kutu putih yang menempel
pada buah atau daun pepaya. Pengendalian hama yang dilakukan oleh petani
biasanya adalah dengan menggunakan sabun pencuci piring yang dicampur
dengan air, kemudian disemprotkan pada buah atau daun pepaya yang terkena
26

hama tersebut. Gangguan hama dan penyakit pepaya ini lebih mudah untuk
dikendalikan serta pestisida yang diperlukan tidak terlalu banyak.
Luas lahan yang dimiliki oleh petani pepaya rata-rata adalah seluas 1 Ha.
Jumlah populasi pepaya yang dapat ditanam 1.200 tanaman per hektarnya. Buah
pepaya yang tumbuh bisa mencapai 6-10 buah per pohon. Jumlah panen yang
dihasilkan 1-3 ton per panen. Pepaya akan menghasilkan panen setiap 6-7 bulan
sekali, hasil panen ini selanjutnya akan langsung dijual kepada tengkulak oleh
petani. Alasan petani lebih memilih langsung menjual hasil panen pepayanya
karena, jika pepaya harus diolah menjadi makanan olahan terlebih dahulu
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih banyak, sehingga petani
lebih memilih langsung menjual hasil panennya. Hasil panen pepaya ini biasanya
dijual di pasar-pasar hingga di toko-toko buah luar kota.
Usahatani pepaya yang dijalani oleh petani Desa Serut ini tidak selalu
mengalami kenaikan produktivitas, seperti halnya saaat ini dimana pepaya
mengalami penurunan kualitas dan kuantisnya. Penurunan ini disebabkan oleh
kurangnya ketersediaan air akibat kemarau serta jatah air yang tidak mencukupi
untuk seluruh lahan pepaya sehingga pepaya kekurangan nutrisi air dan
kekeringan. Faktor lainnya yaitu ketersediaan pupuk pepaya yang sulit didapatkan
di Desa Serut, tidak adanya bantuan subsidi pupuk pepaya dari pemerintah
sehingga petani kekurangan pupuk untuk pepayanya. Petani yang ingin
mendapatkan pupuk untuk pepayanya harus pergi keluar daerah untuk membeli
pupuk tersebut serta harus mengeluarkan biaya yang lebih besar karena harga
pupuk yang mahal.
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Kuantitas dan Kualitas Pepaya di


Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Mayoritas masyarakat Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti
Kabupaten Jember membudidayakan komoditas hortikultura yaitu tanaman
pepaya di lahan pertaniannya. Keberadaan kegiatan budidaya tanaman pepaya
tersebut mengalami penurunan kuantitas dan kualitas. Penurunan kuantitas dan
kualitas komoditas pepaya yang ada di Desa Serut disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain faktor kurangnya air terhadap lahan pertanian, kurangnya
sarana produksi seperti pupuk, dan adanya serangan hama seperti kutu loncat,
bakteri, dan jamur, serta penyakit yang menyerang bagian tanaman yang dapat
berpengaruh pada produktivitas tanaman pepaya.
Faktor kurangnya air terhadap lahan pertanian merupakan permasalahan
yang tidak bisa dikendalikan dan tidak bisa diprediksi oleh manusia. Kekurangan
air dalam irigasi yang tidak menentu mengakibatkan penurunan produktivitas
pada tanaman pepaya, karena pengairan sangat menentukan proses pertumbuhan
pada tanaman pepaya itu sendiri untuk menghasilkan hasil produksi yang
maksimal. Penyebab dari faktor kurangnya air terhadap lahan komoditas pepaya
ini yaitu lokasi lahan yang jauh dari sumber yaitu sumber air terjun tancak, serta
pengairannya berkurang karena adanya jadwal pengaturan air 2 minggu sekali dan
seringkali terjadi pembagian pengairan yang tidak merata sehingga para petani
harus menunggu 2 minggu berikutnya agar mendapatkan jatah pengairan untuk
lahan budidaya tanaman pepaya. Terbatasnya air tersebut akan menyebabkan
munculnya jamur pada buah. Pada saat pergantian musim hujan, serta akar pada
tanaman pepaya akan kering dan lama kelamaan tanaman pepaya akan mati.
Faktor selanjutnya yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas
pada tanaman pepaya yaitu mengenai pupuk. Keberadaan pupuk dalam budidaya
tanaman pepaya di Desa Serut Kecamatan Panti mengalami kelangkaan pupuk
dan kurangnya bantuan subsidi pupuk dari pemerintah. Pupuk menjadi langka
disebabkan oleh harga pupuk yang mahal dan tidak adanya kios pupuk untuk

27
28

mendukung jalannya proses budidaya tanaman pepaya. Pupuk subsidi dari


pemerintah juga belum dapat memenuhi kebutuhan para petani pepaya bahkan
masih mengalami kekurangan. Tidak tersedianya pupuk terhadap tanaman pepaya
dapat menyebabkan tanah tidak subur karena unsur hara tidak terpenuhi, serta
akan menganggu pertumbuhan tanaman pepaya.
Faktor lainnya yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas pada
tanaman pepaya yaitu disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Hama yang
menyerang tanaman pepaya antara lain kutu loncat, bakteri, dan jamur yang
menyerang bagian tanaman. Penyakit yang menyerang tanaman pepaya adalah
penyakit busuk akar dan layu daun yang disebabkan oleh bakteri serta penyakit
bercak putih pada daun maupun buah yang disebabkan oleh jamur tricodherma
pada tanaman pepaya. Hama dan penyakit akan muncul saat perubahan cuaca
terutama pada musim hujan. Pada musim hujan ini dengan didukungnya cuaca
yang dingin menyebabkan hama dan penyakit akan muncul dan menyerang pada
bagian tanaman pepaya. Hama dan penyakit juga akan muncul saat keterlambatan
pemberian air di lahan pertanian yang menjadikan tanaman pepaya kering dan
mudah diserang oleh hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit yang
terjadi pada tanaman pepaya akan mengakibatkan rusaknya bagian tanaman
pepaya dan jika tidak dilakukan pengendalian, maka lama kelamaan tanaman
pepaya akan mati.

5.2 Upaya Petani dengan Adanya Penurunan Kuantitas dan Kualitas Pepaya
di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Upaya petani terhadap penurunan kuantitas dan kualitas pepaya di Dusun
Krajan Desa Serut perlu dilakukan agar kegiatan usahatani pepaya tetap berjalan
walaupun terdapat beberapa kendala maupun faktor yang mempengaruhi adanya
penurunan kuantitas dan kualitas pada tanaman pepaya. Bentuk upaya yang bisa
dilakukan oleh petani terkait dengan adanya hama yang menyerang tanaman
pepaya sehingga pertumbuhan tanaman dan bagian dari tanaman tidak tumbuh
dengan sempurna yaitu yang pertama dengan cara metode lima jari, yang artinya
ketika ada hama cukup dengan dibunuh menggunakan tangan dengan ketentuan
29

bahwa hama yang menyerang masih bisa dijangkau oleh tangan dan jumlah tidak
terlalu banyak. Cara kedua juga dapat dilakukan dengan menggunakan sabun
“sunlight” dengan dicampurkan larutan air. Sabun tersebut yang umumnya
banyak digunakan sebagai sabun cuci ternyata memiliki fungsi yang sangat
membantu petani khususnya dalam mengatasi serangan hama kutu loncat pada
tanaman pepaya.
Penemuan petani dalam memakai sabun “sunlight” dapat memberikan
pengaruh yang cepat karena kutu loncat dengan mudahnya mati dan waktu yang
dibutuhkan petani tidak terlalu lama. Alasan petani dalam memilih sabun
“sunlight” karena harga ekonomis dan mudah untuk diperoleh sehingga efisiensi
biaya dapat diminimalisir. Cara petani dalam melakukan penanganan untuk
mengusir hama kutu loncat yaitu sangat mudah dimana petani hanya perlu
menyemprotkan sabun “sunlight” ke bagian tanaman yang diserang kutu loncat
dan reaksi dari sabun tidak terlalu lama karena setelah dilakukan penyemprotan
dan menunggu kurang lebih 10 menit kutu loncat dapat mati. Penanganan hama
kutu loncat untuk petani di Dusun Krajan Desa Serut dirasa tidak menyulitkan
karena dengan memberikan “sunlight” dapat menyelesaikan masalah yang ada.
Permasalahan yang terjadi yang sangat memberikan dampak yang besar
terhadap penurunan kuantitas dan kualitas pepaya yaitu kondisi irigasi yang
terbatas. Kondisi irigasi yang kritis menyebabkan produksi dan mutu buah yang
dihasilkan kurang baik dimana menyebabkan resiko petani dalam menerima
pendapatan dan kerugian yang diperoleh oleh petani sangat besar. Hasil yang
diperoleh petani akan tidak sesuai dengan pendapatan yang diterima saat tanaman
pepaya tumbuh dengan normal dan jumlah buah yang dihasilkan lebih banyak.
Upaya yang dilakukan oleh petani pada permasalahan irigasi yang ada di Dusun
Krajan Desa Serut masih belum ditemukan, dimana petani hanya bisa pasrah
untuk menunggu giliran yang sudah ditetapkan oleh pihak pengairan. Letak dari
irigasi atau sumber air yang mengairi lahan tanam pepaya saling berjauhan
dimana kondisi tersebut menyebabkan petani mau tidak mau harus bersabar untuk
memperoleh giliran air karena sistem pemberian air yaitu dimulai dari lahan yang
dekat dengan sumber air atau yang letaknya diatas kemudian menuju lahan yang
30

berada di bawah sendiri. Penetapan jadwal yang sudah diatur oleh pihak pengairan
seringkali tidak sesuai karena seharusnya petani pada saat itu bisa mendapatkan
jatah air akan tertunda dalam dua minggu berikutnya dikarenakan persediaan ari
tidak cukup untuk dialirkan ke lahan tanam pepaya, sehingga petani mau tidak
mau harus menunggu untuk mendapatkan air.
Petani yang membudidayakan tanaman pepaya sebenarnya sudah saling
berdiskusi melalui rapat rutin yang diadakan oleh kelompok tani. Diskusi tersebut
membahas mengenai rencana pengeboran di Dusun Krajan Desa Serut, akan tetapi
dalam hasil diskusi diperoleh pertimbangan bahwa upaya tersebut dirasa tidak
akan berhasil dan hasilnya tidak akan berjalan dengan maksimal dikarenakan
kondisi pada wilayah Dusun Krajan Desa Serut tidak bisa dilakukan pengeboran
untuk mendapatkan sumber air. Pengeboran sekalipun dilaksanakan juga tidak
akan berhasil karena berapapun kedalaman yang akan dibuat dan digali sangat
sulit untuk mengeluarkan sumber air. Pihak pemerintah mengenai permasalahan
irigasi yang terjadi di Dusun Krajan Desa Serut sampai saat ini belum
memberikan bantuan. Pemerintah belum sepenuhnya memperhatikan kondisi
pengairan yang terbatas dimana menimbulkan penurunan kuantitas dan kualitas
pada tanaman pepaya. Harapan dari petani sendiri untuk pemerintah maupun dari
instansi lainnya bahwa harus ada upaya atau program dari pemerintah untuk
membuat bendungan. Bendungan yang dimaksud agar dapat memudahkan petani
dalam memperoleh saluran irigasi di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti
Kabupaten Jember. Bentuk bantuan lainnya yang bisa diberikan kepada petani
yaitu dengan memberikan fasilitas berupa bak penampungan air atau tandon
sebagai tempat penyimpanan air.
Ketersediaan pupuk yang terbatas juga memberikan pengaruh terhadap
penurunan kuantitas dan kualitas pepaya di Dusun Krajan Desa Serut.
Ketersediaan Pupuk yang terbatas diakibatkan karena belum adanya kios
pertanian yang ada di Desa sehingga pupuk yang harus dibeli dan dibutuhkan oleh
petani sulit didapatkan. Upaya dari petani sendiri untuk menghindari dari
terbatasnya pupuk yaitu petani rela membeli pupuk dengan harga yang mahal dan
membutuhkan waktu yang lama karena petani mau tidak mau harus membeli
31

pupuk walaupun jarak tempuh jauh. Petani pada umumnya akan membeli pupuk
di luar desa yang tersedia penjualan pupuk. Hal tersebut dilakukan guna
mencukupi proses budidaya tanaman pepaya.

5.3 Dampak Penurunan Kuantitas dan Kualitas Pepaya pada Perubahan


Sosial Masyarakat di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Panti
Kabupaten Jember
Penurunan kuantitas dan kualitas pepaya memberikan pengaruh ataupun
perubahan terhadap kehidupan petani di Desa Serut. Pengaruh yang terjadi tidak
hanya berdampak terhadap kondisi sosial petani, namun juga berdampak terhadap
kondisi ekonomi para petani. Perubahan sosial yang dapat dilihat dari petani di
Desa Serut adalah perubahan hubungan atau interaksi antar petani, perubahan
mata pencaharian petani, serta motivasi mereka dalam meningkatkan
kesejahteraan ataupun motivasi dalam memperbaiki kehidupan menjadi lebih
baik.
Perubahan Hubungan atau Interaksi dapat dilihat dari suatu kebiasaan.
Kebiasaan merupakan perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang
dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat
dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa, Setiap
individu tentu memiliki perilaku perilaku tertentu yang menyenangkan sehingga
dilakukan setiap hari. Hasil wawancara dengan responden petani pepaya
mengatakan bahwa hubungan atau interaksi sosial yang terjadi antara anggota
keluarga dan masyarakat lainnya mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari
yang biasanya mereka melakukan pertemuan rutin yang sudah ditentukan
jadwalnya disuatu tempat, namun karena adanya masalah penurunan kuantitas dan
kualitas tanaman pepaya ,intensitas bertemunya petani semakin sering walaupun
tidak dalam suatu pertemuan formal, untuk membahas penyelesaian masalah yang
ada.
Dampak yang sangat terlihat dari penurunan kuantitas dan kualitas
tanaman pepaya lainnya adalah berkurangnya petani yang menanam tanaman
pepaya. Para petani yang awalnya terfokus dengan berusaha tani tanaman papaya
sekarang banyak yang beralih ke komoditas lain seperti kembali berusaha tani
32

tanaman padi dan jagung. Petani yang beralih kekomoditas lain beranggapan
bahwa tanaman pepaya sudah tidak potensial lagi untuk dibudidayakan dan tidak
lagi menguntungkan, sehingga dengan beralih komoditas seperti padi dan jagung
dinilai akan lebih menguntungkan bagi para petani.
Penurunan kuantitas dan kualitas pada tanaman pepaya juga memberikan
pengaruh ataupun perubahan terhadap kehidupan ekonomi petani. Perubahan
ekonomi yang dapat dilihat adalah perubahan pendapatan dan pengeluaran petani.
Pendapatan adalah semua penerimaan, dalam bentuk tunai maupun bukan tunai
yang merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa dalam jangka waktu
tertentu. Terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas pepaya, menyebabkan
pendapatan petani mengalami penurunan. Pendapatan petani yang menurun
menyebabkan petani kesulitan dalam memenuhi modal awal untuk budidaya
tanaman pepaya karena pendapatan petani tersebut hanya cukup untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan petani tersebut berkaitan dengan
kesehjateraan petani, jika pendapatan petani bertambah, maka petani akan mudah
dalam memenuhi modal usahatani serta mencukupi kebutuhan hidup mereka
sehari-hari, dan jika ada kelebihan dari pendapatan dapat ditabungkan, hal ini
menunjukan bahwa kehidupan petani telah mencapai kesehjateraan.
Dampak berikutnya akibat adanya penurunan kuantitas dan kualitas
tanaman papaya terhadap kehidupan ekonomi petani adalah kaitannya dengan
pengeluaran petani. Pengeluaran petani secara otomatis akan menyesuaikan
dengan pendapatan yang diperoleh petani. Perbedaan yang terjadi terhadap
pengeluaran petani sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kuantitas dan
kualitas pada tanaman pepaya dimana pengeluaran petani semakin menurun
karena penurunan pendapatan petani dari sebelumnya. Pengeluaran yang semakin
sedikit pada petani setelah terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas papaya
karena menyesuaikan kebutuhan hidup keluarga seperti pendidikan, konsumsi dan
gaya hidup yang berubah. Pengeluaran yang semakin sedikit juga terlihat ketika
petani membeli input untuk usahatani pepaya seperti benih, pupuk dan pestisida.
Sulitnya petani dalam membeli input budidaya pepaya tersebut akan menghambat
petani dalam melakukan budidaya tanaman pepaya, yang mengakibatkan hasil
33

yang didapatkan nanti juga kurang maksimal, sehingga akan memperparah


penurunan kuantitas dan kualitas pepaya akibat petani kurang dalam penyediaan
input budidaya tanaman papaya.
BAB 6. PENUTUP

2.3 Kesimpulan
1. Faktor-faktor penyebab penurunan kualitas dan kuantitas pepaya di Desa Serut
Kecamatan Panti Kabupaten Jember antara lain faktor kurangnya air terhadap
lahan pertanian, kurangnya sarana produksi seperti pupuk, dan adanya
serangan hama seperti kutu loncat, bakteri, dan jamur, serta penyakit yang
menyerang bagian tanaman yang dapat berpengaruh pada produktivitas
tanaman pepaya.
2. Upaya petani dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas pepaya di Desa
Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember diantaranya adalah terkait dengan
adanya hama yang menyerang tanaman pepaya, yaitu dengan cara metode lima
jari dan dengan menggunakan sabun “sunlight” dengan dicampurkan larutan
air. Upaya yang dilakukan oleh petani pada permasalahan irigasi yang ada di
Dusun Krajan Desa Serut masih belum ditemukan. Upaya petani untuk
menghindari dari terbatasnya pupuk yaitu petani rela membeli pupuk dengan
harga yang mahal dan membutuhkan waktu yang lama karena petani mau tidak
mau harus membeli pupuk walaupun jarak tempuh jauh.
3. Dampak penurunan kuantitas dan kualitas pepaya pada perubahan sosial
masyarakat di Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember adalah
perubahan hubungan atau interaksi antar petani, perubahan mata pencaharian
petani, serta motivasi mereka dalam meningkatkan kesejahteraan ataupun
motivasi dalam memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik.

2.3 Saran
1. Bagi pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan bantuan kepada para petani
pepaya di Desa Serut seperti bantuan pupuk subsidi serta memberikan solusi
yang tepat terhadap masalah irigasi pada lahan budidaya tanaman pepaya di
Desa Serut sehingga kegiatan budidaya tanaman pepaya dapat meningkat baik
dari segi kualitas dan kuatitas pepaya juga akan meningkat.

34
35

2. Bagi petani sebaiknya lebih bisa mengatasi masalah-masalah seperti harga


pupuk yang mahal, hama dan penyakit yang menyerang, dan sistem irigasi
yang belum memadai, serta mampu menemukan solusi untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.
3. Bagi mahasiswa sebaiknya ikut berkontribusi dalam menggali potensi petani
untuk menemukan solusi mengenai permasalahan yang dihadapi oleh petani.
DAFTAR PUSTAKA

Arfianto, A. (2012). Respon Petani Tembakau Terhadap Kegiatan Pengembangan


Model Usahatani Partisipatif (PMUP) Di Desa Tlahab Kecamatan
Kledung, Kabupaten Temanggung. Jurnal Pembangunan Wilayah Dan
Kota, 8(2): 105-117.

Amran, A. 2012. Dakwah dan Perubahan Sosial. Hikmah, 6(1): 68-86.

Cholifah, S. 2017. Perubahan Sosial Masyarakat Desa Jampung. Paradigma, 5(3):


1-9.

Devi, P., Harsoyo, dan Subejo. 2015. Keefektifan Lembaga Pasar Lelang Cabai
Merah di Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo. Agro Ekonomi,
26(2): 139-149.

Efendi, 2016. Konsep pemikiran Edward L thorndike behavioristik & imam al-
ghazali akhlaq. Jakarta: cv. Rajawali.

Ekomila, S. dan K. B. Sembiring. 2015. Perubahan Sosial pada Masyarakat Karo


yang Bermigrasi ke Kota Duri. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan
Budaya, 1(1): 72-79.

Fadlina, I. M., B. Supriyono, dan S. Soeaidy. 2013. Perencanaan Pembangunan


Pertanian Berkelanjutan (Kajian Tentang Pengembangan Pertanian
Organik Di Kota Batu).Sustainable Development Of Agrocultural (Studies
On Organic Agricultural Development In Batu City), 4(1): 43-57.

Granit. 2007. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Yogyakarta :Keras Kepala
Menjaga Peradaban.

Irwan. 2015. Dinamika dan Perubahan Sosial pada Komunitas Lokal. Yogyakarta:
Deepublish.

Mulyadi, M. 2015. Perubahan Sosial Masyarakat Industri Dalam Pembangunan


Masyarakat Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Bina Praja. 7(4):
311-322.

Natawijaya, D., A. Saepudin, dan D. Pangesti. 2015. Uji Kecepatan Pertumbuhan


Jamur Rhizopus Stolonifer dan Aspergillus Niger yang Diinokulasikan
Pada Beberapa Jenis Buah Lokal. Jurnal Siliwangi, 1(1): 32-40.

Nawawi, I., Y. Ruyadi, S. Komariah. 2015. Pengaruh keberadaan Industri


Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Desa Lagadar
Kecamatan Marga Asih Kabupaten Bandung. Sosietas. 5 (1): 1-19.
Nurdiani,Nina. 2014. Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan.
ComTech, 5(2): 1110-1118.

Nursalam, 2008. Konsep dan Metode Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba


Medika.

Paramita, Astridya., Kristiana, L. 2013. Teknik Focus Group Discussion


dalamPenelitianKualitatif(Focus Group Discussion Tehnique in
Qualitative Research). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 16(2): 117 –
127.

Purwanto, M. Y. J. 2015. Penilaian Kebutuhan Petani atas Prasarana Usaha Tani


pada Hamparan SawahBeririgasi(Needs Assessment of Farmers to Farm
Infrastructure at Paddy Field Irrigation). Pengabdian Kepada Masyarakat,
1(1): 75-79.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2013. Buletin
PDB Sektor Pertanian, 12(1): 1-7.

Rahayu, S., dan A. Tjitraresmi. 2016. Review Artikel: Tanaman Pepaya (Carica
Papaya L.) Dan Manfaatnya dalam Pengobatan. Farmaka, 14(1): 1-17.

Rahman, Adi. 2016. Perubahan Budaya Bergotong Royong Masyarakat di Desa


Santan Tengah Kecamatan Marangkayu. E-Journal Sosiatri-Sosiologi.
4(1): 86-99.

Soetriono, A. Suwandari. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia


Kelompok Intrans Publishing.

Sukartini, M.,N. Solihin, A. 2013. Respon Petani terhadap Perkembangan


teknologi dan Perubahan Iklim: Studi Kasus Subak di Desa Gadungan,
tabanan, Bali. JEKT. 6 (2) : 128 – 139.

Surtiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suryana. D. A., S. Raharja., dan A. Saleh. 2015. Perkembangan Sistem


Pengukuran Kinerja Program Kemitraan di PKBL PT Sucofindo, Jakarta.
Manajemen. 10(1): 84-98.

Susanti, T., R. Ratini, dan Mariyah. 2014. Analisis Pendapatan dan Pemasaran
Usahatani Pepaya Mini (Carica Papaya L.) di Kelurahan Teritip
Kecamatan Balikpapan Timur Kota Balikpapan. Jurnal AGRIFOR, 13(1):
113-124.
Wafa, A. K., B. Purwanggono. 2017. Perhitungan Oee (Overall Equipment
Effectiveness) Pada Mesin Komuri 2 Lithrone S40 Dan Heidelberg 4we
Dalam Rangka Penerapan Total Productive Maintenance (Tpm). Industrial
Engineering. 6(2) : 1-12.

Wicaksono, H., Eka T.S.P., dan Sri M. 2015. Kesesuaian Tanaman Ganyong
(Canna indica L.), Suweg (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)
Nicolson), dan Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) pada Agroforestri
Perbukitan Menoreh. Vegetalika, 4(1): 87-101.
DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto Kegiatan FGD Bersama Kelompok Tani “Randu I”

Gambar 2. Pembagian Sticky Note Kepada Peserta FGD


Gambar 3. Penulisan Permasalahan Yang Dihadapi Petani pada Sticky Note

Gambar 4. Penulisan Diagram Fishbone Saat FGD

Anda mungkin juga menyukai