PENDAHULUAN
pertanian salah satu sektor yang selama ini masih dipertahankan/selain diandalkan
oleh negara Indonesia karena sektor pertanian mampu membantu dalam mengatasi
krisis yang terjadi di Indonesia. Terlihat bahwa sektor pertanian merupakan salah
satu sektor yang mempunyai potensi yang besar dalam berperan sebagai pemicu
diutamakan, namun setiap tahun untuk luas lahan pertanian selalu mengalami alih
fungsi lahan.
dalam berusaha tani yang secara ekonomis menguntungkan bagi petani, sehingga
petani terkadang enggan untuk berusaha tani jika tidak menguntungkan. Kondisi
seperti ini sangat wajar mengingat bahwa kebutuhan petani dan keluarganya pada
aktivitas manusia adalah adanya kebutuhan dari manusia itu sendiri antara lain :
(Leftwcih, 1978).
Kebutuhan akan sayuran di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa
kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya lahan dan air serta pelandaian
sayuran impor ini terkait dengan upaya mewujudkan stabilitas penyediaan sayuran
nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik, impor beras cenderung meningkat
dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2009 impor beras sebanyak 250 ribu ton,
meningkat menjadi 688 ribu ton pada tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi
2,70 juta ton pada tahun 2011 meskipun produksi padi terus meningkat dari tahun
Luas panen padi di Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2019 diperkirakan sebesar
132,34 ribu hektar atau mengalami penurunan sebanyak 4,33 ribu hektar atau 3,17
sebanyak 19,17 ribu ton atau 3,56 persen dibandingkan tahun 2019. Jika produksi
padi pada tahun 2019 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan
296,92 ribu ton atau mengalami penurunan sebanyak 10,95 ribu ton atau 3,56
Penanganan alih fungsi lahan cenderung lambat dikarenakan penilaian yang salah
ancaman sanksi yang cukup berat. Pada Pasal 72 UU tersebut dinyatakan bahwa
orang yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan diancam dengan pidana
penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimal 1 milyar rupiah. Apabila pelaku
alih fungsi lahan tidak mengembalikan kondisi lahan ke keadaan semula dapat
Hukuman pidana dan denda ditambah 1/3 dari yang diancamkan apabila pelaku
yaitu faktor ekonomi, faktor sosial, dan peraturan pertanahan yang ada (Ilham
dkk, 2005), lebih lanjut Isa (2006), menyatakan faktor yang mendorong alih
kegiatan non pertanian, nilai land rent yang lebih tinggi pada aktivitas pertanian
non sayuran, sosial budaya, degradasi lingkungan, otonomi daerah yang
Pada masa sekarang ini petani dalam mengusahakan lahan pertaniannya terutama
lahan sawah untuk sayuran saja yang hanya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, sedangkan untuk peningkatan taraf hidup dan pendapatan mereka masih
usaha lahan sawahnya dari tanaman padi ke tanaman sayuran yang memiliki
musiman.
umur petani, (2) Pendidikan Petani, (3) Pengalaman usaha petani tentang
berusaha tani, (3) Luas lahan, (4) Tingkat pendapatan usaha tani padi/sayuran
lain: tingginya harga input sarana pertanian sayuran (bibit, pupuk, pestisida),
terbatasnya sumber irigasi pada saat musim tanam, dan pendapatan yang diperoleh
dari hasil usaha tani komoditi tanaman padi yang setiap musim cenderung kurang
menguntungkan.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka dapat di duga
Kabupaten Konawe.
1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi petani yang mengelola usaha tani
sawah yang akan beralih fungsi usaha lahan sawahnya ke tanaman sayuran.
TINJAUAN PUSTAKA
Mubyarto (1972), menerangkan bahwa pertanian dalam arti sempit atau pertanian
rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama
3. Kehutanan
4. Peternakan
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak- petak dan dibatasi oleh
ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperoleh atau status lahan
tersebut. Lahan tersebut termasuk lahan yang terdaftar di pajak bumi bangunan,
iuran pembangunan daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang
ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah baik
Menurut Irawan, Bambang (2005), Manfaat lahan pertanian dapat dibagi atas 2
kategori yaitu:
1. Use value atau nilai penggunaan yang dapat pula disebut sebagai personal use
values. Manfaat ini dihasilkan dari kegiatan eksploitasi atau kegiatan usaha tani
2. Kedua, non- use values yang dapat pula disebut sebagai intrinsic values atau
manfaat bawaan. Yang termasuk kategori manfaat ini adalah berbagai manfaat
yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan
eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan. Salah satu contohnya adalah
saat ini belum diketahui manfaatnya, tetapi di masa yang akan datang mungkin
Menurut Iqbal dan Sumaryanto (2007), Lahan pertanian yang paling rentan
lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi;
2. Daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah
perkotaan
pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering
dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu (terutama di Pulau Jawa)
Menurut Bambang Irawan dan Supena Friyatno (2001), Pada tingkatan mikro,
proses alih fungsi lahan pertanian (alih fungsi lahan) dapat dilakukan oleh petani
sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh
pihak lain memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas
produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup
kawasan perumahan. Proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain
Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada
dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum
tidak akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan
untuk kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua
pendekatan yaitu:
Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka
dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara
progresif. Menurut Irawan (2005), hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.
lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin
meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga
Sumaryanto,dkk (2002), pelaku alih fungsi lahan dapat dibedakan menjadi dua.
Pertama, alih fungsi secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan.
Pola alih fungsi seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil-kecil dan tersebar.
Dampak alih fungsi terhadap eksistensi lahan sawah sekitarnya baru terlihat untuk
jangka waktu lama. Kedua, alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan.
Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha non
sawah atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini
terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya berkorelasi
Ditinjau menurut prosesnya, alih fungsi lahan sawah dapat pula terjadi:
1. secara gradual
Umumnya hal seperti ini terjadi akibat degradasi mutu irigasi atau usaha tani padi
fungsi secara instant pada umumnya berlangsung di wilayah sekitar urban, yakni
Menurut Rustiadi, Ernan (2010) Dari satu sisi, proses alih fungsi lahan pada
dasarnya dapat dipandang merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya
pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai alih fungsi lahan adalah
perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula
(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif
(masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Utomo dkk, 1992). Alih fungsi
lahan berarti alih fungsi atau mutasinya lahan secara umum menyangkut
Menurut Agus (2004) alih fungsi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja
oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Kita ketahui bahwa
percetakan sawah dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya alih fungsi
lahan tersebut sulit dihindari dan terjadi setelah sistem produksi pada lahan sawah
tersebut berjalan dengan baik. Alih fungsi lahan merupakan konsekuensi logis
lainnya. Alih fungsi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi,
namun pada kenyataannya alih fungsi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas
lahan pertanian yang masih produktif. Menurut Irawan (2005) alih fungsi lahan
lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu : a)
ekonomi.
Menurut Sihaloho (2004) membagi alih fungsi lahan kedalam tujuh pola atau
1. Alih fungsi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
fungsi.
sehingga alih fungsi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai tambah.
growth driven land conversion); lebih lanjut disebut alih fungsi adaptasi
demografi, dimana dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, lahan teralih
4. Alih fungsi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven land
perubahan kesejahteraan.
5. Alih fungsi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk mengubah
hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar dari kampung.
dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan hasil
pertanian.
7. Alih fungsi multi bentuk atau tanpa bentuk ; alih fungsi dipengaruhi oleh
Menurut Irawan (2005) mengemukakan bahwa alih fungsi tanah lebih besar
terjadi pada tanah sawah dibandingkan dengan tanah kering karena dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu pertama, pembangunan kegiatan non pertanian seperti
dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering.
Kedua, akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan
daripada daerah tanah kering. Ketiga, daerah persawahan secara umum lebih
mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan adalah
Tanah Sawah atauLahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk
atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.Yang membedakan lahan ini dari lahan
rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak
terjadi terus- menerus tetapi mengalami masa pengeringan (Musa dkk, 2006).
Tanah sawah merupakan suatu keadaan di mana tanah tanah yang digunakan
Lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan, yang untuk pengelolaannya
memerlukan genangan air. Oleh karena itu sawah selalu mempunyai permukaan
datar atau yang didatarkan, dan dibatasi oleh pematang untuk menahan air
manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang
bersifat sosial. Lahan sawah memiliki fungsi yang sangat luas yang terkait dengan
rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh :
perkotaan.
persawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering
3. Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan
pada wilayah dengan topografi seperti itu (terutama di Pulau Jawa) ekosistem
Menurut Hanafiah (2005), fungsi pertama tanah sebagai media tumbuh adalah
sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi (menelusup), baik secara
dipenetrasi ini tergantung pada ruang pori yang terbentuk diantara partikel tanah.
Sifat- sifat fisik tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak
aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara arat berkaitan dengan
kondisi fisik tanah. Oleh karena itu, erat kaitannya bahwa jika seseorang
berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan
cara apa sifat- sifat tanah itu dapat diubah (Foth, 1994).
pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik tanah
sangat bervariasi pada tanah tropis.Beberapa sifat fisik tanah dapat berubah
aliran permukaan (run-off) dan erosi, kemampuan mengikat air dan menyuplai air
5. Pengertian Sayuran
Sayuran adalah pelafalan Indonesia istilah Inggris horticulture. Istilah ini dirakit
dari kata latin hortus yang berarti kebun atau halaman). Maka sayuran diberi arti
tanaman kebun atau cara budidaya yang dilakukan dalam suatu kebun. Secara
lebih khusus sayuran disebut seni menanam tanaman buah, sayuran, dan tanaman
hias atau ilmu pertanian yang berkaitan dengan pembudidayaan kebun, termasuk
Peranan sayuran :
d). Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain,
usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam
masih tinggi. Untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan
lain, selain kerja keras masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari
rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu
bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya
Untuk mencapai tujuan perlu penerapan sistem budidaya sayuran yang lebih baik
lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik
seperti pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Teknologi yang saat ini
seperti bibit unggul, pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh.
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu
perhatian yang serius dan terus menerus. Pembangunan pertanian bertujuan untuk
ketahanan sayuran.
alih fungsi lahan adalah luas kepemilikan lahan sawah, tingkat pengetahuan petani
tentang peraturan alih fungsi lahan, dan kendala ketersediaan air irigasi. Present
volue net return sebagai nilai land rent menunjukkan nilai yang lebih dari
strategi kebijakan untuk antisipasi terjadinya lahan sawah menjadi kebun kelapa
wilayah sentra produksi padi, perbaikan pengelolaan dan jaringan irigasi, serta
Hasil penelitian Novita Dinaryanti (2014) bahwa terdapat empat hal yang
proses alih fungsi lahan yang terjadi di masing – masing Kelurahan yaitu memiliki
mengalih fungsi lahan pertanian adalah faktor peraturan pemerintah dan kondisi
lahan,yaitu pengenaan pajak tanah sawah menjadi tanah industri. Sedangkan yang
terjadi di Kelurahan Gupit faktor yang mendorong petani untuk mengalih fungsi
lahan adalah faktor sosial dan kondisi lahan. Dampak sosial dari terjadinya alih
fungsi lahan dapat dilihat dari kondisi hubungan/ interaksi antar warga, dan
yang berbasis pertanian yaitu daerah persawahan, yang sangat produktif untuk
sektor pertanian dan sebagai lapangan usaha bagi petani akan semakin sempit.
Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan akan
fungsi baik faktor pendorong dari internal maupun eksternal. Sedangkan faktor
menjadi faktor internal pendorong alih fungsi lahan dan faktor eksternal
Faktor internal pendorong alih fungsi adalah lokasi lahan, produktivitas lahan,
saluran irigasi, mutu tanah, luas lahan yang dimiliki, biaya produksi, risiko usaha
kebutuhan. Faktor eksternal pendorong alih fungsi adalah pengaruh dari warga
lain yang lebih dahulu mengalih fungsi lahan, kebutuhan yang semakin tinggi,
pengaruh dari pihak swasta, nilai jual lahan, kebutuhan tempat tinggal,
non-pertanian, fluktuasi harga sektor pertanian, pajak bumi dan bangunan, subsidi
Faktor penghambat juga dibagi menjadi dua yaitu faktor internal penghambat alih
fungsi lahan dan faktor eksternal penghambat alih fungsi lahan. Faktor internal
ketersediaan sumberdaya air yang mencukupi, kondisi lahan yang masih subur
dan kesempatan kerja di sektor lain. Sedangkan faktor eksternal penghambat alih
fungsi lahan adalah adanya regulasi dari pemerintah, adanya subsidi pemerintah,
kepastian harga hasil pertanian dan kompensasi dari pemerintah. Pengaruh yang
pertanian sehingga akan berbanding lurus dengan produktivitas petani dan akan
alih fungsi baik faktor pendorong dari internal maupun eksternal. Sedangkan
Setelah melihat keterhubungan antar faktor pendorong alih fungsi lahan dan faktor
penghambat alih fungsi lahan maka selanjutnya dilihat pula pengaruh alih fungsi
ini kesejahteraan petani diukur melalui indikator pendapatan pada sektor pertanian
2.4 Hipotesis
WawotobiKabupaten Konawe.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi daerah penelitian dipilih secara sengaja (Purposive) yaitu di Desa Karandu
pertimbangan bahwa tersebut banyak petani yang mengalih fungsikan usaha lahan
sawah padi ke tanaman sayuran. Waktu penelitian berlangsung pada Januari 2022.
Populasi adalah seluruh petani yang mengusahakan pertanian dilahan sawah dari
tanaman padi ketanaman sayur mayur atau sayuran yang diambil menjadi sampel
atau objek dari penelitian ini. Kemudian, Mubyarto (1982) mengemukakan bahwa
data dari mana contoh diambil jika seandainya semua tersedia. Dalam penelitian
ini yang menjadi sampel adalah petani lahan sawah yang telah merubah usaha
informasi yang diperoleh terdapat sejumlah 25 orang petani yang merubah fungsi
usaha lahan sawah dari tanaman sayuran/padi ketanaman sayuran dari 25 orang
petani. Dalam penelitian ini karena jumlah anggota populasi penelitian kurang
dari 100 orang, maka pengambilan sampel berdasarkan teori oleh Arikunto (2006)
yaitu jika sampel diatas 100 orang maka diambil 10% dari jumlah populasi yang
ada, sedangkan jika jumlah populasi kurang dari 100 orang maka sampel dapat
diambil dari jumlah yang ada. Seluruh populasi yang ada sebanyak 25 orang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang
dikumpulkan :
a. Data primer
kuisioner.
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari dinas/instansi atau lembaga kelompok tani
kemudian menentukan sampai sebarapa jauh setiap variabel dapat dijelaskan oleh
1) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah perlu dilakukan perumusan secara jelas dari analisis faktor
Keterangan :
Aij = koefisien regresi berganda yang distandarisasi dari variabel (i) pada
common faktor j
F = Faktor umum
Dimana:
Bo = Konstanta regresi
Langkah awal dalam analisis faktor adalah membuat matrik korelasi antar
yang tidak memiliki hubungan dengan variabel-variabel yang lain, sehingga dapat
dikeluarkan dari model. Matrik korelasi harus matrik non singular atau dikatakan
determinannya tidak nol dan matrik korelasinya juga bukan matrik identitas
multikolinearitas yaitu dua variabel dengan koefisien korelasi tinggi dan variabel
tersebut dijadikan satu atau dipilih salah satu untuk dianalisis lebih lanjut
Variabel disusun kembali berdasarkan pada pola korelasi hasil langkah di atas
untuk menentukan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Untuk
menentukan jumlah faktor yang dapat diterima secara empirik dapat dilakukan
besar atau sama dengan 1. Demikian juga didasarkan pada percentage of variance
suatu faktor dapat menjadi pertimbangan konsumen apabila memilih nilai lebih
ketentuannya adalah nilai minimum sebesar 60 persen, maka faktor tersebut dapat
4) Rotasi faktor
pendekatan yang dapat dipakai untuk melakukan rotasi, yaitu quartimax, varimax,
dan equimax. Dari tiga pendekatan tersebut akan dipilih salah satu metode rotasi
5) Interpretasi faktor
yang mempunyai faktor loading tinggi di dalam faktor tersebut. Untuk interpretasi
hasil penelitian ini, besarnya loading faktor yang dipakai adalah minimum sama
dengan nilai rata-rata faktor loading ditambah dengan standar deviasi yang ada
pada masing-masing faktor. Variabel yang mempunyai faktor loading kurang dari
yang menjelaskan dengan baik. Fenomena data yang ada perlu diuji dengan teknik
Principal Componen Analysis (PCA), yaitu dengan melihat jumlah residual antara
korelasi yang diamati dengan korelasi yang diproduksi. Apabila nilai presentase
diteliti, cara untuk memperoleh dan menganalisa data yang berhubungan deangan
penelitian.
1. Kesejahteraan petani adalah kondisi kelompok tani Jadi yang digunakan untuk
kelompok tani Jadi dari lahan pertaniannya yang dinyatakan dalam rupiah.
didapat petani Karangrejo Jadi dari luar sektor pertanian yang dinyatakan
dalam rupiah.
2. Alih fungsi lahan (Y) adalah pengalih fungsian lahan yang dilakukan oleh
berasal dari kondisi petani itu sendiri yang mempercepat kelompok tani. Jadi
untuk melakukan alih fungsi lahan. Indikator dari faktor internal pendorong alih
Jadi dari lahan yang diusahakan yang diukur dari penilaian responden dari hasil
kebutuhan air di seluruh lahan Karandu. Jadi yang diukur dari penilaian
6. Mutu tanah merupakan kualitas atau tingkat kesuburan dari lahan pertanian
Karangrejo Jadi yang diukur dengan penilaian responden dari kualitas tanah masih
7. Biaya produksi merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan kelompok tani
Jadi dalam berusaha tani untuk membeli input yang diperlukan dalam proses
8. Risiko usaha tani merupakan suatu keadaan yang harus dihadapi kelompok tani
Jadi dalam melakukan suatu usaha tani yang diukur dengan sistem skoring.
9. Penanganan pasca panen merupakan suatu keadaan yang harus dihadapi
kelompok tani Jadi setelah panen raya, diukur dari penilaian responden tentang
10. Himpitan ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kelompok
tani Jadi baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan tambahan, diukur dari
11. Faktor eksternal pendorong alih fungsi lahan (X2) merupakan faktor-faktor
yang berasal dari luar dimana petani tidak mampu untuk mengendalikannya yang
mempercepat kelompok tani Jadi untuk melakukan alih fungsi lahan. Indikator
dari faktor eksternal pendorong alih fungsi lahan adalah sebagai berikut.
12. Nilai jual lahan merupakan harga yang ditawarkan terhadap lahan kelompok
tani Jadi yang diukur dari penilaian responden tentang besaran harga yang
seperti jalan raya, pasar dan perkantoran yang dekat dengan Karangrejo Jadi yang
diukur dari penilaian responden tentang alih fungsi dilakukan untuk kepentingan
14. Fluktuasi harga pertanian merupakan hasil yang diterima kelompok tani jadi
dari periode ke periode selanjutnya yang tidak stabil yang diukur dari tingginya
selisih harga yang diterima petani dari periode ke periode selanjutnya dengan
sistem skoring.
15. Subsidi pemerintah merupakan keringanan yang diterima oleh kelompok tani
Jadi dari pemerintah baik untuk bibit, pupuk dan lain-lain yang diukur dari
16. Tenaga kerja merupakan semua orang yang bersedia dan siap melakukan
tersedianya tenaga kerja untuk pertanian sudah memadai dengan sistem skoring.
17. Faktor internal penghambat alih fungsi lahan (X3) merupakan faktor-faktor
yang berasal dari dalam petani yang dapat menarik niat kelompok tani Jadi untuk
18. Ketersediaan air merupakan kebutuhan petani akan sumberdaya air untuk
usaha tani yang diukur dari penilaian responden mengenai ketersediaan air masih
19. Kondisi lahan masih subur merupakan kualitas lahan yang digarap kelompok
tani Jadi yang diukur dari penilaian responden mengenai kondisi lahan masih
20. Faktor eksternal penghambat alih fungsi lahan (X4) merupakan faktor-faktor
yang berasal dari luar petani yang dapat menarik niat kelompok tani Jadi untuk
pemerintah untuk pengadaan bibit, pupuk dan lain-lain yang diukur dari penilaian
responden pemberian subsidi akan mampu untuk menarik niat petani untuk
23. Kepastian harga merupakan kepastian jumlah rupiah yang diterima kelompok
tani Jadi dalam setiap masa panen yang diukur dari adanya kepastian harga dari
pemerintah mampu menarik niat petani untuk mengalih fungsi lahan dengan
sistem skoring.
tani Jadi baik berupa penetapan pajak yang sesuai dengan hasil yang diterima
mampu manarik niat petani mengalih fungsi lahan dengan sistem skoring.
pengumpulan data. Dalam penelitian ini uji instrumen data dilakukan dengan:
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu
suatu instrumen kuesioner dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar
skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi
degree of freedom (df) = n – k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah
jumlah kostruk. Jika r hitung > r Tabel, maka butir atau item pertanyaan tersebut
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel konstruk yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ghozali, 2005). Dikatakan reliabel atau
(dalam Ghozali, 2005) untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji
telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai alpha cronbach
(α) yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,60.
ini adalah regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas.
Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah arah hubungan tersebut serta
mengukur derajat keeratan hubungan antar satu variabel terikat dengan satu atau
lebih variabel bebas. Dalam analisis, peneliti akan dibantu dengan program
komputer yaitu SPSS 19.0. Adapun bentuk umum dari persamaan regresi linear
terhadap alih fungsi lahan pertanian, maka digunakan Uji F. Dalam pengujian ini
Fhitung akan dibandingkan dengan FTabel pada derajat signifikan (α) 5 % atau
dengan melihat probabilitasnya lebih kecil dari α berarti bahwa faktor pendorong
Kecamatan Metro Utara. Adapun rumus F hitung menurut Nata Wirawan (2002)
Keterangan:
N = Jumlah data
k = Jumlah variabel
dari Faktor pendorong dan Faktor penghambat terhadap alih fungsi lahan
pertanian.
Menentukan taraf nyata (α) = 5% dan df = (k-1) ; (n-k) untuk mengetahui nilai
FTabel.
(4) Membuat kesimpulan yaitu jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan FTabel
maka Ho diterima sedangkan jika Fhitung lebih besar dari FTabel maka Ho
memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap alih fungsi lahan sawah
padi di kelompok tani Subur I, maka digunakan uji t. Adapun rumus thitung
i = 1,2,3……….k
keterangan:
variabel faktor pendorong dan penghambat terhadap alih fungsi lahan sawah.
Menentukan taraf nyata (α/2) = 2,5 % dan df = (n-k) untuk menentukan nilai
tTabel.
Kesimpulan.
Jika thitung lebih kecil atau sama dengan tTabel maka Ho diterima sedangkan jika
thitung lebih besar dari tTabel maka Ho ditolak dan Hi diterima.
bebas terhadap variabel terikatnya. Variabel bebas yang memiliki nilai koefisien
beta terbesar memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan variabel bebas
lainnya.