Anda di halaman 1dari 28

I.

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pangan adalah kebutuhan mendasar yang sangat penting bagi kehidupan

setiap insan baik secara fisiologi, psikologis, sosial, maupun antropologis. Pangan

selalu terkait dengan upaya manusia untuk mempertahankan hidupnya. Untuk

mendukung upaya ini, di samping usaha-usaha untuk terus meningkatkan

produksi komoditas pertanian secara ekstensi, dikembangkan program

diversifikasi untuk mendapatkan suatu pola konsumsi pangan yang beragam

dengan mutu gizi yang seimbang (Seto, 2001).

Pembangunan pangan dan perbaikan gizi adalah suatu upaya

pembangunan yang bersifat lintas bidang dan lintas sektor yang saling berkaitan

yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat secara adil dan

merata baik dalam jumlah maupun mutu gizinya. Secara khusus pembangunan

pangan adalah upaya pengembangan suatu sistem pangan yang andal, mencakup

rangkaian kegiatan saling terkait mulai dari kegiatan produksi, pengolahan,

distribusi dan pemasaran sampai tingkat rumah tangga. Adapun upaya perbaikan

gizi menekankan pentingnya perbaikan konsumsi pangan rakyat dalam jumlah dan

mutu gizi yang cukup dan seimbang sehingga berdampak pada peningkatan status

gizi masyarakat (Seto, 2001).

Sesuai UU No 18 Tahun 2012, tentang pangan, pangan adalah kebutuhan

dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya bagian dari hak asasi

manusia. Oleh karena itu, industri pangan adalah industri yang akan selalu

tumbuh, paling tidak mengikuti pertumbuhan penduduk. Tidak heran jika industri

pangan, terutama industri berskala kecil bermunculan untuk memenuhi


permintaan tersebut. Bahan pokok adalah pangan yang diperuntukkan sebagai

makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal.

Sebagai komoditas pangan utama, beras memiliki peran dan posisi yang

strategis di masyarakat Indonesia. Permintaan beras cenderung meningkat dari

tahun ke tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pada sisi

penawaran, produksi beras berfluktuasi dari musim ke musim, sehingga pada

waktu-waktu tertentu terjadi excess supply (musim panen) dan excess demand

(paceklik). Kondisi ini yang seringkali menimbulkan ketidakstabilan pasar

(Sadono Sukirno, 1994).

Beras adalah kebutuhan utama, dimana semua lapisan masyarakat strata

rendah yang lazim disebut keluarga lapisan masyarakat prasejarah, sampai dengan

lapisan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, semuanya mengkonsumsi

beras, yang membedakannya adalah kuantitas dan kualitas beras yang di

konsumsi. Konsumsi pangan di Indonesia dicirikan oleh adanya perbedaan dalam

pola konsumsi antar tempat (Sadono Sukirno, 1994).

Salah satu hal penting dalam sistem distribusi beras nasional adalah

mengetahui tingkat penyediaan dan permintaan sehingga tidak ada kelangkaan

maupun surplus beras di pasaran yang pada akhirnya merugikan masyarakat

sebagai konsumen dan petani sebagai produsen beras. Pada tingkat yang

diinginkan akan tercapai harga beras yang layak dan mampu dijangkau oleh

masyarakat dan menguntungkan para petani sebagai produsen. Mengingat peran

beras sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya

kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan nasional (Soekartawi, 2002).


I.2. Perumusan Masalah Penelitian

 Faktor – Faktor apa saja yang Mempengaruhi Permintaan Beras di

Kabupaten Kampar

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

 Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Permintaan Beras Dikabupaten Kampar

I.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian diarahkan kepada analisis permintaan beras di

kabupaten kampar, riau, sehingga dapat digunkan sebagai acuan pada penilaian

saat ini untuk mengetahui besarnya permintaan beras .


II. TINJAUN PUSTAKA

II.1. Tanaman Padi

Menurut (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2007b),

klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub : divisi Angiospermae

Kelas : Monotyledonae

Keluarga : Gramineae (Poaceae)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp.

Tumbuhan Padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air

(waterplant). Sebagai tanaman air bukan berarti tanaman padi itu hanya bisa

tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu

terjadi secara alamiah sebagaimana terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun

penggenangan itu disengaja sebagaimana terjadi pada tanah-tanah sawah. Dengan

megahnya juga tanaman padi itu dapattumbuh di tanah daratan atau tanah kering,

asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Siregar, 1981:39).

Pembudidayaan padi dapat dilakukan dengan cara penanaman, pemanenan,

perontokan dan pengeringan gabah. Di Jawa dan Bali pemanenan dilakukan

dengan memotong malai padi satu persatu dengan ani-ani. Dengan cara ini dapat

dipilih padi yang masak dan meninggalkan padi yang belum masak untuk dipanen

kemudian. Waktu panen yang jatuh pada akhir musim hujan memungkinkan butir-
butir padi menjadi agak kering (dengan kadar air 20 sampai 21 persen) sebelum

dipanen, sehingga kemungkinan tercecernya sedikit karena tidak mudah rontok.

Karena tangkai malai ini dipotong panjang, maka ia dapat diikat dan dibawa

pulang atau diangkut ke penggilingan untuk dikeringkan dalam keadaan masih

terikat. Sirkulasi udara yang dimungkinkan oleh longgarnya tumpukan ikatan

dapat memperkecil kemungkinan tumbuhnya jamur atau pemanasan akibat

fermentasi. Hal ini juga dibutuhkan untuk mempercepat pengeringan (Mears,

1982:53-54)

II.2. Beras

Di Indonesia, beras merupakan sumber kalori yang terpenting bagi

sebagian besar penduduk bila dibandingkan dengan bahan pangan berkarbohidrat

lain seperti padi-padian, umbi-umbian dan batang palma. Beras diperkirakan

menyumbangkan kalori sebesar 60-80% dan protein 45-55% bagi rata-rata

penduduk Indonesia (Haryadi, 2006).

Beras merupakan bahan makanan yang dihasilkan dari tanaman padi.

Beras juga merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Indonesia. Beras memiliki nilai tersendiri bagi orang yang mengkonsumsinya dan

tidak dapat mudah digantikan dengan bahan pangan yang lain. Beras adalah salah

satu bahan makanan yang mengandung gizi dan sebagai sumber tenaga bagi tubuh

manusia. Zat makan yang terkandung dalam beras antara lain: karbohidrat,

protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu bahan mineral yang

terkandung dalam beras diantaranya: calcium, magnesium, sodium, fospor dan

lain sebagainya (Tahir, 2010).


Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk

Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh penduduk

Indonesia membutuhkan beras sebagai bahan makanan utamanya disamping

merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek

penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk

Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras

kepada masyarakat bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan

permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang tahun. Masyarakat Papua

yang sebelumnya bukan sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan

mengkonsumsi nasi dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat

Indonesia di daerah lainnya (Aziz, 2010).

Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan

sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar

penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh

penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai bahan makanan utamanya

disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga

aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk

Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat

bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan permintaan beras mengalami

peningkatan sepanjang tahun. Masyarakat Papua yang sebelumnya adalah

pengkonsumsi sagu sebagai makanan utama, saatini telah terbiasa dengan

konsumsi nasi dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Maluku,

Sulawesi Utara, Madura dan sebagainya (Ariani, M. 2004).


Elastisitas harga terhadap permintaan beras menunjukkan persentase

perubahan banyaknya beras yang akan dibeli oleh para konsumen sebagai

responnya terhadap perubahan harga relatif beras terhadap barang-barang

subtitusinya. Elastisitas harga terhadap permintaan mencakup subtitusi dan

pendapatan yang sulit dibedakan. Hal ini harus selalu diingat dalam

menginterpretasikan setiap angka elastisitas harga. Pengaruh dari yang pertama,

menerangkan penurunan konsumsi apabila harga beras naik, akan terjadi

pensubtitusian untuk mempertahankan tingkat konsumsi kalori tertentu, misalnya

ke beras yang harganya lebih murah atau ke bahan makanan lain yang lebih

murah. Pengaruh dari yang kedua berbeda antara produsen beras dengan

konsumennya. Bagi para produsen beras, kenaikan pendapatan mereka berasal

dari kenaikan harga beras. Apabila harga barang-barang lain tidak naik, akan

memungkinkan mereka untuk membeli kebutuhan non beras dengan menjual

beras yang lebih sedikit daripada sebelumnya, sehingga lebih banyak beras yang

disisihkan untuk konsumsi keluarga mereka. Bagi golongan non produsen, jika

pendapatannya tidak mengalami kenaikan, penurunan pendapatan riil karena

kenaikan harga beras menyebabkan mereka mengurangi konsumsi berasnya untuk

membatasi pengurangan kebutuhan non beras (Mubyarto, 1975).

II.3. Permintaan Konsumen

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu

pasar tertentu dan dalam periode tertentu. Hukum permintaan mengatakan bahwa

untuk harga normal ada hubungan terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu

apabila harga naik maka kuantitas yang akan ingin dibeli konsumen akan
berkurang. Hukum permintaan hanya berlaku bila kondisi cateris paribus atau

diasumsikan faktor – faktor lain tidak mengalami perubahan (Putong, 2002).

Pengertian permintaan sering disalah artikan oleh pelaku-pelaku ekonomi,

sehingga sering menyimpang dari pengertian sebenarnya sesuai dengan ilmu

ekonomi. Dalam pengertian sehari-hari permintaan sering diartikan sebagai

jumlah barang yang dibutuhkan (absolut). Pengertian ini bisa muncul karena

adanya pernyataan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan

barang atau jasa untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi menurut ekonomi

mikro dalam perspektif islam yang di tulis oleh Muhammad (2004), permintaan

adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan

tingkat harga tertentu, pada tingkat pendapatan tertentu dalam priode tertentu.

Menurut Sukirno (2005) kurva permintaan adalah kurva yang

menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai

tingkat harga.Kurva permintaan pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan

bawah. Hal ini karena adanya hubungan terbalik antara harga dengan jumlah yang

diminta.
(Gambar 2.1, Kurva Permintaan)

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang

ditunjukan pada gambar di atas, jika terdapat perubahan–perubahanterhadap

permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga

barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya

mengalami perubahan maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan

pindah ke kanan atau ke kiri.

Menurut Samuelson (2003) hubungan antara harga dan kuantitas yang

diminta adalah berbanding terbalik (negative). Jika harga naik, kuantitas yang

diminta turun, hubungan yang demikian disebut “Hukum Permintaan”. Kuantitas

yang diminta cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan oleh dua

alasan : Pertama adalah efek subtitusi, apabila harga sebuah barang naik, pembeli

akan menggantinya dengan barang serupa lainnya dengan harga yang lebih murah.

Kedua adalah efek pendapatan, apabila harga naik dan pendapatan tetap maka

permintaan turun.
Tabel 1. Kebutuhan Konsumsi Beras Riau Tahun 2016 - 2018

Komoditi Pangan Tahun (Ton)


2016 2017 2018
Beras 679.351 695.752 708.750
Sumber : Data Olahan Diskepang Riau

Dari data tabel diatas bisa kita lihat bahwa tiap tahunnya konsumsi beras

ditiau mengalami penaikan terus menerus.

II.4. Elastisitas Permintaan Konsumen

Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan

proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variabel lainnya. Dengan

kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi

konsumen terhadap perubahan harga. Menurut Sukirno (2005), elastisitas adalah

suatu pengertian yang menggambarkan drajat kepekaan atau respon dari jumlah

barang yang diminta atau ditawarkan akibat perubahan faktor yang

mempengaruhinya. Dalam mengukur elastisitas, maka dikenal tiga elastisitas

permintaan, yaitu: “Elastisitas Harga Permintaan, Elastisitas Silang dan Elastisitas

Pendapatan”.

1. Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan atau respon jumlah

akibat perubahan harga barang atau dengan kata lain merupakan perbandingan

dari pada presentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan presentase

perubahan dengan harga dipasar, sesuai hukum permintaan, apabila harga naik

maka jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga

turun maka jumlah barang yang diminta mengalami kenaikan.


Faktor yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan:

a. Tersedia atau tidaknya barang pengganti dipasar

b. Jumlah pengguna atau tingkat kebutuhan dari barang tersebut

c. Jenis barang dan pola preferensi konsumen

d. Priode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan

harga atau priode waktu penggunaan barang tersebut

e. Kemampuan relative anggaran untuk mengimpor barang

2. Elastisitas Silang

Koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan

permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang

lain dinamakan elastisitas permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang.

3. Elastisitas Pendapatan

Koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan

permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat dari pada perubahan

pendapatan pembelian dinamakan elastisitas pendapatan.

II.5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen

Besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Menurut Soekartawi (2002), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan suatu barang meliputi: harga barang yang

bersangkutan, harga barang atau komplementernya, jumlah penduduk, tingkat

pendapatan, elastisitas barang. Selanjutnya Daniel (2002) menyatakan bahwa


faktor -faktor yang mempengaruhi jumlah jumlah permintaan terhadap suatu

barang meliputi: harga, harga barang lain, jumlah penduduk, dan tingkat

pendapatan.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, jelas bahwa

permintaan itu dipengaruhi oleh faktor harga, tingkat pendapatan, jumlah

penduduk, dan harga barang pengganti (subtitusi).Sehubungan dengan hal

tersebut, Sukirno (1994) berpendapat bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi

permintaan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Harga Barang itu Sendiri

Pengaruh berbagai faktor terhadap permintaan atas suatu barang sulit

untuk dilakukan secara sekaligus, oleh sebab itu dalam membicarakan mengenai

teori permintaan, ahli ekonomi membuat analisis yang lebih sederhana. Didalam

analisis tersebut dianggap bahwa permintaan atas suatu barang terutama

dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri. Oleh sebab itu dalam teori permintaan

yang terutama dianalisis adalah berkaitan diantara permintaan suatu barang

dengan harga barang tersebut. Didalam analisis tersebut dimisalkan faktor-faktor

lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus.Tetapi dengan pemisalan

tersebut bukan berarti faktor-faktor lain diabaikan.

Hubungan antara harga dan jumlah permintaan merupakan hubungan yang

terbalik, sehingga dalam kurva permintaan akan mempunyai kemiringan negative.

Hubungan terbalik ini berarti bila harga suatu barang naik turun, maka

permintaannya akan meliputi harga barang lain. Hubungan ini dikenal dengan

Hukum Permintaan. Sifat hubungan seperti ini disebabkan oleh kenaikan harga
yang menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan

sebagai pengganti.

Tabel 2. Perkembangan Harga Beras Tahun 2016 - 2017

Komoditi Pamgan Harga Rp/Kg


2016 2017 2018
Beras Premium 13.390.00 13.851.00 14.606.00
Beras Medium 11.958.00 12.290.00 12.925.00
Beras Termurah 10.526.00 10.871.00 11.396.00
Sumber : Bidang Distribusi Dan Cabang Pangan

b. Harga Barang Lain

Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh terhadap

permintaan barang lain. Keadaan ini terjadi jika kedua barang tersebut mempunyai

hubungan yang saling menggantikan (subtitusi) dan saling melengkapi

(complementer). Bila dia tidak berhubungan (neutral/independent), maka tidak

akan ada salin gberpengaruh. Yang dimaksud dengan barang yang saling

menggantikan adalah sifat dua barang yang jika salah satunya meningkat,

kuantitas barang lainnya yang diminta akan meningkat, misalnya kopi dengan teh

atau boleh juga susu, atau tempe

dengan tahu, dan sebagainya. Gejalanya, bila harga kopi naik biasanya

permintaan teh akan naik. Begitu juga dengan tempe, bila harga tempe naik maka

permintaan tahu meningkat.

Perubahan harga suatu barang akan mempengaruhi harga barang lain

tergantung apakah barang tersebut mempunyai hubungan yang saling

menggantikan, saling melengkapi (complementer) atau tidak saling

mempengaruhi atau netral saja (independent). Perubahan harga yang sama dapat
terjadi karena harga komoditi subtitusi naik. Umpamanya barang A dan B adalah

subtitusi, karena harga B naik, maka barang A menjadi relative lebih murah.

Kenaikan dalam harga subtitusi suatu komoditi menyebabkan pergeseran kurva

permintaan untuk membeli komoditi ke kanan, pada setiap harga akan dibeli

jumlah yang lebih banyak.

c. Jumlah Penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk makin besar pula barang yang

dikonsumsi dan semakin banyak permintaan. Dalam banyak kejadian,

penambahan jumlah penduduk mengartikan adanya perubahan struktur umur.

Dengan demikian, bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proposional

dengan pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena

konsumsi anak belasan tahun atau anak dibawah umur 9 tahun. Yang pasti

logikanya, bila jumlah penduduk bertambah maka tentu saja permintaan akan

suatu barang akan bertambah pula.

Bila volume pembelian oleh masing-masing konsumen sama maka

kenaikan jumlah konsumen dipasar yang diakibatkan oleh perbaikan transportasi

dan komunikasi atau karena pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan

permintaan yang menggeser kurvanya ke kanan. Penurunan jumlah atau

banyaknya konsumen akan menyebabkan hal sebaliknya, yaitu berupa penurunan

permintaan.

Tabel 3. Perkembangan Penduduk Kabupaten Kampar Tahun 2016 - 2018

kabupaten penduduk kabupaten kampar (Jiwa)


2016 2017 2018
Kampar 812.702 832.387 851.837
Sumber BPS RIAU https://riau.bps.go.id

d. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan biasanya dijadikan kriteria atau indikator dalam

mengukur tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga atau masyarakat.Semakin

tinggi pendapatan menunjukan bahwa kesejahteraan yang semakin baik.

Pendapatan ini merupakan faktor yang sangat penting didalammenentukan corak

permintaan ke atas berbagai jenis barang. Perubahan dalam pendapatan selalu

menimbulkan permintaan atas berbagai jenis barang.

e. Selera atau Kebiasaan

Selera atau kebisaan juga dapat mempengaruhi suatu barang. Selera

konsumen yang bermacam-macam terhadap suatu barang akan menimbulkan

munculnya barang-barang lain di pasar melalui spesialisais produk, yang

mengakibatkan bentuk pangsa pasar tersendiri (Monopolitik) bagi selera-selera

tertentu sehingga semakin tinggi selera suatu konsumen, akan mengakibatkan

naiknya permintaan barang tersebut.

f. Perkiraan Harga di Masa yang akan datang

Apabila terdapat perkiraan harga suatu barang akan naik dimasa yang akan

datang, akan mendorong para konsumen untuk membeli sebanyak-banyaknya

barang pada saat yang sekarang. Sehingga permintaan dalam jangka pendek akan

meningkat.

Menurut Samuelson (2003) hubungan antara harga dan kuantitas yang

diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik, kuantitas yang
diminta turun, hubungan yang demikian disebut “Hukum Permintaan”. Kuantitas

yang diminta cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan oleh dua

alasan : Pertama adalah efek subsitusi, apabila harga sebuah barang naik, pembeli

akan menggantinya dengan barang serupa lainnya dengan harga yang lebih murah.

Kedua adalah efek pendapatan, apabila harga sebuah barang naik dan pendapatan

tetap maka permintaan turun. Apabila harga sebuah barang naik dua kali lipat,

maka konsumen memiliki pendapatan riil yang lebih sedikit sehingga akan

mengurangi konsumsi terhadap barang tersebut dan barang – barang lain.

II.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian Endang Wiwin (2010) mengenai Analisis Permintaan Beras Di

Kabupaten Pati yang menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan

fungsi logaritma berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan

bahwa harga beras, harga tepung gandum, harga telur ayam ras, pendapatan

perkapita dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata pada

permintaan beras di Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis uji –t diketahui bahwa

variabel harga tepung gandum dan jumlah penduduk berpengaruh nyata pada

permintaan beras di Kabupaten Pati pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel

harga beras dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan

beras pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan harga telur ayam rastidak

berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati. Variabel yang

memberikan pengaruh paling besar terhadap permintaan beras di Kabupaten Pati

adalah jumlah penduduk yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar yaitu

0,86710. Berdasarkan elastisitas harga, harga beras bersifat inelastis yang

menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta berubah dengan persentase yang
lebih kecil daripada perubahan harga.Harga tepung gandum memiliki nilai

elastisitas silang positif dan merupakan barang subtitusi bagi beras. Sedangkan

harga telur ayam memliki elastisitas negatif dan merupakan barang

komplementer.

Penelitian Hendriani (2005) mengenai Analisis Permintaan Beras Di

Kabupaten Karawang menggunakan data sekunder yang berupa data time series

(runtun waktu) selama 15 tahun(1989 – 2003). Sedangkan data yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan

fungsi logaritma berganda. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa

tingkat permintaan berasdi Kabupaten Karawang dipengaruhi oleh harga beras,

harga jagung, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Dari perhitungan

diperoleh besarnya angka elastisitas harga beras adalah sebesar –0,024 yang

berarti bahwa harga beras bersifat inelastis. Pada penelitian ini elastisitas harga

silang harga jagung adalah sebesar 0,008 %, artinya jika harga jagung naik 1 %,

maka jumlah permintaan beras akan naik sebesar 0,008 %. Nilai elastisitas harga

silang yang positif ini menandakan bahwa jagung merupakan barang subtitusi

untuk beras. Pada penelitian ini nilai elastisitas pendapatan adalah sebesar 0,227

%, artinya jika pendapatan per kapita naik 1 %, maka jumlah permintaan beras

akan naik sebesar 0,227 %.

Hendrik Mulyo W (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Permintaan Beras di Kabupaten Klaten menggunakan metode regresi non linear

berganda. Hasil persamaan yang diperoleh adalah Ln Qd=0,477 – 0,0413 LnX1 +

0,006553 Ln X2 – 0,0151 Ln X3 + 0,06445 Ln X4 + 1,262 Ln X5. Berdasarkan

uji F, variabel harga beras, harga jagung, harga daging ayam, pendapatan
perkapita dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap

permintaan beras. Berdasarkan uji t harga beras dan harga jagung tidak

berpengaruh terhadap permintaan beras, sedangkan harga daging ayam,

pendapatan perkapita dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap

permintaan beras. Nilai elastisitas harga beras sebesar -0,0143 sehingga beras

bersifat inelastis. Elastisistas silang harga jagung positif, menunjukkan bahwa

harga jagung merupakan barang subtitusi, sedangkan elastisitas silang harga

daging ayam negative menunjukkan bahwa daging ayam merupakan barang

komplementer.Elastisitas pendapatan positif menunjukkan bahwa beras termasuk

barang normal.

Wati (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Permintaan

Beras di Kabupaten Sukoharjo menggunakan metode dauble logarithmic.

Persamaan yang diperoleh adalah Y=5,872. X1-0,004.X20,042. X3-0,298. X4-

0,053. X5-0,345. Berdasarkan uji t variabel yang memiliki pengaruh nyata

terhadap permintaan beras adalah pendapatan perkapita, harga beras, dan harga

kedelai. Sedangkan jumlah penduduk dan harga ketela pohon tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap permintaan beras.Variabel yang memberikan pengaruh

terbesar adalah pendapatan perkapita. Koefisien elastisitas harga beras memiliki

nilai -0,297 yang berarti beras bersifat inelastic. Elastisitas silang harga ketela

pohon 0,053 menunjukkan beras ketela pohon adalah barang substitusi. Variabel

harga kedelai memiliki elastisitas silang -0,345 yang merupakan barang

komplementer. Elastisitas pendapatan positif menunjukkan beras termasuk barang

normal.
Menurut Fajar (2010) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia, menyebutkan bahwa persediaan beras

di tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat

daerah sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena

jika musim kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim

penghujan. Faktor lain yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia

menjelaskan bahwa harga beras memiliki keunikan dalam proses penentuannya

sehingga perlu kehati-hatian dalam menentukan harganya. Keunikan tersebut

antara lain beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, untuk

meningkatkan kesejahteraan petani perlu adanya kenaikan harga beras, namun

jika harga beras tinggi penduduk miskin akan meningkat. Keunikan yang lain

meskipun pemerintah telah menaikkan harga dasar penjualan padi tetap saja

petani akan miskin. Selanjutnya penelitian ini menyebutkan bahwa persediaan

beras di tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada

tingkat daerah, sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga

beras karena jika musim kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan

pada musim penghujan. Namun faktor yang paling berpengaruh terhadap harga

beras adalah kebijakan impor beras oleh pemerintah.

II.7. Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras berdasarkan

penelitian terdahulu disimpulkan oleh peneliti bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan beras terdiri atas harga beras itu sendiri, harga barang

lain dan jumlah penduduk. Setelah mengetahui faktor – faktor tersebut, diperlukan

suatu analisis statistik agar mendapat suatu kesimpulan yang akurat.


Merujuk pada penelitian Firdhan Farama (2016) tentang Faktor – Faktor

Yang Mempengaruhi Permintaan Beras Di Kota Kendari menggunakan analisis

regresi linear berganda. Penggunaan analisis ini, diperlukan variabel X dan Y

dimana variabel X merupakan variabel bebas yaitu harga beras, , jumlah

penduduk, sedangkan Y adalah variabel terikat nilai permintaan beras itu sendiri

yaitu permintaan beras dalam satu periode dalam tiap tahunnya. Jika diketahui

variabel X tersebut berengaruh ataupun tidak berpengaruh terhadap variabel Y,

maka dapat dijelaskan dan diterangkan sebagai suatu kesimpulan.

Penggunaan analisis linier berganda diperlukan variabel X dan Y dimana

variabel X merupakan variabel bebas yaitu harga beras, dan jumlah penduduk.

Sedangkan Y adalah variabel terikat nilai permintaan beras itu sendiri yaitu

permintaan beras dalam satu priode dalam tiap tahunnya.

II.8. Hipotesis

Pengembangan komoditi beras tidak hanya dilihat dari segi produksi saja,

tetapi juga dari segi permintaan. Permintaan pada umumnya dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain,

pendapatan, dan jumlah penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan

semakin meningkatnya pendapatan masyarakat maka diperkirakan permintaan

beras di masa mendatang akan mengalami peningkatan.

Dengan pertimbangan di atas maka diajukan beberapa hipotesis yaitu:

1. Diduga bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di

Kabupaten Kampar adalah . Harga Barang itu Sendiri Harga Barang Lain,
Jumlah Penduduk. Tingkat Pendapatan, Selera atau Kebiasaan, dan

Perkiraan Harga di Masa yang akan datang


III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode, Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis

dokumen, yang bertempatan di Kabupaten Kampar, penentuan lokasi ini

kdengan pertimbangan karena daerah ini salah satu kabupaten yang

merupakan penduduknya banyak mengkonsumsi beras.

III.2. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan daerah sampel dilakukan secara purposive,

yaitu penentuan daerah sampel yang diambil secara sengaja dengan

berdasarkan pertimbangan tertentu (Surakhmad, 1994:101). Yang

dilakukan di Desa Petapahan Jaya, Kabupaten Kampar.

III.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Data sekunder, yaitu data yang diperoeh dari instansi atau lembaga

yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data

diperoleh dari Badan Pusat Stastik, Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan

riau, Kabupaten Kampar, dengan menggunakan metode Dokumenter.

III.4. Konsep Opersional

III.5. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.5.1. Analisis Permintaan

a. Untuk menganalisis hubungan antara permintaan beras dengan

faktorfaktor yang mempengaruhinya pada rumah tangga miskin di


Kabupaten Demak, digunakan model permintaan regresi non linier

berganda dalam bentuk eksponensial, dengan bentuk persamaannya

sebagai berikut :

Qd = bo. X1 b1 . X2 b2 . X3 b3. X4 b4. X5 b5. X6 b6

Untuk memudahkan penghitungan, maka regresi non linier berganda

ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural sehingga diperoleh

persamaan sebagai berikut :

Ln Qd = Lnbo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 +

b5 Ln X5 + b6 Ln X6

Dimana :

Qd = Permintaan beras (kg)

Bo = Konstanta

X1 = Harga beras (Rp/kg)

X2 = Harga ubi kayu (Rp/kg)

X3 = Harga tempe (Rp/buah)

X4 = Harga ikan layur (Rp/kg)

X5 = Pendapatan rumah tangga miskin (Rp)

X6 = Jumlah anggota rumah tangga miskin (jiwa)

b1 – b6 = Koefisien regresi

b. Untuk menganalisis hubungan antara permintaan beras dengan

faktorfaktor yang mempengaruhinya pada rumah tangga miskin di

Desa Purworejo, digunakan model permintaan regresi non linier

berganda dalam bentuk eksponensial, dengan bentuk persamaan


sebagai berikut : Qd = bo. X1 b1 . X2 b2 . X3 b3. X4 b4. X5 b5. X6

b6

Untuk memudahkan penghitungan, maka regresi non linier berganda

ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural sehingga diperoleh

persamaan sebagai berikut :

Ln Qd = Lnbo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4

+ b5 Ln X5 + b6 Ln X6

Dimana :

Qd = Permintaan beras (kg)

Bo = Konstanta

X1 = Harga beras (Rp/kg)

X2 = Harga ubi kayu (Rp/kg)

X3 = Harga tempe (Rp/buah)

X4 = Harga ikan layur (Rp/kg)

X5 = Pendapatan rumah tangga miskin (Rp)

X6 = Jumlah anggota rumah tangga miskin (jiwa)

b1 – b6 = Koefisien regresi

3.5.2. Pengujian Model

a. Uji R2

Untuk mengetahui kesesuaian model digunakan uji R2. Koefisien

determinasi menunjukkan seberapa besar proporsi sumbangan variabel

bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas. Nilai R2 dari

0 sampai 1, makin tinggi nilai R2 (semakin mendekati satu) makin


erat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak

bebasnya/sumbangan variabel bebas terhadap variasi (naik turunnya)

variabel tak bebas semakin besar (Santoso, 2002:329).

b. Uji F

Untuk menguji seluruh variabel bebas yang diteliti berpengaruh secara

bersama-sama terhadap permintaan digunakan uji F, dengan selang

kepercayaan 95%, hipotesis yang akan diuji yaitu:

Ho : bi = 0

Ha : bi ≠ 0

Dengan kriteria pengujian yang digunakan adalah:

1) Jika tingkat signifikansi < α berarti Ho ditolak dan Ha diterima,

maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas.

2) Jika tingkat signifikansi > α berarti Ho diterima dan Ha ditolak,

maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas.

c. Uji t

Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel penduga terhadap

permintaan digunakan uji t dengan rumus :

bi
t hitung =
se

se(bi) = √ Varb(bi)
Keterangan :

bi = koefisien regresi ke i

Se (bi ) = standart error koefisien regresi ke i

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : bi = 0

Ha : bi ¹ 0

Kriteria pengujian:

1) Jika tingkat signifikansi < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya masing-masing faktor atau variabel bebas berpengaruh

nyata terhadap variabel tidak bebas

2) Jika tingkat signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas.

Sedangkan untuk mengetahui variabel bebas yang paling

berpengaruh terhadap permintaan beras pada rumah tangga miskin di

Kabupaten Demak, digunakan standard koefisien regresi partial, yang

dapat diperoleh dengan rumus :

bi’ = bi (Si/Sy)

keterangan :

bi’ = standar koefisien regresi partial

bi = standar koefisien regresi variabel bebas x

Si = standar deviasi variabel bebas x


Sy = standar deviasi variabel tak bebas

Nilai koefisien regresi partial yang terbesar merupakan variabel

yang paling berpengaruh terhadap permintaan beras pada rumah

tangga miskin di Kabupaten Demak.

3.5.3. Elastisitas

Untuk mencari tingkat kepekaan variabel terhadap permintaan beras pada

rumah tangga miskin di Kabupaten Demak dengan cara menghitung elastisitas

harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang. Besarnya nilai elastisitas

tersebut dapat ditunjukkan langsung oleh nilai koefisien regresi variabel

penduganya. Pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan 3 macam

analisis elastisitas yaitu :

a. Elastisitas Harga (Eh)

1). Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan beras bersifat elastis.

2). Bila Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan beras bersifat inelastis.

3) . Bila Eh = 1 dikatakan bahwa permintaan beras bersifat

elastisitas tunggal (unitary elasticity).

4). Bila Eh = 0 dikatakan bahwa permintaan beras sama dengan

nol.

5). Bila Eh = ∞ dikatakan bahwa permintaan beras bersifat

elastisitas tidak terhingga.

b. Elastisitas Pendapatan (EI)

1). Jika EI = Positif, maka beras termasuk barang normal.


a) Jika 0 < EI < 1 maka beras adalah barang kebutuhan

pokok

b) Jika EI > 1 maka beras adalah barang mewah

2). Jika EI = Negatif, maka beras termasuk barang inferior.

c. Elastisitas Silang (Es)

1). Jika Es = positif, maka barang tersebut termasuk golongan

barang Subtitut bagi beras.

2). Jika Es = Nol, maka barang tersebut termasuk golongan barang

Independent.

3). Jika Es = Negatif, maka barang tersebut termasuk golongan

barang Komplement bagi beras.

Anda mungkin juga menyukai