Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fiqri Khaironi

NIM : A1D020138

1. Indonesia merupakan negara agraris. Hal ini ditunjukkan dengan tanahnya yang subur
untuk menunjang kegiatan pertanian. Ketersediaan pangan yang cukup merupakan
prasyarat terbangunnya kemandirian pangan. Ketersediaan pangan tersebut harus
dibangun atas dasar kemampuan produksi dalam negeri (swasembada) melalui
optimalisasi seluruh potensi di dalam negeri. Untuk itu, upaya untuk meningkatkan
kapasitas produksi pangan dari dalam negeri perlu terus dilakukan (E. Pasandaran, dkk.,
2015). Namun, sejak dahulu Indonesia masih kesusahan dalam memenuhi swasembada
beras. Hanya ada sejarah pada era orde baru masa kepemimpinan Soeharto yang mampu
menembus swasembada pangan pada tahun 1984. Atas keberhasilannya ini, presiden
Soeharto dianugerahi penghargaan berupa medali yang bertuliskan “from rice importer to
self sufficency” dari Food and Agriculture Organisation (FAO) pada tahun 1986
(Khaerunnisa, 2001 dalam Rina Anggraeni, 2013). Pada era yang sekarang ini,
swasembada pangan terutama komoditas beras masih cukup berat dicapai oleh bangsa
Indonesia. Seandainya saya diangkat menjadi menteri pertanian, saya akan berusaha
mengupayakan swasembada pangan dapat terealisasikan kembali. Tentunya, hal ini tidak
hanya membutuhkan 1 cara saja. Namun, banyak sekali yang perlu bekerjasama
mewujudkan mimpi swasembada beras. Yang pertama dan penting adalah instrumen
peraturan pemerintah. Sebagai menteri tentunya saya memiliki kewenangan untuk
membuat suatu aturan, hal ini akan saya manfaatkan sebagai penunjang cita-cita tersebut.
Pada masa orde baru, hal yang dilakukan untuk mencapai swasembada beras adalah
memperbaiki dan mempersiapkan lahan dan saluran irigasi (Simatupang dan Rusastra).
Hal ini akan saya terapkan kembali karena kita tidak dapat berbohong bahwa padi
ditanam di tanah/lahan dan memerlukan air untuk kebutuhan hidupnya. Segala hal yang
berkaitan dengan pra penanaman harus dipersiapkan secara matang. Bila perlu membuka
lahan baru untuk pertanian (hal ini dilakukan supaya memperluas areal panen). Namun,
pembukaan lahan juga memiliki efek negatif bagi pemanasan global. Penggunaan lahan
marginal (lahan pantai dan lahan gambut) dapat menjadi penambahan hasil panen padi
secara total.
Era Soeharto sudah lama berakhir, tetapi pengusahaan Indonesia yang berswasembada
pangan tetaplah berlanjut. Dengan telah berjalannya waktu, penilai tanaman masa kini
juga memiliki varietas padi yang unggul (yang pada masa orde baru belum ada).
Sehingga hal tersebut dapat mendukung Indonesia dalam mewujudkan swasembada beras.
Tidak hanya varietas padi unggul saja, namun, teknik-teknik penanaman padi juga perlu
dikembangkan. Sembari menggunakan teknik budidaya padi yang efektif dimasa ini,
pihak peneliti juga perlu membantu dalam pengembangan varietas padi baru, teknik
penanaman baru, dan lain sebagainya. Pengembangan dan penyediaan alsintan juga dapat
dilakukan guna mempercepat dan mempermudah proses produksi padi. Hal ini merujuk
pada penyediaan alsintan seperti traktor, transplanter, combine harvest, dll.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah kelembagaan. Menurut saya, kelembagaan dapat
berfungsi sebagai wadah petani dalam mengembangkan pengetahuan dirinya sendiri.
Sehingga kelembagaan ini mampu menghasilkan petani yang tidak hanya petani biasa
melainkan petani yang cerdas, berakal, terampil, dan bersahaja.
Pada era Soeharto, Indonesia tidak lagi berswasembada pada tahun 1992 (Khaerunnisa,
2001 dalam Rina Anggraeni, 2013). Meskipun tidak ada yang abadi di dunia ini,
termasuk swasembada pangan. Namun, sebagai masyarakat Indonesia yang
menginginkan Indonesia maju, swasembada pangan setidaknya dapat diusahakan
bertahan lama. Artinya pertanian tanaman padi yang dicanangkan ini perlu berkelanjutan.
Dalam hal berkelanjutan, tentunya berkaitan dengan pupuk organik. Penggunaan pupuk
organik mampu mempertahankan kualitas tanah/ lahan. Penggunaan pupuk tidak harus
paten organik, bisa juga menggunakan pupuk anorganik. Karena kedua pupuk tersebut
juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, penggunaan
keduanya juga perlu diterapkan. Namun, saran dari saya adalah penggunaan pupuk yang
lebih dominan pada organik. Boleh saja menggunakan pupuk anorganik tetapi dalam
dosis yang tidak besar.
Perencanaan swasembada beras tidak dapat diberikan pada satu orang saja, selalu ada
lika-liku dalam mencapai cita-cita. Oleh karena itu sebagai manusia yang diberikan akal
sebaiknya kita menggunakan akal tersebut untuk membuat sesuatu yang bermanfaat
secara bersama-sama untuk mewujudkan mimpi yang sama yaitu Indonesia maju dengan
swasembada pangan.
2. Produksi kedelai domestik memiliki trend atau kecenderungan meningkat namun relatif
dalam jumlah yang kecil selama periode tahun 2002 hingga 2017. Hal tersebut
dikarenakan oleh kurangnya minat petani dalam mengusahakan komoditi ini sehingga
berimplikasi pada luasan areal panen kedelai yang mengalami penurunan setiap tahunnya
mulai tahun 2002 hingga 2017. Selain itu, adanya konversi lahan pertanian khususnya
komoditas kedelai menjadi salah satu sebab menurunnya luas areal panen kedelai tersebut.
Kondisi tersebut, diikuti dengan adanya trend atau kecenderungan meningkat pada
kebutuhan kedelai nasinal. Sehingga kondisi tersebut mengharuskan Indonesia untuk
mengimpor kedelai dari pasar Internasional dimana volume impor kedelai Indonesia
mengalami peningkatan selama periode 2002 hingga 2017. Indonesia dalam memenuhi
kebutuhan kedelai domestiknya melakukan impor dari 4 negara yang utama yaitu
Amerika Serikat (USA), Argentina, Kanada dan Malaysia dari tahun 2002 hingga 2017
(Mahdi dan Suharno, 2019).
Swasembada kedelai ataupun swasembada beras sebenarnya sama. Hanya berbeda
komoditas saja. Pihak pemerintah, petani, penilai tanaman, kelembagaan, alsintan, irigasi,
dan lain sebagainya perlu diperhatikan dalam mendukung hal ini. Namun, Indonesia
belum dipastikan mampu men-swasembadakan beras sekaligus kedelai. Dengan
dicapainya swasembada beras memungkinkan ekonomi Indonesia menjadi lebih maju.
Hal itu akan berdampak mendukung swasembada komoditas lain. Menurut saya,
kemandirian pangan perlu dilakukan, namun, secara bertahap dan tidak tergesa-gesa. Hal
itu akan mempermudah pencapaian cita-cita ini. Bangsa Indonesia mampu men-
swasembadakan beras pada masa sekarang akan menjadikan suatu prestasi yang hebat di
mata dunia. Kemudian, dengan hasil swasembada tersebut, ekonomi Indonesia akan naik
dan Indonesia mampu men-swasembadakan kedelai juga. Bahkan, dapat juga komoditas
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai