MENINGKATKAN KETAHANAN
PANGAN DI INDONESIA
20by masrogultom
May
Disusun oleh :
NPM : 1EB16
KELAS :25213340
I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kita tahu bahwa indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber alam,
tetapi coba kita teliti, apakah warga indonesia sudah sejahtera? Tentu
jawabannya tidak, karena masih banyak rakyat yang tidak mendapatkan
penghidupan yang layak. Contoh kita lihat gelandangan, yang setiap hari
mereka mondar-mandir dijalanan dan bahkan mereka tidak mengonsumsi
apapun dalam sehari. Untuk itu masyarakat membutuhkan kebijakan
pemerintah untuk mensejahterakan mereka.
1. TINJAUAN LITERATUR
Di Indonesia persoalan pangan telah menjadi isu utama sejak jaman kerajaan,
dimana raja-raja Jawa telah memupuk cadangan bahan pangan. Demikian
pula pemerintah kolonial Belanda membentuk badan khusus untuk
menangani pengadaan pangan. Pada perkembangan awal, ketahanan pangan
diartikan menjamin seluruh orang pada setiap waktu terhadap akses pangan
dan akses secara ekonomi untuk mendapatkan kebutuhan pangan yang
mereka perlukan. Kemudian terdapat perubahan yang membedakan
ketersediaan dengan akses, pada akhirnya konsep berkembang dengan
memperhatikan faktor lain, seperti nilai gizi,aspek sosial dan latar belakang
budaya (ESCAP, 2009:20).Ketahanan pangan para ahli sepakat bahwa
ketahanan pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ‘ ketersediaan
pangan’ dan ‘ aksesibilitas masyarakat’ terhadap bahan pangan tersebut. Salah
satu dari unsur diatas tidak terpenuhi, maka suatu negara belum dapat
dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan
tersedia cukup ditingkat nasional dan regional tetapi jika akses individu untuk
memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan
masih dikatakan rapuh (Arifin,2004:31). Ada tiga pilar yang mendukung
bangunan ketahanan pangan. Pertama, ialah ketersediaan pangan sebanyak
yang diperlukan oleh masyarakat yang mencakup kestabilan dan
kesinambungan penyediaan pangan baik yang berasal dari produksi,
cadangan maupun impor dan ekspor. Kedua, ialah distribusi yang mencakup
aksesabilitas pangan antar wilayah dan antar waktu serta stabilitas harga
pangan strategis. Ketiga, ialah konsumsi yang mencakup jumlah mutu
gizi/nutrisi,keamanan dan keanekaragaman konsumsi pangan (Suparmo dan
Usman,2004:3-4).
Jumlah penduduk Indonesia yang banyak ( lebih dari 230 juta) dan terus
bertambah memerlukan produk pangan dalam jumlah yang terus meningkat
(peningkatan kebutuhan pangan nasional 1-2% per tahun), sehingga
keberadaan lahan sawah dalam jumlah yang cukup dan layak untuk
mendukung ketersediaan dan ketahanan pangan mutlak diperlukan.
Disamping itu perlu upaya peningkatan produksi pangan (terutama
padi)secara berkelanjutan. Mengandalkan pangan impor untuk ketahanan
pangan nasional tentu riskan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk
ekonomi,sosial dan politik nasional.
Dengan sumberdaya alam yang masih banyak tersedia, Indonesia tentu dapat
memainkan peran penting dan strategis dalam memperkuat ketahanan
pangan di wilayah ASEAN yang diprioritaskan pada aspek produksi,
pengembangan pasar/perdagangan dan industri pangan. Dalam
perjalanannya implementasi langkah strategis lainnya juga dilaksanakan
secara bertahap dan atau simultan sesuai dengan kemajuan yang dicapai.
Priorotas tersebut diperlukan karena Indonesia perlu juga memprioritas
penanggulangan kemiskinan dan kerentanan pangan yang sebagian besar
ternyata terjadi pada masyarakat petani itu sendiri. Prioritas peran tersebut
disinergikan dengan prioritas peran negara negara anggota lainnya berpotensi
besar untuk mewujudkan ketahanan pangan regional yang lebih kuat.
Ketersediaan pangan
Cadangan pangan nasional
Penganekaragaman pangan
Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan
Peran pemerintah daerah dan masyarakat
Pengembangan sumberdaya manusia dan kerjasama internasional
Kacang
0,84 0,41 0,84 0,65 0,85 0,71
tanah
Ubi
19.74 0,47 19,81 0,35 19,81 0,42
kayu
Ubi
1,89 0,35 1,90 0,40 1,91 0,45
jalar
Setelah melihat data tentang konsumsi masyarakat dengan pangan padi yang
sangat tinggi oleh karena itu Indonesia harus mengimpor beras.
Sampai dengan tahun 2010 konsumsi jagung masih bisa dicukupi dari
produksi dalam negeri, namun demikian tahun-tahun berikutnya 2015 dan
2030 konsumsi tampak meningkat dan menyebabkan kekurangan meskipun
dengan mengimpor. Untuk bahan pangan kedelai, konsumsi juga melebihi
produksi sehingga untuk mencukupinya masih memerlukan impor.
-
2030 16.809.740,00 6.752.768,00 126.747.525,40
109.937.785,40
Fase konsolidasi
Fase dekonstruksi
PDB
3,39 5,72 3,38 1,57
Pertanian
Tanaman
3,58 4,95 1,90 1,62
Pangan
Tanaman
4,53 5,85 6,23 1,29
Perkebunan
Produksi
3,57 6,76 3,99 -0,47
pertanian
Produktivitas
2,08 4,13 1,83 -1,45
Lahan
Produktivitas
2,32 5,57 2,03 -0,47
tenaga kerja
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih
diandalkan oleh Negara Indonesia karena sektor pertanian mampu
memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Indonesia.
Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu
sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai
pemicu pemulihan ekonomi nasional melalui salah satunnya adalah
ketahanan pangan nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk
sektor pertanian lebih diutamakan. Namun setiap tahun untuk luas lahan
pertanaian selalu mengalami alih fungsi lahan dari lahan sawah ke lahan non
sawah. Ketahanan pangan merupakan salah satu dari 11 prioritas dengan
substansi inti program aksinya yang meliputi pengembangan kawasan dan
tatat ruang pertanian, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur,
adaptasi terhadap perubahan iklim, peningkatan penelitian dan
pengembangan, serta peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan
melalui peningkatan pola pangan harapan. Berdasarkan hal tersebut,
pendayagunaan tanah terlantar dapat diarahkan untuk mendukung program
aksi ketahanan pangan melalui pengembangan lahan untuk pertanian pangan
dan ikut serta dalam mendorong peningkatan kualitas gizi dan
keanekaragaman pangan masyarakat. Tetapi luas lahan juga tidak akan
mampu mengatasi masalah ketahanan pangan, jika lahan yang digunakan
tidakmenghasilkan produksi padi yang meningkat. Maka diperlukan pupuk
supaya produktivitas padi baik.
Dibawah ini adalah data yang menunjukkan luas panen dan produksi
tanaman padi diseluruh provinsi di Indonesia
Unduh Tabel
Jenis
Tahu Luas Produktivitas(Ku/ Produksi(To
Provinsi Tanama
n Panen(Ha) Ha) n)
n
13837213. 71291494.0
Indonesia Padi 2013 51.52
00 0
Sumatera
Padi 2013 742968.00 50.17 3727249.00
Utara
Sumatera
Padi 2013 487820.00 49.82 2430384.00
barat
Sumatera
Padi 2013 800036.00 45.96 3676723.00
Selatan
Bangka
Padi 2013 10205.00 27.81 28384.00
Belitung
Kepulaua
Padi 2013 379.00 36.15 1370.00
n Riau
DKI
Padi 2013 1744.00 58.88 10268.00
Jakarta
DI
Yogyakar Padi 2013 159266.00 57.88 921824.00
ta
Nusa
Tenggara Padi 2013 438057.00 50.08 2193698.00
Barat
Nusa
Tenggara Padi 2013 222469.00 32.80 729666.00
Timur
Kalimant
Padi 2013 464615.00 31.01 1440902.00
an Barat
Kalimant
an Padi 2013 247217.00 32.81 811211.00
Tengah
Kalimant
an Padi 2013 479721.00 42.34 2031029.00
Selatan
Kalimant
Padi 2013 138768.00 40.63 563850.00
an Timur
Jenis
Tahu Luas Produktivitas(Ku/ Produksi(To
Provinsi Tanama
n Panen(Ha) Ha) n)
n
Sulawesi
Padi 2013 127413.00 50.10 638373.00
Utara
Sulawesi
Padi 2013 224317.00 45.98 1031324.00
Tengah
Sulawesi
Padi 2013 983107.00 51.22 5035830.00
Selatan
Sulawesi
Padi 2013 132945.00 42.23 561361.00
Tenggara
Sulawesi
Padi 2013 91035.00 48.79 444203.00
Barat
Maluku
Padi 2013 19281.00 37.57 72445.00
Utara
Papua
Padi 2013 7431.00 39.80 29572.00
Barat
Menganekaragamkan pangan
http://www.paskomnas.com/UserFiles/Image/News/GAMBARAN-UMUM-
PANGAN-DUNIA_05.jpg
Ketersediaan Pangan
1. Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari produksi
dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat;
2. Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan pangan dan
pemantapan kelembagaan pangan;
3. Meningkatkan peran serta stake holder dan masyarakat dalam
upaya mencegah dan penanggulangi kerawanan pangan
Distribusi Pangan
1. Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya
distribusi pangan yang efektif dan efisien;
2. Menumbuh kembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan
distribusi pangan;
3. Mendorong peran serta kelembagaan pangan dan masyarakat
dalam meningkatkan kelancaran distribusi, menciptakan
stabilisasi harga dan meningkatkan akses pangan.
4. Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI (Sistem
Informasi Dini) dan penyusunan peta rawan pangan melalui
Sistem Keamanan Pangan dan Gizi (SKPG).
Penyuluhan
1. Pengembangan penyuluh dan kelembagaan penyuluh yang handal
dan professional di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan;
2. Pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) ditingkat
Kecamatan sebagai home base dan basis penyebaran informasi
ketahanan pangan dan agribisnis;
3. Pengembangan sarana dan prasarana serta penguatan koordinasi
program dan programa penyuluhan ditingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Kecamatan ;
4. Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar
pemerintah dalam penyelenggaraan penyuluhan
Produktivitas lahan
Hama penyakit
Faktor ini selalu meresahkan para petani, mereka bahkan
mengalamigagal panen karena hama penyakit tersebut. Hal ii
menyebabkan produksi pangan yang menurun sehingga
mengakibatkan ketahanan pangan menurun.
Bencana
III KESIMPULAN
Dari berbagai tulisan-tulisan yang saya kumpulkan dan juga berdasarkan
data- data yang terkait dengan ketahanan pangan nasional dapat disimpulkan
bahwa ketahanan pangan harus diperhatikan oleh pemerintah secara serius,
karena masih banyak masyarakat yang mengalami kesulitan dalam
mengonsumsi pangan. Walaupun indonesia merupakan sumber alam yang
sangan banyak, tetapi warga indonesia masih banyak yang tergolong dalam
kemiskinan. Berbagai upaya harus dilakukan oleh pemerintah untuk
menanggulangi masalah ketahanan pangan sekaligus masalah kemiskinan,
diantaranya adalah melakukan strategi yang mampu meningkatkan
ketahanan pangan. Berbagai strategi itu diharapkan mampu meningkatkan
ketahanan pangan nasional dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Beberapa faktor yang terkait dalam peningkatan ketahanan pangan nasional
adalah
Sumber daya alam di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, luas lahan untuk
pertanian cukup untuk memproduksi pangan bagi masyarakat Indonesia,
3. Konsumsi pangan
Masalah konsumsi pangan adalah masyarakat indonesia yang masih
berpikiran bahwa pangan itu hanya beras. Sebagian besar warga di Indonesia
mengonsumsi beras sebagai pangan. Maka dari itu Indonesia harus
mengimpor beras. Padahal di Indonesia terdapat beragam makanan yang
layak untuk dikonsumsi masyarakat, buakn berarti makanan selain beras itu
tidak mengandung gizi/nutrisi. Kandungan gizi/nutrisi yang ada dalam
makanan seperti jagung, umbi-umbian, gandum dan lain sebagainya juga
mengandung gizi/nutrisi.
4. Penyuluhan
IV DAFTAR PUSTAKA