Anda di halaman 1dari 14

MENGIDENTIFIKASI KRISIS BAHAN PANGAN

DI INDONESIA

ANGGOTA KELOMPOK 5
1. Ayu Arisma 19011154
2. Ida Syafakoh 20011417
3. Indah Puspita Lestari 20011241
4. Novita Iin Saputri 19011159
5. Yasa Intisar Tazana 20011223

DOSEN PENGAMPU
Arief Kharisvan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
KASUS BAHAN PANGAN DI INDONESIA

Dalam perkembangan dunia saat ini, masalah pangan telah menjadi sebuah isu menarik yang terus
di bahas saat ini. Betapa tidak hal ini merupakan kebutuhan primer bagi jutaan jiwa penduduk
yang ada di dunia, sebab dari asupan panganlah mereka mampu mempertahankan hidup. Terlebih
ketika pangan telah mengalami ancaman berupa krisis pangan yang telah menjalar ke beberapa
Negara khususnya bagi Negara berkembang termasuk Indonesia.
Indonesia yang sementara memperbaiki tatanan ekonominya dan berusaha keluar dari terpaaan
krisis ekonomi sejak tahun 1997, bekerja keras untuk kembali bangkit dari berbagai persoalan
tersebut. Ketika kelangkaan pangan ini tidak menemukan solusi, maka hal tersebut tentunya
berimbas pada pembanganun bangsa kedepannya. Juga akan kembali menggerogoti berbagai
bidang termasuk ekonomi dan politik. Dari problematika yang dihadapi ini serta merta
dikembalikan pada bagaimana kebijakan pemerintah dalam menghadapi persoalan tersebut dan
bagaimana usaha masyarakat kita untuk tetap bertahan hidup.
Kata Kunci: Mengidentifikasi Peristiwa, Sumber Resiko Dan Penyebab nya.
BAB I
PENDAHULAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, Pangan adalah segala sesuatu yang berasal
dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
Sedangkan Krisis Pangan adalah kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagian besar
masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh: Kesulitan distribusi pangan, dampak
perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, dan konflik sosial, termasuk akibat perang.
Tidak hanya di Indonesia, selain peningkatan harga pangan yang meningkat, beberapa tahun
terakhir ini perubahan iklim yang ekstrim juga sering terjadi di beberapa Negara. Hal ini tentu saja
berdampak pada kenaikan harga produk termasuk hasil pertanian. Melonjaknya harga hasil
pertanian jelas saja menyengsarakan kaum petani dalam mendapatkan akses pangan. Selain itu,
jika persoalan pangan terus mengalami keterpurukan. Hal yang ditakutkan kemudian adalah
bersaingnya Negara-negara di dunia dengan cara ekstrim atau menghalalkan segala cara demi
mendapatkan dan mempertahankan ketahanan pangannya yang kemudian mengancam keamanan
global.
Untuk menilai bahwa suatu daerah atau sebagian wilayah di Indonesia mengalami krisis pangan
adalah berdasarkan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan
Pangan Dan Gizi, yang pada intinya menyatakan bahwa kriteria Krisis Pangan adalah sebagai
berikut:
1. Penurunan ketersediaan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat dalam jangka waktu
tertentu.
2. Lonjakan harga pangan pokok dalam jangka waktutertentu.
3. Penurunan konsumsi pangan pokok sebagian besar masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pangan sesuai normagizi.
BAB II
ISI

Ancaman krisis pangan bagi dunia saat ini yaitu Virus Covid-19. Ini tentu sangat berpotensi
menganggu ketersediaan, stabilitas, dan akses pangan. Menurut Organisasi Pangan Sedunia
(FAO), potensi krisis pangan di masa pandemi akan mengancam dunia, termasuk Indonesia.
Merespons potensi krisis pangan tersebut, pemerintah negara diminta untuk sigap dalam
melakukan kontrol ketersediaan pangan ini. Kesiapsiagaan tersebut ditetapkan oleh Kepala
Lembaga Pemerintah, berbentuk program kesiapsiagaan krisis pangan nasional, ditingkat
Provinsi ditetapkan Gubernur dengan program kesiapsiagaan krisis pangan Provinsi, dan Bupati
atau Wali kota, untuk program kesiapsiagaan krisis pangan kabupaten atau kota. Pemerintah
siapkan banyak program ketahanan pangan untuk menjaga kebutuhan masyarakat dan terhindar
dari krisis ketahanan pangan, Kementerian Pertanian sebagai lembaga teknis yang bertanggung
jawab dalam bidang pertanian (pangan) juga telah menyiapkan berbagai strategi untuk
menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa pandemi.

Beberapa program yang telah dipersiapkan tersebut diantaranya sebagai berikut:


- Peningkatan kapasitas melalui food estate
- Diversifikasi produksi dan konsumsi pangan
- Fasilitasi cadangan pangan di berbagai daerah
- Fasilitasi pemasaran komoditas pertanian melalui Toko Tani Indonesia

- Beberapa paket jejaring pengaman sosial.


Menurut data yang dilansir dari Badan Pusat Statistik Kementrian Pertanian stok pangan nasional diprediksi akan

mengalami surplus hingga bulan Juni 2020, namun hal ini bukan berarti bahwa Indonesia serta merta terbebas
dari ancaman krisis pangan yang bisa terjadi dimasa mendatang.
Ditambah lagi, masa pandemi COVID-19 yang belum pasti akan berakhir kapan memiliki dampak
yang sangat terasa di bidang pertanian.
Pemerintah telah memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di
beberapa daerah selama pandemi ini. Hal ini dapat berpengaruh pada produksi, distribusi, dan
juga konsumsi pangan. Sarana untuk melakukan distribusi pangan menjadi terbatas sehingga
terjadi kurangnya produktifitas pangan. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan harga-harga pada
produk pangan. Selain peran pemerintah, masyarakat juga dapat ikut andil dalam menjaga
ketahanan pangan untuk menghindari adanya krisis pangan. Masyarakat memiliki peluang untuk
membangun kedaulatan dan kemandirian pangan.
Dalam masa pandemi seperti ini, masyarakat cenderung menjadi lebih kreatif dan bisa berkreasi
untuk mengakali situasi yang ada. Termasuk halnya dalam menjaga akses terhadap pangan.
Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk melakukan penanaman mandiri minimal untuk
memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Ada banyak sekali cara untuk melakukan penanaman
mandiri seperti misalnya urban farming dan juga melakukan penanaman dengan metode
hidroponik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada di rumah.

A. PROBABILITAS TERJADINYA KRISIS BAHAN PANGAN


1). Faktor Internal
1. Pelaku/ pengelola yang melakukan penyelewengan
Pelaku atau pengelola bahan pangan yang memanfaatkan kawasan sumber daya alam untuk
diekspoloitasi secara berlebihan demi mendapat keuntunganlah yang berkontribusi besar
terhadap krisis pangan. Perilaku eksploitasi mengakibatkan hasil alam semakin sedikit serta
menimbulkan penurunan kualitas lingkungan yang akhirnya membuat persediaan bahan pangan
menipis.
2. Kemampuan alam untuk menyediakan persediaan populasi sumber daya.
Akibat dari penurunan kualitas lingkungan adalah ketidakmampuan alam untuk menyediakan
persediaan sumber bahan pangan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena penurunan
kemampuan resiliensi ekosistem atau populasi, hal inilah yang menyebabkan ketersediaan sumber
pangan terganggangu dapat dilihat dari hasil panen petani yang menurun atau nelayan yang sulit
menangkan ikan.
3. Kurangnya motivasi
Ketidakberanian petani menanggung resiko adalah faktor penting dalam menggerakan petani. Hal
ini disebabkan karena pata petani belum dapat menafsirkan atau memperkirakan sejauh mana
keberhasilan untuk mereka kelak. Prinsip lama mereka yang fokus untuk memenuhi kebutuhan
mereka saja harus diubah dan ikut andil dalam usaha mengurangi krisis bahan pangan.
4. Masyarakat tradisional
Pertanian di indonesia yang masih tradisional ditambah tanaman semusim membuat jumlah
bahan pangan tidak mampu memcukupi kebutuhan pangan suatu negara. proses yang sangat
lama membuat banyak resiko seperti munculnya hama,tanaman terendam banjir,dan gagal
panen. Karena proses yang lama banyak sumber daya manusia yang potensi memilih bermigrasi
kekota besar dan membuat jumlah petani menjadi sedikit.
2). FaktorEksternal
1. Revitalisasi lahan pertanian
Akibat dari revitalisasi / alih fungsi lahan adalah berkurangnya ketersediaan pangan dan
mengakibatkan berkurangnya ketahanan pangan secara nasional. Berkurangnya lahan pertanian
mengakibatkan produksi pangan akan berkurang, selain itu akibat dari alih lahan adalah
terganggunya serapan air yang akan mengakibatkan kekeringan dan banjir.
2. Pasar bebas
Krisis bahan pangan terjadi akibat banyak orang tidak sanggup membeli harga pangan yang
dikendalikan perusahaan perusahaan eksportir pangan multinasional. Hal ini juga disebabkan
karena adanya pasar global. Munculnya liberalisasi dan privatisasi dalam perdagangan pangan
membuat sistem pangan lokal tidak stabil, petani lokal tidak dapat menghindari surplus pangan
berlebihan dari negara negara maju yang membanjiri pasar lokal.
3. Terhambatnya sistem pendistribusian terutama dalam segi pengangkutan
Sarana untuk melakukan distribusi pangan menjadi terbatas sehingga terjadi kurangnya
produktivitas pangan. Selain itu, pola hidup masyarakat sebagai konsumen pangan juga berubah.
Hal ini dapat mengakibatkan perubahan harga harga pada produk pangan. Selain itu banyak
oknum oknum yang menimbun kebutuhan pangan sehingga masyarakat sulit mendapatkan bahan
pangan dan menimbulkan kelangkaan. Pendistribusian yang buruk inilah yang akhirnya menjadi
penyebab krisis bahan pangan.

B. DAMPAK KRISIS BAHAN PANGAN


Ketika terjadi krisis pangan, pangan akan langka. Kelangkaan ini menyebabkan harga terus
melonjak, melonjaknya harga ini akan memicu terjadinya konflik sehingga mempengaruhi roda
perpolitikan. Dampak lain yang terjadi di Indonesia akibat terjadinya krisis pangan adalah
kelaparan. Hasil penelitian FAO (Food Agriculture Organization) tahun 2010 menunjukkan
penduduk dunia yang mengalami kelaparan mencapai 925 juta jiwa. Selain kelaparan, dampak
lain dari krisis pangan yang terjadi di Indonesia adalah ketergantungan akan impor.
Saat ini Indonesia termasuk pengimpor beras terbesar dengan jumlah 2,5 juta ton beras per tahun.
Selain beras juga mengimpor 2 juta ton gula dan 1,2 juta ton kedelai. Jika ini tidak secepatnya di
antisipasi oleh pemerintah, maka tidak mustahil Indonesia akan mengalami seperti yang terjadi di
Negara Hal yang menjadi salah satu negara krisis pangan dengan penghasil beras produksi
170.000 ton beras per tahun masih mengalami krisis pangan. Dampak Krisis Bahan Pangan dari
berbagai segi, diantaranya:
1. Sumber Ekonomi
Risk Resources Certainly Uncertainly Risk causes

Jumlah persediaan bahan


Stok bahan pangan Daya beli menurun
Inflasi pangan yg tidak seimbang
Cukup/ Tidak Cukup dengan kebutuhan
masyarakat
Sumber daya yg diolah
sedikit dan perusahaan
Tingkat Jumlah pekerjaan
Pendapatan yang rendah mengurangi SDM untuk
kesejahteraan lapangan sesuai/ Tidak
meraih keuntungan yg lebih
sesuai
banyak
Konflik geopolitik laut
Dibatasi/ Tidak Perdagangan dunia china selatan dan timur
Geopolitik
dibatasi impor terbengkalai (tidak ada tengah memperlambat
kebutuhan pangan pendistribusian dari luar ekonomi dunia
negeri)

2. Kriminalisasi
Risk Resources Certainly Uncertainly Risk causes

Kejahatan Dapat
Keinginan untuk memenuhi
dikendalikan/ Tidak
Angka kejahatan kebutuhan akan persediaan
dapat dikendalikan yang mulai langka dan juga Pembunuhan
tekanan ekonomi

Nilai Banyaknya peluang yang


Tingkat korupsi Pendistribusian dimiliki oleh orang” yang Kelangkaan disebabkan
Sesuai/ Tidak sesuai berkuasa yang kurang karena permainan korupsi
diawasi oleh pihak” terkait yang disengaja

Kebutuhan Dapat Pendidikan yang rendah


Kemiskinan Keterbatasan Sumber
terpenuhi/ Tidak dapat lapangan pekerjaan
terpenuhi
3. Alam
Risk Resources Certainly Uncertainly Risk causes

Stok bahan Kebijakan pemerintah


pangan di alam Eksploitasi berlebihan yang lemah
Kerusakan alam
menurun/ tidak
menurun

Lahan pertanian Pemerintah yang


tersedia/ Tidak menghilangkan lahan
Pengalihan fungsi Lahan pertanian
tersedia pertanian menjadi
lahan menjadi tercemar
infrastruktur

Perubahan iklim yang Meningkatnya efek


Panen berhasil/
Perubahan iklim menyebabkan rumah kaca
tidak berhasil
rusaknya lapisan ozon

C. RESIKO DARI KRISIS BAHAN PANGAN


1. Resiko Bersumber dari Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi, dengan adanya krisis bahan pangan akan mengakibatkan inflasi.
Hal ini disebabkan karena salah satu komoditas yang menjadi perhatin inflasi adalah dari sektor
bahan pangan. Semakin langka bahan pangan maka semakin mahal harganya mengakibatkan daya
beli menurun. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan masyarat. Respon harga
komiditas yang melambung dengan cepat akan mempengaruhi kenaikan harga barang lain dan
semakin memberikan tekanan pada tingkat inflasi, padahal nilai uang sama namun barang yang
didapat semakin sedikit.
2. Resiko Bersumber dari Segi Kriminalitas
Akibat banyak munculnya pencurian,penipuan dan kejahatan sejenis demi memenuhi kebutuhan
nya. Hal ini biasanya terjadi pada masyarakat bawah. Penyebabnya adalah masyarakat bahwa
tidak sanggup menghadapi lonjakan harga bahan pangan, selain itu, banyak karyawan yang
terkena phk dan menimbulkan meningkatnya jumlah pengangguran dan juga pemerintah yang
terlalu sibuk dengan urusan politik dan pemberantasan korupsi sehingga masyarakat terabaikan.
3. Resiko Bersumber dari Segi Alam
Akibat dari resiko ini adalah semakin menipisnya jumlah persediaan bahan pangan di alam
karena hilangnya lahan pertanian dan sumber pangan lain nya.
Hal ini disebabkan oleh eskploitasi yang berlebihan guna memenuhi kebutuhan manusia tanpa
dilakukannya perawatan dan penanganan yang tepat. Selain itu pengalihan fungsi lahan guna
mendukung pembangunan infrastuktur mengakibatkan sumber dimensi produksi berkurang
seperti jumlah persediaan air yang semakin menipis,rusaknya keseimbangan tanah akibat
kebakaran hutan yang disengaja dll. Padahal dimensi dalam permasalahan produksi ada 4 yaitu :
Tanah,sumber daya air, sarana pupuk dan sumber energi. Jika salah satu saja tidak terpenuhi akan
terjadi kegagalan panen yang menimbulkan persediaan pangan semakin menipis.

D. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI KRISIS PANGAN


Salah satu komuditas pangan yang paling penting untuk menunjang keberlangsungan hidup
manusia adalah beras. Dengan perkataan lain, untuk mendapatkan beras mulai dari petani hingga
ke konsumen atau pembeli haruslah melalui beberapa tahap. Tahap ini diartikan pengelolahan
mulai dari masa tanam, panen, dan padi menjadi beras. Tahapan lainnya berada pada actor-aktor,
mulai dari petani, individu, masyarakat, tengkulak hingga pemerintah. Maka dari itu keterlibatan
berbagai actor sangat dibutuhkan dalam memperoleh pangan khususnya beras.
Dalam hal ini, pemerintah memiliki peran penting membuat kebijakan mempertahankan agar
ancaman akan terjadinya krisis pangan dapat dihindari. Selain itu, Actor yang terlibat tidak
hanya mengharapkan pemerintah sebagai satu-satunya actor dalam mengambil kebijakan
ditingkat atas, melainkan juga harus melibatkan actor di level bawah, petani misalnya. Bahkan
sebaiknya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat termasuk petani harus ditingkatkan
dalam mengantisipasi krisis ketahanan pangan. Langkah selanjutnya yang harus ditempuh
pemerintah Indonesia dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan adalah:
1. Negara dalam hal ini pemerintah, harus memperhatikan produksi dalam negeri. Bukanhanya
produksi dari sektor pertanian, tetapi juga harus memperhatikan sektor perkebunan dan
peternakan. Perhatian pemerintah terhadap ketiga sektor tersebut harus ditingkatkan guna
menjaga ketersediaan kebutuhan pangan dalam negeri.
2. Dalam menghadapi pasar bebas 2015, Indonesia harus menjadi basis produksi
pangan khsususnya di kawasan ASEAN.
3. Kestabilan dan keterjangkauan harga terhadap pangan oleh masyarakat Indonesia
harus diperhatikan oleh pemerintah.
4. Perluasan wilayah atau tanah garapan khususnya bidang pertanian yang tadinya
semakin terbatas menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menunjang peningkatan
produksi pangan.

E. PERAN ACTOR DALAM TAHAPAN PENGELOLAAN BAHAN PANGAN

1. PETANI
Risk Resources Certainly Uncertainly Risk causes

Sumber daya Generasi muda yang


Tidak tercukupinya
Petani berkualitas kurang tertarik terhadap
pertanian regenerasi terhadap
Cukup/ Tidak
profesi petani
Cukup

Musim panas Lahan


Panen berhasil/ Perubahan iklim
Produksi sawah kekeringan.
tidak berhasil Musim hujan Lahan
sawah tergenang air

Persediaan
Dapat melimpah, harga
Harga dikendalikan/ Penumpukan atau
turun. Saat langka Kelangkaan
tidak dapat
persediaan, harga
dikendalikan
naik.
2. MASYARAKAT
Risk Resources Certainly Uncertainly Risk causes

Kebutuhan Ketersediaan bahan


Masyarakat
pangan pangan tidak terpenuhi
Impor bahan pangan
terpenuhi/ tidak
terpenuhi
Mayoritas
Bahan pangan Masyarakat Indonesia
Konsumsi Berkurangnya stok Nasi
harus nasi/ tidak mengonsumsi nasi
harus nasi

Pertumbuhan Pertumbuhan
Tidak meratanya
jumlah jumlah penduduk
Jumlah penduduk ketersebaran beras
penduduk tidak sesuai dengan
yang akan dikonsumsi
merata/ tidak pertumbuhan
penduduk
merata produksi beras

3. PEMERINTAH
Risk Resources Certainly Uncertainly Risk causes

Ketahanan Kebijakan pemerintah


Masyarakat
pangan dapat tentang ketahanan
Pemerintah mengkonsumsi sumber
diatasi/ tidak karbohidrat selain beras pangan yang tidak
dapat diatasi efektif
Lahan
memberikan Banyak lahan yang
Lahan Lahan tidak maksimal
hasil/ tidak kosong

Tenaga kerja
pertanian
mengerti Pertanian kurang
Teknologi Tidak terdapatnya
teknologi/ tidak sejahtera
fasilitas teknologi
mengerti
teknologi
Selain melalui tahapan dari petani ke konsumen , tahapan lain yang harus dilewati yaitu melalui
actor. Untuk mendapatkan bahan pangan kita harus melalui tahapan berikut :
1. Petani
2. Individu
3. Masyarakat
4. Pemerintah

Maka dari itu keterlibatan berbagai actor sangat dibutuhkan dalam memperoleh bahan pangan.

Aktor yangterlibat Sebab Akibat

Jumlah petani di Indonesia Dapat berpengaruh pada produktivitas


banyak tergolong usia tua menjadi menurun

PETANI
Penggusuran & Kriminalisasi Lahan kerap dialihfungsikan untuk
terhadap petani sering terjadi keperluan infrastruktur dan lahan
untuk bertani menjadi sempit bahkan
rusak & tercemar oleh limbah
infrastruktur
Aktor yangterlibat Sebab Akibat

Ancaman krisis pangan pada


saat ini yaitu covid-19 yg Pemerintah harus membuat kebijakan
sangat mengganggu untuk menangani krisis pangan
ketersediaan, stabilitas, dan
akses pangan

PEMERINTAH
Pemerintah memberlakukan kebijakan
Munculnya covid-19 yang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
menjadi ancaman krisis bahan Besar)
pangan Indonesia

Aktor yangterlibat Sebab Akibat

Dalam masa pandemi Masyarakat tidak mandiri dalam


masyarakat cenderung memenuhi kebutuhan pangan
ketergantungan bantuan

MASYARAKAT Covid-19 membuat


masyarakat belanja bahan Penimbunan stok bahan pangan
pokok berlebihan dirumah tangga dan tidak
meratanya menyebabkan
kekurangan dan kelebihan stok
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pangan merupakan kebutuhan mendasar umat manusia, untuk itu masalah ketahanan pangan juga
harus diperhatikan oleh seluruh umat manusia dan melalui kebijakan pemerintah seyogyanya
berpihak kepada masyarakat pula. Kebijakan pemerintah yang selalu mengedepankan impor
pangan kususnya beras bukanlah kebijakan yang dianggap strategis melainkan kebijakan yang
dianggap melemahkan ketahanan pangan secara domestik. Krisis ketahanan pangan hingga saat ini
telah menjadi isu global yang harus melibatkan semua actor. Tidak hanya Negara maju, akan tetapi
Negara berkembang harus mencari jalan keluar agar krisis pangan yang sementara terjadi ini
secepatnya dapat teratasi.

SARAN
Dalam mengantisipasi krisis pangan ini sebaiknya hal yang perlu di lakukan adalah:
a. Kerjasama antar berbagai actor termasuk individu, masyarakat, petani, distributor,dan
pemerintah.
b. Mengurangi impor bahkan sebaiknya meniadakan impor pangan denganmeningkatkan
produksi dalamnegeri.
c. Mewujudkan cadanganpangan.
d. Mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200 kilo kalori/hari,
dan penyediaan protein per kapita minimal 57gram/hari.
e. Mewujudkan distribusi pangan efektif dan efesien sehingga harga pangan tidak
melampau harga normal dan masyarakat dapat menjangkau harga pangan khususnya
beras tersebut.

Anda mungkin juga menyukai