Disusun oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak awal maret 2020 hingga saat ini, Indonesia sedang menghadapi pandemi
Covid-19. Hal ini menyebabkan perubahan di berbagai sektor yang berdampak terhadap
kehidupan masyarakat. Namun, tidak hanya sektor kesehatan saja yang mengalami
perubahan secara drastis, tetapi juga sektor ekonomi masyarakat, sehingga menjadi hal
yang penting untuk diperhatikan. Beberapa negara termasuk Indonesia menerapkan
kebijakan melakukan segala aktivitas dari rumah seperti harus melakukan pembelajaran
sekolah maupun perkuliahan dan bekerja secara daring yang bertujuan untuk mencegah
peningkatan penularan Covid-19. Kebijakan ini juga menyebabkan banyak pekerja
dirumahkan, yang kemudian berdampak terhadap ekonomi keluarga.
Kebutuhan ketahanan pangan keluarga pada masa pandemi Covid-19 hingga saat ini
masih menjadi isu krusial masalah kesehatan yang dialami secara global. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan ekonomi keluarga di era pandemi
Covid-19 salah satunya adalah dengan mengoptimalkan ketahanan pangan dengan
melakukan pemberdayaan terhadap potensi wilayah masing-masing. Pangan sebagai
kebutuhan dasar mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia. Strategi ketahanan
pangan berfokus pada petani terhadap kemampuannya untuk melakukan penanaman dan
memanen tanaman secara individu. Namun, pada masa pandemi ini memaksa setiap
orang melakukan pemberdayaan diri dan hidup hemat untuk ketersediaan kebutuhan
sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan upaya strategi peningkatan ketahanan pangan
keluarga melalui kemandirian pangan di era pandemi Covid-19. Wujud nyata dari upaya
pembangunan kemandirian pangan di rumah adalah dengan pemanfaatan lahan kosong
yang berada di pekarangan atau sekitar rumah untuk bercocok tanam bahan makanan
seperti cabai, buah-buahan, sayuran dan bumbu dapur. Hal ini dapat mendukung
ketahanan pangan rumah tangga dan hasil panennya dapat digunakan untuk kebutuhan
pokok sehari-hari.
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, kami melakukan analisa lebih lanjut
terkait strategi peningkatan ketahanan pangan keluarga di era pandemi Covid-19 melalui
kemandirian pangan dengan melakukan wujud nyata seperti pemanfaatan lahan kosong.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan dan penulisan laporan ini adalah agar penulis dan pembaca dapat
menganalisis dan mengetahui terkait strategi ketahanan pangan keluarga melalui
kemandirian pangan, serta memahami tujuan dari adanya pelaksanaan kemandirian
pangan rumah tangga.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Masyarakat di Era Pandemi
Laporan dari World Food Programme dan SMERU Research Institute dalam
(Sanggelorang et al., 2021) mengungkapkan bahwa di Indonesia pada kondisi pandemi
ini berpengaruh dalam hal pasokan pangan. Ditambah dengan adanya laporan dari
International Food Policy Research Institute (IPRI) pandemi COVID-19 memunculkan
krisis pangan baru yang berefek pada ketahanan pangan. Beberapa daerah yang
menetapkan kebijakan untuk lockdown yang kemudian disebut dengan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Akan tetapi kebijakan ini mempengaruhi aktivitas-
aktivitas ekonomi masyarakat di Indonesia dengan dibatasinya ruang gerak masyarakat,
belum lagi banyaknya karyawan yang harus dirumahkan bahkan hingga diberhentikan
dalam pekerjaannya oleh perusahaan-perusahaan dengan alasan untuk menutup kerugian
yang terus membesar (Honoatubun, 2020). Dengan sedikitnya lapangan pekerjaan dan
pengeluaran yang tidak berubah, masyarakat menjadi kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-harinya.
Disisi lain, kala pandemi seperti sekarang ini, masyarakat diharapkan
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan aman agar dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan menurunkan resiko penyakit kronis dan penyakit infeksi.
Masyarakat harus membiasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok, membatasi
konsumsi makanan yang manis, asin, dan berlemak, perbanyak aktivitas fisik yang cukup
dan pertahankan berat badan ideal, lakukan kebiasaan mengkonsumsi lauk pauk yang
mengandung protein tinggi, perbanyak makan buah dan sayuran karena sayuran dan
buah-buahan kaya akan vitamin dan zat gizi yang baik untuk tubuh. (Kemenkes, 2020)
Kondisi pandemi Covid-19 saat ini membuat masyarakat merasa was-was akan
kesehatan dan masyarakat juga dihadapkan pada masalah ekonomi yang sulit untuk
terpenuhi, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga.
2. Sawi
Caisim atau yang lebih dikenal dengan sawi merupakan salah satu
sayuran yang mudah untuk dibudidayakan dan mengandung nutrisi yang
tinggi sebagai upaya kemandirian pangan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Tanaman Caisin memiliki nama latin “ Brassica juncea L.” Merupakan
tanaman jenis sayuran semusim. Tanaman caisim dapat tumbuh baik di tempat
yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari
dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Dalam pemeliharaan caisim
hidroponik yang harus diperhatikan adalah jumlah air, pH tanah, kontak
dengan cahaya dan panas yang diterima. Sayuran caisim sudah bisa dipanen
dengan baik saat tanaman berumur 28 sampai dengan 30 hari dari waktu
penanaman awal.
3. Bawang putih
Bawang putih atau Allium Sativum biasanya digunakan sebagai bumbu
dasar dalam setiap masakan Indonesia. Dalam 100 gr bawang putih
mengandung kalori (112 kkal), karbohidrat (21,3 g), protein (4,5 g), lemak
(0,2 g), Vitamin B1 (0,22 mg), Vitamin B2 ( 0,07 mg), vitamin B3 (0,3 mg),
kalsium (42 mg), fosfor (134 mg), kalium (666 mg), tembaga (90 mcg), seng
(0,4 mg), dan air (71 g).
Pembudidayaan bawang putih dilakukan dengan menanam bawang
putih yang sudah bertunas dengan mengubur akarnya. Manfaat budidaya
bawang putih adalah memberi kemudahan bagi masyarakat sekitar untuk
mendapatkan hasil berupa bawang putih. Sehingga upaya pembangunan
kemandirian pangan sudah diwujudkan.
4. Jahe
Jahe atau Zingiber Officinale adalah rimpang biasa yang dikenal
sebagai salah satu tanaman obat keluarga. Ketenaran jahe sebagai obat
sekaligus rempah-rempah terasa di seluruh dunia. Dalam pemanfaatannya
digunakan sebagai minuman atau campuran pada bahan pangan. Terdapat 3
jenis jahe yaitu jahe besar, jahe putih kecil dan jahe merah.
Dalam 100 gram jahe mengandung energi (51 kkal), karbohidrat (10,1
g), protein (1,5 g), air (55 g), vitamin B3 (3,3 mg), kalsium (21 mg), fosfor (39
mg), kalium (441,7 mg), dan tembaga (480 mcg).
Hal pertama cara membudidayakan tanaman jahe adalah campurkan
tanah humus dan kandang dengan perbandingan 1:1, lalu masukkan kedalam
pot dan taruh beberapa jahe pada permukaan tanah, kemudian siram tanaman
jahe dengan air secukupnya dan pastikan tidak terkena air hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Aidha, Z., & Harahap, R. A. (2021). Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Ketahanan Pangan
Selama Pandemi COVID-19 di Kecamatan Bilah Barat. Tropical Public Health Journal, 1(1), 22-30.
Kharima, N. KEBERFUNGSIAN URBAN FARMING TERHADAP KETAHANAN PANGAN
KELUARGA DI MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial, 2(1),
25-43.
Mulyo, J. H., Sugiyarto, S., & Widada, A. W. (2015). Ketahanan Dan Kemandirian Pangan Rumah
Tangga Tani Daerah Marginal Di Kabupaten Bojonegoro. Agro Ekonomi, 26(2), 121-128.
Pambudi, P. A. (2020). Pandemi Covid-19: Refleksi Pentingnya Optimasi Lahan Pekarangan Sebagai
Penyokong Kemandirian Pangan Dan Kesehatan Keluarga. EnviroScienteae, 16(3), 408-423.
Rahmawati, Y., Nurani, A. S., Sukandar, D., & Khomsan, A. (2012). Kemandirian pangan sumber
karbohidrat dan protein untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga. invotec, 8(2).
Syamsi, F., Anggraini, D., & Ramses, R. (2019). PEMANFAATAN PEKARANGAN RUMAH
UNTUK BERTANAM SAYURAN ORGANIK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN PANGAN KELUARGA. MINDA BAHARU, 3(1), 9-15.
Widyastuti, A., Syafitri, D. M., Majdid, D. Z., Ramadhani, H. N., & Mufida, N. (2020). Upaya
Pembangunan Kemandirian Pangan di Rumah Pada Era Pandemic Covid-19. Universitas Negeri
Semarang.