Anda di halaman 1dari 18

Lumbung Pangan Sebagai Upaya Ketangguhan Pangan

Masa Pendemi Covid-19 Desa Tapus

BUDI SANTOSO
Cabang Mandailing Natal
Email: budisantosoku60.com

ABSTRACT
Pangan menjadi pusat perhatian dan paling pokok dalam upaya ketangguhan
pangan masyarakat terutamaa pada masa pandemi Covid-19 ini dalam menjamin
ketersediaan bahan pangan, Desa Tapus memiliki peran serta dalam menjamin
ketersediaan pangan. Pasal 74 UU Nomor 6 2014 Tentang Desa memberikan
kewenangan Kepada Desa untuk memprioritaskan belanja kebutuhan
pembangunan , diantaranya kebutuhan primer yakni pangan. Tujuan Penelitian
ini adalah untuk mengetahui peran lumbung pangan sebagai upaya ketangguhan
pangan dimasa pandemi Covid-19 didesa Tapus Kecamatan Lingga Bayu
Kabupaten Mandailing Natal. Hasil penelitian ini menunjukkan lumbung pangan
yang terdapat pada kampung tangguh Desa Tapus dengan kondisi yang baik
terlihat dari ketersediaan stok pangan, administrasi, peruntukkan lumbung
pangan, alur penerimaan dan pendistibusian bahan pangan yang tertata, juga
terdapat invasi untuk ketangguhan pangan. Jadi kesimpulan pada penelitian ini
lumbung pangan memiliki peran penting dalam setiap kehidupan manusia
terutama pada kondisi pandemi Covid-19 yang sedang terjadi saat ini. Lumbung
pangan ini menjadikan kampung yang tangguh sehingga dapat bertahan dimasa
pandemi sehingga dapat mencapai kampung tangguh yang mampu mandiri.

Kata kunci: Covid-19, ketangguhan pangan, lumbung pangan.

1
I. Pendahuluan
Tingkat penyebaran Covid-19 (Corona Virus Disease) yang sama-sama
kita lihat dan rasakan semakin besar dan meluas akibatnya pendapatan masyarakat
akan berkurang dan pasti akan terjadi penurunan perekonomian. Jika kita lihat
penyebaran Covid-19 secara Global tersebar 223 negara yang terkonfirmasi
sejumlah 184.324.026 dan meninggal 3.9992.680, dan ini menandakan sangat
bahayanya Covid-19, Sementara di Indonesia sendiri yang dikonfirmasi Positif
Covid-19 adalah 2.379.397, sembuh 1.973.388, dan yang meninggal 62.908
(Pramudita, 2020). Dimasa pendemi Covid-19 mengganggu sistem pangan dan
memberikan dampak yang sangat siknipikan untuk dunia, bayak negara-negara
yang melakukan aturan salah satunya negara Indonesia. Pendemi Covid-19
mempengaruhi berbagai bidang, diantaranya adalah bidang ekonomi, pertanian,
perdagangan dan lainya (Adi, Komunikasi dan ketahan pangan rumah tangga,
1998).
Pendemi Covid-19 (Corona Virus Disease) di Indonesia sejak pemerintah
mengumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 untuk pertama kalinya terkonfirmasi
Positif Covid-19 yang diakibatkan bayaknya kerumunan dan kontak antara
masyarakat maka dari kemunculan ini pemerintah mebuat aturan pembatasan
aktivitas masyarakat yang berskala besar untuk mengurangi penyebaran Covid-19
(Ariani, 2015). Covid-19 merupakan penyakit yang menular dan sangat berisiko
menyebabkan kedaruratan sehingga dari itu pemerintah membuat aturan dan
rugulasi seperti social distencing, physical distensing, mencuci tangan dengan
sabun menjaga jarak dan memakai masker, diikuti juga dengan aturan dan
kebijakan seperti work from home atau dirumah saja dan school from home atau
belajar di rumah saja untuk mengurangi terpaparnya Covid-19 (Ariani, 2015).
Pendemi Covid-19 memaksa semua elemen dan masyarakat melakukan aktifitas
dirumah saja, tentu dari regulasi dan aturan pemerintah menimbulkan keresahan,

2
kekhawatiran bayak pihak karna bayak nya masyarakat tidak bisa keluar rumah
untuk bekerja jadinya pasti terjadi kelangkaan bahan pangan karna akibat
pembatasan aktivitas masyarakat (Ariani, 2015).
Berbagai kebijakan dan regulasi dilakukan pemerintah, baik pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, mulai kebijakan PSBB, PSBL, PSBB Transisi,
PPKM, PPKM Darurat, hingga PPKM Mikro (Aisyah, 2020). Namun tetap saja
pembatasan yang dilakukan belum mampu mengurangi kesulitan perekonomian
masyarakat (Aisyah, 2020). Jika kita lihat dan pembatansan yang dilakukan
pemerintah seperti kegitan pembatasan kegiatan di luar rumah, pembatasan jam
kerja, pembatasan jam berjualan dan pasar tempat hiburan dan merupakan sumber
penghasilan bayak orang (Wulandani, 2020).
Berdasarkan data BPS, tahun 2020, Indonesia memproduksi beras pada
tahun 2019 mengalami penurunan sebayak 2,63 juta ton / 7,75% jika
dibandingkan tahun 2018 (Wulandani, 2020). Kondisi ini diharapkan tidak terjadi
dimasa pendemi Covid-19. Disisi lain tren konsumsi masyarakat di Indonesia
cenderung meningkat. Selama bulan januari-april 2020 terjadi kenaikan indeks
Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) (Yuwono, 2005). April 2020 meninggkat
sebesar 0,11 % dibanding bulan sebelumnya dimana kelompok pengeluaran
makanan dan minuman meyumbang 0,08 % serta penyediaan makanan dan
minuman/restoran 0,12 % (Erwinsyah, Kesejahteraan petani dan ketahanan
pangan dimaa pendemi, 2020). Pada bulan Januari sampai maret 2020,
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata harga beras yaitu 0,8 %
berdasarkan data dari pusat informasi harga pangan strategi nasional kondisi ini
membutuhkan penyesuaian kebijakan terkait pangan agar ketahan pangan di
Indonesia tetap terjamin.
Dalam pembangunan ketahanan pangan, ada tiga pilar yang menjadi
perhatian dalam ketersediaan, keterjangkauan bentuk, fisik maupun ekonomi, dan

3
stabilitas pasokan dan harga. Menurut regulasi peraturan pemerintah Nomor 83
Tahun 2017, ketersediaan pangan terjadi peningkatan produksi pangan dalam
negeri dan penguatan cadangan pangan Nasional. Bahayanya ketahanan pangan
pada masyarakat daatt diatasi dengan lumbung pangan yang merupakan lembaga
cadangan pangan pada daerah desa. Walau lumbung pangan menjadi peran untuk
mengatasi kerawanan pangan di dalam masyarakat daerah rawan pangan kronis,
namun pada lembaga cadangan makanan itu belum mampu mengatasi kerawanan
pangan mengakibatkan kondisi yang menjadi tidak terduga seperti pandemi
Covid-19 yang terjadi saat ini. Keberadaan cadangan pangan yang ada pada
masyarakat sekitar tidak terlepas dari adanya lembaga pengolahan cadangan
pangan. Lumbung pangan secara tradisional tumbuh dan memiliki peranan dalam
menjaga keseimbangan ketahanan pangan pada masyarakat (Wirjadmadi, 2012).
Desa adalah sentra produksi pangan. Dari total 74.953 Desa di Indonesia,
82.77 % desa berbasis pertanian. menjaga desa tetap produktif berarti menjaga
ketahanan pangan nasional. Menjadi sejalan dengan amanat UU Nomor 41 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian pangan berkelanjutan. Dalam upaya
berkelanjutan menjadi kebijakan, keharusan untuk menjadi gambaran
mengantisipasi krisis pangan di tengah Covid-19 (Wirjadmadi, 2012).
Ketahanan pangan memang seharusnya menjadi pusat yang harus
diperhatikan sebagai urusan paling pokok dari ketahanan pangan di masyarakat di
tengah gempuran Covid-19. Nyatanya, isu ketahanan pangan yang menjadi
pasokan utama baru-baru ini marak dibicarakan setelah tiga bulan Indonesia
berkutat dengan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan ketenagakerjaan. Restriksi
sosial yang menjadi aturan dari pemerintah pusat menjadi kebijakan seperti
karantina yang diatur oleh regulasi pemerintah daerah, memang sudah mengubah
pola/siklus dari rantai pasokan pangan. Disisi produksi, aturan dan regulasi
protokol kesehtan yang perlu menjadi catatan dan diterapkan dalam pertanian,

4
terutama di daerah yang sudah memiliki kasus positif Covid-19, mengaganggu
pasukan input (D, 2004).
Kekuatan atau ketangguhan pangan adalah bagi suatu Negara serta
perorangan yang melihat kondisinya sudah terpenuhi dari segi pangan yang dapat
dilihat dari terpenuhnya pangan, dari baik jumlah serta kualitasnya, beragam
aneka, keamanannya, nutrisi, gizi, merata, tidak bertentangan dari agama dan
budaya masyarakat, serta terjangkau sehingga dapat hidup dengan sehat,
produktivitas serta aktif secara berkepanjangan (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan pangan dan gizi). Hal ini
menjadi penting diketahui dan diupayakan karena keluarga merupakan awal dari
kehidupan bagi semua anggota keluarga, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
pokok, seperti bahan makanan bergizi, pendidikan dan kesehatan. yang menjadi
ketahanan pangan adalah pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. juga selain itu
menjadi isu penting pada situasi bencana, termasuklah bencana Covid-19.
Pandemi Covid-19 ini menerpa indonesia sejak pemerintah mengumumkan pada
tanggal 02 Maret 2020 untuk pertama kalinya terdeteksi dua kasus pasien positif
Covid-19. Dampak yang dimunculkan pandemi ini adalah pembatasan aktivitas
dari masyarakat yang berskala besar untuk mengurangi penyebaran virus ini.
pandemi Covid-19 merupakan penyakit beresiko dan dapat menyebabkan
kedaruratan sehingga pemerintah melakukan aturan dan regulasi penerapan
kebijakan untuk mengurangi aktivitas masyarakat (Kadariah, 2010).
Desa menjadi pusat produksi pangan yang menjadi harapan dan strategis,
untuk mengupayakan adanya pasokan pangan, ditingkat desa sampai nasional.
Pasal 74 UUD Nomor 6 2014 berisi tentang regulasi kewenangan yang diberikan
kepada pemerintah desa untuk memperioritaskan belanja kebutuhan dalam
pembangunan, salah satunya tentang kebutuhan primer yaitu pasokan pangan. Hal
ini diperkuat dengan Pasal 8 Ayat (1 c) Permendesan Nomor 6 Tahun 2020

5
menyatakan dana desa bisa menjadi kebermanfaatan dalam pengadaan,
pembangunan, pengembangan, serta pemeliharaan usaha budidaya pertanian dan
perikanan sebagai ketahanan pangan. Untuk menjadi pengurangan beban
masyarakat, diutamakan masyarakat yang paling rentan dan gampang terdampak
Covid-19, disini pemerintah menerbitkan regulasi peraturan pengganti UUD
( Perpu) Nomor 1 tahun 2020 dan memberikan stimulus sebesar RP.110 Triliun
untuk jaring pengaman sosial (JTS). Diantara 7 komponen JPS alokasi untuk BLT
dana desa sebesar Rp. 31.789 Triliun (Harper, 2019).
Berangkat dari pandemi Covid-19 ini yan belum diketahui waktu terakhir
peranan lumbung pangan Desa sangat bermanfaat untuk masyarakat Desa. dimana
Desa Tapu ini beberapa waktu yang memiliki 3 orang warga melalui Rapid Tes
dalam rumah isolasi Desa Tapus Kecamatan Lingga Bayu Kabupaten Mandailing
Natal. Kondisi ketersediaan pangan di Desa dan kebijakan yang di ambil Desa
dalam menjaga ketahanan pangan (Harper, 2019).

II. Kajian Pustaka


Kajian Pustaka merupakan sajian tentang hasil penelitian terdahulu tentang
masalah yang berkaitan dengan lumbung pangan sebagai upanya ketangguhan
pangan dimasa pendemi, penulis akan mengkaji terlebih dahulu terhadap
penelitian terkait yang telah dibuat sebelumnya agar sedikit banyak membantu
dalam pokok bahasan yang akan dibahas (Umar, 2000). dari pengetahuan penulis
telah ada beberapa karya ilmiah yang mengangkat permasalahan yang
menyinggung lumbung pangan sebagai upanya ketangguhan pangan dimasa
pendemi (Sofiah, 2010). Hal ini mungkin dikarenakan masalah ini merupakan
masalah yang menarik sehingga banyak sekali yang mengangkat menjadi tema
dari sebuah karya ilmiah (Sugiono, 2010).

6
Pertama, karya tulis dari Marissa Pramudita, Lumbung Pangan Sebagai
Upanya Ketangguhan Pangan Masa Pendemi Covid-19 Desa Kabuaran
Bondowoso, Jurnal, dalam penelitian ini mengambil kesimpulan lumbung pangan
memiliki peran penting dalam setiap kehidupan manusia terutama pada kondisi
pandemi Covid-19 yang sedang terjadi saat ini. Lumbung pangan ini menjadikan
kampung yang tangguh sehingga dapat bertahan dimasa pandemi sehingga dapat
mencapai kampung tangguh yang mampu mandiri (Pramudita, 2020).
Kedua, karya tulis dari Yunastiti Purwaningsih, Ketahanan Pangan:
Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal, dalam
penelitian ini mengambil kesimpulan Masalah ketahanan pangan adalah
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Masalah ketersediaan yang terbatas dan
kapasitas produksi yang menurun; Masalah distribusi adalah infrastruktur,
kelembagaan, jaringan distribusi yang aman dan kapasitas produksi yang
bervariasi antar wilayah dan musim. Masalah konsumsi adalah sebagian besar
konsumsi energi adalah biji-bijian dan beras bias. Kebijakan ketahanan pangan
tidak hanya untuk mewujudkan kecukupan pangan dengan pembangunan ekonomi
pedesaan dan pertanian yang menjadi dasarnya, tetapi juga kecukupan pangan
bagi masyarakat miskin. Dalam rangka menciptakan cadangan pangan
masyarakat, lumbung desa penting untuk ditingkatkan (Yunastiti Purwaningsih,
2020).
Ketiga, karya tulis dari Siti Aisyah, Ketahan Pangan Keluarga Di Masa
Pendemi Covid-19, Jurnal, dalam penelitian ini mengambil kesimpulan Awal
tahun 2020 ini umat manusia di seluruh dunia digoncang dengan pandemi Virus
Corona (Covid-19) yang membuat kepanikan dimana-mana. Ratusan ribu manusia
terinfeksi dan ribuan lainnya meninggal dunia. WHO semenjak Januari 2020 telah
menyatakan dunia masuk ke dalam darurat global terkait virus ini. Kondisi ini
memicu juga terjadinya kerawanana pangan. Kita juga harus memperhatikan

7
ketahanan pangan keluarga di masa pandemi Covid 19 ini, karena ketahanan
pangan keluarga dapat memengaruhi terhadap kesanggupan dalam membeli bahan
pangan yang bergizi seimbang sehingga berpengaruh bagi ketahanan imun tubuh.
Keempat, karya tulis dari Rudy G. Erwinsyah, Kesejahteraan Petani Dan
Ketahanan Pangan Pada Masa Pandemi Covid-19: Telaah Kritis Terhadap
Rencana Megaproyek Lumbung Pangan Nasional Indonesia, Jurnal, dalam
penelitian ini mengambil kesimpulan dalam mengatasi krisis pangan, beberapa
negara Global South memobilisasi petani kecil untuk mengamankan persediaan
dan rantai pangan global melalui skema megaproyek kebun pangan skala luas.
Pada saat yang sama mereka dipaksa bekerja di lahan yang asing bagi mereka.
(Erwinsyah, 2020).

III. Metode Penelitian


Pada kegiatan ini tentang lumbung pangan pada masa pandemi Covid-19
yang berperan sebagai ketahanan pangan. penulis melakukan penelitian
menggunakan metode penelitian kualitatif dan desain penelitian studi kasus.
Lokasi kegiatan berada didesa Tapus Kecamatan Lingga Bayu Kabupaten
Mandailling Natal dari subjek penelitian. Diantaranya meliputi Kepala Desa
Tapus sebagai imforman kunci : Sekretaris Desa Tapus, Bendahara Desa dan
Ketua Satgas Covid-19 sebagai imforman utama : panitia lumbung pangan dan
pihak yang menjadi pengelola lumbung bangan di Desa Tapus sebagai imforman
pendukung. Teknik pengumpulan sampel menggunakan samplieng purposive
(pengambilan sampel dengan menentukan kriteria tertentu) sehingga mendapatkan
orang yang ahli dan terpercaya (Sugiono, 2010).
Disini penulis juga meneliti menggunakan jenis data berupa tes, simbol,
kata tertulis yang didapatkan dari berbagai sumber informasi. Sumber informasi
penulis yang peneliti lakukan ini diperoleh dari data primer maupun sekunder.

8
Cheklist dan wawancara digunakan untuk mendapatkan data primer yang
ddilakukan secara langsung dilapangan secara subjek dan objek yang terkait. Data
sekunder diperoleh dari sumber yang sudah ada yaitu dari dokumentasi, arsip
Desa, kajian pustaka dan laporan penelitian sebelumnya (Sofiah, 2010).

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pandemi Covid-19 selain dapat melemahkan kondisi kesehatan dan
membatasi ruang gerak masyarakat, juga dapat mempengaruhi kondisi
perekonomian sehingga berdampak dalam kemampuan masyarakat untuk
mendapatkan pangan. Disini pemerintah berusaha dengan keras agar masyarakat
tetap memperoleh bahan pangan. berbagai intervensi kebijakan pun dilakukan
menjaga kondisi ketahanan pangan agar dapat stabil. Pemenuhan kebutuhan
pangan secara mandiri telah diupayakan oleh berbagai kalangan masyarakat.
Bimbingan dan pengetahuan yang diperoleh baik media sosial maupun oleh
pemerintah dan penggiat pertanian secara langsung. Pertanian dengan memadakan
lahan yang seadanya dengan berbagai inovasi dan kreasi sehingga dapat
memperoleh hasil yang maksimal (Pramudita, 2020).
Perlu melakukan peningkatan minat regenerasi muda yang berpendidikan
untuk berperan dalam sektor pertanian dengan menawarkan metode pertanian
yang lebih menarik dan modern. Sehingga baik pemerintah maupun anak muda
dapat bekerja sama dalam peningkatan kuantitas dan kualitas pertanian.
Penggunaan metode yang lebh modern seperti hidroponik. Penggunaan metode ini
memang sedikit mahal, untuk perlu adanya peran pemerintah untuk membantu
fasilitas untuk dapat dijalankan secara maksimal oleh pemerintah khususnya oleh
pemuda yang berendidikan, terlebih lagi dari Universitas Pertanian (Erwinsyah,
2020).

9
Hal tersebut seiring dengan yang dilakukan dengan lumbung pangan
didesa Tapus kecamatan Lingga Bayu Kabupaten Mandailing Natal merupakan
salah satu upaya ketahanan pangan Desa yang masuk dalam 7 kriteria kampung
tangguh. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat menstabilkan asupan
nutrisi masyarakat menengah kebawah sehingga masyarakat memiliki imun yang
kuat dan mengurangi resiko penularan Covid-19 (Pramudita, 2020).
Hal utama yang menjadi perhatian pemerintah adalah menjaga ketahanan
pangan, terutama seperti saat ini yaitu dimasa pandemi Covid-19. Memastikan
pasokan makanan bagi masyarakat harus diperhatikan disamping kebutuhan
lainnya. Lokasi lumbung pangan terletak dibelaakang posko kampung tangguh
tepatnya di Dusun Simaung, Tapus. Kondisi lumbung pangan baik yaitu berada
dirumah warga yang sukarela menjadi ruang kosong dirumahnya sebagai tempat
lumbung pangan ketersediaan stok pangan selama Covid-19 ini selalu ada dan
tersedia dengan baik, banyak sekali suka relawan dari warga mampu yang turun
menyumbangkan bahan pangan dilumbung pangan tersebut (Wulandani, 2020).
Pada masa pandemi ini, indikator kualitatif dari para ketua RW untuk
orang yang terdampak sanga dibutuhkan. Untuk mengetahui pasti warga yang
terdampak paling buruk pada lingkungannya, para ketua RW ini sangat berperan
penting, sehingga saat pemberian, pada suatu RW, kemudian para ketua RW dan
RW menentukan warga untuk diberikan bantuan pangan agar pemberian panduan
ini tepat sasaran. Transfaransi distribusi melalui pembentukan lumbung pangan
distribusi melalui pembentukan lumbung pangan komunitas (LPK) telah
dilakukan untuk menghindari ketidakjujuran para ketua RW (Yunastiti
Purwaningsih, 2020).

10
Alur pendistribusian dijelaskan secara rinci setelah mengetahui nama dan
jumlah kuota seperti nama yang telah digambarkan berikut ini :

Warga kurang mampu didata


oleh RT

Melakukan sosialisasi pada warga Memberikan data pada divisi


mampu (RW) pangan

Mengajak Masyarakat
Beras, sayur, dll Divisi Pangan
dalam kesediaan
disiapkan divisi menyiapkan 10%
Menyumbang
pangan (Lengkapi Cadangan
Tanda Terima)

Dikumpulkan disekretariat Cadangan Dikumpulkan di Posko


Penghubung

Diantara ke Warga jika ada


Disalurkan I Hari Sebelum permintaan Darurat
Lockdown

Gambar 1.

Hasil Observasi penulis saat penelitian dilapangan.

Pemerintah Desa Tapus membuat panitia lumbung pangan dan melakukan


musyawarah dengan warga dan menghasilkan bayak kebijakan diantaranya
sumbangan warga yang mampu untuk menambah ketahanan pangan warga agar
tidak selalu tergantung kepada Pemerintah. Bantuan pangan ini terutama bagi
warga yang tidak mampu untuk menghindari masalah sosial dan meminimalisir
penyebaran penyakit selama mengikuti aturan Pemerintah. Rekomendasi warga

11
untuk membangun lumbung pangan pada tiap-tiap RT dengan mengisi formulir
yang berisikan jenis bantuan, jumlah serta tanda tangan penyumbang (Harper,
2019).
Peraturan kampung tangguh tentang bantuan pangan saat pandemi Covid-
19 yaitu:
1. Selama pandemi Covid-19, penyaluran bantuan pangan dari berbagai pihak
cukup banyak dan sering kali tumpang tindih, sehingga terjadi ketidakadilan
dalam pendistribusian bantuan. Masalah sosial dapat muncul ketika hal
tersebut dalam jangka panjang.
2. Lumbung pangan kampung ini digunakan sebagai instrumen untuk merapikan
catatan bantuan pangan oleh relawan, Pemerintah, dan donatur lainnya
termasuk zakat pribadi atau dari basis.
3. Bantuan pangan dari relawan sebaiknya 70-60% diberikan langsung kewarga
dan 40%-30% disimpan dilumbung pangan kampung/RW untuk cadangan
saat krisis, atau jika bantuan tidak jelas sasarannya
4. semua bantuan dicatat dalam buku penerimaan bantuan baik dalam individu,
instnsi, donatur, atau pihak-pihak lain yang terlibat.
5. pencatatan dilakukan pada papan kendali bantuan jika terdapat bantuan yang
sudah ada daftar nama kepala rumah tangga yang akan diberikan dan
dilengkapi dengan menulis jenis bantuan, besar dan tanggalnya.
6. Pembagian pada rumah tangga yang belum mendapatkan bantuan akan dicatat
pada buku kendali jika ada penyaluran bantuan yang tidak alamat dan
namanya.
7. Waktu mengantarkan bahan pada rumah tertentu pengantar harus meminta
tanda tangan dibuku penerimaan.

12
8. Ada tiga stok pangan jika terjadi masa krisis yaitu dirumah tangga, dan jika
RW yang dalam bentuk lumbung pangan warga, dan disistem luar kampung
yang meliputi relawan, polisi, TNI.
9. Saat tidak ada stok makanan dan mengalami krisis pangan, masih ada
lumbung pangan ini yang akan menjadii penyanggah masyarakat untuk
melayani masyarakat yang benar-benar tidak memiliki bahan ketersediaan
makanan.
10. Lumbung pangan merupakan sarana yang menjadi penghubung ditengah
kondisi mencari bahan pangan kepada kelurahan, polres, kodim dan tempat
yang dibentuk oleh pemerintah sebelumnya.
Dari bentuk bantuan yang tercatat dilumbung pangan kampung akan
terkontrol siapa saja yang telah mendapt bantuan. pada masa pandemi seperti saat
ini sangat hal yang baik namun dapat berdampak negatif juga jika pendistribusian
bantuan tidak tersusun rapi secaraa sistematis dan adil maka dapat menimbulkan
kecemburuan sosial dan kerusuhan antar warga.
Konsep wellpare sociaty merupakan sebuah konsep dari lumbung pangan
yang mendorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Konsep ini
memberikan perspektif bahwa lumbung pangan Desa Tapus merupakan pusat
pertumbuhan ekonomi dengan dinamika sosial (positif dan progresif) (Ariani,
2015).

13
Alur penerimaan bantuan
Pihak Donatur

Bantuan dicatat pada buku penerimaan bantuan oleh pengubung pangan

Nama Yang Sudah ada dicatat dalam buku kendali bantuan

Akan mengantar bahan pada nama yang telah ditetapkan

Menulis di Buku Tanda Terima

Gambar 1.

Hasil Observasi penulis saat penelitian dilapangan.

Pendistribusian pada saat Covid-19 didesa melalui warga penghubung


pangan yaitu RW, kemudian RW bertugas untuk memeriksa ketersediaan stok
yang terdapat pada lumbung pangan. Setelah itu melakukan pendataan bahan
pangan yang akan dibawa pada buku dengan jumlah maksimal 5 kg beras/rumah
tangga. Penghubung pangan / RW lalu mengantarkan bahan pangan dan juga
meminta tanda tangan pada buku kiriman. Kemudian memberikan suatu tanda
dibuku kendali jika warga terkait telah menerima bantuan.
Jenis bahan pangan yang di simpan dalam lumbung pangan diantaranya
adalah beras 50 kg, minyak goreng 10 liter, gula 5 kg, mie instan 1 bal, telur 10
kg. Cara yang digunakan warga pengelola lumbung pangan saat kondisi
masyarakat belum kekurangan pangan, supaya bahan pangan tersebut tidak basi,
adalah dengan menitipkan kewarga yang memiliki toko, supaya bahan pangan

14
tersebut bisa diperjual belikan dengan harapan bahan persediaan pangan tersebut
tidak kadaluarsa selama belum digunakan untuk kebutuhan warga. Adapun bahan
pangan yang dititipkan ke warung warga berupa: beras 40 kg, minyak goreng 10
liter, gula 50 kg, mie instan 1 bal, telur 10 kg. Dilumbung hanya menyisakan
beras 10 kg. Penitipan ini di toko warga dilakukan dengan seizin ketua dan
pembina tim penanganan Covid-19 di Desa Tapus dan disertai berita acara serah
terima.

V. Kesimpulan
Desa Tapus membuat lumbung pangan komunitas /LPK untuk membentuk
suatu ketangguhan pangan sehingga masyarakat tidak selalu terganatung kepada
pemerintah dan memberikan manfaat dengan memberikan sumbangan sebagai
bentuk supaya gotong royong dalam masyarakat yaitu warga terdampak
mendapatkan bantuan dari warga yang mampu. Bantuan pangan ini terutama bagi
warga yang tidak mampu untk menghindari masyarakat sosial dan meminimalisir
penyebaran penyakit selama mengikuti regulasi aturan Pemerintah.
Rekomendasi warga mampu untuk membentuk lumbung pangan untuk
setiap RT dengan mengisi formulir yang berisikan jenis bantuan, jumlah serta
tanda tangan penyumbang. Lumbung pangan ini menjadikan kampung yang
tanggh sehingga dapat berdaya ditengan pandemi Covid-19 untuk mencapai
kampung tangguh yang mampu mandiri.
VI. Saran
Diharapkan peran dari Pemerintah agar terus memperhatikan masyarakat
khususnya Desa Tapus supaya apa yang dilakukan seperti lumbung pangan bisa
dilakukan di Desa yang lain dengan cara mempublikasikan di media sosial
Pemerintah Daerah.

15
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Daryanto, Hafizriana Y. (2010). Model-Model Kuantitatif Untuk


Perencanaan Pembangunan : Konsep dan Aplikasi. Bogor: IPB Press.
[2] Adi, A. (1998). Komunikasi dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Menurut
Tipe Arkologi di Indonesia. Bogor: IPB Press.
[3] Ariani, A. S. (2015). Analisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Jakarta:
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VVI.
[4] Yuwono, P. (2005). Pengantar Ekonomettrika. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
[5] Wirjatmadi, M. A. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana.
[6] Umar, H. (2000). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
[7] Sofiah, E. M. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
[8] Sugiyono, P. D. (2010). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
[9] Siagian, R. D. (2004). Indeks Glikemik Pangan: Cara Mudah Memilih Pangan
Yang Menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya.
[10] Kadariah. (2002). Nalisis Pendapatan Nasional. Jakarta: LP3ES.
[11] Harper, B. D. (1986). Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.
[12] BPS. (2018). Hasil Survei Struktur ongkos Usaha Tanaman Padi 2017.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[13] BPS. (2019). Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja
Usaha Mikro Kecil. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[14] BPS. (2020). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2020, No.
40/05/Th. XXIII, 05 Mei 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[15] BPS. (2020). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2020, No.
39/05/Th. XXIII, 5 Mei 2020. Jakarta: Badan Pusat.
[16] Marissa Pramudita, (2020), Lumbung Pangan Sebagai Upanya Ketangguhan
Pangan Masa Pendemi Covid-19 Desa Kabuaran Bondowoso,
Multidisciplinary Journal.
[17] Yunastiti Purwaningsih, (2020), Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan,
Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat, Karisma Jurnal.
[18] Siti Aisyah, (2020), Ketahan Pangan Keluarga Di Masa Pendemi Covid-19,
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia.
[19] Rudy G. Erwinsyah, (2020), Kesejahteraan Petani Dan Ketahanan Pangan
Pada Masa Pandemi Covid-19: Telaah Kritis Terhadap Rencana
Megaproyek Lumbung Pangan Nasional Indonesia, Atmaezer Hariara
Simanjuntak Jurnal,
[20] Baiq Rani Dewi Wulandani, (2020), Food Estate Sebagai Ketahanan Pangan
Di Tengah Pandemi Covid-19 Di Desa Wanasaba, Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan
BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Budi Santoso


Tempat/ Tanggal Lahir : Tapus, 08 Juni 1997
Utusan : BADKO SUMUT
Status Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Tapus
Handphone : 082364308576

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL


Universitas/ Institute : STAIN MADINA
Fakultas : SYARIAH
Jurusan : HUKUM EKONOMI SYARIAH
Angkatan/ Tahun Masuk : 2017

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DI HMI


LK-I HMI Komisariat Tarbiyah STAIM Panyabungan SUMUT 2017.
LK-II HMI Cabang Palembang SUMSEL 2019.
PENGALAMAN ORGANISASI HMI
Wasekum PTKP HMI Komisariat Insan Cita Madina Periode 2017-2018.
Ketua Umum HMI Komisariat Insan Cita Madina Periode 2019-2020.
Kabid PTKP Cabang Mandailing Natal Periode 2020-2021.
PJS Ketua Umum Cabang Mandailing Natal Periode 2020-2021.
PENGALAMAN ORGANISASI DI LUAR HMI
PRESIDEN MAHASISWA STAIN MADINA Periode 2020-2021.
KORDA DEMA PTKI SUMUT Periode 2020-2022.

Panyabungan, 04 Juli 2021

BUDI SANTOSO
KABID PTKP HMI
CABANG MANDAILING NATAL

Anda mungkin juga menyukai