2010 41
FITROH HANRAHMAWAN
Balai Latihan Kerja Industri Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Makassar. Fokus
penelitian ini adalah manajemen pelatihan pada BLKI Makassar dalam mendukung
penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar. Hasil yang diharapkan adalah untuk
mengetahui: 1) perencanaan program pelatihan pada BLKI Makassar; (ii) pengembangan
program pelatihan pada BLKI Makassar; 2) pelaksanaan pelatihan pada BLKI Makassar;
3) evaluasi pelatihan pada BLKI Makassar; dan 4) revitalisasi manajemen pelatihan pada
BLKI Makassar dalam mendukung penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar. Penelitian
ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif studi kasus. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan dua cara yaitu: wawancara partisipan dan teknik dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) Perencanaan Program Pelatihan pada BLKI Makassar
yang berfokus pada identifikasi kebutuhan pelatihan telah dilaksanakan sesuai alokasi
dana proyek yang tersedia. 2) Pengembangan Program Pelatihan pada BLKI Makassar
yang berfokus pada kerjasama pelatihan secara internal masih terjadi dikotomi jurusan
serta ego sektoral dan kerjasama eksternal dengan perusahaan kurang berkembang
bahkan kerjasama program pemagangan berjenjang belum ada lagi. 3) Pelaksanaan
Program Pelatihan pada BLKI Makassar berfokus pada pelaksanaan pelatihan berbasis
kompetensi (CBT) belum sepenuhnya dilaksanakan. 4) Evaluasi Pelatihan pada BLKI
Makassar menunjukkan bahwa penilaian pelayanan pelatihan telah dilakukan namun
hasilnya sebatas menjadi bahan koreksi dan perbaikan bagi manajemen. 5) Dukungan
revitalisasi manajemen pelatihan pada Balai Latihan Kerja Industri Makassar terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar, menunjukkan bahwa BLKI Makassar sangat
mendukung penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar.
5. Konsep Revitalisasi
Revitalisasi organisasi menurut
Gambar: Siklus Pelatihan Lima Tahap Gouillart dan Kelly (1995) adalah
Sumber: Goad (1982: 11) perubahan organisasi yang ditujukan
untuk memacu pertumbuhan organisasi
Mayo & DuBois (1987: 3) juga dengan menyelaraskan organisasi dengan
mengembangkan model pelatihan melalui lingkungannya. Revitalisasi organisasi
lima tahap (fase), yang dikenal dengan menurut Robert L. Laud (Berger et al,
Continuous Loop Training Development 1994), yang dikutip oleh Cristian (2008)
and Implementation Model atau Closed- merupakan bagian dari Change Effect
loop Continuous System. Kelima fase Curve yang mencakup empat jenis upaya
tersebut adalah: 1) fase analyze perubahan substansial pada organisasi
operational requirement, 2) fase defining yaitu Adaptasi, Revitalisasi, Transformasi,
training requirement, 3) fase developing dan Turn around. Revitalisasi organisasi
objectives, 4) fase planning, developing, mencakup perubahan tetapi masih selaras
and validating training, dan 5) fase dengan struktur, sistem dan proses yang
conduct and evaluate the training. Secara telah ada pada organisasi tersebut. Pada
skematis kelima fase ini dapat dilihat pada revitalisasi organisasi, perubahan yang
gambar berikut: dicanangkan signifikan dan dilaksanakan
dengan upaya yang besar, tetapi dengan
resiko yang tidak terlalu besar bagi
organisasi.
Revitalisasi menurut Asbhy (1999)
mencakup perubahan yang dilaksanakan
secara Quantum Leap, yaitu lompatan
besar yang tidak hanya mencakup
perubahan bertahap inkremental,
melainkan langsung menuju sasaran yang
jauh berbeda dengan kondisi awal
organisasi. Salah satu cara untuk
mewujudkan Quantum Leap tersebut
Gambar: Model Siklus Pelatihan Lima Tahap adalah melalui Benchmarking.
Sumber: Mayo & Du Bois, (1987: 32)
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang memiliki
kemiripan dengan sistem pelatihan yang 1. Jenis dan Lokasi Penelitian
dilaksanakan di BLKI Makassar adalah Penelitian ini adalah penelitian
sebagaimana yang diungkapkan Goad kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
(1982: 11) sebelumnya. Pada penelitian Lokasi penelitian adalah di wilayah Kota
ini dilakukan modifikasi model yang Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
dikemukakan oleh Goad, namun sedikit
berbeda pada kegiatan analisis atau
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 83
tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional bahwa prasarana lain seolah-olah tidak
bahwa program pelatihan harus mengacu menjadi ukuran memadai atau tidaknya
kepada Standard Kompetensi Kerja ketersediaan sarana dan fasilitas pelatihan.
Nasional Indonesia (SKKNI) dengan pola Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelatihan berbasis kompetensi. sarana dan fasilitas latihan di BLKI
Memperhatikan keadaan yang Makassar sebagian belum memadai
demikian diharapkan ada perbaikan dalam khususnya sarana Tempat Uji Kompetensi
penyusunan materi pelatihan di BLKI (TUK) serta ketersediaan fasilitas peralatan
Makassar yaitu dibentuk tim independen uji kompetensi yang sesuai standar
yang mengerti tentang muatan kurikulum kompetensi.
dan silabus program pelatihan berbasis
kompetensi sesuai kejuruan masing- d. Instruktur dan Tenaga Pengelola
masing. Selanjutnya muatan materi Dalam melakukan rekruitmen
tersebut dibahas bersama dengan instruktur, yang perlu diperhatikan adalah
manajemen dan para ketua jurusan kompetensi, kualifikasi, mutu dan
sekaligus melibatkan para pengguna dari relevansi antara pendidikan dan
dunia industri agar terjadi proses pengalaman instruktur dengan bidang
perbaikan. kejuruan yang ditekuni. Selain itu,
pemberdayaan dan pengembangan
c. Sarana & Fasilitas Latihan kompetensi tenaga pengelola pelatihan
Sarana dan fasilitas latihan sebagai melalui up-grading instruktur dan tenaga
salah satu unsur pokok mutlak yang pengelola latihan lainnya harus dilakukan
diperlukan dalam penyelenggaraan secara terprogram, bertahap dan
pelatihan, perlu dikelola secara efisien dan berkesinambungan, sehingga kapabilitas,
efektif sehingga program pelatihan dapat fleksibilitas dan aktualitas kompetensi
berjalan dengan lancar. Sarana dan fasilitas instruktur dan tenaga pengelola latihan
pelatihan yang tersedia di BLKI Makassar senantiasa dapat mengikuti perkembangan
ada yang telah memadai namun masih ada ilmu pengetahuan, teknologi dan
pula yang belum memadai, meliputi: perubahan lingkungan dunia industri.
- Sarana gedung kantor dan Selain itu, sistem pemberian ganjaran,
perlengkapannya, sudah cukup tersedia insentif dan bentuk penghargaan lainnya
dan cukup memadai baik dalam untuk meningkatkan moral, motivasi dan
kualitas maupun kuantitasnya. dedikasi SDM di bidang pelatihan perlu
- Bengkel/ kelas, sudah cukup memadai dilakukan secara berkesinambungan.
baik dalam kualitas maupun Apabila kondisi sebagaimana
kuantitasnya. tersebut diatas tidak terpenuhi maka sangat
- Mesin dan perlengkapan lain, sampai mungkin terjadi instruktur dan tenaga
saat ini masih perlu penambahan pengelola pelatihan belum memiliki
peralatan praktik, termasuk alat-alat tingkat kompetensi yang di harapkan. Hasil
ukur dan peralatan mesin sebagai penelitian menunjukkan bahwa instruktur
sarana uji kompetensi yang sesuai dan tenaga pengelola latihan di BLKI
kebutuhan standar uji. Makassar masih belum kompeten, yaitu
- Prasarana pendukung lainnya (Asrama, masih ada beberapa instruktur yang belum
Kantin, Mushola, Meubeler) sudah mengikuti Uji Kompetensi dan belum
cukup memadai baik dalam hal kualitas memiliki sertifikat kompetensi baik
maupun kuantitasnya. kompetensi metodologi maupun
Ketersediaan mesin dan per- kompetensi teknik. Sedangkan bagi tenaga
lengkapan lainnya mutlak keberadaanya, pengelola pelatihan sama sekali belum
sehingga menjadi sarana utama di dalam pernah dilakukan uji kompetensi sesuai
pelaksanaan pelatihan. Dengan demikian, bidang tugas dan ketrampilannya, misalnya
sumber data memberikan penilaian khusus kompetensi di bidang komputer ataupun
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 85
sertifikat pengelola latihan. Ada Makassar masih belum optimal baik secara
argumentasi bahwa sebenarnya instruktur internal maupun ekternal. Secara internal,
dan tenaga pengelola pelatihan telah masih terjadi dikotomi jurusan serta ego
memiliki tingkat keterampilan tertentu, sektoral yang membuat pengembangan
namun hal itu menjadi perdebatan karena jurusan dengan menciptakan jurusan baru
antara keterampilan dan kompetensi adalah belum dapat terwujud. Selanjutnya kinerja
sesuatu yang berbeda, dimana ranah atau Bursa Kerja Khusus semakin tidak berdaya
domain keterampilan masih terbatas pada akibat tidak dikelola dengan baik,
penguasaan kognitif dan psikomotorik, termasuk sudah tidak ada kaderisasi
sementara kompetensi sudah memasuki petugas penempatan. Demikian pula secara
domain afektif. eksternal, pola pelatihan pemagangan
kerjasama dengan perusahaan sudah
2. Pengembangan Program Pelatihan hampir 5 tahun terakhir ini tidak ada lagi.
a. Kerjasama Pelatihan Kerjasama kemitraan dengan industri atau
Pengertian umum dari kerjasama
perusahaan saat ini paling hanya menjadi
pelatihan adalah kerjasama antar kejuruan
tempat OJT (on job training) bagi peserta
dalam satu lembaga pelatihan serta antar
pelatihan serta menjadi obyek kunjungan
Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dalam dan monitoring lulusan.
pengembangan kemasan program, disusun
bersama dan dilaksanakan bersama, sesuai
b. On The Job Training (OJT) dan In
keunggulan masing-masing. Dalam rangka
House Training (IHT)
meningkatkan kualitas dan penempatan
OJT merupakan program
lulusannya, maka BLK harus dapat
pembelajaran praktik keahlian dengan
mengembangkan kemitraan dengan
mendatangi dunia industri, sedangkan IHT
pemangku kepentingan (stakeholder).
adalah upaya meningkatkan keahlian dan
Sebagai langkah untuk mengoptimalkan
keterampilan seseorang atau sekelompok
kemitraan dan penyaluran lulusan BLK
orang dengan cara mendatangkan tenaga
perlu dibentuk Bursa Kerja Khusus (BKK)
ahli/ professional/ praktisi ke institusi atau
di BLK sebagai akses bagi pencari kerja
lembaga.
atau lulusan BLK untuk mendapatkan
Dalam mengembangkan kemampu-
informasi lowongan kerja.
an, kecekatan dan keahlian para pegawai,
Apabila bursa kerja tersebut
pekerja atau karyawan diperlukan
berfungsi dengan baik akan memberikan
pemberian pendidikan dan pelatihan/diklat
nilai tambah bagi BLK sehingga menarik
yang disuaikan dengan bidang kerjanya.
minat masyarakat pencari kerja untuk
OJT adalah suatu bentuk pembekalan yang
mengikuti pelatihan di BLK. Adapun
dapat mempercepat proses pemindahan
kemitraan yang dapat dibangun dan
pengetahuan dan pengalaman kerja/
dikembangkan antara lain kerjasama
transfer knowledge dan para karyawan
pelatihan dengan Industri atau perusahaan
senior ke junior. Tidak bisa disangsikan
dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
lagi bahwa perkembangan dan kemajuan
dalam bentuk kerjasama pelatihan pihak
teknologi pada era global dewasa ini maju
ketiga, pelatihan pemagangan serta
dengan sangat pesat, sehingga sangat sulit
penempatan lulusan tenaga kerja terampil
diimbangi oleh perkembangan kemampuan
di perusahaan.
sumber daya manusia dan sumber daya alat
Berdasarkan beberapa ulasan di atas
pada lembaga pelatihan. Sementara
sekiranya dapat terlaksana dengan baik
tuntutan kualitas, produduktivitas,
maka harapan pengembangan pelatihan
kompetensi dan kualifikasi tenaga kerja
melalui kerjasama pelatihan dapat
yang di butuhkan oleh pasar kerja di dunia
terwujud, namun yang terjadi sesuai
industri/ perusahaan semakin meningkat
dengan hasil penelitian menunjukkan
pula.
bahwa kerjasama pelatihan di BLKI
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 86
belum maksimal. Sebagai bukti kurang secara praktis sering dilupakan atau tidak
maksimalnya pemberdayaan SDP ini dilakukan sama sekali. Sedangkan menurut
karena masih terjadi idle capacity yang Montante (1996) dan Richardson (1998)
besar terjadi di BLKI Makassar, terlihat menegaskan bahwa kunci utama efektivitas
dari jumlah siswa yang dilatih tiap tahun pelatihan terletak pada masalah evaluasi.
hanya berkisar 300 sampai dengan 400 Berikut ini diuraikan hasil penelitian di
orang yang dibiayai APBN. Upaya BLKI Makassar berkaitan dengan evaluasi
manajemen telah dilakukan yakni dengan formatif dan sumatif.
payung hukum pendayagunaan fasilitas
latihan kerja, melakukan pelatihan a. Evaluasi Formatif
kerjasama pihak ke III, namun ternyata
Evaluasi Formatif: merujuk kepada
hanya jurusan-jurusan tertentu yang
evaluasi yang dilakukan untuk
berkembang dan animon pesertanya
meningkatkan proses pelatihan. Evaluasi
banyak, sementara masih ada beberapa
ini akan membantu memastikan bahwa: 1)
kejuruan yang tidak ada peminatnya atau
program pelatihan dikelola dan
sangat kurang, misalnya kejuruan
dilaksanakan dengan mulus dan lancar, 2)
bangunan, sekretaris, akuntansi, sheet
kepuasan peserta pelatihan terhadap proses
metal dll. Keadaan yang demikian ini yang
pelatihan. Dengan demikian, tujuan
seharusnya menjadi prioritas bagi
pelaksanaan evaluasi formatif tidak hanya
manajemen untuk dilakukan perubahan
semata-mata mendapatkan angka/nilai
mind set dari institusi pengelola proyek,
sebagai syarat kelulusan siswa, namun
menjadi institusi yang menciptakan proyek
lebih daripada itu bisa mendapatkan
dengan mengedapankan mental
feedback demi perbaikan proses pelatihan.
entrepreuneurship bagi seluruh sumber
daya manusia pelatihan.
b. Evaluasi Sumatif
4. Evaluasi Pelatihan Evaluasi Sumatif: merujuk kepada
evaluasi yang dilakukan untuk menentukan
Untuk memastikan keberhasilan
sejauhmana peserta pelatihan telah berubah
pelatihan dapat dilakukan melalui evaluasi.
setelah mengikuti pelatihan. Maksud dari
Secara sistimatik manajemen pelatihan
evaluasi ini juga sebagai cara untuk
meliputi tahap perencanaan yaitu training
memperoleh gambaran apakah peserta
need analysis (TNA), tahap implementasi
pelatihan telah mendapatkan pengetahuan,
dan tahap evaluasi. Tahap terakhir
keahlian, sikap, perilaku sebagaimana
merupakan titik kritis dalam setiap
tujuan dari kompetensi. Pendapat lain
kegiatan karena acap kali diabaikan
menyatakan bahwa evaluasi sumatif, yaitu
sementara fungsinya sangat vital untuk
evaluasi atas efektifitas pelatihan yang
memastikan bahwa pelatihan yang telah
dilihat dari adanya perubahan sikap,
dilakukan berhasil mencapai tujuan
perilaku, serta tambahan ketrampilan dan
ataukah justru sebaliknya.
pengetahuan yang diperoleh para peserta
Konsep pelatihan sudah sejak lama pelatihan. Berkaitan dengan pendapat di
mengalami problem perseptual. Sebagai atas, seharusnya evaluasi yang ditujukan
kegiatan banyak organisasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
mempersepsikan evaluasi secara keliru derajat kelulusan peserta pelatihan
disamping mengabaikan atau sama sekali dilakukan dengan cara uji kompetensi yang
tidak melakukannya setelah pelatihan dilakukan oleh tim independen, atau
diadakan. Menurut pendapat Smith (1997) sekurang-kurangnya bukan dilakukan oleh
evaluasi program pelatihan dan pemberi materi. Namun yang terjadi
pengembangannya merupakan a necessary kadangkala yang menentukan kelulusan
and usefull activity, namun demikian peserta pelatihan adalah pengajarnya
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 89
sendiri atau instruktur yang memberikan jumlah siswa yang lulus pada tahun 2003
materi pelatihan. tersebut, dukungan penempatan adalah
sebesar 22,50 persen.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penilaian kelulusan siswa pelatihan Berdasarkan data persentase
di BLKI Makassar dilakukan oleh masing- penempatan lulusan pelatihan di BLKI
masing instruktur bukan melalui UJK. Makassar terhadap lowongan kerja sesuai
Pada kondisi demikian tentu saja kualitas Informasi Pasar Kerja di Kota Makassar
evaluasi masih perlu dipertanyakan, karena berkisar antara 10,30 persen sampai
apa yang diujikan oleh instruktur pelatihan dengan 16,48 persen pada lima tahun
hanya sebatas pada tingkat penguasaan terakhir. Namun yang menarik justru ada
atau hanya terbatas pada tingkat peningkatan yang cukup baik pada
pengetahuan yang dihafal semata. informasi penempatan berdasarkan data
seksi penyelenggara dan pemasaran BLKI
5. Penyerapan Tenaga Kerja Makassar yaitu pada tahun 2003 hanya
22,50 persen namun pada tahun 2008
Penyerapan tenaga kerja yang
justru naik secara signifikan sebesar 73,97
dimaksud adalah suatu keadaan dimana
persen.
terjadi sejumlah calon tenaga kerja dapat
diterima bekerja bagi mereka yang telah
lulus seleksi dan memenuhi syarat kerja KESIMPULAN DAN SARAN
dan memiliki kompetensi sehingga dapat A. Kesimpulan
mengisi segenap lowongan di pasar kerja
dan selanjutnya terjadi hubungan kerja 1. Perencanaan Program Pelatihan pada
serta kemudian dilakukan penempatan BLKI Makassar yang berfokus pada
tenaga kerja tersebut. Adapun indikatornya identifikasi kebutuhan pelatihan telah
adalah keterserapannya pada Instansi dilaksanakan jika teralokasi dana
pemerintah (PNS), Perusahaan/ swasta dan proyek. Dalam pelaksanaannya belum
Usaha mandiri. melibatkan secara penuh para pengguna
khususnya dari dunia industri serta
Berdasarkan data dengan mengambil hasilnya belum dimanfaatkan dengan
contoh yakni pada Tahun 2003, dimana sebaik-baiknya. Selain itu, pada materi
jumlah pencari kerja 33.561 orang. Pada diklat, telah tersedia untuk diterapkan
tahun tersebut sesuai dengan data berupa materi diklat program standar
Informasi Pasar Kerja (IPK) pada Disnaker yang mengacu pada Standar
Kota Makassar terdapat lowongan kerja Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
sebanyak 2.910 lowongan di berbagai (SKKNI) dan non standar yang disusun
perusahaan. Dari jumlah lowongan tersedia sesuai kebutuhan (tailor made).
ditempatkan sebanyak 2.900 orang atau Selanjutnya sarana dan fasilitas latihan
hampir semua lowongan dapat terisi. sebagian belum memadai khususnya
Pertanyaan kemudian adalah dari sarana Tempat Uji Kompetensi (TUK)
banyaknya penyerapan tersebut, seberapa serta ketersediaan fasilitas peralatan uji
besar dukungan dari lulusan BLKI kompetensi yang standar. Selain itu,
Makassar. Dari data penempatan lulusan instruktur dan tenaga pengelola latihan
pada tahun 2003 sebanyak 445 orang, jika masih belum kompeten, terbukti masih
diasumsikan jumlah tersebut berhasil ada beberapa instruktur dan tenaga
mengisi lowongan kerja secara pengelola yang belum mengikuti Uji
keseluruhan, maka dukungan dari lulusan Kompetensi dan memiliki sertifikat
BLKI Makassar adalah 445 dibagi 2.910 di kompetensi.
kali 100 persen, maka dukungan lulusan
BLKI Makassar hanya 15,34 persen. 2. Pengembangan Program Pelatihan pada
Namun jika perhitungan berdasarkan BLKI Makassar yang berfokus pada
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 90