Anda di halaman 1dari 17

Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn.

2010 41

Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010

REVITALISASI MANAJEMEN PELATIHAN TENAGA KERJA


(STUDI KASUS PADA BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI MAKASSAR)

FITROH HANRAHMAWAN
Balai Latihan Kerja Industri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Makassar. Fokus
penelitian ini adalah manajemen pelatihan pada BLKI Makassar dalam mendukung
penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar. Hasil yang diharapkan adalah untuk
mengetahui: 1) perencanaan program pelatihan pada BLKI Makassar; (ii) pengembangan
program pelatihan pada BLKI Makassar; 2) pelaksanaan pelatihan pada BLKI Makassar;
3) evaluasi pelatihan pada BLKI Makassar; dan 4) revitalisasi manajemen pelatihan pada
BLKI Makassar dalam mendukung penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar. Penelitian
ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif studi kasus. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan dua cara yaitu: wawancara partisipan dan teknik dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) Perencanaan Program Pelatihan pada BLKI Makassar
yang berfokus pada identifikasi kebutuhan pelatihan telah dilaksanakan sesuai alokasi
dana proyek yang tersedia. 2) Pengembangan Program Pelatihan pada BLKI Makassar
yang berfokus pada kerjasama pelatihan secara internal masih terjadi dikotomi jurusan
serta ego sektoral dan kerjasama eksternal dengan perusahaan kurang berkembang
bahkan kerjasama program pemagangan berjenjang belum ada lagi. 3) Pelaksanaan
Program Pelatihan pada BLKI Makassar berfokus pada pelaksanaan pelatihan berbasis
kompetensi (CBT) belum sepenuhnya dilaksanakan. 4) Evaluasi Pelatihan pada BLKI
Makassar menunjukkan bahwa penilaian pelayanan pelatihan telah dilakukan namun
hasilnya sebatas menjadi bahan koreksi dan perbaikan bagi manajemen. 5) Dukungan
revitalisasi manajemen pelatihan pada Balai Latihan Kerja Industri Makassar terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar, menunjukkan bahwa BLKI Makassar sangat
mendukung penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar.

Kata Kunci: Revitalisasi, Manajemen Pelatihan

PENDAHULUAN saat ini penuh dengan tantangan, bahkan


masih banyak yang pesimistis, salah satu
Masalah kualitas tenaga kerja indikatornya adalah tingkat pengangguran
membutuhkan penanganan dan dari tahun ke tahun masih cukup tinggi
penyelesaian yang bersifat multidimensi angkanya. Sebelum tahun 2009
yang memposisikan faktor tenaga kerja pemerintah mentargetkan penurunan
menjadi sangat penting dalam konteks angka kemiskinan mencapai sekitar 5,10
globalisasi, di tengah pasar bebas AFTA, persen. Meski angka ini belum termasuk
APEC dan WTO, serta adanya tuntutan target yang ambisisus, konon tahun ini
zero mistake dan high quality. Tugas angka pengangguran mengalami
pemerintah untuk membangun kualitas penurunan sebesar 384 ribu. Meski begitu
Sumber Daya Manusia ketenagakerjaan hingga Febuari 2007 tingkat
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 79

pengangguran terbuka masih mencapai persen BLK di kawasan Indonesia Timur


9,75 persen dari angkatan kerja atau 10,55 buruk, di kawasan Indonesia Tengah 3,8
juta jiwa disebabkan angkatan kerja yang persen baik, 27,2 persen sedang dan 75
terus bertambah. persen buruk dan di kawasan Barat
Data pada tingkat regional jumlah Indonesia 15,7 persen baik, 37,3 persen
penggangguran di wilayah Kota Makassar sedang dan 47 persen buruk. Secara
(Harian Fajar, 30 Mei 2008) memuat data nasional BLK yang dalam kondisi baik
dari Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, hanya sebesar 11,1 persen, sedang 30,2
menyebutkan dari jumlah penduduk persen dan yang kondisinya buruk sebesar
1.223.640 jiwa, tercatat sebanyak 91.573 58,7 persen. Beberapa kesimpulan dari
adalah pengangguran. Selanjutnya jumlah beberapa paper oleh pengelola BLK,
angkatan kerja tercatat 480.692 orang dan pihak swasta dan praktisi pelatihan kerja
pencari kerja berjumlah 67.290 orang. memberikan data dan kesimpulan
Berkaitan dengan informasi tersebut demikian.
diasumsikan bahwa tingginya angka Kedua, beberapa BLK bahkan ada
pengangguran salah satu penyebabnya yang sudah alih fungsi karena BLK
karena peran dan kinerja dari lembaga dipandang bukan prioritas lembaga yang
pelatihan baik lembaga pelatihan penting untuk pembangunan sosial,
pemerintah maupun swasta belum dapat ekonomi dan lingkungan oleh pemerintah
menyiapkan tenaga kerja yang trampil dan daerah. Kondisi ini tentunya sangat tidak
kompeten serta berdaya saing tinggi. mendukung upaya peningkatan
Demikian pula lembaga pelatihan kompetensi dan profesionalisme tenaga
pemerintah dimaksud yang berada di kerja melalui pelatihan kerja, seperti yang
wilayah Makassar yakni Balai Latihan diamanatkan dalam Undang-Undang
Kerja Industri (BLKI) Makassar belum Nomor 13 Tahun 2003 tentang
optimal dalam menghasilkan luaran yang Ketenagakerjaan serta Peraturan
dapat bersaing di pasar kerja. Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006
Untuk dapat terlaksananya Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.
pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan Revitalisasi dilakukan karena kondisi
pasar kerja, diperlukan upaya Balai Latihan Kerja memang
fungsionalisasi Balai Latihan Kerja di memprihatinkan bagi semua pihak, baik di
seluruh Indonesia yang dikelola pusat maupun daerah.
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selanjutnya berdasarkan hasil
Upaya memfungsikan kembali Balai pemetaan (mapping) yang dilakukan oleh
Latihan Kerja ini dilakukan melalui Ditjen Binalattas (2006) dikemukakan
revitalisasi Balai Latihan Kerja, baik pula bahwa pada umumnya kualitas
menyangkut personel atau instruktur, lulusan BLK belum sesuai dengan
peralatan, program dan manajemen pada kebutuhan pasar kerja (demand driven)
Balai Latihan Kerja (BLK). Merevitalisasi karena program pelatihan masih
atau mengfungsikan kembali peran dari konvensional dan belum berbasis
Balai Latihan Kerja, harus menyeluruh kompetensi (CBT), sarana dan prasarana
karena dua alasan, yakni: pelatihan kurang memadai dan tidak
Pertama sebagian besar Balai dipelihara dengan baik serta tenaga
Latihan Kerja pada umumnya dalam kepelatihan dan instruktur yang kurang
kondisi yang kurang layak dan memadai kompeten. Sejak digulirkannya Otonomi
dalam program, fasilitas dan sarana Daerah sangat besar pengaruhnya
pelatihan, SDM pelatihan, anggaran dan terhadap perubahan sistem pembinaan
manajemen. Hasil Mapping Departemen lembaga pelatihan dari sentralisasi ke
Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada desentralisasi (UU No 22 Tahun 1999
tahun 2006 menunjukkan hampir 100 yang telah dirubah dengan UU No 32
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 80

Tahun 2004 tentang pemerintahan


daerah). Pasca otonomi daerah banyak 2. Teori Manajemen dan Sumberdaya
BLK yang dialih fungsikan menjadi Manusia
fungsi lain di luar kegiatan pelatihan Dalam mengelola Sumber Daya
(pengembangan kualitas SDM) sehingga Manusia suatu organisasi diperlukan
sangat berpengaruh terhadap degradasi manajemen. Manajemen secara umum,
kualitas pengelolaan BLK. menurut Fayol (dalam Sahertian, 1985)
Untuk mengoptimalkan kembali adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
kinerja BLK, baik dari sisi organisasi, administrasi secara umum, yang meliputi
SDM, maupun dari unsur pendukung aspek perencanaan, organisasi, komando,
lainnya serta untuk memenuhi harapan koordinasi, dan kontrol. Menurut Nawawi
stakeholder khususnya pengguna tenaga (2001) ada tiga pengertian Sumber Daya
kerja (user) diperlukan sebuah upaya Manusia yaitu: Sumber Daya Manusia
Revitalisasi terhadap Balai Latihan Kerja. adalah manusia yang bekerja di
Pemerintah sungguh-sungguh berniat lingkungan suatu organisasi (disebut juga
memperbaiki situasi dan kondisi BLK di personil, tenaga kerja, pekerja atau
seluruh Indonesia, salah satu upaya yang karyawan); Sumber Daya Manusia adalah
dilakukan pemerintah adalah memberikan potensi manusiawi sebagai penggerak
dana stimulus sebesar 300 milyar rupiah organisasi dalam mewujudkan
untuk mendirikan BLK di 33 propinsi dan eksistensinya; dan Sumber Daya Manusia
200 kabupaten serta merevitalisasi 135 adalah potensi yang merupakan aset dan
BLK yang telah ada.(Fajar 8 Maret 2009 berfungsi sebagai modal (non
dan Teksline Tvone tanggal 29 Maret material/non finansial) di dalam
2009). organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan
menjadi potensi nyata (real) secara fisik
KAJIAN TEORI dan non-fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi.
1. Teori Administrasi dan Administrasi Handoko (1992) menyebutkan
Publik bahwa manajemen sumber daya manusia
Secara taksonomi, ilmu adalah serangkaian tindakan dalam hal
administrasi publik telah diakui sebagai penarikan tenaga kerja, pengembangan,
suatu disiplin yang berdiri sendiri bahkan pemeliharaan, dan penggunaan sumber
berkembang menjadi beberapa cabang. daya manusia untuk mencapai tujuan
Pemikiran administrasi negara klasik pada individu maupun tujuan organisasi. Flippo
awalnya diperkenalkan oleh Woodrow (1986) menyatakan “Personal
Wilson, Frank J. Goodnow dan Leonard management is the planning, organizing,
D. White. (Rakhmat,2004). Menurut directing, and controlling of the
Syafiie (2006) dengan menyunting procurement, development, conversation,
pendapat John M Pfiffner dan Robert V integration, maintenance, and separation
Presthus mengartikan administrasi publik of human resources to the end that
meliputi implementasi kebijakan individual, organizational and societal
pemerintah yang telah ditetapkan oleh objectives are complished”.
badan-badan perwakilan politik. Fungsi manajemen sebagaimana
Terjemahan lain menyatakan bahwa yang dikemukakan oleh George R.Terry
administrasi publik dapat didefinisikan seperti yang dikutip oleh Manullang
sebagai koordinasi usaha-usaha (2000) meliputi: Fungsi Planning
perorangan dan kelompok untuk Organizing, Actuating, Controlling.
melaksanakan kebijakan pemerintah. Hal
ini terutama meliputi pekerjaan sehari-hari
pemerintah.
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 81

3. Konsep Pelayanan dan Manajemen dari masyarakat yang dilayani dalam


Pelayanan pelaksanaan tugas pelayanan umum
Pelayanan adalah suatu kegiatan (public service) dan pembangunan
atau urutan kegiatan yang terjadi dalam masyarakat (community development).
interaksi langsung antara seseorang Konsepnya bertolak dari manajemen
dengan orang lain atau mesin secara fisik, sebagai proses atau rangkaian kegiatan
dan menyediakan kepuasan pelanggan. mengintegrasikan sumber daya yang
Definisi konvensional dari kualitas dimiliki, yang harus diintegrasi pula
biasanya menggambarkan karakteristik dengan pentahapan pelaksanaan fungsi-
suatu produk seperti: kinerja fungsi manajemen, agar terwujud kerja
(performance), keandalan (reliability), sebagai kegiatan memproduksi sesuai
mudah dalam penggunaan (easy of use), yang berkualitas.
estetika (esthetics), dan sebagainya.
Parasuraman et al (1985) 4. Konsep Manajemen Pelatihan
Batasan manajemen pelatihan
mengatakan ada dua faktor utama yang
menurut Mujiman (2006) adalah
mempengaruhi kualitas jasa, yaitu
pengelolaan program pelatihan, yang
expective service (pelayanan yang
diharapkan) dan perceived service menyangkut aspek pengidentifikasian
kebutuhan pelatihan, perencanaan disain
(pelayanan yang diterima). Mengingat
pelatihan, dan penetapan metodologi
kualitas pelayanan berpusat pada upaya
pelatihan, penyusunan bahan pelatihan,
pemenuhan dari keinginan pelanggan
pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan,
serta ketepatan penyampaian untuk
dan penetapan tindak lanjut pelatihan. Itu
mengimbangi harapan pelanggan maka
merupakan aspek-aspek standar
Zeitaml (1996) mendefinisikan bahwa
manajemen pelatihan yang lazim
pelayanan adalah penyampaian secara
dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan.
excellent atau superior dibandingkan
Pada praktiknya manajemen
dengan harapan konsumen.
pelatihan selalu terlibat langsung dalam
W. Edwards Deming seperti dikutip
setiap kegiatan pelatihan dimana kegiatan
Gaspersz (1997), berpendapat bahwa
pelatihan merupakan siklus kegiatan
untuk membangun sistem kualitas modern
berkelanjutan yang menurut Pont (1991)
diperlukan transformasi manajemen
adalah: analisis kebutuhan pelatihan,
menuju kondisi perbaikan secara terus
perencanaan program pelatihan,
menerus (continous improvement). Cara
penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan
yang dapat diadopsi dari lembaga
pelatihan dan penilaian pelatihan.
pelatihan lain atau standar yang
Ada berbagai model pelatihan yang
diberlakukan di perusahaan adalah dengan
ada, dapat dilihat di antaranya
memberlakukan sistem standar
sebagaimana diungkapkan Goad, (1982:
manajemen mutu ISO 9000 atau
11) melalui beberapa tahapan yang siklus
International Organization for
pelatihannya terdiri dari: 1) Analisis
Standardization yakni dengan segera
kebutuhan pelatihan (analyze to determine
menciptakan panduan-panduan kerja atau
training requirements), 2) Desain
panduan instruksional dengan
pendekatan pelatihan (design the training
berpedoman pada ketentuan-ketentuan
approach), 3) Pengembangan materi
yang dipersyaratkan.
pelatihan (develop the training materials),
Menurut Nawawi (2005: 46)
4) Pelaksanaan pelatihan (conduct the
Manajemen Mutu Terpadu adalah
training), dan 5) Evaluasi dan
manajemen fungsional dengan pendekatan
pemutakhiran pelatihan (evaluate and
yang secara terus menerus difokuskan
update the training).
pada peningkatan kualitas, agar
produknya sesuai dengan standar kualitas
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 82

Secara skematis langkah-langkah identifikasi kebutuhan dimana menurut


tersebut digambarkan sebagi berikut : Goad merupakan kegiatan tersendiri,
namun pada penelitian ini disatukan
menjadi salah satu indikator pada variabel
perencanaan program pelatihan. Ketiga
variabel lain yakni pengembangan,
pelaksanaan dan evalusi pelatihan sama
dengan teori dimaksud.

5. Konsep Revitalisasi
Revitalisasi organisasi menurut
Gambar: Siklus Pelatihan Lima Tahap Gouillart dan Kelly (1995) adalah
Sumber: Goad (1982: 11) perubahan organisasi yang ditujukan
untuk memacu pertumbuhan organisasi
Mayo & DuBois (1987: 3) juga dengan menyelaraskan organisasi dengan
mengembangkan model pelatihan melalui lingkungannya. Revitalisasi organisasi
lima tahap (fase), yang dikenal dengan menurut Robert L. Laud (Berger et al,
Continuous Loop Training Development 1994), yang dikutip oleh Cristian (2008)
and Implementation Model atau Closed- merupakan bagian dari Change Effect
loop Continuous System. Kelima fase Curve yang mencakup empat jenis upaya
tersebut adalah: 1) fase analyze perubahan substansial pada organisasi
operational requirement, 2) fase defining yaitu Adaptasi, Revitalisasi, Transformasi,
training requirement, 3) fase developing dan Turn around. Revitalisasi organisasi
objectives, 4) fase planning, developing, mencakup perubahan tetapi masih selaras
and validating training, dan 5) fase dengan struktur, sistem dan proses yang
conduct and evaluate the training. Secara telah ada pada organisasi tersebut. Pada
skematis kelima fase ini dapat dilihat pada revitalisasi organisasi, perubahan yang
gambar berikut: dicanangkan signifikan dan dilaksanakan
dengan upaya yang besar, tetapi dengan
resiko yang tidak terlalu besar bagi
organisasi.
Revitalisasi menurut Asbhy (1999)
mencakup perubahan yang dilaksanakan
secara Quantum Leap, yaitu lompatan
besar yang tidak hanya mencakup
perubahan bertahap inkremental,
melainkan langsung menuju sasaran yang
jauh berbeda dengan kondisi awal
organisasi. Salah satu cara untuk
mewujudkan Quantum Leap tersebut
Gambar: Model Siklus Pelatihan Lima Tahap adalah melalui Benchmarking.
Sumber: Mayo & Du Bois, (1987: 32)
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang memiliki
kemiripan dengan sistem pelatihan yang 1. Jenis dan Lokasi Penelitian
dilaksanakan di BLKI Makassar adalah Penelitian ini adalah penelitian
sebagaimana yang diungkapkan Goad kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
(1982: 11) sebelumnya. Pada penelitian Lokasi penelitian adalah di wilayah Kota
ini dilakukan modifikasi model yang Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
dikemukakan oleh Goad, namun sedikit
berbeda pada kegiatan analisis atau
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 83

2. Sumber Data memiliki kredibilitas tinggi yakni pejabat


Sumber data dalam penelitian ini di bidang ketenagakerjaan atau pejabat
dipilih secara sengaja ”purposive ” yaitu: yang membidangi pembinaan pelatihan,
Master assesor dan konsultan, Pejabat profesional atau konsultan bidang
struktural dan Instruktur senior, Anggota pelatihan yang tidak termasuk sumber data
Dewan dari komisi bidang yang dinilai cakap dan mampu, serta
ketenagakerjaan dan beberapa orang alumni pelatihan pada Balai Latihan Kerja
lulusan BLKI Makassar serta beberapa Industri Makassar yang telah bekerja atau
pejabat dari Kantor Dinas Tenaga Kerja usaha mandiri.
Kota Makassar.
7. Analisis Data
3. Sasaran dan Fokus Penelitian Analisis data dilakukan pada saat
Sasaran utama penelitian ini adalah pengumpulan data berlangsung dan
Revitalisasi Manajemen Pelatihan pada setelahnya pada periode tertentu secara
BLKI Makassar yang difokuskan pada terus menerus sampai dirasa cukup.
pencarian dan pengumpulan data serta Adapun prosesnya adalah pengumpulan
informasi yang menyeluruh tentang: data, reduksi data, penyajian data,
a. Perencanaan program pelatihan
triangulasi dan penarikan kesimpulan
b. Pengembangan program pelatihan
c. Pelaksanaan program pelatihan
d. Pelaksanaan evaluasi pelatihan PEMBAHASAN
e. Dukungan pelaksanaan revitalisasi
1. Perencanaan Program Pelatihan
manajemen pelatihan terhadap
a. Identifikasi Kebutuhan
penyerapan tenaga kerja di Kota
Tujuan identifikasi kebutuhan
Makassar.
pelatihan adalah untuk mengumpulkan
4. Instrumen Penelitian sebanyak mungkin informasi yang relevan
Instrumen utama dalam penelitian guna mengetahui dan atau menentukan
ini adalah peneliti sendiri. Untuk pelatihan apa yang dibutuhkan, misalnya
mendukung seluruh kegiatan tersebut pengetahuan khusus yang bagaimana,
peneliti menggunakan alat perekam kemampuan seperti apa, kecakapan jenis
gambar dan atau perekam suara, alat tulis apa dan karakteristik lainnya yang
dan pedoman wawancara mendalam, bagaimana yang harus diberikan kepada
pedoman observasi dan dokumentasi. peserta pelatihan.
Identifikasi kebutuhan pelatihan ini
5. Teknik Pengumpulan Data menjadi faktor yang sangat penting dan
Teknik pengumpulan data dilakukan menentukan efektifitas pelatihan,
dengan dua cara yaitu: sebagaimana pendapat Smith (1987) dan
- Wawancara secara mendalam terhadap Basuni (2003) yang menekankan
responden yang dipilih secara sengaja pentingnya identifikasi kebutuhan
”purposive”. pelatihan atau penentuan kebutuhan
- Pengkajian dokumen yang berhubungan pelatihan sebagai faktor penentu utama
dengan proses manajemen pelatihan di efektifitas pelatihan.
BLKI Makassar. b. Materi Pelatihan
Undang-undang No. 13 Tahun 2003
1. Pengabsahan Data tentang Ketenagakerjaan, mengamanatkan
Untuk meyakinkan bahwa data bahwa setiap pelatihan harus berbasis
penelitian adalah sah dan akurat, dilakukan kompetensi atau berbasis pada kebutuhan
metode triangulasi. Dalam teknik ini dunia industri atau pasar kerja. Materi
dilakukan konfirmasi data kepada 3 orang undang-undang tersebut dipertegas melalui
yang tidak termasuk sumber data yang Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2006
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 84

tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional bahwa prasarana lain seolah-olah tidak
bahwa program pelatihan harus mengacu menjadi ukuran memadai atau tidaknya
kepada Standard Kompetensi Kerja ketersediaan sarana dan fasilitas pelatihan.
Nasional Indonesia (SKKNI) dengan pola Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelatihan berbasis kompetensi. sarana dan fasilitas latihan di BLKI
Memperhatikan keadaan yang Makassar sebagian belum memadai
demikian diharapkan ada perbaikan dalam khususnya sarana Tempat Uji Kompetensi
penyusunan materi pelatihan di BLKI (TUK) serta ketersediaan fasilitas peralatan
Makassar yaitu dibentuk tim independen uji kompetensi yang sesuai standar
yang mengerti tentang muatan kurikulum kompetensi.
dan silabus program pelatihan berbasis
kompetensi sesuai kejuruan masing- d. Instruktur dan Tenaga Pengelola
masing. Selanjutnya muatan materi Dalam melakukan rekruitmen
tersebut dibahas bersama dengan instruktur, yang perlu diperhatikan adalah
manajemen dan para ketua jurusan kompetensi, kualifikasi, mutu dan
sekaligus melibatkan para pengguna dari relevansi antara pendidikan dan
dunia industri agar terjadi proses pengalaman instruktur dengan bidang
perbaikan. kejuruan yang ditekuni. Selain itu,
pemberdayaan dan pengembangan
c. Sarana & Fasilitas Latihan kompetensi tenaga pengelola pelatihan
Sarana dan fasilitas latihan sebagai melalui up-grading instruktur dan tenaga
salah satu unsur pokok mutlak yang pengelola latihan lainnya harus dilakukan
diperlukan dalam penyelenggaraan secara terprogram, bertahap dan
pelatihan, perlu dikelola secara efisien dan berkesinambungan, sehingga kapabilitas,
efektif sehingga program pelatihan dapat fleksibilitas dan aktualitas kompetensi
berjalan dengan lancar. Sarana dan fasilitas instruktur dan tenaga pengelola latihan
pelatihan yang tersedia di BLKI Makassar senantiasa dapat mengikuti perkembangan
ada yang telah memadai namun masih ada ilmu pengetahuan, teknologi dan
pula yang belum memadai, meliputi: perubahan lingkungan dunia industri.
- Sarana gedung kantor dan Selain itu, sistem pemberian ganjaran,
perlengkapannya, sudah cukup tersedia insentif dan bentuk penghargaan lainnya
dan cukup memadai baik dalam untuk meningkatkan moral, motivasi dan
kualitas maupun kuantitasnya. dedikasi SDM di bidang pelatihan perlu
- Bengkel/ kelas, sudah cukup memadai dilakukan secara berkesinambungan.
baik dalam kualitas maupun Apabila kondisi sebagaimana
kuantitasnya. tersebut diatas tidak terpenuhi maka sangat
- Mesin dan perlengkapan lain, sampai mungkin terjadi instruktur dan tenaga
saat ini masih perlu penambahan pengelola pelatihan belum memiliki
peralatan praktik, termasuk alat-alat tingkat kompetensi yang di harapkan. Hasil
ukur dan peralatan mesin sebagai penelitian menunjukkan bahwa instruktur
sarana uji kompetensi yang sesuai dan tenaga pengelola latihan di BLKI
kebutuhan standar uji. Makassar masih belum kompeten, yaitu
- Prasarana pendukung lainnya (Asrama, masih ada beberapa instruktur yang belum
Kantin, Mushola, Meubeler) sudah mengikuti Uji Kompetensi dan belum
cukup memadai baik dalam hal kualitas memiliki sertifikat kompetensi baik
maupun kuantitasnya. kompetensi metodologi maupun
Ketersediaan mesin dan per- kompetensi teknik. Sedangkan bagi tenaga
lengkapan lainnya mutlak keberadaanya, pengelola pelatihan sama sekali belum
sehingga menjadi sarana utama di dalam pernah dilakukan uji kompetensi sesuai
pelaksanaan pelatihan. Dengan demikian, bidang tugas dan ketrampilannya, misalnya
sumber data memberikan penilaian khusus kompetensi di bidang komputer ataupun
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 85

sertifikat pengelola latihan. Ada Makassar masih belum optimal baik secara
argumentasi bahwa sebenarnya instruktur internal maupun ekternal. Secara internal,
dan tenaga pengelola pelatihan telah masih terjadi dikotomi jurusan serta ego
memiliki tingkat keterampilan tertentu, sektoral yang membuat pengembangan
namun hal itu menjadi perdebatan karena jurusan dengan menciptakan jurusan baru
antara keterampilan dan kompetensi adalah belum dapat terwujud. Selanjutnya kinerja
sesuatu yang berbeda, dimana ranah atau Bursa Kerja Khusus semakin tidak berdaya
domain keterampilan masih terbatas pada akibat tidak dikelola dengan baik,
penguasaan kognitif dan psikomotorik, termasuk sudah tidak ada kaderisasi
sementara kompetensi sudah memasuki petugas penempatan. Demikian pula secara
domain afektif. eksternal, pola pelatihan pemagangan
kerjasama dengan perusahaan sudah
2. Pengembangan Program Pelatihan hampir 5 tahun terakhir ini tidak ada lagi.
a. Kerjasama Pelatihan Kerjasama kemitraan dengan industri atau
Pengertian umum dari kerjasama
perusahaan saat ini paling hanya menjadi
pelatihan adalah kerjasama antar kejuruan
tempat OJT (on job training) bagi peserta
dalam satu lembaga pelatihan serta antar
pelatihan serta menjadi obyek kunjungan
Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dalam dan monitoring lulusan.
pengembangan kemasan program, disusun
bersama dan dilaksanakan bersama, sesuai
b. On The Job Training (OJT) dan In
keunggulan masing-masing. Dalam rangka
House Training (IHT)
meningkatkan kualitas dan penempatan
OJT merupakan program
lulusannya, maka BLK harus dapat
pembelajaran praktik keahlian dengan
mengembangkan kemitraan dengan
mendatangi dunia industri, sedangkan IHT
pemangku kepentingan (stakeholder).
adalah upaya meningkatkan keahlian dan
Sebagai langkah untuk mengoptimalkan
keterampilan seseorang atau sekelompok
kemitraan dan penyaluran lulusan BLK
orang dengan cara mendatangkan tenaga
perlu dibentuk Bursa Kerja Khusus (BKK)
ahli/ professional/ praktisi ke institusi atau
di BLK sebagai akses bagi pencari kerja
lembaga.
atau lulusan BLK untuk mendapatkan
Dalam mengembangkan kemampu-
informasi lowongan kerja.
an, kecekatan dan keahlian para pegawai,
Apabila bursa kerja tersebut
pekerja atau karyawan diperlukan
berfungsi dengan baik akan memberikan
pemberian pendidikan dan pelatihan/diklat
nilai tambah bagi BLK sehingga menarik
yang disuaikan dengan bidang kerjanya.
minat masyarakat pencari kerja untuk
OJT adalah suatu bentuk pembekalan yang
mengikuti pelatihan di BLK. Adapun
dapat mempercepat proses pemindahan
kemitraan yang dapat dibangun dan
pengetahuan dan pengalaman kerja/
dikembangkan antara lain kerjasama
transfer knowledge dan para karyawan
pelatihan dengan Industri atau perusahaan
senior ke junior. Tidak bisa disangsikan
dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
lagi bahwa perkembangan dan kemajuan
dalam bentuk kerjasama pelatihan pihak
teknologi pada era global dewasa ini maju
ketiga, pelatihan pemagangan serta
dengan sangat pesat, sehingga sangat sulit
penempatan lulusan tenaga kerja terampil
diimbangi oleh perkembangan kemampuan
di perusahaan.
sumber daya manusia dan sumber daya alat
Berdasarkan beberapa ulasan di atas
pada lembaga pelatihan. Sementara
sekiranya dapat terlaksana dengan baik
tuntutan kualitas, produduktivitas,
maka harapan pengembangan pelatihan
kompetensi dan kualifikasi tenaga kerja
melalui kerjasama pelatihan dapat
yang di butuhkan oleh pasar kerja di dunia
terwujud, namun yang terjadi sesuai
industri/ perusahaan semakin meningkat
dengan hasil penelitian menunjukkan
pula.
bahwa kerjasama pelatihan di BLKI
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 86

Dalam rangka mengejar kesenjangan penting sehingga perlu dilakukan baik


kemampuan instruktur dengan per- kepada instruktur dan tenaga pengelola
kembangan teknologi diperusahaan serta pelatihan maupun terhadap peserta
dalam upaya menjalin hubungan kemitraan pelatihan. Semakin banyak peserta
dengan perusahaan, maka dilakukan pelatihan yang memperoleh sertifikasi
kerjasama pengembangan pelatihan kompetensi akan menjadi tolok ukur
dengan metode OJT dan IHT, tidak kredibilitas dan akuntabilitas dari sebuah
terkecuali kebijakan yang ditempuh oleh lembaga pelatihan, termasuk pada BLKI
manajemen di BLKI Makassar. Hasil Makassar.
penelitian menunjukkan bahwa selama ini Hasil penelitian menunjukkan
kegiatan OJT dan IHT telah dilakukan oleh bahwa selama ini kegiatan UJK dan
BLKI Makassar dan hasilnya bermanfaat Serfifikasi Kompetensi belum dilakukan
bagi kedua belah pihak. sepenuhnya oleh BLKI Makassar.
Kegiatan UJK dan sertifikasi baru diikuti
c. Uji Kompetensi (UJK) dan oleh 11 orang tenaga instruktur dari jumlah
Sertifikasi Kompetensi 48 orang instruktur seluruhnya. Sementara
Dalam menghadapi pasar global, itu, jumlah tenaga pengelola pelatihan
Sumber Daya Manusia merupakan salah sebanyak 56 pegawai belum ada satupun
satu faktor penentu dalam memenangkan yang pernah mengikuti uji kompetensi.
kompetisi persaingan antar negara yang Demikian pula UJK bagi peserta pernah uji
semakin mengglobal. Untuk dapat coba terhadap kurang lebih 60 siswa.
menghasilkan tenaga kerja yang handal
dan professional, sumber daya manusia 3. Pelaksanaan Pelatihan
sebagai tenaga kerja perlu membuktikan Pelaksanaan pelatihan sangat
bahwa dirinya memiliki kompetensi yang dipengaruhi oleh pertimbangan yang
mengacu kepada standar kompetensi yang menurut Tovey (1996) adalah siapa yang
diakui secara internasional. Sehingga akan berpartisipasi dalam program, siapa
sumber daya manusia tersebut dapat yang akan mengajar, media apa saja yang
diterima dipasar bebas, baik dari segi akan digunakan, pada level atau tingkat
produk maupun kualitas tenaga kerjanya. mana, prinsip-prinsip rancangan seperti
Untuk menjamin standar kualitas tenaga apa yang dibutuhkan serta dimana program
kerja, diperlukan suatu jaminan berupa tersebut akan diselenggarakan.
sertifikasi kompetensi yang merupakan Pertimbangan yang matang akan sangat
paspor keterampilan menuju dunia kerja. berpengaruh terhadap efektifitas pelatihan
Lembaga yang berwenang mengeluarkan dimana dinyatakan dari berbagai studi
sertifikasi kompetensi adalah Lembaga tentang efektivitas pelatihan, Tall & Hall
Sertifikasi Profesi (LSP). (1998) dalam Basuni A (2003) menyatakan
Uji Kompetensi (UJK) dan bahwa tahapan implementasi atau
Sertifikasi Kompetensi dilakukan untuk pelaksanaan merupakan faktor kunci bagi
mengetahui dan mengukur keahlian di efektifitas pelatihan.
bidang tertentu, diselenggarakan oleh Pada penelitian ini sengaja dipilih
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bidang variabel yang paling penting untuk
tertentu yang telah diberi lisensi oleh diketahui sebagai landasan utama dalam
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pelaksanaan pelatihan khususnya pada era
melalui Tempat Uji Kompetensi (TUK) kompetensi saat ini, yaitu implementasi
yang telah diverifikasi oleh LSP bidang CBT dan dukungan dari sumber daya
tertentu ~ yang ditunjukkan dengan bukti pelatihan, dan hasil pembahasan hasil
Sertifikat Tempat Uji Kompetensi, dan jika penelitian terurai berikut ini.
peserta uji telah di nyatakan lulus akan
mendapatkan sertifikat kompetensi. Uji
kompetensi menjadi hal yang sangat
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 87

a. Competency Based Training (CBT) b. Sumber Daya Pelatihan (SDP)


Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Sumber Daya Pelatihan (SDP) adalah
tentang Ketenagakerjaan, mengamanatkan segenap komponen pelatihan yang
bahwa setiap pelatihan harus berbasis bersinergi yang terdiri dari fasilitas dan
kompetensi atau berbasis pada kebutuhan sarana pelatihan, instruktur dan tenaga
dunia industri atau pasar kerja. Pelatihan pengelola pelatihan, biaya/anggaran
berbasis kompetensi adalah sistem pelatihan serta manajemen pelatihan.
pelatihan yang memperhatikan Dalam rangka menyelenggarakan pelatihan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kerja, lembaga pelatihan seperti BLK
diperlukan di tempat kerja agar dapat membutuhkan tenaga kepelatihan antara
melakukan pekerjaan dengan kompeten. lain pejabat struktural, staf administrasi,
Agar lembaga pelatihan dapat administrasi pelatihan, instruktur.
melaksanakan sepenuhnya pola pelatihan
Pelatihan kerja diselenggarakan
berbasis kompetensi diperlukan sarana dan
dengan metode pelatihan kerja yang
fasilitas pelatihan yang mendukung
relevan, efektif, dan efisien dalam rangka
pelaksanaan CBT tersebut, di antaranya
mencapai standar kompetensi kerja.
adalah peningkatan sarana dan prasarana
Penyelenggaraan pelatihan kerja harus
pelatihan berbasis kompetensi serta sarana
didukung dengan sarana dan prasarana
dan prasarana tempat uji kompetensi.
yang memenuhi persyaratan untuk
Tidak kalah penting adalah sumber daya
menjamin tercapainya standar kompetensi
pelatihan yang mendukung terlaksananya
kerja. Penyelenggaraan pelatihan kerja
pelatihan berbasis kompetensi.
harus didukung dengan tenaga kepelatihan
Dewasa ini pemerintah dalam hal ini yang memenuhi persyaratan kualifikasi
Departemen Tenaga dan Transmigrasi RI kompetensi sesuai dengan bidang
khususnya pada Unit Pelaksana Teknis tugasnya. Pendanaan sistem pelatihan kerja
Pusat (UPTP) dan Unit Pelaksana Teknis baik yang menyangkut pembinaan maupun
Daerah (UPTD) Pelatihan seluruh penyelenggaraan dilaksanakan berdasarkan
Indonesia sedang gencar mempersiapkan prinsip efektif, efisien, akuntabilitas,
dan mengadakan gerakan revitalisasi pada transparansi, dan berkelanjutan.
semua aspek dimana muaranya adalah
Dalam ketentuan umum Peraturan
dalam rangka pelaksanaan pelatihan
Pemerintah No. 31 Tahun 2006 tentang
berbasis kompetensi. Oleh karena sifatnya
Sistem Pelatihan Kerja Nasional pada Bab
baru dalam tahap persiapan maka hasil
I pasal 2, hurup c menyebutkan
penelitian menunjukkan bahwa BLKI
Sislatkernas bertujuan untuk meng-
Makassar belum sepenuhnya
optimalkan pendayagunaan dan pem-
melaksanakan CBT.
berdayaan seluruh sumber daya pelatihan
Saat ini yang terjadi adalah tahapan kerja.
uji coba pelaksanaan CBT, misalnya
Pada proses penyelenggaraan
dimulai dengan pemberlakuan sistim
pelatihan, optimalisasi sumber daya
modul, dari mulai membiasakan dengan
pelatihan sangat diharapkan untuk selalu
penggunaan buku informasi, buku kerja
didorong agar sasaran pelatihan dapat
dan buku penilaian. Sementara itu
tercapai yaitu menghasilkan output dan
pemberlakuan jam pelatihan masih dengan
outcome yang banyak dan berkualitas.
pola konvensional yaitu rata-rata 320 Jam
Pada kondisi yang diharapkan seperti ini
Pelatihan @ 45 menit, padahal semestinya
sesungguhnya belum terjadi karena hasil
pemberlakukan jam latihan dapat
penelitian menunjukkan bahwa
dilaksanakan lebih fleksibel tergantung
pendayagunaan dan pemberdayaan dari
kemampuan peserta dalam menguasai unit-
Sumber Daya Pelatihan di BLKI Makassar
unit kompetensi.
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 88

belum maksimal. Sebagai bukti kurang secara praktis sering dilupakan atau tidak
maksimalnya pemberdayaan SDP ini dilakukan sama sekali. Sedangkan menurut
karena masih terjadi idle capacity yang Montante (1996) dan Richardson (1998)
besar terjadi di BLKI Makassar, terlihat menegaskan bahwa kunci utama efektivitas
dari jumlah siswa yang dilatih tiap tahun pelatihan terletak pada masalah evaluasi.
hanya berkisar 300 sampai dengan 400 Berikut ini diuraikan hasil penelitian di
orang yang dibiayai APBN. Upaya BLKI Makassar berkaitan dengan evaluasi
manajemen telah dilakukan yakni dengan formatif dan sumatif.
payung hukum pendayagunaan fasilitas
latihan kerja, melakukan pelatihan a. Evaluasi Formatif
kerjasama pihak ke III, namun ternyata
Evaluasi Formatif: merujuk kepada
hanya jurusan-jurusan tertentu yang
evaluasi yang dilakukan untuk
berkembang dan animon pesertanya
meningkatkan proses pelatihan. Evaluasi
banyak, sementara masih ada beberapa
ini akan membantu memastikan bahwa: 1)
kejuruan yang tidak ada peminatnya atau
program pelatihan dikelola dan
sangat kurang, misalnya kejuruan
dilaksanakan dengan mulus dan lancar, 2)
bangunan, sekretaris, akuntansi, sheet
kepuasan peserta pelatihan terhadap proses
metal dll. Keadaan yang demikian ini yang
pelatihan. Dengan demikian, tujuan
seharusnya menjadi prioritas bagi
pelaksanaan evaluasi formatif tidak hanya
manajemen untuk dilakukan perubahan
semata-mata mendapatkan angka/nilai
mind set dari institusi pengelola proyek,
sebagai syarat kelulusan siswa, namun
menjadi institusi yang menciptakan proyek
lebih daripada itu bisa mendapatkan
dengan mengedapankan mental
feedback demi perbaikan proses pelatihan.
entrepreuneurship bagi seluruh sumber
daya manusia pelatihan.
b. Evaluasi Sumatif
4. Evaluasi Pelatihan Evaluasi Sumatif: merujuk kepada
evaluasi yang dilakukan untuk menentukan
Untuk memastikan keberhasilan
sejauhmana peserta pelatihan telah berubah
pelatihan dapat dilakukan melalui evaluasi.
setelah mengikuti pelatihan. Maksud dari
Secara sistimatik manajemen pelatihan
evaluasi ini juga sebagai cara untuk
meliputi tahap perencanaan yaitu training
memperoleh gambaran apakah peserta
need analysis (TNA), tahap implementasi
pelatihan telah mendapatkan pengetahuan,
dan tahap evaluasi. Tahap terakhir
keahlian, sikap, perilaku sebagaimana
merupakan titik kritis dalam setiap
tujuan dari kompetensi. Pendapat lain
kegiatan karena acap kali diabaikan
menyatakan bahwa evaluasi sumatif, yaitu
sementara fungsinya sangat vital untuk
evaluasi atas efektifitas pelatihan yang
memastikan bahwa pelatihan yang telah
dilihat dari adanya perubahan sikap,
dilakukan berhasil mencapai tujuan
perilaku, serta tambahan ketrampilan dan
ataukah justru sebaliknya.
pengetahuan yang diperoleh para peserta
Konsep pelatihan sudah sejak lama pelatihan. Berkaitan dengan pendapat di
mengalami problem perseptual. Sebagai atas, seharusnya evaluasi yang ditujukan
kegiatan banyak organisasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
mempersepsikan evaluasi secara keliru derajat kelulusan peserta pelatihan
disamping mengabaikan atau sama sekali dilakukan dengan cara uji kompetensi yang
tidak melakukannya setelah pelatihan dilakukan oleh tim independen, atau
diadakan. Menurut pendapat Smith (1997) sekurang-kurangnya bukan dilakukan oleh
evaluasi program pelatihan dan pemberi materi. Namun yang terjadi
pengembangannya merupakan a necessary kadangkala yang menentukan kelulusan
and usefull activity, namun demikian peserta pelatihan adalah pengajarnya
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 89

sendiri atau instruktur yang memberikan jumlah siswa yang lulus pada tahun 2003
materi pelatihan. tersebut, dukungan penempatan adalah
sebesar 22,50 persen.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penilaian kelulusan siswa pelatihan Berdasarkan data persentase
di BLKI Makassar dilakukan oleh masing- penempatan lulusan pelatihan di BLKI
masing instruktur bukan melalui UJK. Makassar terhadap lowongan kerja sesuai
Pada kondisi demikian tentu saja kualitas Informasi Pasar Kerja di Kota Makassar
evaluasi masih perlu dipertanyakan, karena berkisar antara 10,30 persen sampai
apa yang diujikan oleh instruktur pelatihan dengan 16,48 persen pada lima tahun
hanya sebatas pada tingkat penguasaan terakhir. Namun yang menarik justru ada
atau hanya terbatas pada tingkat peningkatan yang cukup baik pada
pengetahuan yang dihafal semata. informasi penempatan berdasarkan data
seksi penyelenggara dan pemasaran BLKI
5. Penyerapan Tenaga Kerja Makassar yaitu pada tahun 2003 hanya
22,50 persen namun pada tahun 2008
Penyerapan tenaga kerja yang
justru naik secara signifikan sebesar 73,97
dimaksud adalah suatu keadaan dimana
persen.
terjadi sejumlah calon tenaga kerja dapat
diterima bekerja bagi mereka yang telah
lulus seleksi dan memenuhi syarat kerja KESIMPULAN DAN SARAN
dan memiliki kompetensi sehingga dapat A. Kesimpulan
mengisi segenap lowongan di pasar kerja
dan selanjutnya terjadi hubungan kerja 1. Perencanaan Program Pelatihan pada
serta kemudian dilakukan penempatan BLKI Makassar yang berfokus pada
tenaga kerja tersebut. Adapun indikatornya identifikasi kebutuhan pelatihan telah
adalah keterserapannya pada Instansi dilaksanakan jika teralokasi dana
pemerintah (PNS), Perusahaan/ swasta dan proyek. Dalam pelaksanaannya belum
Usaha mandiri. melibatkan secara penuh para pengguna
khususnya dari dunia industri serta
Berdasarkan data dengan mengambil hasilnya belum dimanfaatkan dengan
contoh yakni pada Tahun 2003, dimana sebaik-baiknya. Selain itu, pada materi
jumlah pencari kerja 33.561 orang. Pada diklat, telah tersedia untuk diterapkan
tahun tersebut sesuai dengan data berupa materi diklat program standar
Informasi Pasar Kerja (IPK) pada Disnaker yang mengacu pada Standar
Kota Makassar terdapat lowongan kerja Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
sebanyak 2.910 lowongan di berbagai (SKKNI) dan non standar yang disusun
perusahaan. Dari jumlah lowongan tersedia sesuai kebutuhan (tailor made).
ditempatkan sebanyak 2.900 orang atau Selanjutnya sarana dan fasilitas latihan
hampir semua lowongan dapat terisi. sebagian belum memadai khususnya
Pertanyaan kemudian adalah dari sarana Tempat Uji Kompetensi (TUK)
banyaknya penyerapan tersebut, seberapa serta ketersediaan fasilitas peralatan uji
besar dukungan dari lulusan BLKI kompetensi yang standar. Selain itu,
Makassar. Dari data penempatan lulusan instruktur dan tenaga pengelola latihan
pada tahun 2003 sebanyak 445 orang, jika masih belum kompeten, terbukti masih
diasumsikan jumlah tersebut berhasil ada beberapa instruktur dan tenaga
mengisi lowongan kerja secara pengelola yang belum mengikuti Uji
keseluruhan, maka dukungan dari lulusan Kompetensi dan memiliki sertifikat
BLKI Makassar adalah 445 dibagi 2.910 di kompetensi.
kali 100 persen, maka dukungan lulusan
BLKI Makassar hanya 15,34 persen. 2. Pengembangan Program Pelatihan pada
Namun jika perhitungan berdasarkan BLKI Makassar yang berfokus pada
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 90

kerjasama pelatihan secara internal bahwa penilaian pelayanan pelatihan


masih terjadi dikotomi jurusan serta ego telah dilakukan namun hasilnya sebatas
sektoral yang berakibat upaya menjadi bahan koreksi dan perbaikan
pengembangan jurusan belum bagi manajemen. Selain itu, penilaian
terlaksana dengan baik serta kelulusan siswa pelatihan dilakukan
pengembangan Bursa Kerja Khusus oleh masing-masing instruktur bukan
(BKK) kurang dikelola dengan baik dilakukan oleh Tim Independen.
sehingga penempatan lulusan kurang
5. Dukungan revitalisasi manajemen
maksimal. Kerjasama eksternal dengan
pelatihan pada BLKI Makassar
perusahaan kurang berkembang bahkan
terhadap penyerapan tenaga kerja di
kerjasama program pemagangan
Kota Makassar, menunjukkan bahwa
berjenjang belum ada lagi. Kemitraan
BLKI Makassar sangat mendukung
dengan industri/ perusahaan saat ini
penyerapan tenaga kerja di Kota
sebatas sebagai tempat on the job
Makassar. Adapun persentase
training (OJT). Selanjutnya, kegiatan
penempatan lulusan pelatihan di BLKI
OJT dan in house training (IHT) bagi
Makassar terhadap lowongan kerja
karyawan telah dilakukan dan hasilnya
sesuai Informasi Pasar Kerja di Kota
bermanfaat bagi pihak BLKI Makassar
Makassar berkisar antara 10,30 persen
dan perusahaan atau pihak ketiga.
sampai dengan 16,48 persen pada lima
Kegiatan uji kompetensi (UJK) dan
tahun terakhir. Selanjutnya informasi
Sertifikasi Kompetensi belum maksimal
penempatan lulusan berdasarkan data
karena baru diikuti oleh 11 orang dari
seksi penyelenggara dan pemasaran
48 orang instruktur dan bagi tenaga
BLKI Makassar yaitu pada tahun 2003
pengelola pelatihan sejumlah 55 orang
hanya 22,50 persen namun pada tahun
belum ada satupun yang pernah
2008 justru naik secara signifikan
mengikuti uji kompetensi. Bagi peserta
sebesar 73,97 persen.
pelatihan baru tahap uji coba terhadap
kurang dari 100 orang peserta.
B. Saran
3. Pelaksanaan Program Pelatihan pada
BLKI Makassar berfokus pada 1. Pihak Depnakertrans Pusat, para
pelaksanaan pelatihan berbasis perancang program pelatihan serta
kompetensi (CBT) hasilnya pengambil kebijakan pelatihan segera
menunjukkan bahwa belum sepenuhnya melakukan revitalisasi kegiatan training
dilaksanakan. Saat ini yang dilakukan need assesment (TNA) secara lebih
adalah tahapan uji coba pelaksanaan serius, bahkan sebaiknya menjadi
pelatihan berbasis kompetensi, yaitu kegiatan khusus agar pelatihan benar-
mulai dengan pemberlakuan sistim benar sesuai standar yang dibutuhkan
modul, membiasakan dengan oleh pasar kerja atau standar yang
penggunaan buku informasi serta buku ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini
penilaian. Selanjutnya pendayagunaan sangat penting untuk mengetahui
dan pemberdayaan dari Sumber Daya prioritas kebutuhan dari sasaran
Pelatihan (SDP) belum maksimal, salah pelatihan, sebagai acuan dalam
satu indikasinya adalah masih terjadi merumuskan dan menyusun materi
idle capacity yang besar, dari kapasitas diklat, dukungan sarana dan prasarana,
daya tampung lebih kurang 2.000 kualifikasi instruktur dan kebutuhan
peserta, hanya terisi rata-rata 300 tenaga pengelola latihan.
sampai 400 peserta per tahun. 2. Pengembangan program pelatihan harus
4. Evaluasi Pelatihan pada BLKI dididorong oleh manajemen agar lebih
Makassar, hasil penelitian menunjukkan dinamis dengan menyesuaikan progam
sesuai kebutuhan pengguna, supaya
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 91

lebih implementatif dengan banyak kerja, yang dulunya terpisah-pisah


melakukan rekayasa produk, modul, karena diselenggarakan oleh unit-unit
materi dan peralatan penunjang yang berbeda. Dalam rangka
pelatihan yang relevan dengan mendukung program dimaksud sangat
kebutuhan masyarakat terkini. dibutuhkan revitalisasi fungsi-fungsi
Diperlukan dukungan regulasi BLKI Makassar agar sasaran pelatihan
Pemerintah Daerah yang dapat sekarang adalah bukan pada output
membuka akses dan memotivasi semata, namun sudah harus sampai
pengguna (user) dari perusahaan dapat pada orientasi outcome.
bekerjasama lebih intens dengan
lembaga pelatihan khususnya pada
BLKI Makassar. DAFTAR PUSTAKA

3. Manajemen harus mendorong agar Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen


segenap sumber daya pelatihan Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.
menerapkan competency based training
(CBT) atau pelatihan berbasis Binapendagri. 2001. Pedoman Pelatihan
kompetensi secara konsekuen dan Kerja. Jakarta: Direktorat Bina
konsisten. Dengan demikian, seluruh Pelatihan Kerja. Depnakertrans RI.
komponen pelatihan berkomitmen Blanchard NP, Thacker JW. 2004. Effective
menjalankan visi organisasi yakni Training: System, Strategies, and
“Terwujudnya Sumber Daya Manusia Practices. Second Edition. New
yang terampil dan kompeten untuk Jersey: Pearson Education. Inc.
meningkatkan diri dan kesejahteraan
Bungin. Burhan. 2001. Metode Penelitian
keluarganya”, serta Misi organisasinya
yakni mempersiapkan tenaga kerja Sosial. Format-format kuantitatif dan
profesional melalui pelatihan kerja kualitatif. Surabaya: Airlangga
berbasis kompetensi. University Press.
Cassio. F.W. 1992. Managing Human
4. Evalusi pelatihan pada BLKI Makassar
harus dilakukan oleh assesor eksternal Resources: Productivity, Quality of
Work Life, Profits 3rd.ed, New York:
atau evaluasi dilakukan bukan oleh
pemberi materi. Sebaiknya dibuat tim McGraw-Hill International.
khusus (tim penguji/assesor) yang Cristian, K. 2008. Analisis Revitalisasi
melakukan evaluasi pada penilaian Balai Latihan Kerja. Tesis. UI
kelulusan peserta maupun evaluasi http://www.scribd.com/doc/2277513
penyelenggaraan pelatihan baik pada 9/revitalisasi.
sisi mutu pelaksanaan maupun pada
Davis Keith dan Newstrom JW. 1996.
kualitas pelayanannya.
Perilaku Dalam Organisasi
5. BLKI Makassar sangat potensial dalam (Terjemahan Agus Dharma) Jakarta:
mendukung program penempatan Erlangga.
tenaga kerja karena berdasarkan aturan
Dessler, Gary. 1992. Manajemen
dan kebijakan yang berkembang, BLKI
Personalia, Teknik dan Konsep
Makassar dapat memfasilitasi
Modern, Diterjemahkan oleh: Agus
penempatan tenaga kerja melalui Bursa
Dharma, Jakarta: Erlangga.
Kerja Khusus (BKK). BLKI Makassar
segera melaksanakan dan Duncan, W.J. 1980. Organizational
mensukseskan Kebijakan Menakertrans Behavior. Boston: Houghton Mifflin
tentang Program 3IN1 (three in one) Coy.
yaitu suatu program yang menyatukan
informasi, sertifikasi dan penempatan
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 92

Depnaker. 1991. Peraturan Pemerintah Handoko, T. Hani. 1999: Manajemen


Nomor 71 dan Pelaksanaannya. Personalia dan Sumber Daya
Jakarta: Dirjen Binalattas. Manusia, Edisi Kedua, Yogjakarta:
BPFE.
Depnakertrans RI. 2007. Kebijakan ”Three
In One” (Pelatihan, Sertifikasi dan _______________. 1985. Manajemen
Penempatan). Dirjen Binalattas. Personalia dan Sumber Daya
Direktorat Bina Lembaga dan Sarana Manusia, Yogyakarta: Liberty.
Pelatihan Kerja.
Hadirman. 2000. Efektivitas
Dirjen Binalattas. 2007. Pelayanan Prima Penyelenggaraan Program Pelatihan
Sektor Pemerintah. Modul. Kerja Terhadap Kinerja Lulusan
Direktorat Produktivitas. Jakarta: Lembaga Pelatihan Pada
Depnakertran RI. Perusahaan (studi Kasus di Balai
Latihan Kerja Industri Makassar).
Dwiyanto. Agus. 2006. Reformasi Birokrasi
Tesis. Universitas Negeri Makassar.
Publik di Indonesia. Jogjakarta:
Gadjahmada University Press. Hatta, Dkk. 1998. Peranan On The Job
Training Bagi Siswa Jurusan
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. 1998.
Otomotif. Laporan Diklat D3.
Total Quality Management (TQM),
Kerjasama Depnaker & UNM.
Yogyakarta: Andi Offset.
Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 2002
Flippo, Edwin B. 1997. Personel
tentang Pelaksanaan Kebijakan dan
Management, Singapore: McGraw
Strategi Nasional Percepatan
Hill Book Company, Sixth Edition.
Pembangunan Kawasan Timur
______________. 1971. Principle of Indoesia.
Personal Management, Tokyo:
Kristina. A (2005). Model Training Needs
Kogakusha.
Analysis untuk mengidentifiasikan
Franklin C. Ashby. 1999. Revitalize Your kebutuhan pelatihan dalam rangka
Corporate Culture, Houston. mengatasi kesenjangan Skill di PT
Fitroh. H. 2001. Pengaruh Faktor Hisamatsu Pharma Indonesia
Sidoarjo. Tesis. PPs Unair.
Lingkungan Fisik. Individu dan
Keorganisasian terhadap Kepuasan Keban, Yeremias. T. 2004. Pokok-pokok
Kerja Staf Pelatihan Teknisi D III di Pikiran Perbaikan Sistem
BLKI Makassar. Tesis. Universitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Negeri Makassar. PNS di Indonesia. Jurnal Kebijakan
Gaspersz, Vincent. 2004. Perencanaan dan Administrasi Publik Vol 8 No. 2,
Strategik Untuk Peningkatan Kinerja Yogyakarta: PPs UGM.
Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Koontz, O. D et al. 1980. Management,
PTGramedia Pustaka Utama. Edisi Delapan, Alih Bahasa H.
Gormley Jr W.T & Balla S J. 2004. Gunawan, Jakarta: Erlangga.
Bureaucracy and Democracy. Lalu Muhammad Najamudin. 2004.
Accountability and Performance. Manajemen Pendidikan dan
Washington: CQ Press. A Division of Pelatihan PNS di lingkungan
Congressional Quarterly Inc. Pemerintah Kabupaten Lombok
Gouillart, Francis J & James N. Kelly. Tengah,
1995. Transforming The (http://arc.ugm.ac.id/files/(0713-H-
2004).pdf tgl 22 Juni 2009).
Organization. New York; McGraw-
Hill, Inc
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 93

Lowenthal N, Jeffrey. 1994. Reengineering Permenakertrans No. Per 06/MEN/III/2006


the Organization: A Step By Step tentang struktur organisasi di
Approach to Corporate lingkungan Depnakertrans RI.
Revitalization. Milwauke: ASQC
Procton, JH dan Thornton, WM. 1993.
Quality Press.
Latihan Kerja. Buku Pegangan Bagi
Lynton, R.P dan Pareek, U. 1992. Pelatihan Para Manajer. Jakarta: Rineka Cipta.
dan Pengembangan Tenaga Kerja.
Rakhmat. 2004. Akuntabilitas Birokrasi
Jakarta: PT Pustaka Binaman
Pemerintahan Daerah Dalam
Pessindo.
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Manullang. 1976. Dasar-Dasar di Kota Makassar. Disertasi.
Manajemen, Ghalia Indonesia, Makassar: PPS Unhas.
Cetakan Kelima, Jakarta.
_______. 2009. Teori Administrasi dan
Moleong J. Lexy. 2007. Metodologi Manajemen Publik. Pustaka Arif.
Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Jakarta.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mujiman, Haris. 2006. Manajemen
Ratminto & Winarsih A S. 2006.
Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.
Manajemen Pelayanan.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Pengembangan Model Konseptual.
Montante, W.M. 1996. Effective Training: Penerapan Citizen’s Charter dan
The Missing Links, Professional Sandar Pelayanan Minimal.
Safety. Jogjakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Nadler, Leonard. 1982. Designing Training Sahertian, Piet A. 1985. Dimensi
Program The Critical Evan Model. Administrasi Pendidikan, Surabaya:
California. Addison Wesley Usaha Nasional.
Publishing Company.
Sastrohadiwiryo. 2005. Manajemen Tenaga
Nawawi, Hadari. 1997. Manajemen Sumber Kerja Indonesia. Pendekatan
Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Administrasi dan Operasional.
Kompetitif, Yogjakarta: Gajah Mada Jakarta: Bumi Aksara.
Univercity Press.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis,
_______________. 2005. Manajemen Bandung: CV. Alfa Beta.
Strategik, Yogyakarta: Gadjah Mada
_________. 2006. Metode Penelitian
Pers.
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Bandung: Penerbit Alfabeta.
Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Surat Kabar Harian Fajar. Data
Pedoman Penyusunan dan
pengangguran Disnaker Kota
Penerapan Standar Pelayanan
Makassar. Tanggal 30 Mei 2008.
Minimal. Biro Hukum dan Organisasi
Sekda Prov Sulsel. Smith, A. 1997. Training and Development
dalam Kramar, R, McGraw, P &
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6
Schuler, R. Human Resource
Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Management in Australia, South
Penyusunan dan Penetapan Standar
Melbourne, Addison W.L.
Pelayanan Minimal. Biro Hukum dan
Organisasi Sekda Prov Sulsel. Syafii, Inu Kencana. 2006. Ilmu
Administrasi Publik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fitroh Hanrahmawan / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 94

Tovey, M.D. 1997. Training in Australia: Usman, Reyna. 2003. Manajemen


Design, Delivery, Evaluation & Pelatihan Tenaga Kerja. Suatu Studi
Management, Sydney, Prentice Hall. di Balai Latihan Tenaga Kerja
Serang. Disertasi. UNJ.
Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, PT. Tata Zeithaml. V.A, Parasuraman A, Berry L B.
Nusa. Jakarta. 1990. Delivering Quality Service.
The Free Press. A Division of
Macmillan. Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai