Anda di halaman 1dari 5

PERSPEKTIF PERTANIAN PADA MASA KRISIS EKONOMI DI TENGAH

PANDEMIC COVID-19
Dunia saat ini sedang menghadapi pandemi virus corona. Pandemi ini tidak hanya
berdampak pada bidang kesehatan, tetapi juga bidang keuangan setempat. Di daerah
pedesaan, FAO telah memperingatkan potensi darurat pangan di seluruh dunia. Jaringan toko
makanan dunia juga berada dalam bahaya di tengah pelaksanaan isolasi teritorial, pembatasan
sosial, dan boikot perjalanan.
Cara-cara setiap negara dalam mencegah penyebaran virus corona juga memiliki
saran strategi pangan dan kemampuan kreasinya. Drama TV tanpa naskah ini mengatakan
bahwa ketahanan pangan sama pentingnya dengan kesejahteraan umum. Jika para ahli dan
fakultas kedokteran adalah pejuang dengan tujuan akhir memerangi penyebaran virus
Corona, begitu pula peternak, buruh pabrik, dan petani lainnya. Perlindungan utama terhadap
virus corona adalah ketahanan pangan. Sejauh konvensi kesejahteraan, otoritas publik telah
mengatur prosedur luar biasa untuk mencegah penyebaran infeksi melalui pembatasan sosial
ruang lingkup besar (PSBB). Sistem ini dapat berjalan sejauh makanan pokok dapat diakses
oleh individu.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan “ambruk” di tahun 2020 sebagai
dampak dari pandemi Covid-19. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
mencapai 0.5%, sementara SDGs Center UNPAD memproyeksikan antara 1.0 – 1.8%. Jauh
melampaui pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama beberapa tahun terakhir yang berada di
kisaran 5%. Dalam analisis outlook ekonomi yang dilakukan UNPAD, pertumbuhan ekonomi
Jawa Barat bahkan bisa turun lebih besar dari nasional menjadi antara -2.1% (skenario
pesimis) dan 0.6% (skenario optimis). Sebagai dampaknya, berbagai agenda pembangunan
seperti pengentasan kemiskinan dan peningkatan IPM akan mengalami gangguan serius.
Pengangguran diprediksi akan meningkat dari 8% di tahun 2019 menjadi 12% dalam skenario
terparah. Selain imbas restriksi sosial yang dampaknya relatif kecil karena pusat produksi
pertanian bukan di wilayah padat penduduk, sektor pertanian, terutama tanaman pangan,
secara alamiah tidak akan separah sektor lain ketika terjadi krisis. Ketika ekonomi mengalami
periode booming, permintaannya tidak akan meningkat pesat, demikian pula ketika terjadi
resesi, permintaannya tidak akan menurun drastis. Sejarah krisis di Indonesia, misalnya krisis
moneter 1997-1998 juga menyisakan catatan relatif bertahannya sektor pertanian dan bahkan
menampung kembali tenaga-tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di perkotaan.
Nampaknya peran sektor pertanian sebagai setor penyangga (buffer sector) di masa krisis
akan terulang di tahun ini.
Pandemi Covid-19, efeknya akan bervariasi terhadap berbagai sektor perekonomian.
Analisis SDGs Center UNPAD, misalnya memprediksikan salah satu sektor yang akan
terkena dampak parah adalah sektor terkait pariwisata. Sementara itu BPS, melaporkan,
perekonomian Bali Nusa Tenggara misalnya selama kuartal pertama tahun 2020 mengalami
kontraksi sebesar hampir 7%, terparah di seluruh Indonesia. Ini pun belum memasukan
dampak dari pembatasan sosial karena krisis pandemi Korona baru mulai di bulan April
2020. Ketika itu terjadi sektor manufaktur dan industri secara umum akan terkena dampak
cukup masif.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) di berbagai acara secara konsisten
menegaskan keyakinannya bahwa Indonesia dapat mengatasi masa pandemi ini, bahkan
bangkit sebagai negara pemenang. Khusus untuk wilayah agraris, Menteri Agribisnis
menerima bahwa kondisi ini dapat menjadi energi untuk memperkuat kemandirian pangan
masyarakat.
Saat ini, seperti yang ditunjukkan oleh Mentan SYL, semua individu petani harus
terus bekerja dengan suasana hati yang ceria dan kokoh, untuk mencapai kemandirian
pangan. Kami membutuhkan kerja ekstra sulit, pertimbangan di luar peti, dan kolaborasi yang
lebih erat. Ini adalah kesempatan yang ideal bagi para peternak, pekerja augmentasi, spesialis,
skolastik, area pribadi, dan penghibur area hortikultura lainnya untuk menjadi orang suci bagi
negara dan negara ini dengan perasaan persekutuan.
Presiden Jokowi telah memberikan tajuk bahwa pandemi virus corona adalah energi
untuk mengubah area pangan. Indonesia dibutuhkan untuk memenuhi semua kebutuhan
pangan dalam negeri. Selanjutnya, kemajuan utama yang harus diambil adalah membangun
penciptaan publik yang bergantung pada agribisnis petani kecil dan berpihak pada satu pihak
dengan peternak kecil. Untuk memiliki opsi untuk menjalankan ini, otoritas publik telah
mendistribusikan kembali rencana keuangan yang lebih besar untuk dibagikan sebagai
bantuan benih, proyek yang terkonsentrasi, penyesuaian stok dan biaya makanan, seperti
penyebaran makanan dan transportasi. Redistribusi pengeluaran adalah uang badan publik
untuk mendukung kemanfaatan pangan seperti halnya kerja pada bantuan pemerintah
terhadap peternak. Pengaturan untuk peternak kecil juga harus ditunjukkan dengan
meningkatkan pekerjaan pekerja tambahan. Pandemi virus corona seharusnya tidak menjadi
batasan bagi para buruh augmentasi untuk terus membantu para peternak. Dinas Peternakan
saat ini memiliki tahap Kostratani yang dilengkapi dengan inovasi data terkomputerisasi
sehingga bantuan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Tahap selanjutnya yang juga
mengambil bagian penting adalah pengembangan lahan. Kemajuan seluruh lahan hortikultura
di Indonesia memerlukan pembangunan lintas sektoral.
Pemerintah lingkungan harus fokus pada pemberdayaan pemanfaatan lahan yang
tidak sempurna, seperti lahan kering dan rawa, serta mencegah terjadinya transformasi lahan
pedesaan. Penggunaan pekarangan dilakukan melalui upaya untuk memungkinkan keluarga
atau pertemuan lokal yang lebih besar untuk mengembangkan pekarangan dan
mempersiapkan hasilnya. Upaya pemanfaatan lahan dilakukan tidak hanya dengan
mengembangkan berbagai jenis hasil pangan dan pertanian, tetapi juga mengembangkan
hewan dan ikan sehingga dapat memenuhi aksesibilitas pangan, baik karbohidrat, protein,
nutrisi, dan mineral. Pergerakan pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan oleh
keluarga sebagai unit arisan terkecil.
Pemanfaatan lahan pekarangan juga dapat dilakukan oleh perkumpulan-perkumpulan
lokal, seperti penghuni pemukiman, pemondokan, tempat tinggal, atau siswa sekolah, dan
pesantren. Pendeta Agribisnis Syahrul berulang kali menekankan perlunya mengantisipasi
dan merencanakan daerah-daerah rawan pangan dan menyalurkan kebutuhan pangan mereka
secara tepat. Untuk mengurangi potensi kerawanan pangan, individu harus didorong untuk
memiliki pilihan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka secara bebas. Salah satunya
adalah pemberdayaan daerah untuk memperkuat ketahanan pangan daerah melalui
Pembangunan Pangan Daerah (LPM). LPM bekerja untuk mendekatkan akses pangan kepada
individu-individu dari pertemuan peternak dan membangun kesadaran publik tentang
pentingnya penghematan pangan, terutama di tengah keadaan darurat. Melalui keberadaan
LPM, daerah dapat mengikuti kesesuaian aksesibilitas dan akses pangan daerah, khususnya di
daerah provinsi. Di masa pandemi, lebih banyak perkembangan dan lompatan ke depan juga
diharapkan dapat menjamin penyebaran kebutuhan pangan dapat tersampaikan secara merata
ke daerah rawan pangan dan jaringannya. Pertama, Dinas Pertanian sebagai tim dengan TNI-
Promo telah menerjunkan ATM Beras. Salah satu upaya untuk membantu masyarakat yang
membatasi makanannya dengan mengikuti strategi PSBB. Kami percaya bahwa kemajuan
dan lompatan ke depan, seperti kerjasama dengan berbagai layanan/kantor, BUMN, dan
swasta dapat terus ditingkatkan sehingga tingkat ketidakstabilan pangan dapat ditekan.
Mendukung peternak
Pandemi virus corona juga mempengaruhi fluktuasi harga barang-barang makanan.
Perbedaan nilai antara pembuat atau peternak dan daerah pembeli lokal sangat lebar.
Pemberlakuan PSBB di berbagai daerah ada saran untuk penundaan pemekaran dari fokus
penciptaan ke wilayah metropolitan sebagai fokus pemanfaatan. Oleh karena itu, kawasan
hortikultura perlu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Kita harus memiliki pilihan
untuk membuat efektivitas dalam rantai promosi produk hortikultura sementara masih
berpihak pada satu pihak dengan peternak.
Upaya telah dilakukan untuk membuat efisiensi rantai pamer, termasuk meningkatkan
dan memperluas Pasar Mitra Tani dan Toko Peternakan untuk mencakup 34 wilayah. Pasar
Mitra Tani telah menjadi penghubung bagi Gapoktan yang ingin menjual barangnya secara
langsung kepada pelanggan. Di masa sekarang ini, kita juga terbantu dengan hadirnya
berbagai layanan berbasis online antar administrasi. Mengingat hal itu, Dinas Hortikultura
terus memberdayakan efektivitas rantai promosi dengan bekerja sama antara peternak dan
pembuat dengan berbagai berbasis online antar administrasi, seperti Go-Jek, Get, Blibli, dan
Tokopedia. Berbagai upaya dilakukan, bekerja dengan dan bekerja sama dengan perusahaan
baru yang sibuk dengan rantai promosi.
Kondisi PSBB juga berpotensi rendahnya daya serap pasar terhadap barang-barang
peternak. Perusahaan-perusahaan baru dapat membantu dengan menggairahkan barang-
barang agraria sehingga biaya di tingkat peternakan tetap stabil. Yang tidak boleh diabaikan
dalam menjaga ketahanan pangan di masa pandemi virus Corona adalah memastikan
peternak kita tetap solid, sejahtera, dan energik untuk terus melahirkan. Goyangan pangan
akan sulit untuk mengakui apakah peternak sebagai penghibur utama dalam bercocok tanam
tidak sejahtera. Untuk itu, negara harus siap menjamin bantuan pemerintah bagi para
peternak, tetap semangat, dan menjamin kesejahteraan mereka di tengah pandemi virus
corona.
Perkembangan moneter Indonesia diproyeksikan akan “breakdown” pada tahun 2020
karena pandemi virus corona. IMF memproyeksikan perkembangan moneter Indonesia
mencapai 0,5%, sedangkan UNPAD SDGs Center berkisar antara 1,0 – 1,8%. Jauh
melampaui perkembangan keuangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang berada
di kisaran 5%. Dalam penelusuran sudut pandang keuangan yang diarahkan oleh UNPAD,
perkembangan moneter Jawa Barat bahkan bisa jatuh lebih dari tingkat publik menjadi antara
- 2,1% (situasi sinis) dan 0,6% (situasi penuh harapan). Oleh karena itu, berbagai rencana
perbaikan seperti pengentasan kemiskinan dan peningkatan IPM akan menghadapi gangguan
yang nyata. Pengangguran diperkirakan akan meningkat dari 8% pada 2019 menjadi 12%
dalam hasil paling mengerikan yang bisa dibayangkan.
Pandemi virus corona akan berdampak pada berbagai sektor ekonomi. Pemeriksaan
SDGs Center UNPAD, misalnya, memprediksi salah satu bidang yang akan terkena dampak
serius adalah bidang terkait industri perjalanan. Sementara itu, BPS merinci perekonomian
Bali Nusa Tenggara, misalnya, selama triwulan pertama tahun 2020 mengalami penyempitan
hampir 7%, paling parah di seluruh Indonesia. Hal ini juga tidak mengecualikan dampak
pembatasan sosial mengingat darurat pandemi Crown baru saja dimulai pada April 2020. Saat
itu terjadi, area perakitan dan industri secara keseluruhan akan sangat terpengaruh.
Pemeriksaan atas laporan keuangan UNPAD juga memproyeksikan bahwa bidang
perakitan dan mekanik juga akan sangat terpengaruh. Begitu pula dengan daerah basis
modern seperti Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Pemeriksaan ini juga menjelaskan
bahwa daerah agraris akan paling tidak terpengaruh dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini
terjadi karena dampak pembatasan sosial pada umumnya akan tidak signifikan terhadap
kawasan agraris, meskipun masih ada bahaya gangguan jaringan toko dan penurunan minat.
Fleksibilitas luas agraria secara umum juga ditegaskan oleh proyeksi Financial Analyst
Knowledge Unit (EIU) untuk perekonomian Indonesia pada April lalu. Ketika karena
pandemi Coronavirus, EIU mengubah pengembangan perakitan

Anda mungkin juga menyukai