Oleh:
Vidia Ayunda 362041311070
Disti Yulia Ningsih 362041311076
Laelatul Rizqiyah 362041311082
Arif Rahmatullah 362041311088
Dosen Pengampu:
PENDAHULUAN
Menurut Oxfam (2001), ketahanan pangan adalah kondisi ketika setiap orang
dalam segala sesuatu memiliki akses dan kontrol atas jumlah pangan yang cukup dan
kualitas yang baik demi hidup yang aktif dan sehat. Adanya ketahanan pangan yang
kuat merupakan hasil kerjasama yang matang antara petani dan pemerintah serta
keterampilan petani yang mumpuni. Dua hal tersebut menciptakan efek yang besar pada
program ketahanan pangan sehingga kesejahteraan pangan masyarakat terjamin.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat kelangkaan pangan di suatu
daerah
2. Untuk mengetahui peran petani dalam menghadapi ketidakseimbangan bahan
pangan dengan jumlah penduduk
3. Untuk mengidentifikasi jalannya program peningkatan pertahanan pangan
pertanian suatu daerah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Kelangkaan Pangan dari Aspek Ekonomi Mayarakat
Krisis pangan adalah kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagian besar
masyarakat di suatu wilayah.Yang disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi
pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, dan konflik sosial,
termasuk akibat perang.Pangan merupakan kebutuhan primer manusia, Jika manusia
sudah tidak terpenuhi atas kebutuhan pangan, maka akan terjadi krisis kehidupan.
Seperti, manusia tidak menkonsumsi makanan akan terjadi kelaparan dimana-
mana, tidak ada tumbuh kembangnya manusia dalam segi apapun.Apalagi jika tidak
terpenuhinya pangan yang bergizi, kepada manusia, maka mental dan nutrisi yang
dimiliki manusia akan lemah atau dibilang kurang sehat.
Kegagalan supplay untuk memenuhi demand yang meningkat tajam
menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan dan struktural sistem pertanian
dunia.Penyebab dari ketidakseimbangan struktural ini berganda. Di sisi supply faktor
utamanya adalah ketidakcukupan aliran sumber daya ke pertanian dari pihak swasta,
dan pemerintah, serta negara-negara .Donor ke negara-negara berkembang, sehingga
investasi di bidang pertanian sangat terbatas.Di sisi demand, daya beli masyarakat
rendah akibat tingginya angka kemiskinan.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kegagalan supplay untuk memenuhi demand yang meningkat tajam
menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan dan struktural sistem
pertanian .Penyebab dari ketidakseimbangan struktural ini berganda. Di
sisi supply faktor utamanya adalah ketidakcukupan aliran sumber daya produksi dari
pertanian. Di sisi demand, daya beli masyarakat rendah akibat tingginya angka
kemiskinan.
Untuk menignkatkan supplay perlu dilakukan inovasai dan pengembangan
dalam pertanian yang harus melibatkan petani milenial diamana diharapkan tidak
hanya sebagai petani, tetapi juga berperan menjadi aggregator, offtaker , bahkan
memainkan peran penting sebagai CEO korporasi-korporasi petani yang ada di
daerahnya masing-masing. Para milenial harus menginspirasi entitas pertanian agar
melakukan perubahan cara/tools/teknik/metode dalam ekosistem pertanian. Dengan
demikian, diharapkan program millennial smartfarming mampu optimal menjadi
motor penggerak dalam memajukan sektor pertanian Indonesia.
Dengan banyaknya petani milenial diharapkan akan meningkatkan pertahanan
pangan negara Indonesia. Karena petani milenial telah menguasai metode pertanian
yang lebih efektif dan menggunakan teknologi dalam proses pertanian. Diharapkan
dengan deminikian akan meningkatkan produktifitas pertanian dan menciptakan
ketahanan pangan yang kuat.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan pertahanan pangan negaran, pemerintah Indonesia perlu
memperbaiki sektor pertanian dari hulu hingga ke hilir mulai dengan regenerasi
petani, ekstensifikasi lahan pertanian, perbaikan dritribusi dan penanaman modal
agar supplay pangan dapat seimbang dengan permintaan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA