Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN KE-2

A.Pengertian gizi

Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti
makanan. WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang
terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan
pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara
kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi.

B.Tujuan program pangan dan gizi

Tujuan Program Gizi Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya


meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerataan kegiatan pelayanan gizi ke
seluruh wilayah pedesaan dan perkotaan. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik
di puskesmas maupun di posyandu untuk menurunkan prevalensi masalah gizi kurang
dan gizi lebih. Meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita yang gizi buruk
yang benar-benar membutuhkan.

Tujuan program pangan dan gizi yang dikembangkan untuk mencapai Indonesia
Sehat 2010 :

1. Meningkatkan ketersediaan komoditas pangan pokok dengan


jumlah yang cukup, kualitas memadai dan tersedia sepanjang
waktu melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman
serta pengembangan produksi olahan.
2. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk
memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
3. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi
yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi
lebih.
4. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan
status gizi untuk mencapai hidup sehat.

C. Program-program pangan dan gizi

Program pangan pokok pangan ada 2 antara yaitu :


1) pemantapan swasembada
2) diversifikasi pangan
Program penunjang terdiri dari :
1) pendidikan,pelatihan,penyuluhan
2) penelitian pengembangan pangan
3) pengembangan kelembagaan pangan
4) perbaikan gizi
program pokok gizi yaitu terdiri dari :
1) penyuluhan gizi masyarakat
2) usaha perbaikan gizi keluarga
3) usaha perbaikan gizi institusi
4) upaya frotifikasi bahan pangan

D. Kebijakan Pangan

Kebijakan pangan merupakan bagian integral dari kebijakan pembangunan


nasional. Secara spesifik, kebijakan tersebut dirumuskan untuk mengelola potensi
nasional, memanfaatkan peluang, serta mengatasi masalah dan tantangan dalam
mewujudkan ketahanan pangan. Beberapa rekomendasi kebijakan pangan yang perlu
diterapkan dan dilanjutkan adalah sebagai berikut :

1. Adanya jaminan ketersediaan pangan bagi penduduk miskin dan rawan


pangan di seluruh pelosok tanah air termasuk daerah-daerah yang tertimpa
bencana alam.
2. Perlu adanya kebijakan untuk mengelola pertumbuhan penduduk yang
bertujuan mengharmoniskan kualitas dan kuantitas kependudukan
3. Mengefektifkan kebijakan yang mengembangkan sistem insentif untuk
mengendalikan konversi lahan pertanian dan mendorong persebaran penduduk
dengan menyebarkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke luar Jawa.
4. Untuk mengatasi kekeringan, kebijakan yang harus ditempuh antara lain :
upaya-upaya konkret seperti penyiapan dan pemberian bantuan bahan pangan
dan air minum/air bersih; realisasi pemberian kredit pedesaan untuk aktivitas
ekonomi dan alternatif lapangan kerja nonpertanian; disamping itu kebijakan
untuk memperbaiki pengelolaan sumber daya air melalui konservasi air.
5. Pemerintah harus terus menerus memberikan perangsang pada petani
produsen beras domestik agar bergairah meningkatkan produksi beras jika
perlu melalui berbagai subsidi sarana produksi termasuk kredit usaha tani.
6. Melanjutkan pelaksanaan program akselerasi peningkatan produktivitas
industri gula nasional.
7. Di tingkat paling dasar pemerintah dan Bulog beserta jajarannya di daerah
wajib melaksanakan tugasnya, yaitu melaksanakan pengadaan beras, membeli
gabah petani sesuai harga dasar (HPP) atau paling tidak harga di tingkat
petani jangan sampai terlalu jauh dari harga referensi.
8. Pemerintah memberi kemudahan bagi importer dan distributor pada saat
produksi dalam negeri anjlok karena hal-hal yang sukar dihindari, sehingga
impor beras justru sangat diperlukan serta diikuti sanksi hukum bagi semua
pelaku impor illegal.
9. Pemerintah juga harus tetap melaksanakan kebijakan subsidi di daerah-daerah
rawan pangan. Sebaliknya pada musim panen raya atau pada saat produksi
domestik melimpah, pengenaan bea masuk impor jelas sangat relevan, karena
petani harus dilindungi dari ancaman anjloknya tingkat harga.

E. Hubungan Pangan dan Gizi

Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi.
Pada akhirnya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses
dalam tubuh dan memperlancar pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Zat
gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi esensial karena dalam
unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh dalam jumlah yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan kesehatan normal. Hal ini berarti unsur tersebut harus
disediakan oleh unsur pangan diantaranya adalah asam amino esensial (diperlukan
untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang
baik). Ketahanan Pangan Pembangunan Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjamin
ketersediaan pangan yang cukup dari segi jumlah, mutu, keamanan dan keragaman
sehingga setiap rumah tangga mampu mengkonsumsi pangan dalam setiap saat,
mampu mengkonsumi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya serta
seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, nasional, sepanjang waktu dan merata
untuk menjalani hidup sehat dan produktif. UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
dimana pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan
ketahanan pangan. Di Indonesia, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,dan terjangkau.
F. Program-Program Ketahanan Pangan

1. Peningkatan Produksi dan Ketersediaan Aneka Pangan Tujuan :


Meningkatkan produksi dan diversifikasi ketersediaan aneka ragam pangan.
Kelompok Sasaran : Seluruh wilayah dan lapisan masyarakat Indikator
keberhasilan :
a. Peningkatan produksi aneka pangan
b. Kecukupan pangan di tingkat nasional dan daerah
c. Stabilisasi harga pangan
2. Pengembangan Agribisnis Komoditas Pangan Tujuan : Untuk meningkatkan
dan memantapkan daya saing global produk pangan dan menciptakan iklim
yang kondusif bagi pengembangan agribisnis dan agroindustri pangan.
Kelompok Sasaran :
a. Komoditas pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
b. Wilayah yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif
Indikator Keberhasilan
c. Berkembangnya sentra-sentra komoditas unggulan.
d. Meningkatnya nilai tambah produk-produk pangan melalui perbaikan
kualitas pengolahan dan penanganan pasca panen.
e. Meningkatnya efektifitas pembinaan dan pengawasan, serta
berkurangnya kasus pelanggaran keamanan pangan.
3. Pengembangan Agroindustri Pendukung Ketahanan Pangan Tujuan :
Mengembangkan Industri Kecil dan Menengah (IKM) pangan yang berbasis
potensi lokal untuk menunjang ketahanan pangan. Kelompok Sasaran : Aparat
pemerintah daerah, pengusaha, masyarakat dan lembaga-lembaga LM3
(Lembaga Mandiri dan Mengakar pada Masyarakat). Indikator keberhasilan :
a. Teridentifikasinya jenis IKM Pangan yang sesuai dengan potensi lokal dan
dapat mendukung ketahanan pangan.
b. Terinventarisasinya IKM Pangan yang sudah ada dan dapat diberdayakan
menjadi IKM Pangan pendukung ketahanan pangan lokal.
c. Jumlah IKM Pangan yang dibina dalam rangka mendukung ketahahan
pangan.
d. Berdirinya IKM Pangan berbasis potensi lokal yang mendukung
ketahanan pangan yang kuat dan dinamis.
e. Terserapnya produk-produk pertanian lokal secara kontinyu dan harga
yang bersaing.
f. Terjadinya nilai tambah produk pertanian di tingkat lokal.
F. Mutu dan Keamanan Pangan

Gambaran keadaan mutu dan keamanan pangan selama beberapa tahun


terakhir masih menunjukkan adanya permasalahan yang diindikasikan oleh:

a. Masih adanya peredaran produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan,


khususnya dalam penggunaan bahan tambahan makanan seperti pewarna
berbahaya, pemanis buatan yang digunakan untuk makanan jajanan, formalin
dan boraks untuk mengawetkan beberapa produk pangan.
b. Masih banyak label produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan dan
informasi yg kurang lengkap. Disamping label yang tidak memenuhi syarat, di
pasaran juga masih cukup banyak ditemukan beredarnya produk pangan yang
telah kedaluwarsa.
c. Masih banyak dijumpai kasus keracunan makanan.
d. Masih rendahnya tanggungjawab dan kesadaran produsen serta distributor
tentang keamanan pangan yang diproduksi/diperdagangkannya.
e. Masih kurangnya kepedulian dan pengetahuan konsumen terhadap keamanan
pangan.

diversifikasi ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan pokok alternatif


selain beras, penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok
alternatif yang berimbang dan bergizi serta berbasis pada pangan lokal. Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi berperan dalam diversifikasi pangan melalui
penyediaan teknologi diversifikasi pangan pokok alternatif (program RUSNAS).
Koordinator kegiatan ini adalah Kantor Menristek dan Deptan, dibantu oleh P dan K,
Informasi, BKKBN, Sosial dan Kesehatan. Analisis Status Pangan dan Gizi Pada
setiap proses perencanaan program pangan dan gizi setidak-tidaknya terdapat empat
langkah pokok yang harus dilalui.

a. Penilaian status kini


b. Penetapan tujuan dan sasaran
c. Penyusunan strategi program
d. Penahapan pelaksanaan

1. Penilaian Status Kini Pada langkah ini harus dilakukan upaya untuk mengetahui
atau menilai situasi atau masalah yang sedang dihadapi. Pengamatan situasi kini
dapat dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan atau dengan
mengumpulkan informasi/data dari laporan-laporan atau publikasi yang ada.
2. Penetapan Tujuan dan Sasaran Berdasarkan pada penemuan dan pengetahuan yang
dimiliki serta hasil dari analisis situasi kini, maka dapat dirumuskan tujuan yang akan
dicapai serta sasarannya. Sesuatu yang ingin dituju atau tujuan mencerminkan suatu
kebutuhan dasar yang hendak dicapai. Dalam beberapa hal perlu dilakukan proyeksi –
proyeksinya ke masa mendatang. Kemudian dari apa yang ingin dicapai tersebut
dapat dijabarkan ke bentuk sasaran (target) yang merupakan wujud nyata dari
kebutuhan dasar yang harus dicapai oleh pembangunan.

3. Penyusunan Strategi Program Untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran – sasaran
yang diharapkan diperlukan strategi yang kemudian harus dituangkan dalam program
– program. Program – program tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal
sebagai formute of reference point antara lain :

 Sasaran (target)
 Pihak pemakai program atau yang akan dimanfaatkan
 Pihak pelaksana dan organisasinya
 Lokasi prioritas
 Kebutuhan tenaga
 Pembinaan program.

4. Penahapan Pelaksanaan Langkah ini merupakan rencana implementasi program-


program yang telah disusun, menjadi tahap-tahap yang harus dilalui oleh program
tersebut sehingga merupakan suatu tata waktu atau jadwal kegiatan. Dalam hal ini
teknik – teknik analisis rangkaian kerja, penahapan kerja, kaitan kerja dan sebagainya
merupakan unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Teknik untuk mencari saling
ketergantungan satu sektor dengan sektor lainnya harus diciptakan. Sehingga hal-hal
yang mungkin dapat menghambat jalannya pelaksanaan program dapat ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai