PENDAHULUAN
1
yang seharusnya. Sehingga masyarakat dengan tingkat ekonomirendah, pola
makan menjadi terbatasi dan cenderung makanan yang dikonsumsi sama
dan berulang setiap harinya, dalam arti tidak bervariasi. Kelebihan maupun
kekurangan tersebutmemiliki arti kelebihan atau kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari pola konsumsi pangan.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari pola pangan harapan.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahamipenilaian pola konsumsi pangan nasional
berdasarkan PPH.
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami penilaian konsumsi pangan regional
(wilayah) dengan pendekatan PPH.
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami pola konsumsi pangan berdasarkan
pendapatan.
2
BAB II
ISI
3
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energy bagi tubuh,
mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk
pertumbuhan (Harper et al.1986). Konsumsi, jumlah dan jenis pangan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Harper et al. (1986), faktor-faktor
yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi
dan ketersediaan pangan.
Untuk tingkat konsumsi (Sedioetama, 1996) lebih banyak ditentukan
oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan
mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat
dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah
setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang
baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi.
4
pada hakekatnya tidak ada satupun jenis pangan yang mempunyaui kandungan
gizi yang lenkap dan cukup dalam jumlah jenisnya. Untuk menilai
keanekaragaman pangan digunakan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH).
Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan pendekatan PPH
menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya semakin
baik/berimbang.
Sisi kuantitas, pada sisi ini ditinjau dari volume pangan yang dikonsumsi
dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal tersebut
digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat memenuhi
kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal sebagai Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang direkomendasikan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.
Untuk menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan Parameter
Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa
kajian menunjukkan bahwa bila konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai
dengan norma atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka
zat-zat lain juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan.
Untuk menilai situasi pangan dalam rangka perumusan kebijakan di
bidang pangan dan gizi, dilakukan melalui kombinasi kedua sisi diatas, dimana
kedua penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat gambaran pola
konsumsi/kebiasaan makan penduduk disuatu wilayah.
5
dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga memproduksi pangan, daya beli, dan
pemberian.
Pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi
rumah tangga seperti tingkat pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan
makan. Dalam analisis pola konsumsi, faktor sosial budaya didekati dengan
menganalisa data golongan pendapatan rumah tangga. Sedangkan letak geografis
didekati dengan lokasi desa-kota dari rumah tangga yang bersangkutan.
Pola konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga
yaitu jumlah anggota rumah tangga, struktur umur jenis kelamin, pendidikan dan
lapangan pekerjaan. Dengan menggunakan data Susenas dapat dianalisis
beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan wilayah dan dilakukan
melalui tabulasi dengan mengelompokkan data konsumsi pangan sebagai
berikut:
1. Data konsumsi dan pengeluaran pangan dilakukan pengelompokkan menjadi
9 kelompok pangan .
2. Pendapatan rumah tangga didekati dengan pengeluaran rumah tangga untuk
kebutuhan pangan dan non pangan dikelompokkan (1) di daerah pedesaan
dan (2) di daerah perkotaan.
3. Pendapatan rumah tangga juga didekati dengan pengelompokkan tingkat
pengeluaran berdasarkan golongan pengeluaran perkapita perbulan.
4. Dalam melakukan analisis, berbasis pada :
6
dipengaruhi oleh pengeluaran yangdilakukan oleh orang disekitarnya
(tetangganya) kedua, pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola
pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola
pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.
Duessenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar penghasilan
absolut sebagaimana yang dikemukakan oleh Keynes tidak mempertimbangkan
aspek psikologis seseorang dalam berkonsumsi. Duessenberry menyatakan bahwa
pengeluaran konsumsi suatu rumah tangga (seseorang) sangat dipengaruhi posisi
(kedudukan rumah tangga tersebut di masyarakat sekitarnya). Apabila seorang
konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetangganya yang berpenghasilan
lebih tinggi (demontrations effect). Namun, seseorang peniruan pola konsumsi
tetangga harusdilihat dari kedudukan relatif orang tersebut pada masyarakat
sekelilingnya.
Kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi dari
tahun ke tahun tidak akan mengubah distribusi penghasilan seluruh masyarakat.
Kenaikan penghasilan absolut akan menaikkan pengeluaran masyarakat dan juga
akan menaikkan jumlah yang ditabung pada proporsi yang sama. Ini berarti APC
= C/Y tidak mengalami perubahan dan ini berarti pula APC = MPC yang
merupakan konsumsi jangka panjang.
Besarnya pengeluaran konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya
penghasilan, maka pengeluaran konsumsi cenderung meningkat dengan proporsi
tertentu. Sedangkan jika penghasilannya turun, maka ia akan mengurangi
pengeluaran konsumsinya, namun proporsi penurunan konsumsinya lebih rendah
dibandingkan dengan proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi jika penghasilan
naik.
b. Pendapatan Pribadi
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan,
termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apa pun,
yang diterima oleh penduduk sesuatu negara. Dari arti istilah pendapatan pribadi
ini dapatlah disimpulkan bahwa pendapatan pribadi telah termasuk juga
pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut merupakan pemberian-pemberian
7
yang dilakukan oleh pemerintah kepada berbagai golongan masyarakat di mana
para penerimanya tidak perlu memberikan suatu balas jasa atau usaha apapun
sebagai imbalannya.
c. Pendapatan Nasional
Dalam analisis makro-ekonomi selalu digunakan istilah “pendapatan
nasional” atau “national income” dan biasanya istilah itu dimaksudkan untuk
menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Itu dipakai
apabila menggunakan istilah Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto.
Disamping itu ada arti lain dari “pendapatan nasional”, dan untuk pengertian yang
berlainan tersebut ditulis dengan menggunakan huruf besar untuk P dan N.
Pendapatan Nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
d. Pendapatan Disposibel
Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh
penerima pendapatan, nilai yang tersisa dinamakan pendapatan disposibel.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
Pola Konsumsi Pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan
jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari yang umum dikonsumsi atau
dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Pola pangan harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menilai jumlah dan komposisi atau ketersediaan pangan. Pola pangan harapan
biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan
pangan wilayah.
Pengembangan Pola Konsumsi Pangan dapat diterapkan baik untuk tingkat
Nasional, Regional ( propinsi dan Kabupaten ) dan tingkat keluarga tergantung
keperluannya, sedangkan penilaiannya dapat dilakukan melalui 2(dua) sisi yaitu :
sisi kuantitas dan sisi kualitas.
Pendapatan merupakan salah satu indikator yang bisa dipakai mengukur
tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu yang
berkaitan dengan pola konsumsi pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ali Khomsan dkk, 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Bogor, Penerbit :
Swadaya.
Sediaoetama, AD. 1996. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Pofesi Jilid I. Dian
Rakyat. Jakarta.
Harper, L. J. et al., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerjemah Suhardjo,
UIPress, Jakarta.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/DEPTAN/materipendukung/Ped
um%20pengemb%20Konsumsi%20Pangan.html
9
PERTANYAAN HASIL DISKUSI
10
Hubungan karakteristik rumah tangga dengan PPH saling
berpengaruh. Karakteristik rumah tangga terdiri dari jumlah anggota
keluarga, umur, jenis kelamin, dan pendidikan, jadi karakteristik rumah
tangga mempengaruhi pola konsumsi pangan keluarga yang tentunya juga
akan mempengaruhi pola pangan harapan. Salah satu contohnya, apabila
jumlah anggota keluarganya besar maka kebutuhan akan konsumsi pangan
juga akan bertambah besar, begitu juga dengan faktor-faktor yang lainnya.
11