Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan

tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat. Upaya-upaya kesehatan tersebut sesuai dengan bab IV pasal 47

undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan meliputi

pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)

(Kemenkes RI, 2010).

Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi

teknologi di dunia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit

dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular yang merupakan faktor

utama masalah morbiditas dan mortalitas. Pada abad ke-21 ini diperkirakan

terjadi peningkatan insiden dan prevalensi penyakit tidak menular secara

cepat, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang

akan datang. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak

1
2

menular akan menyebabkan 73% mortalitas dan 60% seluruh morbiditas di

dunia (Rahajeng, 2009).

Secara global, penyakit tidak menular (PTM) penyebab kematian

nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit

kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung

dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, penyakit gagal

jantung atau payah jantung, hipertensi, dan stroke (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi jantung koroner

di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,5% dan berdasarkan

diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5%, prevalensi gagal jantung di Indonesia

berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,13% dan berdasarkan diagnosis

dokter/gejala sebesar 0,3%, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan

diagnosis dokter sebesar 7,0% dan berdasarkan diagnosis dokter/gejala

sebesar 12,1%, dan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%

(Balitbangkes, 2013).

Berdasarkan data dari Pusdatin Kementerian Kesehatan RI yang

diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, penyakit

jantung koroner pada umur ≥15 tahun pada provinsi Kalimantan Selatan

sebesar 0.5% berdasarkan diagnosa dokter, dan 59.892 orang (prevalensi

2.2%) berdasarkan diagnosa/gejala. Estimasi penderita penyakit gagal

jantung umur ≥15 tahun pada provinsi Kalimantan Selatan memiliki jumlah

absolut 1.633 orang (prevalensi 0.06%) berdasarkan diagnosa dokter, dan

8.167 orang (prevalensi 0.3%) berdasarkan diagnosa/gejala. Estimasi


3

penderita penyakit stroke umur≥15 tahun pada provinsi Kalimantan Selatan

memiliki jumlah absolut 14.156 orang (prevalensi 9.2%) berdasarkan

diagnosa dokter, dan 21.234 orang ( prevalensi 14.5%) berdasarkan

diagnosa/gejala, hal ini meningkat dari tahun 2007 yaitu sebesar 1.3%

diagnosa dokter dan 4.7% diagnosa/gejala, yang menjadikan Kalimantan

Selatan masih bermasalah pada penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI,

2013).

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu akibat dari

meningkatnya kadar kolesterol dalam darah atau hiperkolesterolemia yang

menjadi penyebab terganggunya sistem pembuluh darah dan jantung

(Kemenkes RI, 2014). Kolesterol adalah lemak yang sebagian besar di bentuk

oleh tubuh sendiri terutama dalam hati. Kolesterol mempunyai beberapa

fungsi untuk tubuh, diantaranya adalah untuk pembentuk hormon seperti

hormon estrogen dan progesteron serta sebagai pembentuk asam empedu dan

garam empedu. Walaupun kolesterol ini penting untuk pembentuk hormon

dan garam empedu, namun jika kadarnya berlebihan di dalam tubuh dapat

menimbulkan penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit metabolik

lainnya (Murray dalam Wicaksono, 2013).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2002

menyebutkan bahwa kolesterol menyebabkan 4,4 juta kematian setiap

tahunnya atau sekitar 7,9% dari total angka kematian global (Wahyuni,

2014). Survei terkini di 8 negara Asia melaporkan, 50% penduduk Asia

gagal menurunkan kadar kolesterol jahat mereka sesuai target yang


4

disarankan dalam panduan pengobatan. Di Indonesia, kegagalan ini bahkan

mencapai 70%. Jumlah yang sangat besar. Tidak mengherankan jika

penyakit-penyakit seperti jantung koroner dan stroke masih menjadi salah

satu faktor terbesar terjadinya kematian di Indonesia (Mumpuni dalam

Kusuma dkk, 2015).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa terdapat

35,9% penduduk di Indonesia yang memiliki gangguan kolesterol total,

15,9% memiliki kadar LDL tinggi, 11,9% memiliki kadar TG tinggi, dan

22,9% memiliki kadar HDL rendah (<40 mg/dl) (Balitbangkes RI, 2013).

Berdasarkan data dari Pusdatin Kementerian Kesehatan RI (2012)

menunjukkan rata-rata kadar kolesterol darah pada daerah urban (212,52

mg/dl) lebih tinggi daripada daerah rural (204,71 mg/dl). Begitupun jika

dilihat berdasarkan provinsi-provinsi di 4 pulau besar Indonesia. Secara

keseluruhan, nampak bahwa rata-rata kadar kolesterol darah lebih tinggi

pada daerah urban, dengan daerah urban pada provinsi-provinsi di Pulau

Sulawesi-Kalimantan merupakan yang tertinggi pertama (219,61 mg/dl),

diikuti oleh Sumatera (214,05 mg/dl), Jawa-Bali (210,06 mg/dl) dan NTT-

NTB-Maluku-Irian (204,10 mg/dl). Rata-rata kadar kolesterol darah daerah

rural pada provinsi-provinsi di Sulawesi-Kalimantan yaitu 211,11 mg/dl

sedangkan di Sumatera adalah 210,28 mg/dl, di Jawa-Bali adalah 203,29

mg/dl dan di NTT-NTB-Maluku-Irian adalah 192,15 mg/dl (Kemenkes,

2012).
5

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di 2

Puskesmas di Kota Martapura yaitu Puskesmas Martapura 1 dan Puskesmas

Martapura 2, didapatkan hasil bahwa pengunjung yang memiliki kadar

kolesterol tinggi pada bulan September tahun 2016 di Puskesmas Martapura

1 sebanyak 76,38% dan di Puskesmas Martapura 2 sebanyak 66,67%. Hal

ini menunjukkan bahwa pengunjung yang memiliki kadar kolesterol tinggi

di Puskesmas Martapura 1 lebih banyak dibandingkan dengan di Puskesmas

Martapura 2 (Litbang Puskesmas Martapura 1 dan Martapura 2, 2016).

Kolesterol yang tinggi tidak hanya dialami oleh orang bertubuh

gemuk, tetapi juga bisa terjadi pada orang yang kurus dan dapat menimpa

orang-orang yang masih muda. Berbagai kalangan umur, harus berusaha

menjalani pola hidup sehat agar dapat menjaga kolesterol dalam darahnya

tetap normal. Dalam tubuh terdapat kadar kolesterol normal yaitu 160-200

mg (LIPI, 2009). Hal-hal yang mempengaruhi kadar kolesterol yaitu

merokok, kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengkonsumsi

alkohol yang berlebih, obesitas dan kurang aktivitas, diabetes melitus, stres,

kebiasaan minum kopi berlebihan, keturunan, usia dan jenis kelamin

(Nilawati dkk ,2008).

Penyumbatan atau pengapuran kolesterol pada dinding pembuluh

darah arteri bagian dalam sebagai akibat dari kurangnya konsumsi serat

dalam makanan setiap harinya. Tanpa serat, kadar kolesterol dalam darah

akan sulit dikendalikan dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah

(atherosklerosis) (Qaryati, 2011). Serat makanan adalah polisakarida


6

nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat

dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat

makanan dapat digolongkan menjadi serat tidak larut dan serat larut

(Almatsier, 2010).

Penelitian Bintanah dan Handarsari (2009) menunjukkan adanya

hubungan asupan serat dengan kadar kolesterol total. Semakin rendah

asupan serat maka semakin tinggi kadar kolesterol total. Durstine dalam

Badriyah (2013) juga menyatakan bahwa serat dianggap dapat menurunkan

kadar kolesterol total darah dengan mengikat kolesterol dan lemak lainnya

pada saat mengalir melalui usus.

Serat makanan bersifat menyerap asam empedu dan kemudian akan

terbuang bersama feses. Asam empedu mengemulsi lemak hingga terurai

menjadi asam lemak yang diserap tubuh. Sistem metabolisme lemak

membutuhkan asam empedu dalam pencernaan, jika jumlah asam empedu

berkurang maka akan membentuk asam empedu yang baru dari kolesterol

yang ada didalam darah sehingga kolesterol darah menurun. Semakin tinggi

konsumsi serat larut, semakin banyak asam empedu dan lemak dikeluarkan

tubuh (Khomsan, 2010).

Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan

yang mudah ditemukan dalam bahan pangan dan hampir selalu terdapat

pada hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik dalam keadaan

mentah (lalapan segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk

masakan. Akan tetapi akhir-akhir ini terjadi perubahan pola konsumsi


7

pangan yang menyebabkan menurunnya tingkat konsumsi sayuran dan

buah-buahan hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Menurunnya tingkat

konsumsi sayur dan buah juga menyebabkan perubahan pola penyakit-

penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif dan metabolik (Santoso,

2011).

World Health Organization (WHO) secara umum menganjurkan

konsumsi sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gr (5 porsi) per

orang per hari, yang terdiri dari 250 gr sayur (setara dengan 2½ porsi atau

2½ gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gr buah (setara

dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1½ potong pepaya ukuran

sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan

konsumsi sayur dan buah 300-400 gr per orang per hari bagi anak balita dan

anak usia sekolah, dan 400-600 gr per orang per hari bagi remaja dan orang

dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah konsumsi sayur dan buah tersebut

adalah porsi sayur (Kemenkes, 2014).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, rata-

rata nasional kelompok usia ≥ 10 tahun kurang mengonsumsi sayur dan

buah sebanyak 93,5%. Prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah di

Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2007 hingga 2013 meningkat dari

95,7% menjadi 98,0%. Peningkatan tersebut menjadikan Kalimantan

Selatan sebagai provinsi dengan kurang konsumsi sayur dan buah tertinggi

di Indonesia (Balitbangkes RI, 2013).


8

Menurut data Studi Diet Total (SDT) tahun 2014, rata-rata penduduk

berusia ≥18 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan mengonsumsi sayur dan

olahannya hanya sebanyak 40,2 gram per orang per hari serta untuk buah

dan hasil olahannya 40,05 gram per orang per hari. Jika dijumlahkan, maka

konsumsi sayur dan buah di Provinsi Kalimanatan Selatan hanya mencapai

80,25 gram per orang per hari, jumlah tersebut masih jauh dari anjuran

WHO (400 gram/5 porsi) (Kemenkes RI, 2014).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2013, diketahui bahwa rata-rata jumlah konsumsi

sayur dan buah per hari penduduk umur ≥10 tahun di Kabupaten Banjar

hanya mengonsumsi 0,4 porsi sayur dan 1,0 porsi buah dalam seminggu

(Balitbangkes RI, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui hubungan pola konsumsi sayur dan buah dengan kadar

kolesterol pada pengunjung Puskesmas Martapura 1 Kabupaten Banjar

tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah ada hubungan

pola konsumsi sayur dan buah dengan kadar kolesterol pada pengunjung

Puskesmas Martapura 1 Kabupaten Banjar tahun 2017?”


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi sayur dan buah

dengan kadar kolesterol pada pengunjung Puskesmas Martapura 1

Kabupaten Banjar tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi umur, jenis

kelamin, status gizi, pendidikan, dan pekerjaan pada

pengunjung Puskesmas Martapura 1 Kabupaten Banjar tahun

2017.

b. Mengidentifikasi kadar kolesterol pada pengunjung Puskesmas

Martapura 1 Kabupaten Banjar tahun 2017.

c. Mengidentifikasi pola konsumsi sayur dan buah pada

pengunjung Puskesmas Martapura 1 Kabupaten Banjar tahun

2017.

d. Menganalisis hubungan pola konsumsi sayur dan buah dengan

kadar kolesterol pada pengunjung Puskesmas Martapura 1

Kabupaten Banjar tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas informasi bagi

pihak puskesmas Martapura 1 Kabupaten Banjar dalam upaya

pencegahan penyakit yang disebabkan oleh kadar kolesterol.


10

2. Bagi Pengunjung

Mengarahkan pengunjung di Puskesmas Martapura 1 Kabupaten

Banjar untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah dalam upaya

menurunkan kadar kolesterol.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk

penelitian yang sejenis, serta bahan evaluasi untuk dikembangkan lebih

lanjut.

Anda mungkin juga menyukai