PENILAIAN KONSUMSI
PANGAN
Oleh
Fatmalina Febry, S. M., M.Si
Indah Yuliana, S.Gz., M.Si
I
BAB I
KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUP PENILAIAN
KONSUMSI PANGAN
A. PRINSIP
Memahami pengertian dan pengaplikasian berbagai metode penilaian
konsumsi pangan.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan pengertian dan pengaplikasian berbagai metode
penilaian konsumsi pangan.
C. MATERI
Penilaian Konsumsi Pangan merupakan salah satu metode untuk menilai
ketidakcukupan konsumsi pangan. Penilaian konsumsi pangan atau penilaian
konsumsi makanan juga digunakan dalam menentukan status gizi individu,
keluarga maupun kelompok secara tidak langsung.
Penilaian konsumsi pangan secara individu adalalah pengukuran
konsumsi pangan hanya fokus pada satu orang. Hasil penilaiain konsumsi pangan
individu juga digunakan untuk menilai asupan dan status gizi dari individu
tersebut. Hasil ukur dari penilaian konsumsi pangan ini hanya dijadikan acuan
untuk memberi nasehat gizi kepada responden yang di ukur, karena kesesuaian
dengan kondisi lainnya. Suyastiri (2008).
Kompetensi ahli gizi adalah mampu menjelaskan pengertian,
berbagai metode, dan tujuan penilaian konsumsi pangan. Kemampuan ini adalah
1
kemampuan dan keterampilan dasar bagi ahli gizi untuk memahami dan
melakukan penilaian konsumsi pangan dengan tepat.
Penilaian konsumsi makanan keluarga adalah gabungan dari penilaian
konsumsi makanan individu dalam satu keluarga. Satu keluarga dalam
pandangan ini adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah tangga. Hal ini
tidak menganut definisi keluarga sebagai garis keturunan, karena keluarga dalam
satu garis keturunan dapat saja tidak tinggal serumah. Tinggal serumah dalam
konsep ini adalah berkesesuaian dengan konsep unit analisis konsumsi. Unit
analisis konsumsi keluarga adalah satu rumah tangga. (Sukandar et al. 2009)
Penilaian konsumsi pangan sebagai fungsi dari penilaian status gizi secara
tidak langsung bertujuan untuk memberikan informasi awal tentang kondisi
asupan zat gizi individu, keluarga dan kelompok masyarakat saat ini dan masa
lalu. Pada sisi ini diketahui bahwa informasi tentang kualitas dan kuantitas
asupan zat gizi saat ini dan masa lalu adalah cerminan untuk status gizi masa
yang akan datang. Konsumsi hari ini akan memengaruhi kondisi kesehatan dan
gizi dimasa yang akan datang. Status asupan gizi saat ini yang diketahui dari
kuantitas dan kualitas makanan di meja makan, adalah bermanfaat untuk
mendeskripsikan status gizi dimasa yang akan datang.
2
BAB II
PERENCANAAN DAN BIAS SURVEY KONSUMSI
A. PRINSIP
Memahami metode perencanaan dan bias dalam survey konsumsi.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan apa saja metode perencanaan dan bias dalam survey
konsumsi.
C. MATERI
1. Perencanaan dan Pengorganisasian Survey Konsumsi Makanan
Dalam perencanaan dan pengorganisasian survey konsumsi makanan
diperlukan beberapa tahapan berikut ini :
• Pembentukan panitia/tim survei
Untuk memulai penetapan rencana pada survey konsumsi makanan ini
diperlukan panitia/tim survey agar terjalannya kegiatan tersebut.
• Pelatihan Tenaga
Pada saat pelatihan tenaga kerja penilaian survey konsumsi diberi arahan
sebagai berikut:
3
a. Penjelasan maksud dan tujuan survey
b. Seni dan teknik berwawancara
c. Cek dan penyempurnaan data
d. Penjelasan jenis data dan cara memperolehnya
e. Pemahaman budaya
• Persiapan Masyarakat
Perlu adanya pemberitahuan kepada masyarakat guna memperlancar
pelaksanaan penelitian
4
2). Bias sistematik
Bias sistematik dalam survey konsumsi makanan adalah sebagai berikut :
• Kesalahan dari kuesioner
• Kesalahan pewawancara
• Kesalahan alat
• Kesalahan DKBM
3. Sumber Bias
Secara umum sumber-sumber bias dalam survey konsumsi adalah sebagai
berikut :
• Pengumpul data
Pada pengumpul data penyebab terjadinyya bias yaitu karena pengaruh
sikap, pengaruh situasi, pengaruh hubungan timbal balik maupun kesalahan
konversi.
• Responden
Berikut ini kesalahan yang sering terjadi pada responden :
a. Gangguan atau terbatasnya daya ingat
b. Perkiraan yang tidak tepat
c. Kecenderungan untuk mengurangi/menambah makanan yg
dikonsumsi (“the flat slope syndrome”)
d. Membesarkan makanan yang bernilai sosial tinggi
e. Keinginan menyenangkan pewawancara
f. Keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan
g. Kesalahan pencatatan
h. Kurang kerjasama
• Alat
5
Bias pada penggunaan alat timbang yang tidak akurat, Ketidaktepatan
pemilihan URT serta rusak nya alat hitung.
• DKBM
Pada DKBM sering terjadi kesalahan nama bahan makanan, perbedaan
kandungan zat gizi dari makanan yang sama dan tidak adanya informasi
mengenai komposisi makanan jadi.
6
BAB III
FOOD RECALL 24 HOUR
A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode food recall 24 hour.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mengenai penilaian konsumsi pangan metode food
recall 24 hour.
C. MATERI
1. Prinsip Metode Food Recall 24 Hour
Metode mengingat tentang pangan yang dikonsumsi pada periode 24 jam
terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu tengah malam lagi, atau dari
bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang dicatat dalam ukuran rumah tangga
(URT). Data survei konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara antara
petugas survei (disebut enumerator) dengan subyek (sasaran survei) atau yang
mewakili subyek (disebut responden).
Pangan yang dicatat dalam formulir recall 24 jam meliputi:
a) nama masakan atau makanan
b) porsi masakan dalam ukuran rumah tangga (URT)
c) bahan makanan dalam URT
d) informasi harga per porsi
e) Infomasi tentang resep dan cara persiapan serta pemasakan perlu dicatat
agar estimasi berat pangan lebih tepat
7
a. Enumerator menanyakan konsumasi pangan periode 24 jam yang lalu dan
mencatat dalam URT.
b. Enumerator mengestimasi URT ke dalam berat gram.
c. Menganalisis energi dan zat gizi sehari baik manual / komputerisasi.
d. Membandingkan asupan energi dan zat gizi sehari dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG).
8
d. Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan untuk
keluarga
9
6. Teknik Wawancara Food Recall 24 Hour
Prinsip metode wawancara food recall 24 jam :
a. Wawancara untuk menggali makanan yang telah dikonsumsi pada periode
24 jam (dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi).
b. Wawancara : proses memperoleh keterangan untuk tujuan mendapatkan
data individu atau keluarga terkait konsumsi pangan sehari dengan cara
tanyajawab antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan
panduan wawancara atau kuesioner
Saat Wawancara :
a. Ucapkan salam dan memperkenalkan diri.
b. Menanyakan kapan dan jam berapa bersedia diwawancarai.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan.
d. Mintakan tanda tangan atau cap jempol pada lembar PSP bila bersedia
diwawancara.
e. Membangun hubungan baik dan kepercayaan.
f. Bertanya kepada responden dengan bahasa yang mudah dimengerti.
g. Jangan bertanya yang sifatnya mengarahkan jawaban responden
h. Mampu melakukan penggalian informasi (Probing).
10
i. Penampilan dan sikap yang baik.
j. Wawancara dengan responden tanpa ada orang lain yang tidak
berkepentingan.
k. Ciptakan suasana yang kondusif.
l. Saat wawancara terjadi sesuatu membuat responden tidak fokus tunda
wawancara sampai kondisi kembali normal.
m.Pilih tempat awancara yang dapat menjaga privasi responden.
n. Kondisi responden puasa, wawancara tetap dilanjutkan.
Mengakhiri Wawancara
Periksa kembali semua pertanyaan apa sudah terisi lengkap. Selesai wawancara
ucapkan terima kasih. Berikan bahan kontak kita.
11
konsumsi pangan karena menyangkut kesalahan mengitung kebutuhan
energy dan zat gizi subyek tersebut.
c. Kesalahan daya ingat responden yaitu kesalahan yang sering terjadi pada
survei konsumsi pangan dengan metode food recall 24 jam. Untuk
mengatasi hal ini, pewawancara harus dilatih cara ‘probing’ dan
menanyakan pangan yang dikonsumsi dari waktu yang terdekat waktu survei,
terus mundur kebelakang sampai mencakup periode 24 jam yang lalu. Dapat
juga pertanyaan dimulai dari kebiasaan waktu makan, misal bangun tidur,
sarapan, snack pagi, makan siang, snack sore, makan malam, makan atau
minum sebelum tidur, makan atau minum saat terbangun tengah malam, dst.
d. The flat slope syndrome, sering ditemui pada penggunaan metode ini yang
berkaitan dengan kejujuran responden atau subyek. Pengertian The flat
slope syndrome adalah suatu kecenderungan‘overestimate’ bagi responden
yang ‘low intake’ dan kecenderungan ‘underestimate’ bagi responden yang
‘high intake’. Artinya bahwa orang gemuk cenderung sedikit konsumsi
pangan yang dilaporkan, sementara orang kurus cenderung melaporkan
secara berlebih pangan yang dikonsumsi.
12
e. Deskripsi ukuran porsi (serving size) tidak standar, misalnya donat Dunkin
dengan donat kampung akan berbeda ukuran.
f. Kesalahan dalam koding dan perhitungan.
g. Kesalahan terjadi saat memberi kode pada pangan yang dikonsumsi
responden. Ex. pisang ambon diberi kode sama dengan pisang tanduk, susu
full cream diberi kode sama dengan susu skim, maka hasil perhitungan akan
bias karena lemak dalam fullcream tidak terhitung yang disebabkan
kesalahan kode.
h. Perhitungan juga akan salah bila perkiraan besar porsi dari URT (ukuran
rumah tangga) kedalam berat gram tidak tepat.
Konsumsi Suplemen :
a. Konsumsi suplemen sering diabaikan oleh pewawancara maupun oleh
subyek.
b. Bila konsumsi suplemen lupa ditanyakan oleh pewawancara, maka
subyekpun tidak akan ingat apalagi melaporkan sehingga tidak dicatat. Hal
ini akan mempengaruhi hasil ketika dihitung asupan zat gizi subyek.
c. Jenis suplemen dapat berupa makanan, minuman, tablet/kapsul/sirup yang
mengandung vitamin dan mineral. Agar hasil recall akurat maka harus
ditanyakan jenis suplemen, kandungan zat gizi dan merek serta harganya
Minimalisir Kesalahan
Bias tersebut dapat diminimalisasi dengan cara :
a. Training petugas atau enumerator
Tujuan training agar enumerator mempunyai persepsi dan pemahaman
yang sama, serta trampil dan cekatan dalam menggunakan metode food recall
24 jam di lapang. Sebagai pewawancara harus mampu menjalin hubungan
baik, ramah dan empati dengan responden. Jelaskan bahwa wawancara akan
meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi kemarin selama 24 jam yang
13
lalu (dari waktu tengah malam sampai dengan waktu tengah malam lagi)
seakurat mungkin (untuk memperoleh hasil yang standar antar responden
dianjurkan mulai dari bangun tidur hingga sebelum tidur). Apabila di tengah
waktu tidur subjek terbangun dan mengkonsumsi makanan maupun minuman,
maka harus dicatat juga.
Perlu dijelaskan bahwa seluruh informasi yang disampaikan akan dijaga
kerahasiaannya. Pewawancara tidak boleh menunjukkan keheranan, kesetujuan
atau sebalikya terhadap jawaban subyek (jangan menghakimi subyek). Subyek
atau Responden jangan diberitahu sebelumnya tentang konsumsi hari apa yang
akan ditanyakan agar tidak terjadi perubahan konsumsi subyek
14
BAB IV
FOOD WEIGHING
A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode food weighing.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mengenai penilaian konsumsi pangan metode food
weighing.
C. MATERI
1. Pendahuluan food weighing
Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei
konsumsi pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang
dikonsumsi oleh Responden.
Prinsip Food Weighing
a. Melakukan penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan menimbang
sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang.
b. Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi.
c. Penimbangan makanan dilakukan dengan menggunakan timbangan
makanan dan dicatat dalam satuan gram.
2. Penimbangan
Penimbangan makanan sebaiknya dilakukan dalam setiap kali waktu
makan selama periode yang ditentukan. Penimbangan makanan dilakukan untuk
setiap jenis makanan yakni bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
15
buahan. Gunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram agar hasil
penimbangan memiliki akurasi dan presisi tinggi. Karena penggunaan timbangan
jarum mempunyai sedikit kelemahan :
a. Adanya kesulitan dalam membaca hasil timbangan. Saat pembacaan hasil
timbangan posisi mata harus sejajar dengan jarum timbangan agar
menghasilkan pembacaan yang akurat.
b. Jika posisi mata berada di sebelah kanan atau kiri jarum timbangan, akan
bisa menghasilkan pembacaan hasil yang berbeda dengan sebenarnya.
16
3. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden
karena metode ini tidak tergantung kepada daya ingat responden.
4. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam
menjelaskan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi.
5. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau
pengumpul data dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi
oleh responden
6. Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara
responden dengan pewawancara atau pengumpul data
7. Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data
antropometri dan data klinis. Kelebihan dari metode penimbangan :
8. Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan
asupan sehari-hari responden.
9. Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja,
perusahaan, panti sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal
bersama-sama.
17
5. Responden dapat merubah kebiasaan makan seharihari, terutama pada
penimbangan yang dilakukan selama beberapa hari.
6. Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas.
18
BAB V
ESTIMATED FOOD RECORD
A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode estimated food record.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mengenai penilaian konsumsi pangan metode
estimated food record.
C. MATERI
1. Pendahuluan estimated food record
Metode food record merupakan metode survei konsumsi pangan yang
digunakan untuk menilai asupan makanan pada tingkat individu dan dapat juga
digunakan untuk tingkat keluarga. Prinsip dari metode ini : responden mencatat
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam.
Responden dapat melakukan pencatatan makanan dengan dua cara :
1) Pencatatan makanan dengan cara estimasi (estimated food record)
2) Pencatatan makanan dengan cara melakukan penimbangan (weighed food
record)
Dalam pelaksanaan Metode Food Record, responden sangat berperan untuk
pengumpulan data. Peneliti harus meminta kerja sama dan komitmen responden
untuk mencatat dan melaporkan semua makanan dan minuman termasuk
makanan jajan dan selingan yang dikonsumsi selama periode penelitian.
Peneliti juga harus menjelaskan kepada responden untuk selalu
membawa catatan makanan ini apabila responden mengkonsumsi makanan di
luar rumah. Responden juga diminta jujur untuk menuliskan semua konsumsi
19
makanan dan diminta untuk tidak mengurangi atau menambahi jumlah konsumsi
makanan tertentu. Sebelum memulai pengumpulan data dengan metode food
record peneliti atau pengumpul data harus menjelaskan cara pengisian formulir
food record dan menjelaskan mengenai ukuran rumah tangga (URT) yang akan
digunakan dalam memperkirakan porsi atau jumlah konsumsi makanan.
20
3. Waktu melakukan Estimated Food Record
Estimated Food Record dapat dilakukan selama 3 hari → 2 hari weekday
dan 1 hari weekend. Untuk mendapatkan data konsumsi makanan yang dapat
menggambarkan kebiasaan konsumsi responden, metode estimated food record
idealnya dilakukan selama 7 hari. Pada kondisi tertentu jumlah hari yang
digunakan dapat lebih sedikit. Jumlah hari dapat dikurangi jika disparitas
konsumsi antara individu tidak terlalu tinggi atau tingkat kerjasama responden
sangat rendah.
21
b. Sangat membebani responden karena responden harus menuliskan semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi selama periode penelitian.
c. Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan responden
dalam menuliskan bahan makanan, metode pengolahan makanan dan
perkiraan atau estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi
d. Keakuratan data sangat tergantung dari kejujuran responden dalam
melaporkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sebagian
responden mungkin tidak melaporkan beberapa konsumsi makanan karena
beberapa alasan, seperti lupa menuliskan makanan yang dikonsumsi,
makanan yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit sehingga responden
beranggapan tidak perlu melaporkannya, responden malu atau tidak mau
melaporkan makanan tertentu karena dianggap kurang baik atau kurang
sehat.
e. Metode ini tidak cocok digunakan untuk responden yang buta huruf.
f. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan data.
22
biasa dikonsumsi oleh responden. Lakukan studi pendahuluan tentang
makanan dan hidangan dan cara pengolahan makanan di wilayah responden
berada. Hal ini akan sangat membantu pengumpul data mengenai makanan
dan hidangan yang dikonsumsi responden.
23
dapat dilakukan adalah menggunakan analisa zat gizi untuk makanan yang
mirip atau meyerupai dengan makanan yang dikonsumsi responden.
b. Untuk bahan makanan tertentu, komposisi nilai gizi nya dapat berbeda-beda.
Contohnya untuk makanan seperti bakso, nugget, dan makanan olahan
lainnya yang komposisi bahan dalam proses pembuatannya bisa sangat
berbeda. Hal ini dapat diatasi dengan mengumpulkan beberapa resep
standar dari bahan makanan olahan tersebut. Untuk memperkirakan
komposisi bahan responden dapat menambah keterangan harga atau merek
dari makanan yang digunakan. Jika responden membuat sendiri sebaiknya
uraikan resep dari makanan tersebut.
24
BAB VI
HOUSEHOLD FOOD RECORD
A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode household food record.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan tentang penilaian konsumsi pangan metode household
food record.
C. MATERI
1. Pendahuluan metode household food record
Pencatatan makanan yang dilakukan untuk tingkat rumah tangga disebut
juga dengan household food record. Prinsip dari metode ini : responden
mencatat makanan yang dikonsumsi oleh semua anggota keluarga dalam sebuah
formulir pencatatan rumah tangga yang telah disiapkan oleh peneliti.
Hal-hal yang perlu dicatat dan dilaporkan adalah penjelasan lengkap
mengenai makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi anggota keluarga,
metode pengolahan yang digunakan dan jumlah atau ukuran porsi yang
dikonsumsi, merek atau harga makanan untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisa tingkat konsumsi zat gizi rumah tangga.
25
c. Responden mencatat dan melaporkan semua makanan yang dikonsumsi
oleh anggota keluarga selama periode penelitian.
d. Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data
menerjemahkan ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran rumah
tangga ke dalamukuran berat (gram).
e. Peneliti atau pengumpul data menganalisisbahan makanan untuk
mengetahui jumlah konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi
bahan makanan atau menggunakan software untuk analis akonsumsi zat gizi.
26
d. Keterangan lain seperti merk makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.
27
BAB VII
INTERPRETASI LABEL INFORMASI NILAI GIZI
A. PRINSIP
Memahami interpretasi label informasi nilai gizi dan cara membacanya.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan interpretasi label informasi nilai gizi dan cara
membacanya.
C. MATERI
1. Pentingnya membaca label pada pangan
Membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung
dalam makanan tersebut. Konsumsen juga dapat memperkirakan bahaya yang
mungkin terjadi pada konsumen yang berisiko tinggi karena punya penyakit
tertentu.
Menurut Susanto (2008), Sebanyak 88,9% responden memutuskan untuk
tidak jadi membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang
dicari. Label kemasan pangan yang paling diperhatikan responden adalah label
halal (36,5%), waktu kedaluwarsa (34,9%), nama produk (20,6%), dan komposisi
makanan (7,9%).
28
dan/lemak untuk diperdagangkan wajib memuat informasi kandungan Gula,
Garam dan Lemak serta pesan kesehatan pada label Pangan.
Kewajiban pencantuman informasi tersebut dilaksanakan secara
bertahap dengan mempertimbangkan risiko kejadian PTM. Pencantuman
Informasi sesuai ketentuan Peraturan Perundangan-undangan yaitu peraturan
badan pengawas obat dan makanan nomor 22 tahun 2019 tentang informasi
nilai gizi dan label pangan olahan.
Informasi yang wajib dicantumkan adalah Takaran saji, Jumlah sajian per
kemasan dan Catatan kaki (Memberikan informasi bahwa peritungan % AKG
berdasarkan kebutuhan energi 2150 kkal). Sedangkan zat gizi yang wajib
dicantumkan adalah Energi total, Lemak total, Protein, Karbohidrat total dan
Natrium.
Zat Gizi yang Wajib Dicantumkan dengan Persyaratan Tertentu :
1) Produk pangan mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu.
2) Zat gizi tersebut dipersyaratkan untuk ditambahkan atau difortifikasi pada
pangan,
3) Pangan yang bersangkutan memuat klaim yang berkenaan dengan zat gizi
tersebut.
29
3. Cara membaca label informasi nilai gizi
30
BAB VIII
METODE COMSTOCK
A. PRINSIP
Memahami survey konsumsi pangan dengan metode comstock.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan survey konsumsi pangan dengan metode comstock.
C. MATERI
1. Pengertian metode comstock
Metodetaksiran visual (Comstock) → metode penilaian konsumsi
makanan dengan cara menaksir (estimate) secara visual banyaknya sisa makanan
yang ada untuk setiap golongan makanan atau jenis hidangan
Hasil Estimasi tersebut bisa dalam bentuk:
1) Berat makanan yang dinyatakan dalam gram
2) Skor bila menggunakan skala pengukuran
Dengan melihat sisa makanan dapat diketahui kemampuan dan kemauan
seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang disajikan. Makin banyak sisa
makanan berarti biaya terbuang makin tinggi. Ada banyak hal yang
mempengaruhi sisa makanan antara lain citarasa makanan, kebiasaan makan,
budaya, umur, penyakit dan lain-lain.
31
• Tidak memerlukan alat bantu yang rumit.
• Hemat biaya.
• Dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya.
Kekurangan :
• Membutuhkan tenaga penafsir terlatih dan teliti.
• Seringkali terjadi ketidak telitian dalam menaksir karena ukuran dan bentuk
makanan berbeda-beda.
32
Dengan rumus diatas akan diperoleh hasil tecapai atau tidaknya skor minimum.
Lakukan pada semua responden yang akan diteliti, rata-rata hasil yang diperoleh
merupakankesimpulan dari tercapainya skor minimum yang
telah ditentukan sebelumnya.
Untuk rumah sakit saat ini berlaku pengkategorian sbb:
1) Bersisa, jika jumlah sisa makanan > 20%
2) Tidak bersisa, jika jumlah sisa makanan ≤ 20%
Bila tidak tercapai, perlu ditindaklanjuti dengan mencari penyebab dan
pemecahan masalah.
33
BAB IX
FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE
A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode food frequency
questionnaire.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan penilaian konsumsi pangan metode food frequency
questionnaire.
C. MATERI
1. Pengertian food frequency quetionnaire (FFQ)
Food frequency quetionnaire adalah metode survey konsumsi makanan
yang digunakan di tingkat individu. Pendekatan metode FFQ ini sama dengan
food recall 24 hour dan food record, hasil akhir dari survey konsumsi
menggunakan FFQ adalah untuk melihat asupan nutrisi pada individu maupun
kelompok. Metode FFQ juga sering disebut sebagai kualitatif pola konsumsi
pangan (kebiasaan).
Food frequency questionnaire menggunakan alat ukur yang berupa
kuesioner. Berikut penjelasan tentang isi dari kuesioner FFQ :
a. Daftar pangan yang terdiri dari kelompok pangan, pangan spesifik dan
pangan musiman atau hari besar.
b. Frekuensi penggunaan pangan yang terdiri dari harian, mingguan, bulanan,
tahunan bahkan di kuesioner tertulis tidak ada.
34
Semi quantitatif FFQ ada pertanyaan tentang ukuran porsi pangan yang di
konsumsi. Ukuran porsi dapat berupa kecil, sedang dan besar. Ukuran tersebut di
sesuaikan dengan survey gizi tiap negara.
35
i. Mengukur kecenderungan keragaman konsumsi pangan yang simpel dengan
bukan pertanyaan terbuka. Metode nya menggunakan wawancara dan
angket.
36
d. Lakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi ketersediaan
bahan makanan dan bahan makanan (yang merupakan sumber atau kaya zat
gizi tertentu) yang biasa dikonsumsi di masyarakat tersebut
e. Gunakan daftar bahan makanan dari Tabel Komposisi Pangan sebagai
panduan melakukan FGD. Keluarkan daftar bahan makanan yang tidak biasa
dikonsumsi dan tidak ada di daerah tersebut
f. Bahan makanan yang terpilih dari hasil FGD kemudian diuji coba untuk
menentukan final FFQ
Kelemahan :
1) Tidak dapat untuk memperkirakan intake pangan sehari (untuk FFQ)
2) Hasil tergantung dari daftar bahan makanan
3) Bahan makanan musiman sulit untuk dihitung
4) Bergantung ingatan
5) Besar porsi pada FFQ SQ kurang merefleksikan porsi yang sebenarnya
dimakan
6) Rentan untuk overestimate atau underestimate
37
7) Cocok untuk zat gizi tertentu
8) Akurasi lebih rendah dari metode lain
9) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis pangan
yang masuk dalam daftar pangan
38
BAB X
ANALISIS KUALITAS KONSUMSI PANGAN
A. PRINSIP
Memahami cara menganalisis kualitas konsumsi pangan.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan cara menganalisis kualitas konsumsi pangan.
C. MATERI
1. Indikator mengukur ketahanan pangan
Keberagaman makanan dan frekuensi makanan :
i. Food Compsumption Score (FCS)
ii. Household Dietary Diversity Scale (HDDS)
iii. Spending on food
iv. Undernourishment
39
HEI menggunakan sistem penilaian untuk mengevaluasi satu set makanan.
Skor berkisar dari 0 hingga 100. Skor HEI keseluruhan yang ideal 100
mencerminkan bahwa rangkaian makanan selaras dengan rekomendasi diet
utama dari Dietary Guidelines for American. HEI-2015 mencakup 13 komponen
yang mencerminkan rekomendasi utama di Pedoman Diet 2015-2020 untuk
Orang Amerika. Ada dua pengelompokan:
1) Komponen kecukupan mewakili kelompok pangan, sub kelompok, dan pola
makan elemen yang didorong. Untuk komponen ini, skornya lebih tinggi
mencerminkan asupan yang lebih tinggi, karena asupan yang lebih tinggi
diinginkan.
2) Komponen moderasi mewakili kelompok makanan dan elemen makanan
untuk yang direkomendasikan batasan konsumsi. Untuk moderasi
komponen, skor yang lebih tinggi mencerminkan asupan yang lebih rendah,
karena asupan yang lebih rendah lebih diinginkan
40
4. Komponen kualitas makanan
41
3. jumlahnya antar waktu makan, untuk mencapai hidup sehat.
Ragam konsumsi pangan diperoleh dengan cara mengkonsumsi
anekaragam makanan dalam jumlah yang cukup, seimbang dan waktu yang tepat.
Ragam pangan yang dikonsumsi harus terdiri dari : zat tenaga (karbohidrat), zat
pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Fungsi ketiga
tersebut dikenal Tri-Guna Makanan (Konsep Dasar Gizi Seimbang).
1. Sumber zat pembangun : ikan, telur, ayam, daging, susu, keju, kacangkacangan,
tempe, tahu, oncom
2. Sumber zat pengatur : sayuran dan buah-buahan
3. Sumber energi : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti,
mie, pisang dan lain-lain
42
43
BAB XI
REVIEW METODE SURVEY KONSUMSI PANGAN TINGKAT
WILAYAH
A. PRINSIP
Memahami metode survey konsumsi pangan di tingkat wilayah.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan metode survey konsumsi pangan di tingkat wilayah.
C. MATERI
1. Pertimbangan Penggunaan Metode Survei Konsumsi
a. Untuk menilai dan memonitor asupan zat gizi
b. Untuk menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang pertanian dan
kesehatan
c. Untuk mempelajari hubungan antara kesehatan dan gizi serta kelompok
rawan gizi
d. Untuk membantu tujuan komersial atau perdagangan
Tujuan khusus :
44
a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional, kelompok dan
individu
b. Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu
c. Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan
pangan
d. Sebagai dasar perencanaan dan pengembangan program gizi
e. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat khususnya golongan rawan gizi
f. Menentukan peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan
makanan, kesehatan dan gizi masyarakat
45
Mencatat semua perolehan dan perubahan pangan yang ada dalam rumah
tangga. Pencatatan hari pertama diasumsikan sebagai cadangan pangan.
g. Riwayat makan (dietary history)
Biasanya kombinasi antara recall 24 jam dan FFQ
h. Perkiraan makanan (estimated food record)
Mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam bentuk URT
i. Pendaftaran makanan (food list)
Mencatat seluruh bahan pangan yang digunakan keluarga. (tidak
memperhitungkan sisa makanan atau yang dibuang)
46
makanan makanan
47
DAFTAR PUSTAKA
Gibney MJ., Margett BM., Kearney JM., & Arab L. 2008. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Hartono A, penerjemah. Oxford: Blacwell Publishing Ltd.
Terjemahan dari: Public Health Nutrition.
Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. New York:
Oxford University Press.
Kusharto CM, Supariasa IDN. 2014. Survei Konsumsi Gizi. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI. 2005. Pedoman
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM). Badan Ketahanan Pangan
Departemen Pertanian RI.
Sirajuddin, Surmita, Astuti Trina. 2018. Survey Konsumsi Pangan (Bahan Ajar Gizi).
Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan , Kemenkes RI
48