Anda di halaman 1dari 50

MODUL AJAR

PENILAIAN KONSUMSI
PANGAN

Oleh
Fatmalina Febry, S. M., M.Si
Indah Yuliana, S.Gz., M.Si

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

BAB 1 KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUP PENILAIAN KONSUMSI


PANGAN................................................................................................ 1
BAB 2 PERENCANAAN DAN BIAS SURVEY KONSUMSI................................... 3
BAB 3 FOOD RECALL 24 HOUR.........................................................................7
BAB 4 FOOD WEIGHING.................................................................................15
BAB 5 ESTIMATED FOOD RECORD.................................................................19
BAB 6 HOUSEHOLD FOOD RECORD............................................................... 25
BAB 7 LABEL INFORMASI NILAI GIZI..............................................................28
BAB 8 METODE COMSTOCK...........................................................................31
BAB 9 FOOD FREQUENCY QUESTIONNQIRE................................................. 34
BAB 10 ANALISIS KUALITAS KONSUMSI PANGAN........................................ 39
BAB 11 REVIEW METODE SURVEY KONSUMSI PANGAN TINGKAT
WILAYAH........................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 48

I
BAB I
KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUP PENILAIAN
KONSUMSI PANGAN

A. PRINSIP
Memahami pengertian dan pengaplikasian berbagai metode penilaian
konsumsi pangan.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan pengertian dan pengaplikasian berbagai metode
penilaian konsumsi pangan.

C. MATERI
Penilaian Konsumsi Pangan merupakan salah satu metode untuk menilai
ketidakcukupan konsumsi pangan. Penilaian konsumsi pangan atau penilaian
konsumsi makanan juga digunakan dalam menentukan status gizi individu,
keluarga maupun kelompok secara tidak langsung.
Penilaian konsumsi pangan secara individu adalalah pengukuran
konsumsi pangan hanya fokus pada satu orang. Hasil penilaiain konsumsi pangan
individu juga digunakan untuk menilai asupan dan status gizi dari individu
tersebut. Hasil ukur dari penilaian konsumsi pangan ini hanya dijadikan acuan
untuk memberi nasehat gizi kepada responden yang di ukur, karena kesesuaian
dengan kondisi lainnya. Suyastiri (2008).
Kompetensi ahli gizi adalah mampu menjelaskan pengertian,
berbagai metode, dan tujuan penilaian konsumsi pangan. Kemampuan ini adalah

1
kemampuan dan keterampilan dasar bagi ahli gizi untuk memahami dan
melakukan penilaian konsumsi pangan dengan tepat.
Penilaian konsumsi makanan keluarga adalah gabungan dari penilaian
konsumsi makanan individu dalam satu keluarga. Satu keluarga dalam
pandangan ini adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah tangga. Hal ini
tidak menganut definisi keluarga sebagai garis keturunan, karena keluarga dalam
satu garis keturunan dapat saja tidak tinggal serumah. Tinggal serumah dalam
konsep ini adalah berkesesuaian dengan konsep unit analisis konsumsi. Unit
analisis konsumsi keluarga adalah satu rumah tangga. (Sukandar et al. 2009)
Penilaian konsumsi pangan sebagai fungsi dari penilaian status gizi secara
tidak langsung bertujuan untuk memberikan informasi awal tentang kondisi
asupan zat gizi individu, keluarga dan kelompok masyarakat saat ini dan masa
lalu. Pada sisi ini diketahui bahwa informasi tentang kualitas dan kuantitas
asupan zat gizi saat ini dan masa lalu adalah cerminan untuk status gizi masa
yang akan datang. Konsumsi hari ini akan memengaruhi kondisi kesehatan dan
gizi dimasa yang akan datang. Status asupan gizi saat ini yang diketahui dari
kuantitas dan kualitas makanan di meja makan, adalah bermanfaat untuk
mendeskripsikan status gizi dimasa yang akan datang.

2
BAB II
PERENCANAAN DAN BIAS SURVEY KONSUMSI

A. PRINSIP
Memahami metode perencanaan dan bias dalam survey konsumsi.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan apa saja metode perencanaan dan bias dalam survey
konsumsi.

C. MATERI
1. Perencanaan dan Pengorganisasian Survey Konsumsi Makanan
Dalam perencanaan dan pengorganisasian survey konsumsi makanan
diperlukan beberapa tahapan berikut ini :
• Pembentukan panitia/tim survei
Untuk memulai penetapan rencana pada survey konsumsi makanan ini
diperlukan panitia/tim survey agar terjalannya kegiatan tersebut.

• Penentuan Tenaga Pelaksana


Untuk menentukan tenaga pelaksana survey konsumsi makanan setidaknya
tenaga pelaksana tersebut mempunyai latar belakang dan pengalaman
perencanaan menu dan penyelenggaraan makanan. Sikap, personalitas dan
karakter tenaga yang baik. Serta tenaga wanita lebih diutamakan dalam hal ini.

• Pelatihan Tenaga
Pada saat pelatihan tenaga kerja penilaian survey konsumsi diberi arahan
sebagai berikut:

3
a. Penjelasan maksud dan tujuan survey
b. Seni dan teknik berwawancara
c. Cek dan penyempurnaan data
d. Penjelasan jenis data dan cara memperolehnya
e. Pemahaman budaya

• Penentuan Sasaran dan Besar Sampel Penelitian


Penentuan sasaran tergantung pada tujuan penelitian dan Besar sampel
tergantung pada tingkat homogenitas populasi dan hubungannya dengan data
lainnya.

• Pemilihan Alat dan Bahan


Pemilihan alat dan bahan untuk survey konsumsi makanan tergantung pada
metode yang digunakan.

• Periode Waktu Penelitian


Periode waktu penelitiannya tergantung pada unit sampel yang diteliti
(gambaran secara menyeluruh, tingkat keluarga, dll). Misalnya di Barat yang
umum digunakan adalah siklus satu minggu.

• Persiapan Masyarakat
Perlu adanya pemberitahuan kepada masyarakat guna memperlancar
pelaksanaan penelitian

2. Bias Survey Konsumsi


1). Bias secara acak (random bias)
Kesalahan pengukuran tetapi hasilnya tidak mempengaruhi nilai rata-rata.
Dapat memperbesar sebaran (deviasi) dari hasil pengukuran

4
2). Bias sistematik
Bias sistematik dalam survey konsumsi makanan adalah sebagai berikut :
• Kesalahan dari kuesioner
• Kesalahan pewawancara
• Kesalahan alat
• Kesalahan DKBM

3. Sumber Bias
Secara umum sumber-sumber bias dalam survey konsumsi adalah sebagai
berikut :
• Pengumpul data
Pada pengumpul data penyebab terjadinyya bias yaitu karena pengaruh
sikap, pengaruh situasi, pengaruh hubungan timbal balik maupun kesalahan
konversi.

• Responden
Berikut ini kesalahan yang sering terjadi pada responden :
a. Gangguan atau terbatasnya daya ingat
b. Perkiraan yang tidak tepat
c. Kecenderungan untuk mengurangi/menambah makanan yg
dikonsumsi (“the flat slope syndrome”)
d. Membesarkan makanan yang bernilai sosial tinggi
e. Keinginan menyenangkan pewawancara
f. Keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan
g. Kesalahan pencatatan
h. Kurang kerjasama

• Alat

5
Bias pada penggunaan alat timbang yang tidak akurat, Ketidaktepatan
pemilihan URT serta rusak nya alat hitung.

• DKBM
Pada DKBM sering terjadi kesalahan nama bahan makanan, perbedaan
kandungan zat gizi dari makanan yang sama dan tidak adanya informasi
mengenai komposisi makanan jadi.

Kesalahan karena kehilangan zat gizi dalam proses pemasakan, perbedaan


penyerapan, dan penggunaan zat gizi tertentu berdasarkan perbedaan
fisiologis tubuh

4. Mengurangi Bias Survey Konsumsi


• Gunakan sampel dalam jumlah besar
• Ulangi pengukuran intake
• Selalu melakukan kalibrasi
• Gunakan alat bantu wawancara, ex. Food model
• Pelatihan untuk pengumpul data

6
BAB III
FOOD RECALL 24 HOUR

A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode food recall 24 hour.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mengenai penilaian konsumsi pangan metode food
recall 24 hour.

C. MATERI
1. Prinsip Metode Food Recall 24 Hour
Metode mengingat tentang pangan yang dikonsumsi pada periode 24 jam
terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu tengah malam lagi, atau dari
bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang dicatat dalam ukuran rumah tangga
(URT). Data survei konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara antara
petugas survei (disebut enumerator) dengan subyek (sasaran survei) atau yang
mewakili subyek (disebut responden).
Pangan yang dicatat dalam formulir recall 24 jam meliputi:
a) nama masakan atau makanan
b) porsi masakan dalam ukuran rumah tangga (URT)
c) bahan makanan dalam URT
d) informasi harga per porsi
e) Infomasi tentang resep dan cara persiapan serta pemasakan perlu dicatat
agar estimasi berat pangan lebih tepat

2. Langkah Food Recall

7
a. Enumerator menanyakan konsumasi pangan periode 24 jam yang lalu dan
mencatat dalam URT.
b. Enumerator mengestimasi URT ke dalam berat gram.
c. Menganalisis energi dan zat gizi sehari baik manual / komputerisasi.
d. Membandingkan asupan energi dan zat gizi sehari dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG).

3. Tahap wawancara food recall


a. Quick List sesuai waktu makan
b. Review kelengkapan quick list
c. Gali pangan yang dikonsumsi dikaitkan waktu makan dan aktifitas termasuk
porsi dalam URT, cara memasak dan harga per porsi bila membeli
d. Tanyakan rincian konsumsi pangan sesuai quick list menurut jenis bahan
makanan, jumlah, berat dan sumber perolehannya yang dikonsumsi sehari
kemarin
e. Review kembali semua jawaban responden untuk menghindari kemungkinan
masih ada makanan dikonsumsi tapi terlupakan

4. Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Metode Food Recall 24 Jam


Kelebihan menggunakan metode food recall 24 jam :
a. Dapat digunakan pada subyek yang buta huruf
b. Relatif murah dan cepat
c. Dapat menjangkau sampel yang besar
d. Dapat dihitung asupan energi dan zat gizi sehari

Kekurangan menggunakan metode food recall 24 jam :


a. Sangat tergantung pada daya ingat subyek.
b. Perlu tenaga yang trampil.
c. Adanya The flat slope syndrome

8
d. Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan untuk
keluarga

5. Instrumen Dan Alat


Penggunaan alat untuk food recall Berbagai alat ukuran rumah tangga (URT)
a. ukuran piring makan
b. centong nasi
c. sendok makan
d. sendok sayur
e. sendok teh
f. gelas, cangkir
g. berbagai macam mangkok
h. Alat lain untuk membantu estimasi berat gram yaitu; Food model, Gambar
dan Foto pangan
Penggunaan alat dapat mememperkirakan atau mengestimasikan jumlah
pangan yang dikonsumsi. Misalnya dengan mendeskripsikan jenis alat makan
atau minum yang digunakan (misalnya gelas mug besar), ukuran mug (missal 400
ml), isi air dalam gelas yang diminum (misalnya setengah gelas), artinya bahwa
dapat diestimasi jumlah air yang minum yaitu 200 ml.

Penggunaan instrumen untuk food recall


a. Formulir untuk food recall 24 jam individu
b. Formulir untuk mencatat hasil food recall 24 jam individu yang terdiri dari 9
kolom.
c. Formulir rekap hasil food recall 24 jam individu sesuai jumlah hari survei
terdiri dari 7 kolom. Form sudah diestimasi dari URT ke dalam berat gram
d. Formulir analisa asupan energy dan zat gizi individu yang terdiri dari 9 kolom.
Zat gizi dianalisis secara manual atau kompeterisasi, dengan jenis zat gizi
sesuai tujuan survey

9
6. Teknik Wawancara Food Recall 24 Hour
Prinsip metode wawancara food recall 24 jam :
a. Wawancara untuk menggali makanan yang telah dikonsumsi pada periode
24 jam (dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi).
b. Wawancara : proses memperoleh keterangan untuk tujuan mendapatkan
data individu atau keluarga terkait konsumsi pangan sehari dengan cara
tanyajawab antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan
panduan wawancara atau kuesioner

Persiapan sebelum wawancara :


a. Siapkan kartu identitas,name tag,surat izin dan daftar subyek (sasaran).
b. Siapkan kuesioner dan alat tulis.
c. Siapkan lembar PSP (Persetujuan Setelah Penjelasan).
d. Siapkan alat bantu (Timbangan Berat Badan dan timbangan Makanan, serta
buku pedoman).
e. Kalibrasi alat timbangan makanan.
f. Berpakaian sopan.

Saat Wawancara :
a. Ucapkan salam dan memperkenalkan diri.
b. Menanyakan kapan dan jam berapa bersedia diwawancarai.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan.
d. Mintakan tanda tangan atau cap jempol pada lembar PSP bila bersedia
diwawancara.
e. Membangun hubungan baik dan kepercayaan.
f. Bertanya kepada responden dengan bahasa yang mudah dimengerti.
g. Jangan bertanya yang sifatnya mengarahkan jawaban responden
h. Mampu melakukan penggalian informasi (Probing).

10
i. Penampilan dan sikap yang baik.
j. Wawancara dengan responden tanpa ada orang lain yang tidak
berkepentingan.
k. Ciptakan suasana yang kondusif.
l. Saat wawancara terjadi sesuatu membuat responden tidak fokus tunda
wawancara sampai kondisi kembali normal.
m.Pilih tempat awancara yang dapat menjaga privasi responden.
n. Kondisi responden puasa, wawancara tetap dilanjutkan.

Mengakhiri Wawancara
Periksa kembali semua pertanyaan apa sudah terisi lengkap. Selesai wawancara
ucapkan terima kasih. Berikan bahan kontak kita.

7. Bias pada metode food recall 24 hour


Bias pada metode food recall 24 jam ada beberapa yaitu, kesalahan pada
subyek atau responden dan kesalahan pada petugas pewawancara atau
enumerator, penggunaan suplemen atau kesalahan pada petugas yang
melakukan koding dan menghitung konsumsi pangan.
Kesalahan pada Subyek / Responden :
a. Kejujuran Responden. Seringkali responden atau subyek melaporkan
identitas maupun pangan yang dikonsumsi secara berlebih atau sedikit atau
sama sekali tidak dilaporkan. Contoh data tentang pendapatan dan umur
responden sering dilaporkan secara berlebih. Saat ditanya ‘berapa usia ibu’?
Ia akan menjawab, ah….sudah tua karena sudah mempunyai cucu dua.
Responden tsb merasa lebih tua dari pewawancara dan menyebut hampir
empat puluhan. Padahal kenyataannya usia baru 35 tahun.
b. Makanan seperti snack dan fast food serta rokok dan alcohol sering tidak
dilaporkan. Hal ini dapat mempengaruh hasil analisis tingkat kecukupan

11
konsumsi pangan karena menyangkut kesalahan mengitung kebutuhan
energy dan zat gizi subyek tersebut.
c. Kesalahan daya ingat responden yaitu kesalahan yang sering terjadi pada
survei konsumsi pangan dengan metode food recall 24 jam. Untuk
mengatasi hal ini, pewawancara harus dilatih cara ‘probing’ dan
menanyakan pangan yang dikonsumsi dari waktu yang terdekat waktu survei,
terus mundur kebelakang sampai mencakup periode 24 jam yang lalu. Dapat
juga pertanyaan dimulai dari kebiasaan waktu makan, misal bangun tidur,
sarapan, snack pagi, makan siang, snack sore, makan malam, makan atau
minum sebelum tidur, makan atau minum saat terbangun tengah malam, dst.
d. The flat slope syndrome, sering ditemui pada penggunaan metode ini yang
berkaitan dengan kejujuran responden atau subyek. Pengertian The flat
slope syndrome adalah suatu kecenderungan‘overestimate’ bagi responden
yang ‘low intake’ dan kecenderungan ‘underestimate’ bagi responden yang
‘high intake’. Artinya bahwa orang gemuk cenderung sedikit konsumsi
pangan yang dilaporkan, sementara orang kurus cenderung melaporkan
secara berlebih pangan yang dikonsumsi.

Kesalahan pada pada Enumerator :


a. Intensitas mengabaikan pertanyaan tertentu. Ex. pertanyaan tentang porsi
bakso dianggap tidak penting dan tidak ditanyakan dengan anggapan besar
porsi adalah sama untuk semangkok bakso dimanapun.
b. Tidak menanyakan apakah subyek mengkonsumsi suplemen atau tidak.
c. Kurang benar dalam mencatat respon atau jawaban responden, seperti
responden menjawab pisang ambon tetapi hanya dicatat pisang.
d. Kesalahan dalam estimasi. Salah dalam ukuran jumlah yang dikonsumsi.
Misal deskripsi ukuran sendok yang digunakan tidak dijelaskan apakah
sendok makan atau sendok teh.

12
e. Deskripsi ukuran porsi (serving size) tidak standar, misalnya donat Dunkin
dengan donat kampung akan berbeda ukuran.
f. Kesalahan dalam koding dan perhitungan.
g. Kesalahan terjadi saat memberi kode pada pangan yang dikonsumsi
responden. Ex. pisang ambon diberi kode sama dengan pisang tanduk, susu
full cream diberi kode sama dengan susu skim, maka hasil perhitungan akan
bias karena lemak dalam fullcream tidak terhitung yang disebabkan
kesalahan kode.
h. Perhitungan juga akan salah bila perkiraan besar porsi dari URT (ukuran
rumah tangga) kedalam berat gram tidak tepat.

Konsumsi Suplemen :
a. Konsumsi suplemen sering diabaikan oleh pewawancara maupun oleh
subyek.
b. Bila konsumsi suplemen lupa ditanyakan oleh pewawancara, maka
subyekpun tidak akan ingat apalagi melaporkan sehingga tidak dicatat. Hal
ini akan mempengaruhi hasil ketika dihitung asupan zat gizi subyek.
c. Jenis suplemen dapat berupa makanan, minuman, tablet/kapsul/sirup yang
mengandung vitamin dan mineral. Agar hasil recall akurat maka harus
ditanyakan jenis suplemen, kandungan zat gizi dan merek serta harganya

Minimalisir Kesalahan
Bias tersebut dapat diminimalisasi dengan cara :
a. Training petugas atau enumerator
Tujuan training agar enumerator mempunyai persepsi dan pemahaman
yang sama, serta trampil dan cekatan dalam menggunakan metode food recall
24 jam di lapang. Sebagai pewawancara harus mampu menjalin hubungan
baik, ramah dan empati dengan responden. Jelaskan bahwa wawancara akan
meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi kemarin selama 24 jam yang

13
lalu (dari waktu tengah malam sampai dengan waktu tengah malam lagi)
seakurat mungkin (untuk memperoleh hasil yang standar antar responden
dianjurkan mulai dari bangun tidur hingga sebelum tidur). Apabila di tengah
waktu tidur subjek terbangun dan mengkonsumsi makanan maupun minuman,
maka harus dicatat juga.
Perlu dijelaskan bahwa seluruh informasi yang disampaikan akan dijaga
kerahasiaannya. Pewawancara tidak boleh menunjukkan keheranan, kesetujuan
atau sebalikya terhadap jawaban subyek (jangan menghakimi subyek). Subyek
atau Responden jangan diberitahu sebelumnya tentang konsumsi hari apa yang
akan ditanyakan agar tidak terjadi perubahan konsumsi subyek

b. Uji coba instrument di lapang


Tujuan try-out agar enumerator mengenal lapangan dan terlatih dalam
menggunakan instrument survei konsumsi pangan. Tujuan lain : mengidentifikasi
periode waktu wawancara, kemungkinan kendala yang muncul di lapang, untuk
mendapatkan masukan dan perbaikan instrument.

c. Survey pasar sebelum SKP dilaksanakan


Survey pendahuluan yang sangat penting yang harus dilakukan sebelum
survey konsumsi pangan dilakukan. Tujuannya Agar enumerator mengenal jenis
dan harga pangan setempat, standar porsi dan standar resep sehingga
memudahkan dalam wawancara karena mempunyai persepsi yang sama
terhadap pangan yang dikonsumsi. Tujuan lain : Dapat menilai kandungan energi
& Zat Gizi pangan yang tersedia di pasar lokal tersebut.

14
BAB IV
FOOD WEIGHING

A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode food weighing.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mengenai penilaian konsumsi pangan metode food
weighing.

C. MATERI
1. Pendahuluan food weighing
Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei
konsumsi pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang
dikonsumsi oleh Responden.
Prinsip Food Weighing
a. Melakukan penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan menimbang
sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang.
b. Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi.
c. Penimbangan makanan dilakukan dengan menggunakan timbangan
makanan dan dicatat dalam satuan gram.

2. Penimbangan
Penimbangan makanan sebaiknya dilakukan dalam setiap kali waktu
makan selama periode yang ditentukan. Penimbangan makanan dilakukan untuk
setiap jenis makanan yakni bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-

15
buahan. Gunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram agar hasil
penimbangan memiliki akurasi dan presisi tinggi. Karena penggunaan timbangan
jarum mempunyai sedikit kelemahan :
a. Adanya kesulitan dalam membaca hasil timbangan. Saat pembacaan hasil
timbangan posisi mata harus sejajar dengan jarum timbangan agar
menghasilkan pembacaan yang akurat.
b. Jika posisi mata berada di sebelah kanan atau kiri jarum timbangan, akan
bisa menghasilkan pembacaan hasil yang berbeda dengan sebenarnya.

Langkah-langkah dalam melakukan metode penimbangan.


1. Menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam formulir
yang telah disediakan.
2. Setelah responden mengkonsumsi makanannya, lakukan kembali
penimbangan sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden.
3. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum
dikonsumsi dikurangi dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi.
Jumlah yang dikonsumsi = Jumlah makanan yang akan dikonsumsi – Jumlah
makanan sisa yang tidak dikonsumsi
4. Tentukan jenis bahan makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh
responden.
5. Tentukan faktor konversi matang-mentah untuk setiap bahan makanan.
6. Tentukan berat mentah dari bahan makanan.
7. Lakukan analisa nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.

Kelebihan dari metode penimbangan :


1. Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar
dalam survei konsumsi pangan.
2. Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode
lainnya.

16
3. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden
karena metode ini tidak tergantung kepada daya ingat responden.
4. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam
menjelaskan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi.
5. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau
pengumpul data dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi
oleh responden
6. Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara
responden dengan pewawancara atau pengumpul data
7. Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data
antropometri dan data klinis. Kelebihan dari metode penimbangan :
8. Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan
asupan sehari-hari responden.
9. Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja,
perusahaan, panti sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal
bersama-sama.

Kelemahan dari metode penimbangan :


1. Memerlukan waktu untuk pengumpulan data yang lebih lama, karena semua
makanan yang dikonsumsi oleh responden dan makanan sisa yang tidak
dikonsumsi oleh responden harus dilakukan penimbangan sesaat sebelum
dikonsumsi dan sesaat sesudah responden mengkonsumsi makanannya.
2. Memerlukan tenaga yang lebih banyak untuk melakukan metode ini karena
harus melakukan penimbangan makanan responden.
3. Memerlukan alat khusus yang harus disediakan oleh peneliti atau
pengumpul data seperti timbangan makanan, formulir penimbangan, alat
tulis dan
4. beberapa peralatan lainnya.

17
5. Responden dapat merubah kebiasaan makan seharihari, terutama pada
penimbangan yang dilakukan selama beberapa hari.
6. Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas.

18
BAB V
ESTIMATED FOOD RECORD

A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode estimated food record.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mengenai penilaian konsumsi pangan metode
estimated food record.

C. MATERI
1. Pendahuluan estimated food record
Metode food record merupakan metode survei konsumsi pangan yang
digunakan untuk menilai asupan makanan pada tingkat individu dan dapat juga
digunakan untuk tingkat keluarga. Prinsip dari metode ini : responden mencatat
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam.
Responden dapat melakukan pencatatan makanan dengan dua cara :
1) Pencatatan makanan dengan cara estimasi (estimated food record)
2) Pencatatan makanan dengan cara melakukan penimbangan (weighed food
record)
Dalam pelaksanaan Metode Food Record, responden sangat berperan untuk
pengumpulan data. Peneliti harus meminta kerja sama dan komitmen responden
untuk mencatat dan melaporkan semua makanan dan minuman termasuk
makanan jajan dan selingan yang dikonsumsi selama periode penelitian.
Peneliti juga harus menjelaskan kepada responden untuk selalu
membawa catatan makanan ini apabila responden mengkonsumsi makanan di
luar rumah. Responden juga diminta jujur untuk menuliskan semua konsumsi

19
makanan dan diminta untuk tidak mengurangi atau menambahi jumlah konsumsi
makanan tertentu. Sebelum memulai pengumpulan data dengan metode food
record peneliti atau pengumpul data harus menjelaskan cara pengisian formulir
food record dan menjelaskan mengenai ukuran rumah tangga (URT) yang akan
digunakan dalam memperkirakan porsi atau jumlah konsumsi makanan.

2. Langkah-langkah Dalam Melakukan Estimated Food Record


a. Peneliti / pengumpul data menjelaskan cara-cara pengisian formulir food
record dan menjelaskan tentang ukuran rumah tangga yang akan digunakan
dalam memperkirakan porsi makanan.
b. Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi
termasuk makanan selingan dan jajanan, baik yang dikonsumsi di dalam
rumah maupun diluar rumah selama periode penelitian
c. Responden diminta juga menuliskan :
a. waktu makan
b. bahan-bahan dari makanan yang dikonsumsi
c. cara pengolahan dan keterangan lain jika diperlukan (seperti merek atau
harga dari makanan) tempat mengkonsumsi makanan tersebut dan
kesempatan dalam mengkonsumsi makanan tersebut → misalnya
dikonsumsi pada saat menonton televisi, dikonsumsi saat menghadiri pesta
pernikahan dan keterangan lain yang dapat membantu peneliti dalam
menerjemahkan ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat (gram) dan
menganalisa zat gizi dari makanan yang dikonsumsi responden.
d. Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data
menerjemahkan ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran rumah
tangga ke dalam ukuran berat (gram).
e. Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk
mengetahui jumlah konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi
bahan makanan atau menggunakan software untuk analisa konsumsi zat gizi.

20
3. Waktu melakukan Estimated Food Record
Estimated Food Record dapat dilakukan selama 3 hari → 2 hari weekday
dan 1 hari weekend. Untuk mendapatkan data konsumsi makanan yang dapat
menggambarkan kebiasaan konsumsi responden, metode estimated food record
idealnya dilakukan selama 7 hari. Pada kondisi tertentu jumlah hari yang
digunakan dapat lebih sedikit. Jumlah hari dapat dikurangi jika disparitas
konsumsi antara individu tidak terlalu tinggi atau tingkat kerjasama responden
sangat rendah.

4. Kelebihan dan kelemahan estimated food record


Kelebihan estimasi food record :
a. Dapat menyediakan data secara kuantitatif sehingga jumlah asupan zat gizi
responden dalam sehari dapat diketahui.
b. Data yang dihasilkan cukup detail seperti waktu malam, jenis bahan
makanan
c. Metode pengolahan yang digunakan adalah jumlah atau porsi dari makanan
yang dikonsumsi responden.
d. Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena keterbatasan ingatan
responden, karena dalam metode food record responden langsung
menuliskan makanan yang dikonsumsi.
e. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data konsumsi makanan pada
jumlah responden yang cukup besar.
f. Hasil yang diperoleh cukup akurat jika responden menuliskan data konsumsi
makanan dengan teliti.

Kelemahan Estimated Food Record :


a. Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan responden dan
membutuhkan komitmen responden untuk bersedia melakukan pencatatan
makanan.

21
b. Sangat membebani responden karena responden harus menuliskan semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi selama periode penelitian.
c. Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan responden
dalam menuliskan bahan makanan, metode pengolahan makanan dan
perkiraan atau estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi
d. Keakuratan data sangat tergantung dari kejujuran responden dalam
melaporkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sebagian
responden mungkin tidak melaporkan beberapa konsumsi makanan karena
beberapa alasan, seperti lupa menuliskan makanan yang dikonsumsi,
makanan yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit sehingga responden
beranggapan tidak perlu melaporkannya, responden malu atau tidak mau
melaporkan makanan tertentu karena dianggap kurang baik atau kurang
sehat.
e. Metode ini tidak cocok digunakan untuk responden yang buta huruf.
f. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan data.

5. Bias dalam metode estimated food record


Bias yang berasal dari pengumpul data :
a. Kesalahan dalam menerjemahkan URT yang ditulis oleh responden ke dalam
ukuran berat. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan
pengumpul data dalam melakukan estimasi URT ke dalam ukuran berat
(gram). Pengumpul data harus sering berlatih melakukan estimasi URT ke
dalam ukuran berat untuk semua golongan bahan makanan dalam berbagai
bentuk dan URT. Untuk membantu meningkatkan keakuratan data,
pengumpul data dapat menggunakan daftar penukar bahan makanan,
penggunaan food phorograph, food model dan alat ukur.
b. Kesalahan persepsi pengumpul data dalam memahami hidangan dan bahan
makanan yang ditulis responden. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan
pengetahuan pengumpul data tentang makanan dan bahan makanan yang

22
biasa dikonsumsi oleh responden. Lakukan studi pendahuluan tentang
makanan dan hidangan dan cara pengolahan makanan di wilayah responden
berada. Hal ini akan sangat membantu pengumpul data mengenai makanan
dan hidangan yang dikonsumsi responden.

Bias yang Berasal dari Responden :


a. Responden tidak melaporkan semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Sebagian reponden tidak jujur dalam melaporkan konsumsi
makanan dan minuman. Hal ini dapat diatasi dengan cara meminta kerja
sama yang baik dengan responden di awal proses pengumpulan data.
Pengumpul data meminta responden menuliskan semua data konsumsi
makanan sesuai dengan konsumsi sebenarnya. Untuk melakukan
pengecekan data, pengumpul data dapat dapat melakukan survei pada saat
tertentu selama periode pengumpulan data dan melihat secara langsung
konsumsi responden.
b. Responden salah dalam menentukan atau menggunakan ukuran rumah
tangga. Hal ini dapat diatasi dengan cara memberikan penjelasan mengenai
ukuran rumah tangga dan cara penggunaannya di awal penelitian.
Pengumpul data juga dapat memberikan responden pedoman penggunaan
ukuran rumah tangga dan beberapa contoh ukuran rumah tangga yang
sering digunakan sehari-hari. Responden dapat juga menambahkan
keterangan dari makanan yang dikonsumsi seperti merek makanan, harga
dan tempat mengkonsumsi makanan tersebut.

Bias yang Berasal dari Keterbatasan Analisa Data Zat Gizi


a. Tidak semua dari bahan makanan yang dikonsumsi responden ada di dalam
daftar komposisi bahan makanan atau dalam software pengolah data zat gizi.
Hal ini cukup sulit untuk diatasi oleh pengumpul data. Untuk sementara yang

23
dapat dilakukan adalah menggunakan analisa zat gizi untuk makanan yang
mirip atau meyerupai dengan makanan yang dikonsumsi responden.
b. Untuk bahan makanan tertentu, komposisi nilai gizi nya dapat berbeda-beda.
Contohnya untuk makanan seperti bakso, nugget, dan makanan olahan
lainnya yang komposisi bahan dalam proses pembuatannya bisa sangat
berbeda. Hal ini dapat diatasi dengan mengumpulkan beberapa resep
standar dari bahan makanan olahan tersebut. Untuk memperkirakan
komposisi bahan responden dapat menambah keterangan harga atau merek
dari makanan yang digunakan. Jika responden membuat sendiri sebaiknya
uraikan resep dari makanan tersebut.

24
BAB VI
HOUSEHOLD FOOD RECORD

A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode household food record.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan tentang penilaian konsumsi pangan metode household
food record.

C. MATERI
1. Pendahuluan metode household food record
Pencatatan makanan yang dilakukan untuk tingkat rumah tangga disebut
juga dengan household food record. Prinsip dari metode ini : responden
mencatat makanan yang dikonsumsi oleh semua anggota keluarga dalam sebuah
formulir pencatatan rumah tangga yang telah disiapkan oleh peneliti.
Hal-hal yang perlu dicatat dan dilaporkan adalah penjelasan lengkap
mengenai makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi anggota keluarga,
metode pengolahan yang digunakan dan jumlah atau ukuran porsi yang
dikonsumsi, merek atau harga makanan untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisa tingkat konsumsi zat gizi rumah tangga.

2. Langkah-langkah Household Food Record


a. Peneliti atau petugas pengumpul data menyiapkan formulir household food
record.
b. Peneliti atau petugas menjelaskan cara pengisian formulir household food
record.

25
c. Responden mencatat dan melaporkan semua makanan yang dikonsumsi
oleh anggota keluarga selama periode penelitian.
d. Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data
menerjemahkan ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran rumah
tangga ke dalamukuran berat (gram).
e. Peneliti atau pengumpul data menganalisisbahan makanan untuk
mengetahui jumlah konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi
bahan makanan atau menggunakan software untuk analis akonsumsi zat gizi.

3. Kelebihan dan kekurangan metode household food record


Kelebihan metode household food record :
a. Dapat digunakan untuk mengukur tingkat konsumsi rumah tangga.
b. Hasil lebih akurat jika dilakukan penimbangan terhadap makanan atau
bahan makanan.

Kekurangan metode household food record :


a. Metode ini membebani responden karena responden harus menuliskan dan
mencatat semua makanan yang dikonsumsi oleh keluarga selama periode
tertentu. Apabila responden harus melakukan penimbangan, maka akan
menambah beban responden.
b. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup
mahal.
c. Metode ini tidak cocok digunakan untuk responden yang buta huruf.

Formulir Household Food Record


a. Identitas Keluarga, seperti jumlah anggota keluarga, usia dan jenis kelamin
dari anggota keluarga serta alamat keluarga tersebut.
b. Penjelasan mengenai makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga.
c. Jumlah atau ukuran porsi dari makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.

26
d. Keterangan lain seperti merk makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.

Cara mengisi Formulir Household Food Record :


a. Jumlah anggota keluarga yang mengkonsumsi : diisi dengan jumlah anggota
keluarga yang ikut mengkonsumsi makanan. Jika ada ada anggota keluarga
di luar anggota keluarga inti atau tamu yang ikut pada saat mengkonsumsi
makanan.
b. Deskripsi makanan dan metode pengolahan : diisi dengan nama makanan,
bahan-bahan yang digunakan dan metode pengolahan.
c. Berat makanan yang disajikan : diisi dengan berat makanan matang yang
siap untuk dikonsumsi oleh semua anggota keluarga. Berat makanan yang
disajikan ditulis dalam gram.
d. Berat sisa makanan : diisi dengan berat makanan yang tidak dikonsumsi oleh
anggota keluarga. Berat sisa makanan ditulis dalam gram.
e. Berat makanan dikonsumsi : diisi dengan berat makanan yang dikonsumsi
oleh responden. Berat makanan dikonsumsi adalah berat makanan yang
disajikan dikurangi dengan berat sisa makanan. Berat makanan dikonsumsi
ditulis dalam garam.
f. Konsumsi makanan per orang : diisi dengan berat makanan yang dikonsumsi
oleh setiap orang, yaitu berat makanan dikonsumsi dibagi dengan jumlah
orang yang mengkonsumsi makanan tersebut.
g. Kode makanan : diisi dengan kode makanan yang disesuaikan kode makanan
pada analisis nilai gizi.

27
BAB VII
INTERPRETASI LABEL INFORMASI NILAI GIZI

A. PRINSIP
Memahami interpretasi label informasi nilai gizi dan cara membacanya.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan interpretasi label informasi nilai gizi dan cara
membacanya.

C. MATERI
1. Pentingnya membaca label pada pangan
Membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung
dalam makanan tersebut. Konsumsen juga dapat memperkirakan bahaya yang
mungkin terjadi pada konsumen yang berisiko tinggi karena punya penyakit
tertentu.
Menurut Susanto (2008), Sebanyak 88,9% responden memutuskan untuk
tidak jadi membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang
dicari. Label kemasan pangan yang paling diperhatikan responden adalah label
halal (36,5%), waktu kedaluwarsa (34,9%), nama produk (20,6%), dan komposisi
makanan (7,9%).

2. Label Informasi Nilai Gizi (ING)


Daftar kandungan zat Gizi dan non Gizi Pangan Olahan sebagaimana
produk Pangan Olahan dijual (as sold) sesuai dengan format yang dibakukan.
Setiap Orang yang memproduksi pangan Olahan yang mengandung Gula, garam,

28
dan/lemak untuk diperdagangkan wajib memuat informasi kandungan Gula,
Garam dan Lemak serta pesan kesehatan pada label Pangan.
Kewajiban pencantuman informasi tersebut dilaksanakan secara
bertahap dengan mempertimbangkan risiko kejadian PTM. Pencantuman
Informasi sesuai ketentuan Peraturan Perundangan-undangan yaitu peraturan
badan pengawas obat dan makanan nomor 22 tahun 2019 tentang informasi
nilai gizi dan label pangan olahan.
Informasi yang wajib dicantumkan adalah Takaran saji, Jumlah sajian per
kemasan dan Catatan kaki (Memberikan informasi bahwa peritungan % AKG
berdasarkan kebutuhan energi 2150 kkal). Sedangkan zat gizi yang wajib
dicantumkan adalah Energi total, Lemak total, Protein, Karbohidrat total dan
Natrium.
Zat Gizi yang Wajib Dicantumkan dengan Persyaratan Tertentu :
1) Produk pangan mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu.
2) Zat gizi tersebut dipersyaratkan untuk ditambahkan atau difortifikasi pada
pangan,
3) Pangan yang bersangkutan memuat klaim yang berkenaan dengan zat gizi
tersebut.

29
3. Cara membaca label informasi nilai gizi

30
BAB VIII
METODE COMSTOCK

A. PRINSIP
Memahami survey konsumsi pangan dengan metode comstock.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan survey konsumsi pangan dengan metode comstock.

C. MATERI
1. Pengertian metode comstock
Metodetaksiran visual (Comstock) → metode penilaian konsumsi
makanan dengan cara menaksir (estimate) secara visual banyaknya sisa makanan
yang ada untuk setiap golongan makanan atau jenis hidangan
Hasil Estimasi tersebut bisa dalam bentuk:
1) Berat makanan yang dinyatakan dalam gram
2) Skor bila menggunakan skala pengukuran
Dengan melihat sisa makanan dapat diketahui kemampuan dan kemauan
seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang disajikan. Makin banyak sisa
makanan berarti biaya terbuang makin tinggi. Ada banyak hal yang
mempengaruhi sisa makanan antara lain citarasa makanan, kebiasaan makan,
budaya, umur, penyakit dan lain-lain.

2. Kelebihan dak kekurangan metode comstock


Kelebihan :
• Mudah dilakukan
• Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.

31
• Tidak memerlukan alat bantu yang rumit.
• Hemat biaya.
• Dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya.

Kekurangan :
• Membutuhkan tenaga penafsir terlatih dan teliti.
• Seringkali terjadi ketidak telitian dalam menaksir karena ukuran dan bentuk
makanan berbeda-beda.

3. Penilaian sisa makanan

32
Dengan rumus diatas akan diperoleh hasil tecapai atau tidaknya skor minimum.
Lakukan pada semua responden yang akan diteliti, rata-rata hasil yang diperoleh
merupakankesimpulan dari tercapainya skor minimum yang
telah ditentukan sebelumnya.
Untuk rumah sakit saat ini berlaku pengkategorian sbb:
1) Bersisa, jika jumlah sisa makanan > 20%
2) Tidak bersisa, jika jumlah sisa makanan ≤ 20%
Bila tidak tercapai, perlu ditindaklanjuti dengan mencari penyebab dan
pemecahan masalah.

33
BAB IX
FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE

A. PRINSIP
Memahami penilaian konsumsi pangan metode food frequency
questionnaire.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan penilaian konsumsi pangan metode food frequency
questionnaire.

C. MATERI
1. Pengertian food frequency quetionnaire (FFQ)
Food frequency quetionnaire adalah metode survey konsumsi makanan
yang digunakan di tingkat individu. Pendekatan metode FFQ ini sama dengan
food recall 24 hour dan food record, hasil akhir dari survey konsumsi
menggunakan FFQ adalah untuk melihat asupan nutrisi pada individu maupun
kelompok. Metode FFQ juga sering disebut sebagai kualitatif pola konsumsi
pangan (kebiasaan).
Food frequency questionnaire menggunakan alat ukur yang berupa
kuesioner. Berikut penjelasan tentang isi dari kuesioner FFQ :
a. Daftar pangan yang terdiri dari kelompok pangan, pangan spesifik dan
pangan musiman atau hari besar.
b. Frekuensi penggunaan pangan yang terdiri dari harian, mingguan, bulanan,
tahunan bahkan di kuesioner tertulis tidak ada.

2. Semi quantitatif food frequency quetionnaire (SQ-FFQ)

34
Semi quantitatif FFQ ada pertanyaan tentang ukuran porsi pangan yang di
konsumsi. Ukuran porsi dapat berupa kecil, sedang dan besar. Ukuran tersebut di
sesuaikan dengan survey gizi tiap negara.

3. Prinsip dan penggunaan


a. Dapat digunakan sebagai food frequency semi kuantitatif jika menggunakan
porsi/berat makanan
b. Dapat digunakan untuk individu atau kelompok berisiko, co. melihat
hubungan kebiasaan makan dan penyakit kronik
c. Menilai frekuensi makanan yang dikonsumsi pada periode tertentu.
d. Menilai asupan nutrisi dengan menentukan seberapa sering seseorang
mengonsumsi makanan yang merupakan sumber nutrisi utama atau tertentu
Biasanya spesifik (i.e. mineral/vitamin tertentu) dan aspek lainnya kurang
tergambar. Komponen makanan yang dimaksud selama waktu tertentu
periode (biasanya 6 bulan sampai 1 tahun), bisa kurang dariwaktu itu (yaitu
2 minggu, 1 bulan)
e. Informasi yang diperoleh: kebiasaan makan terkait zat gizi tertentu,
makanan/kelompok makanan tertentu
f. Kombinasi makanan khusus dapat digunakan sebagai prediktor asupan
nutrisi tertentu atau non nutrien, asalkan asupan makanan tersebut
komponen terkonsentrasi dalam jumlah yang relatif kecil jumlah makanan
atau kelompok makanan tertentu, misalnya konsumsi vitamin C diprediksi
dari segar buah-buahan dan jus buah.
g. FFQ harus culture specific.
h. Studi pendahuluan mengidentifikasi bahan pangan yang akan dimasukkan
dalam daftar FFQ/SQ-FFQ. Kalibrasi dengan metode lain, contohnya : dengan
metode food recall.

35
i. Mengukur kecenderungan keragaman konsumsi pangan yang simpel dengan
bukan pertanyaan terbuka. Metode nya menggunakan wawancara dan
angket.

4. Prosedur quantitative food frequency


Tanyakan kepada responden, bahan makanan yang biasa dikonsumsi. Di
dalam kuesioner FFQ terdapat 5 frekuensi : harian, mingguan, bulanan, tahunan,
tidak pernah. Tentukan frekuensi yang tepat untuk setiap bahan makanan. Tulis
jumlah seberapa sering konsumsi bahan makanan tersebut pada frekuensi yang
dipilih. Pada FFQ SQ tulis porsi/berat makanan yang sering dikonsumsi
responden setiap kali makan.

5. Prosedur quantitative food frequency


Prosedur sama dengan Qualitative Food Frequency, tulis porsi/berat
makanan yang sering dikonsumsi responden setiap kali makan. Konversikan
berat bahan makanan pada frekuensi tersebut dalam harian.
Contoh:
• Nasi dikonsumsi 3x per hari = 3 per hari
• Tahu dikonsumsi 4x per minggu 4/7 = 0,57 per hari
• Semangka dikonsumsi 5 per bulan 5/30 = 0,17 per hari
Jumlahkan seluruh berat yang dikonsumsi per hari untuk semua bahan makanan
untuk mendapatkan jumlah asupan responden dalam sehari.

6. Cara mendapatkan list bahan makan untuk metode FFQ


a. Mencari daftar bahan makanan yang merupakan sumber zat gizi tertentu
pada Tabel Komposisi Pangan
b. Mencari daftar bahan makanan yang kaya akan zat gizi tertentu
c. Lakukan market survey

36
d. Lakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi ketersediaan
bahan makanan dan bahan makanan (yang merupakan sumber atau kaya zat
gizi tertentu) yang biasa dikonsumsi di masyarakat tersebut
e. Gunakan daftar bahan makanan dari Tabel Komposisi Pangan sebagai
panduan melakukan FGD. Keluarkan daftar bahan makanan yang tidak biasa
dikonsumsi dan tidak ada di daerah tersebut
f. Bahan makanan yang terpilih dari hasil FGD kemudian diuji coba untuk
menentukan final FFQ

7. Kelebihan dan kekurangan metode FFQ


Kelebihan :
1) Sederhana dan relatif murah
2) Tidak membebani responden
3) Metode : wawancara dan angket
4) Hasilnya mudah dikumpulkan dan diolah
5) Menggambarkan kebiasaan konsumsi pangan pada periode waktu tertentu
6) Dapat digunakan untuk sampel besar
7) Sering digunakan pada studi epidemiologi (hubungan antara kebiasaan
makan dan penyakit)
8) Umum digunakan dalam survei konsumsi pangan

Kelemahan :
1) Tidak dapat untuk memperkirakan intake pangan sehari (untuk FFQ)
2) Hasil tergantung dari daftar bahan makanan
3) Bahan makanan musiman sulit untuk dihitung
4) Bergantung ingatan
5) Besar porsi pada FFQ SQ kurang merefleksikan porsi yang sebenarnya
dimakan
6) Rentan untuk overestimate atau underestimate

37
7) Cocok untuk zat gizi tertentu
8) Akurasi lebih rendah dari metode lain
9) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis pangan
yang masuk dalam daftar pangan

38
BAB X
ANALISIS KUALITAS KONSUMSI PANGAN

A. PRINSIP
Memahami cara menganalisis kualitas konsumsi pangan.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan cara menganalisis kualitas konsumsi pangan.

C. MATERI
1. Indikator mengukur ketahanan pangan
Keberagaman makanan dan frekuensi makanan :
i. Food Compsumption Score (FCS)
ii. Household Dietary Diversity Scale (HDDS)
iii. Spending on food
iv. Undernourishment

Perilaku konsumsi pangan :


i. Coping Strategy Indeks (CSI)
ii. Reduce Coping Strategy Indeks (RCSI)
iii. Household Food Insecurity Acces Scale (HFIAS)
iv. The Household Hunger Scale (THHS)
v. Self-assessed Measure of body security (SAFS)

2. Healthy Eating Indeks (HEI)

39
HEI menggunakan sistem penilaian untuk mengevaluasi satu set makanan.
Skor berkisar dari 0 hingga 100. Skor HEI keseluruhan yang ideal 100
mencerminkan bahwa rangkaian makanan selaras dengan rekomendasi diet
utama dari Dietary Guidelines for American. HEI-2015 mencakup 13 komponen
yang mencerminkan rekomendasi utama di Pedoman Diet 2015-2020 untuk
Orang Amerika. Ada dua pengelompokan:
1) Komponen kecukupan mewakili kelompok pangan, sub kelompok, dan pola
makan elemen yang didorong. Untuk komponen ini, skornya lebih tinggi
mencerminkan asupan yang lebih tinggi, karena asupan yang lebih tinggi
diinginkan.
2) Komponen moderasi mewakili kelompok makanan dan elemen makanan
untuk yang direkomendasikan batasan konsumsi. Untuk moderasi
komponen, skor yang lebih tinggi mencerminkan asupan yang lebih rendah,
karena asupan yang lebih rendah lebih diinginkan

3. Diet Quality Indeks-International (DQI-I)


DQI-I adalah gabungan, indikator kualitas diet tingkat individu. Diciptakan
pada tahun 2003 untuk memungkinkan kualitas makanan lintas budaya
perbandingan, sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilakukan dengan
menggunakan indikator komposit kualitas makanan. DQI-I dibangun dari
indikator yang ada, seperti HEI dan Indeks Kualitas Diet (DQI), tetapi
diformulasikan untuk menggabungkan banyak aspek diet yang berkontribusi
pada kualitas, termasuk keragaman, kecukupan, moderasi, dan keseimbangan.
Kekuatan utama DQI-I adalah kemampuannya menawarkan definisi yang
lebih kaya dan evaluasi kualitas diet dari yang lain indeks kualitas diet komposit.
Misalnya, HEI hanya didasarkan pada makanan konsumsi kelompok (USDA, 2006).
Indikator di mana DQI-I didasarkan, menyentuh empat yang sama komponen
kualitas makanan, tetapi menggunakan mengukur lebih sedikit dan mengukur
lebih sedikit mikronutrien (Newby et al., 2003).

40
4. Komponen kualitas makanan

5. Pola Pangan Harapan (PPH)/food desirable pattern


Menurut FAO-RAPA (1989) PPH adalah komposisi kelompok pangan
utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya. PPH : susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi
keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi
daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.
Dasar pemikiran PPH / Konsep Gizi Seimbang :
1. antara asupan (konsumsi) zat gizi dan kebutuhannya,
2. jumlahnya antar kelompok pangan

41
3. jumlahnya antar waktu makan, untuk mencapai hidup sehat.
Ragam konsumsi pangan diperoleh dengan cara mengkonsumsi
anekaragam makanan dalam jumlah yang cukup, seimbang dan waktu yang tepat.
Ragam pangan yang dikonsumsi harus terdiri dari : zat tenaga (karbohidrat), zat
pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Fungsi ketiga
tersebut dikenal Tri-Guna Makanan (Konsep Dasar Gizi Seimbang).
1. Sumber zat pembangun : ikan, telur, ayam, daging, susu, keju, kacangkacangan,
tempe, tahu, oncom
2. Sumber zat pengatur : sayuran dan buah-buahan
3. Sumber energi : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti,
mie, pisang dan lain-lain

Dengan PPH perencanaan konsumsi pangan penduduk tidak hanya


memenuhi kecukupan gizi (nutritional adequancy) tetapi juga,
mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance), cita rasa
(palatability), dayacerna (digestability), daya terima masyarakat (acceptability),
kuantitas, dan kemampuan daya beli (affordability). Dengan metode PPH maka
mutu pangan dapat dinilai berdasarkan skor pangan (dietary score).
Mutu & keseimbangan gizi ketersediaan pangan penduduk dilihat skor
pangan (dietary score) atau skor PPH. Skor PPH meningkat maka ketersediaan
pangan semakin beragam dan seimbang.

42
43
BAB XI
REVIEW METODE SURVEY KONSUMSI PANGAN TINGKAT
WILAYAH

A. PRINSIP
Memahami metode survey konsumsi pangan di tingkat wilayah.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan metode survey konsumsi pangan di tingkat wilayah.

C. MATERI
1. Pertimbangan Penggunaan Metode Survei Konsumsi
a. Untuk menilai dan memonitor asupan zat gizi
b. Untuk menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang pertanian dan
kesehatan
c. Untuk mempelajari hubungan antara kesehatan dan gizi serta kelompok
rawan gizi
d. Untuk membantu tujuan komersial atau perdagangan

Tujuan Survei Konsumsi


Tujuan umum :
Untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan
makanan dan zat gizi pada tingkat individu, rumah tangga dan
kelompok/masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Tujuan khusus :

44
a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional, kelompok dan
individu
b. Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu
c. Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan
pangan
d. Sebagai dasar perencanaan dan pengembangan program gizi
e. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat khususnya golongan rawan gizi
f. Menentukan peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan
makanan, kesehatan dan gizi masyarakat

2. Metode Survey Konsumsi


a. Recall 24 jam
Menggali atau menanyakan apa saja yang dimakan dan diminum responden
selama 24 jam yang lalu baik dari dalam maupun luar rumah
b. Penimbangan makanan (food weighing)
Responden atau petugas diminta menimbang dan mencatat makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama satu hari (termasuk cara memasak, merek
dan komposisi makanannya). Sisa makanan dicatat.
c. Pencatatan makanan (household food record)
Semua pangan yang dikonsumsi oleh anggota rumah tangga pada setiap
waktu diukur dengan cara penimbangan atau URT. Sisa makanan dicatat.
Konsumsi makanan tamu juga dicatat
d. Frekuensi pangan (food frequency quentionnaire)
Terdiri dari daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan
e. Pencatatan makanan (food account)
Mencatat semua pangan yang ada di rumah tangga baik dari pembelian,
pemberian ataupun diproduksi sendiri, dalam bentuk satuan dan URT
f. Inventaris makanan (food inventory)

45
Mencatat semua perolehan dan perubahan pangan yang ada dalam rumah
tangga. Pencatatan hari pertama diasumsikan sebagai cadangan pangan.
g. Riwayat makan (dietary history)
Biasanya kombinasi antara recall 24 jam dan FFQ
h. Perkiraan makanan (estimated food record)
Mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam bentuk URT
i. Pendaftaran makanan (food list)
Mencatat seluruh bahan pangan yang digunakan keluarga. (tidak
memperhitungkan sisa makanan atau yang dibuang)

3. Pengelompokan metode survey konsumsi berdasarkan jenis data


Tingkat Nasional Tingkat Rumah Tangga Tingkat Individu
Food balance sheets a) Metode pencatatan a) Metode Recall 24 jam
b) Metode b) Metode Perkiraan
pendaftaran makanan
c) Metode inventaris c) Metode Penimbangan
makanan
d) Metode telepon d) Metode Riwayat
makanan
e) Metode Frekuensi
makanan

4. Pengelompokan metode survey konsumsi berdasarkan waktu pengumpulan


data
Metode prospektif Metode Retrospektif Kombinasi
Metode penimbangan Metode Recall 24 jam Pendaftaran
Metode pencatatan Metode Frekuensi makanan dan Recall
makanan 24 jam
Metode Riwayat Semi kuantitatif frekuensi

46
makanan makanan

4. Pemilihan Metode survei konsumsi


a. Tujuan penelitian/pengumpulan data
b. Jumlah responden yang diteliti
c. Umur responden
d. Keadaan sosial ekonomi responden
e. Ketersediaan dana
f. Ketersediaan tenaga
g. Pendidikan responden
h. Bahasa sehari-hari yang digunakan responden
i. Pertimbangan logistik

47
DAFTAR PUSTAKA

Gibney MJ., Margett BM., Kearney JM., & Arab L. 2008. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Hartono A, penerjemah. Oxford: Blacwell Publishing Ltd.
Terjemahan dari: Public Health Nutrition.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. New York:
Oxford University Press.

Kusharto CM, Supariasa IDN. 2014. Survei Konsumsi Gizi. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI. 2005. Pedoman
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM). Badan Ketahanan Pangan
Departemen Pertanian RI.

Sirajuddin, Surmita, Astuti Trina. 2018. Survey Konsumsi Pangan (Bahan Ajar Gizi).
Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan , Kemenkes RI

48

Anda mungkin juga menyukai