Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dicanangkannya Indonesia Sehat oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/2000, dimana
visi tersebut diharapkan bahwa pada tahun 2015 bangsa Indonesia hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Harisman dan Dina Dwi Nuryani, 2012).
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajad kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia yang ditandai penduduknya dalam lingkungan dengan perilaku yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal
diseluruh wilayah Indonesia (Depkes. RI, 1999 dalam Betty Yuliana Wahyu Wijayanti,
2012).
Posyandu

merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan

masyarakat. Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan


pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan
Posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandusebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan sistim pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar,
peningkatan kualitas manusia, secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan
bidang kesehatan. Kegitan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi
masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran Posyandu sangat penting
karena Posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program (Depkes RI, 2005
dalam Yulisma,2011).
Menurut (Hemas, 2005 dalam Pinem, 2010) pada beberapa tahun terakhir ini,
tingkat kinerja dan partisipasi kader Posyandu dirasakan menurun, hal ini disebabkan
antara lain karena krisis ekonomi, kejenuhan kader karena kegiatan yang rutin, kurang

dihayati sehingga kurang menarik, atau juga mungkin karena jarang dikunjungi petugas.
Sedangkan posyandu merupakan institusi strategis, karena melalui posyandu berbagai
permasalahan kesehatan seperti gizi dan KB dapat diketahui sejak dini, termasuk jika
ada anak balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang (Betty Yuliana Wahyu
Wijayanti, 2012).
Menurut Basyir, dkk (2008) bahwa faktor ekstrinsik merupakan faktor
pendukung dalam meningkatkan keaktifan kader posyandu. Faktor ekstrinsik
dalamkegiatan posyandu yang berupa fasilitas posyandu dan sarana pendukung dapat
meningkatkan keaktifan kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Pemberdayaan
kader melalui pelatihan, penyegaran, dan cerdas cermat, serta pengadaan alat masak dan
kebutuhan operasional, supaya kader posyandu dapat meningkatkan kinerja dan fungsi
sehingga mampu mengemban tugasnya untuk meningkatkan gizi keluarga. Insentif yang
diberikan kepada kader, adanya kemudahan bagi kader dalam pegobatan di puskesmas
dan pengurusan KTP (Kartu Tanda Penduduk) juga memberikan motivasi tersendiri bagi
keaktifan kader posyandu.
Motivasi pada kader tersebut dibentuk oleh sikap kader terhadap kegiatan
Posyandu. Sikap kader dipengaruhi oleh tingkat karakteristik kader di antaranya adalah
pendidikan, usia kader, kondisi pekerjaan, status pernikahan dan pengalaman yang
dimiliki kader (Azwar, 2002). Motivasi seseorang menurut Robin (2003), dipengaruhi
oleh banyak hal di antaranya adalah tingkat pendidikan dan usia seseorang, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi motivasinya untuk
melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan usia seseorang membawa dampak pada
pengalaman yang dimilikinya, semakin banyak pengalaman yang dimiliki maka
semakin tinggi motivasi yang dimilikinya (Sudarsono, 2010).
Setiap kader Posyandu memiliki sikap dan motivasi yang berbeda dalam
pelaksanaan Posyandu. Kondisi ini berdampak pada kualitas pelayanan Posyandu.
Menurut Widiastuti (2006), motivasi kader dalam melaksanakan pelayanan Posyandu
hanya pada keinginan untuk mengisi waktu luang,sebagian lagi memiliki motivasi yang
cukup idealis misalnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
lingkungannya.Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga
pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif
2

masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga


dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibuibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu
sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya setiap
bulan (Depkes RI, 2006 Sudarsono, 2010).
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada
masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan
tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau
jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI, 2006
dalam Betty Yuliana Wahyu Wijayanti, 2012).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan,
karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan
pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, pada Tahun
2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada Tahun 2008
menjadi 269.202 posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari aspek kualitas masih
ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader
yang belum memadai (Depkes RI, 2006.
Menurut

Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu

merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu
meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi
posyandu tersebut yaitu meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan
teknis serta dedikasi kader di posyandu, memperluas sistem posyandu dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah,
menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarana
kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dala
penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan

memperkuat dukungan

pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat,
termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Secara absolut jumlah Posyandu di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami


peningkatan, yaitu tahun 2008 berjumlah 2.701 unit, tahun 2009 berjumlah 2.822 tahun
2010 berjumlah 2.886, tahun 2011 sebanyak 2.902 dan tahun 2012 sebanyak
2.990.Sedangkan untuk rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan tahun 2008 mencapai
1.33,tahun 2009 mencapai 2.822, tahun 2010 berjumlah 2.886 Posyandu, tahun 2011
berjumlah 2.902 dan tahun 2012 mencapai 2.990 dengan ratio posyandu terhadap
desa/kelurahan

mencapai

1,38,

atau

terdapat

1-4

posyandu

setiap

desa/kelurahan.Peningkatan jumlah Posyandu mengindikasikan tingginya peran serta


masyarakat dalam upaya kesehatan. Berikut ini adalah rasio posyandu terhadap jumlah
desa/kelurahan menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 (Profil
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2012).
Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu
dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap
posyandu sebanyak 5orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan
oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS);
(4) Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI, 2006).
Dari hasil survei Depkes tahun 2005 mencatat beberapa hal masalah Posyandu
yang pertama adalah hanya sekitar 40% Posyandu yang dapat menjalankan fungsinya
dengan baik, kedua masih terdapat Posyandu yang belum memiliki jumlah kader yang
cukup dan hanya 30% kader yang terlatih, yang ketiga sebagian besar kader belum
mampu mandiri karena sangat tergantung pada petugas Puskesmas sebagai pembina,
sementara itu penghargaan terhadap kader masih rendah (Depkes, 2005 dalam Betty
Yuliana Wahyu Wijayanti, 2012).
Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela
mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan
pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan
kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya
koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatanan posyandu
(Harisman dan Dina Dwi Nuryani, 2012).

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui Gambaran keaktifan kader posyandu
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran keaktifan kader posyandu.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui keaktifan kader posyandu
2) Untuk mengetahui pengetahuan kader Posyandu
3) Untuk mengetahui keterampilan kader posyandu
4) Mengetahui pelatihan kader Posyandu
5) Untuk mengetahui motivasi (dukungan keluarga, insentif ) menjadi kader
posyandu
BAB II
KERANGKA PIKIR DAN KONSEP

A. Landasan teoritis
1. Keaktifan kader posyandu
Keaktifan menurut kamus umum bahasa Indonesia, aktif adalah giat,
rajin dalam berusaha atau bekerja. Keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan
seseorang. Tingkat keaktifan yang dimaksud disini adalah tingkat kegiatan kader
atau kesibukan (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1996), dengan demikian kader
Posyandu yang aktif adalah kader yang giat, rajin dalam berusaha atau
bekerjaadapun keaktifan kader Posyandu merupakan kegiatan atau kesibukan
kader di kelompok Posyandu (Depkes RI, 2002).
Keaktifan kader

dalam kegiatan Posyandu akan

meningkatkan

keterampilan karesna dengan selalu hadir dalam kegiatan, kader akan mendapat
tambahan keterampilan dari pembinaan petugas maupun dengan belajar dari
teman sekerjanya.
Kategori keaktifan kader Posyandu
a. Aktif, apabila kader hadir 8 kali dalam setahun.

b. Kurang Aktif, apabila kader hadir < 8 kali dalam setahun.


2. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang paling utama untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes, 2006 dalam
Betty Yuliana Wahyu Wijayanti, 2012)
1) Tujuan Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera)
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan
kebutuhan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu hamil dan
pasangan usia subur.
2) Sasaran Posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan,sehingga
semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) terutama:
a. Bayi (dibawah satu tahun)
b. Balita (dibawah lima tahun)
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
(Sudarsono, 2010).
3) Kegiatan Posyandu
Kegiatan pelayanan posyandu dilaksanakan setiap satu bulan sekali
dengan menggunakan system lima meja, yaitu :
a. Meja I (Pendaftaran)
Mendaftar bayi/balita yaitu ; menuliskan nama balita pada KMS

dansecarik kertas yang diselipkan pada KMS.


Mendaftar ibu hamil yaitu : menuliskan nama ibu hamil pada
formuliratau register ibu hamil.

b. Meja II (Penimbangan dan Pengukuran)


Menimbang bayi dan balita.
Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertass yang akan
dipindahkan pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
c. Meja III (Pengisian KMS)
Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari
secarik ketas kedalam KMS anak tersebut.
d. Meja IV (Penyuluhan Pelayanan Kesehatan dan Rujukan)
Menjelaskan data KMS pada ibu.
Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu.
Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan untuk
balita,bumil/buteki, BGM, tidak naik 2 kali penimbangan, sakit,
bumil/butekisakit.
e. Meja V (Pelayanan Kesehatan)
Pelayanan Imunisasi.
Pelayanan Keluarga Berencana.
Pengobatan.
Pemberian pil tambah darah, vitamin A, dan obat-obatan.
3. Kader
1. Pengertian Kader
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat setempat yang dipilih oleh
masyarakat dan telah dilatih (Sudarsono, 2010).
2. Tugas Kader
Menurut Rita dan Johan (2009), tugas kader meliputi :
a. Pada persiapan hari buka Posyandu
Menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS),
alatperaga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu hamil dan
bayi/anak, obat-obatan yang dibutuhkan (misalnya, tablet tambah

darah/ zatbesi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan.


Mengundang dan menggerakan masyarakat, yaitu dengan
memberitahuibu-ibu untuk datang ke Posyandu, serta melakukan
pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memotivasi

masyarakat untukdatang ke Posyandu.


Menghubungi kelompok kerja (pokja)

Posyandu,

yaitu

menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta


untuk memastikan apakah petugas sektor dapat hadir pada hari
7

buka Posyandu. Melaksanakan pembagian tugas diantara kader


Posyandu baik untukpersiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
b. Pada hari buka Posyandu atau tugas pelayanan pada lima meja
Meja 1 (Pendaftaran)
Meja 2 (Penimbangan dan Pengukuran).
Meja 3 (Pengisian KMS)
Meja 4 (Pelayanan).
Meja 5 (Penyuluhan )
c. Tugas kader setelah membuka Posyandu
Memindahkan catatan-catatan pada KMS kedalam buku register

atau bukubantu kader.


Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu

bulanberikutnya.
Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu.
Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus memberikan tindak lanjut
dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan
berikutnya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu


Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bias dilihat dari keteraturan
dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Keaktifan kader posyandu
merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang bisa dilihat dari keteraturan
dan keterlibatan seorang kader dalam berbagai kegiatan posyandu baik kegiatan
dalam posyandu maupun kegiatan diluar posyandu. Tidak semua kader aktif
dalam setiap kegiatan posyandu sehinggga pelayanan tidak berjalan lancar.
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan keaktifan seorang
kader, diantaranya: pendidikan, motivasi keluarga, pengetahuan, umur,
pelatihan dan insentif.
1. Pengetahuan
Menurut Depkes RI (2000) pengetahuan atau kognitif merupakan
hasil dari ranah tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
perabaan. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku atau tindakan. Berawal dari pengetahuan, akan muncul
respons dalam bentuk sikap terhadap obyek yang telah diketahui dan disadari

sepenuhnya, kemudian dari respon sikap ini akan terbentuk perilaku. Proses
perilaku baru dalam diri seseorang meliputi awerness (kesadaran) di mana
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek),

interest

(merasa tertarik), evaluation (menimbang-

nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, trial
(mencoba) melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus dan

adoption

(subyek berperilaku barus sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus). Berdasarkan


pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan akan mendasari seseorang kader

Posyandu

dalam

melakukan perubahan perilaku, sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih


langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan dapat diartikan

tahu atau mengerti

sesudah melihat

(menyaksikan, mengalami atau diajar). Kader yang memiliki pengetahuan


yang baik diharapkan akan dapat memberikan layanan yang baik dan
bermutu pada saat
mengerti

sesudah

Posyandu. Pengetahuan dapat diartikan tahu atau


melihat

(menyaksikan,

mengalami

atau

diajar)

pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lama menjadi kader,


pengalaman di lapangan dalam menangani kasus dan pelatihan-pelatihan
yang telah diikuti. Dengan pengetahuan yang bertambah diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat (Depkes RI,
2000).
Tingkat

pengetahuan

adalah

kemampuan

seseorang

dalam

memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan


gizi. Penentuan tingkat pengetahuan diperoleh dengan cara skoring terhadap
total pertanyaan yang ada pada kosioner, dan kriteria obyektifnya adalah :
a. Cukup : jika memiliki jumlah skor jawaban 60 % terhadap total skor.
b. Kurang : jika memiliki jumlah skor jawaban < 60 % terhadap total skor
2. Keterampilan Kader

Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat


disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang
mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu
(Sudarsono, 2010)
Menurut Sarwono (2007), pelatihan keterampilan merupakan
aktivitas utama
kesehatan.

selama

Selama

face

implementasi

suatu

program

implementasi pelatihan bertujuan untuk

membangun dan memelihara perilaku - perilaku yang sangat


penting dalam kelangsungan program, maka pelatihan tersebut akan
mengarah kepada perolehan keterampilan.
Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas /
pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja
yang tersedia. Ada 3 jenis kemampuan dasar bersifat manusia (human
skill),

kemampuan

teknik

(technical

skill),

dan

kemampuan

membuat konsep (conceptual skill). Keterampilan teknik adalah


kemampuan untuk menggunakan alat, prosedur, dan teknik yang
berhubungan

dengan

bidangnya.

Keterampilan

manusia

adalah

kemampuan untuk dapat bekerja, mengerti, dan mengadakan motivasi


kepada orang lain. Keterampilan konsep adalah kemampuan untuk
melakukan kerjasama di dalam pekerjaan, pekerjaan itu dapat memberikan
keterampilan.
Sedangkan keterampilan kader gizi lebih kepada keterampilan
tel-mis dalam kegiatan Pos yandu. Dalam proses pendidikan atau
pelatihan, Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa suatu sikap
belum tentu terwujud dalam

praktek

diperlukan

vang,

kondisi

tertentu

atau

tindakan.

memungkinkan

Masih

terjadinya

perubahan sikap menjadi praktek. Kondisi tersebut antara lain tersedianya


fasilitas untuk belajar yaitu :
a. Peserta diberi kesempatan untuk melihat dan mendengar orang lain
melakukan keterampilan tersebut dan diberi kesempatan melakukan
sendiri.
b. Peserta diberi kesempatan untuk menguasai sub sub komponen
keterampilan sebelum menguasai keterampilan secara keseluruhan.
c. Peserta harus melakukan sendiri keterampilan baru
d. Pelatih mengevaluasi hasil keterampilan baru dan memberi umpan balik Tingkat
10

Pengetahuan.
Pada dasarnya keterampilan kader tidak terlepas dari peran kader
dibidang kesehatan, dimana sesuai dengan buku pegangan kader serf PSM
Not-nor 2 Departemen Kesehatan RI Tahun 1987 disebutkan bahwa
kader berperan dalam kegiatan :
a. Di Pos Pelayanan Terpadu KB - Kesehatan (Posyandu). Kader
diharapkan

mempunyai

melaksanakan

kegiatan

penimbangan

Balita,

keterampilan
yang

meliputi

pencatatan

kemampuan
pendaftaran,

hasil

penimbangan,

memberikan penyuluhan, member dan membantu pelayanan


kesehatan dan merujuk apabila ada balita yang sakit atau berat
badan balita tidak naik 3 (tiga) bulan berturut-turut.
b. Diluar jadwal hari pelaksanaan Posyandu.

Di

samping

mempunyai keterampilan dalam kegiatan di Posyandu kader


juga

diharapkan

mempunyai

keterampilan

dan

kemampuan

melaksanakan kegiatan di luar jadwal waktu pelaksanaan Posyandu,


yang meliputi :merencanakan kegiatan, melakukan Komunikasi
Informasi dan Motivasi (KIM), menggerakkan mas yarakat,
me mberikan pela yanan, melakukan menggerakkan melakukan
pernbinaan mengenai program Posyandu.
Disamping itu sumber sumber lainnya adalah pelatihan kader
baru,

pelatihan

ulang

kader

dan

pengalaman

kader

selama

menjalankan kegiatan Posyandu juga dapat meningkatkan kemampuan


kader. Salah satu keterampilan kader di Posyandu adalah pengisian KMS
dan menimbang balita dengan menggunakan dacin
Menurut Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga Edisi
XIX tahun 2002 prosedur penimbangan balita ada 9 (sembilan) tahap yaitu
1. Dacin digantungkan pada dahan pohon, pelana rumah, atau
penyangga kaki tiga.
2. Dacin diperiksa kembali sudah tergantung kuat (dengan mencoba
menarik kuat kuat batang dacinnya kearah bawah).
3. Sebelum timbangan digunakan, bandul geser diletakkan pada
angka nol.
4. Sarung timbang atau celana timbang, atau kotak timbang, yang

11

kosong dipasang pada dacin.


5. Dacin yang sudah dibebani sarung timbang atau celana timbang
diseimbangkan dengan cara memasukkan pasir kedalam kantung
plastik di ujung batang timbangan.
6. Anak ditimbang, timbangan diseimbangkan sampai jarum timbang
9 tegak lurus.
7. Berat badan anak ditentukan dengan membaca angka di ujung
bandul geser.
8. Hasil penimbangan dicatat di atas secarik kertas.
9. Bandul geser dikembalikan keangka nol, kemudian ujung batang
dacin dimasukkan ketali pengaman. Setelah itu baru anak
diturunkan.
3. Pelatihan Kader
Menurut Gomes

(1997)Pelatihan

adalah

setiap

usaha

untuk

memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang


menjadi tanggung jawabnya. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk
mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga
mewujudkan tujuan-tujuan para pekerja secara perorangan. Pelatihan
seringdianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pimpinan
mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan, para pekerja akan
menjadi lebih terampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun
manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita
ketika pekerja sedang dilatih.
Pelatihan kader-kader dalam kegiatan Posyandu sangat diperlukan. Hal
tersebut dikarenakan kader merupakan komponen yang penting dalam
kegiatan Posyandu. Pelatihan merupakan suatu proses untuk meningkatkan
pengetahun dan ketrampilan sehingga akan menghasilkan suatu intensitas,
arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Kader adalah tenaga pilihan yang untuk usaha-usaha masyarakat karena
berasal dari masyarakat (Sembiring, 2005).
Salah satu kegiatan revitalisasi Posyandu adalah pemberdayaan tokoh
masyarakat, pemberdayaan kader melalui pelatihan, penyegaran, jambore,
dan cerdas cermat, serta pengadaan alat masak dan kebutuhan operasional.
Maksud kegiatan ini ialah agar Posyandu meningkatkan kinerja dan fungsi
sehingga mampu mengemban tugas

untuk meningkatkan gizi keluarga.


12

Oleh sebab itu, tujuan khusus program ini ialah agar tercapainya
pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat dan kader Posyandu sehingga
kegiatan rutin Posyandu dapat terselenggara dengan baik dan gizi anak serta
kesehatan ibu dapat ditingkatkan. Dalam pelatihan tidak semua peserta atau
kader yang ada dalam satu desa diikutsertakan dalam pelatihan, sehingga
menyebabkan terjadi penurunan partisipasi kader.
4. Motivasi ( dukungan keluarga, insentif )
Motivasi

adalahd

dorongan

dalam

diri

seseorang

yang

menyebabkan orang tersebut melakukan kegiata-kegiatan tertentu guna


mencapai suatu tujuan. Motivasi tidak dapat diamati, tetapi yang diamati
adalah kegiatan (Notoadmodjo, 2003).
Motivasi merupakan salah satu dari mekanisme terbentuknya
perilaku dan mengalami proses perubahan atau bagaimana ia dirubah.
Motivasi sering diartikan sebagai dorongan yang timbul dari dalam diri
seseorang (inner-drive) yang secara sadar atau tidak sadar membuat
orang berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
kebutuhannya.Jadi yang dimaksud dengan dorongan tadi padahakekatnya
adalah kebutuhan (needs) yang muncul dari dalam diri orang itu juga
sehingga motivasi sering diartikan juga sebagai kebutuhan. (Hasan,
2010).
a. Insentif
Menurut Notoatmodjo (2005), memaparkan bahwa insentif
merupakan salah satu stimulus yang dapat menarik seseorang untuk
melakukan sesuatu karena dengan melakukan perilaku tersebut, maka
ia akan mendapat imbalan. Kebanyakan orang juga berpendapat
bahwa gaji atau insentif adalah alat yang paling ampuh untuk
meningkatka nmotivasi kerja dan selanjutnya dapat meningkatkan
kinerja karyawan disuatu organisas ikerja.Dengan kata lain seseorang
aka nmelakukan sesuatu jika ada penghargaan berupa insentif
terhadapapa yang ia lakukan. Dalam hal ini insentif merupakan

13

tujuan

yang

ingin

dilakukan.Misalnya

di
kader

capai

dari

Posyandu

suatu
mendapat

perilaku
insentif

yang
atas

pekerjaannya selain dalam rangka berpartisipasi dalam kegiatan


Posyandu dan menjalankan tugas kader.
Pendekatan insentif mempelajari motif yang berasal dari luari
ndividu yang bersangkutan atau disebut juga sebagai motif
ekstrinsik.Para ahli dalam bidang ilmu perilaku melihat bahwa
manusia adalah makhluk pasif, oleh karena itu harus dirangsang dan
salah satu bentuk rangsangan tersebut adalah insentif (Notoatmodjo,
2005).
Insentif kader adalah upah atau gaji yang diberikan kepada
kader.Insentif berupa uang memberikan motivasi tersendiri bagi
kader.Menurut Abdullah (2010 )insentif merupakan daya tarik orang
dating dan tinggal dalam suatu organisasi yang artinya system
pengkajian dan pelaksanaan perlu dikembangkan sedemikian rupa
agar system perangsang adil dan berbuat lebih baik / lebih banyak
bukan sekedar upah atas pekerjaan yang dilakukan. Untuk
memberikan insentif dan imbalan dikenal dengan beberapa alat
manajemen kerja atau kinerja sebagai berikut
a. Penghargaan kerja adalah suatu yang bersifat non financial yang
memberikan kepada karyawan sebagai penghargaan atas prestasi
yang telah dicapai.
b. Penghargaan psikologis adalah untuk memberikan insentif
financial semu,misalnya memberikan liburan tambahan yang
berprestasi.
Bonus adalah pemberian insentif berupa uang di luar gaji atas
b. Dukungan keluarga
Menurut sarwono dalam chintia (2013) dikatakan dukungan
adalah upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun
materil

untuk

memotivasi

orang

tersebut

melaksanakan

kegiatan.Dukungan dapat timbul dari berbagai macam pihak seperti


14

dukungan dari keluarga, teman sejawat maupun dukungan dari


pemberi kebijakan.Tetapi dukungan keluarga merupakan dukungan
yang paling terdekat dan diharapkan memberikan motivasi yang kuat
bagi kerja seorang kader.
Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal,
non-verbal, saran, bantuan nyata, tingkah laku dari orang-orang yang
akrab berupa kehadiran, kepedulian, kesediaan dan hal hal, yang
dapat memberikan keuntungan emosional dan meningkatkan fisik
lansia sehinggamendorong lansia untuk mandiri dalam pemenuhan
aktivitas sehari- hari (Kuntjoro, 2002).
dalam Setiadi (2008).Meningkatnya kebutuhan ekonomi
membuat banyak keluarga bekerja diluar rumah dan sibuk dengan
pekerjaannya masing

masing sehingga

Manfaat

keluargaakan

keterlibatan

kurang optimal dalam

meningkatkan

kesehatan/

kesejahteraan anggota keluarga termasuk lansia (Friedman, 2003).


Kemampuan lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari jika
dukungan keluarga yang optimal diberikan maka lansia terdorong
untuk mandiri dalam aktivitas sehari hari, sehingga status kesehatan
yang meningkat, jika tidak ada dukungan keluarga maka lansia akan
tergantung dalam pemenuhan aktivitas sehari hari, maka status
kesehatannya

menurun.Salah satu solusi yang dapat diterapkan

untuk meningkatkan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari


yakni dengan dukungan keluarga.
5. Kerangka Fikir Dan Konsep
a. Kerangka Fikir

1. Pelayanan
kesehatan dasar
2. Pendidikan
3. Pelatihan
4. Umur
Keaktifan Kader
Posyandu

15

1. Motifasi
2. Pelatihan
3. Komunikasi
4. pengawasan

Modifikasi teori Sembiring (2005) dan Hasan (2010)

Kerangka Konsep
Pengetahuan

Keterampilan
Keaktifan Kader
Posyandu
Pelatihan

Motivasi
(insentif,dukungan
keluarga)

6. Definisi Operasional

16

Variabel
Keaktifan

Definisi
Aktif adalah giat, rajin
dalam berusaha dan bekerja

Metode
pengumpulan
Wawancara

Indikator

Skala ukur

Daftar hadir

interval

KMS

Imunisasi

Pemberian
vitamin A

Pernyataan responden

tentang pengetahuan
Pengetahuan

posyandu meliputi

Pemberia
tablet FE

Kuesioner

pengertian ,tujuan ,serta

ASI ekskulusif

manfaat kegiatan posyandu

MP-ASI

Diare

Tugas kader 5

Interfal

meja
Keterampilan adalah hasil

Keterampilan

dari latihan berulang, yang

Ploting KMS

dapat disebut perubahan

Keterampilan

yang meningkat atau


progresif oleh orang yang

dalam

Kuesioner

melakukan

mempelajari keterampilan

Interfal

penimbangan

tadi sebagai hasil dari


aktivitas tertentu

kader yang

Pelatihan adalah setiap


usaha untuk memperbaiki
Pelatihan

prestasi kerja pada suatu


pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung

perna di ikuti

Wawancara

dalam 1 tahun

menggunakan
kusesioner

terakhir

jawabnya
Motifasi

Motivasi adalahd dorongan

Pelatihan

Interfal

Jenis pelatihan
yang di ikuti

Obserfasi

waktu
Dorongan diri

Interfal

dalam diri seseorang yang


17

menyebabkan orang
tersebut melakukan
kegiata-kegiatan tertentu
guna mencapai suatu
tujuan.

Insentif yang
perna di
berikan

insentif merupakan salah


satu stimulus yang dapat
menarik seseorang untuk
Insentif

melakukan sesuatu karena

Wawancara

dengan melakukan perilaku

Jenis insentif

Sumber
insentif

Frekuensi

Interfal

pemberian

tersebut, maka ia akan

insentif

mendapat imbalan

Alasan di
berikan
insentif

dukungan adalah upaya


yang diberikan kepada
Dukungan

orang lain, baik moril


maupun materil untuk
memotivasi orang tersebut

Wawancara

Bentuk
dukungan

Interfal

keluarga

melaksanakan kegiatan
7. Hipotesis pengumpulan data
1. Ada hubungan pengetahuan kader dengan keaktifan kader posyandu.
2. Ada hubungan keterampilan kader dengan keaktifan kader posyandu.
3. Ada hubungan pelatihan kader dengan keaktifan kader posyandu.
4. Ada hubungan motifasi (dukungan keluarga,insentif) dengan keaktifan kader
posyandu
8. Variabel pengumpulan data

18

Variabel terikat : keaktifan kader posyandu.


Variabel bebas

: pengetahuan,keterampilan,pelatihan, motifasi (dukungan

keluarga,insentif)

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian yang kami lakukan menggunakan survey cross sectional.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Besulutu
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang bersedia
menjadi responden penelitian di Kel. Besulutu kabupaten konawe.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua kader posyandu di Kel. Besulutu
kabupaten konawe.
D. Jenis dan cara pengumpulan data

19

1. Data keaktifan kader posyandu dengan wawancara secara langsung dari


responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi identitas kader, tingkat
keaktifan kader yaitu dilakukan telaah dokumen melalui pengisian dokumen atau
absen kader
2. Data tingkat pengetahuan kader dilakukukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner, begitu pula dengan pelatihan kader.
3. Data keterampilan kader dikumpulkan dengan cara observasi dengan bantuan
lembar observasi, yaitu melakukan pengamatan kader dalam menggambar grafik
pertumbuhan anak dalam KMS sesuai kasus yang diberikan dan keterampilan
kader dalam melakukan penimbangan dengan dacin yang memenuh isyarat 9
langkah penimbangan
4. Data motivasi ( insentif dan dukungan ) Pengumpulan data dengan cara
wawancara secara mendalam.
5. Data pelatihan kader di lakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

E. Cara pengolahan dan analisa data


1. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dalam bentuk tekstular
kemudian di entry di komputer menggunakan program SPSS 20,0
a) Data pengetahuan kader diolah berdasarkan jawaban kuesioner yang benar
kemudian dinilai dengan sistem skor penilaian yang benar dibagi total skor (
80 ) yang dikalikan 100 selanjutnya dikategorikan
Cukup : jika memiliki jumlah skor jawaban 60 % terhadap total skor.
Kurang : jika memiliki jumlah skor jawaban < 60 % terhadap total skor
b) Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam pencatatan KMS yaitu
dengan menjumlahkan skor yang dijawab dengan benar oleh kader pada
soal kasus yang diberikan. Apabila salah satu jawaban dari pertanyaan
dalam kasus tersebut salah maka kader dianggap tidak terampil dalam
pencatatan KMS.
Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam penimbangan yaitu
dengan menjumlah kansemua nilai skor observasi 9 langkah penimbangan
dimana setiap langkah memiliki skor 1. Apabila salah satu langkah saja
tidak dilakukan maka kader dianggap tidak terampil dalam melakukan
penimbangan karena setiap langkah dianggap essensial.

20

Kemudian hasil interpretasi dari keterampilan kader dalam pengisian


KMS dan penimbangan tersebut dikategorikan sesuai dengan criteria
objektif.
c) Data tentang pelatihan di kategorikan sesuai yang mendapatkan pelatihan
dan tidak mendapatkan pelatihan.
d) Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam pencatatan KMS yaitu
dengan menjumlahkan skor yang dijawab dengan benar oleh kader pada
soal kasus yang diberikan. Apabila salah satu jawaban dari pertanyaan
dalam kasus tersebut salah maka kader dianggap tidak terampil dalam
pencatatan KMS.
Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam penimbangan yaitu
dengan menjumlah kansemua nilai skor observasi 9 langkah penimbangan
dimana setiap langkah memiliki skor 1. Apabila salah satu langkah saja
tidak dilakukan maka kader dianggap tidak terampil dalam melakukan
penimbangan karena setiap langkah dianggap essensial.
Kemudian hasil interpretasi dari keterampilan kader dalam pengisian
KMS dan penimbangan tersebut dikategorikan sesuai dengan criteria
objektif
2. Analisa data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan sebaran data masing
masing variabel berdasarkan katagorinya antara lain variabel tingkat
keaktifan, tingkat pengetahuan, pelatihan kader, dan keterampilan kader
dilakukan untuk masing masing variabel yaitu dengan melihat
persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi.
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang di lakukan untuk mengetahui
hubungan antara duah variabel yang di duga berhubungan atau
berkorelasi.analisa ini di lakukan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan, keterampilan, pelatihan motifasi dengan keaktifan kader
posyandu.

BAB IV

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi PKL
a. Letak Geografi
Secara geografis Kelurahan Besulutu merupakan salah satu
Kelurahan yang berada di Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara. Kelurahan Besulutu memiliki tiga dusun
yaitu dusun I, dusun II dan dusun III.
b. Mata pencaharian
Mata pencaharian pokok penduduk Kelurahan Besulutu
pada umumnya sebagai petani. Mata pencaharian lain yaitu sebagai
pegawai negeri sipil (PNS) , petani , peternak , pengusaha kecil dan
menengah, dan karyawan perusahaan swasta.
c. Kependudukan
Kelurahan Besulutu dipimpin oleh seorang Lurah serta setiap
lingkungan dipimpin oleh Kepala dusun. Dalam keorganisasian
Kelurahan Besulutu terdapat sekretaris lurah, kepala kepengurusan
pemerintahan, kepala kepengurusan umum, kepala kepengurusan
pembangunan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Tim
penggerak PKK.
Kependudukan di Kelurahan Besulutu

yang terdiri dari 3

dusun dengan total penduduk sebanyak 738 jiwa, diuraikan sebagai


berikut:
Tabel 1
Jumlah Penduduk Kelurahan Besulutu
Kependudukan
Jumlah
Jumlah Jiwa
738
Jumlah KK
207
Jumlah Laki- laki
391
Jumlah Perempuan
347
Sumber: Data Sekunder Kelurahan Besulutu 2016
d. Sarana dan prasarana desa

22

Sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Besulutu


memiliki sejumlah bangunan. Bangunan dibangun tersebar di dalam
Kelurahan Besulutu. Berikut bangunan yang terdapat di Kelurahan
Besulutu:
Tabel 2
Sarana dan Prasarana Kelurahan Besulutu
Sarana dan Prasarana
Kantor Lurah

Jumlah
1 unit

Balai kelurahan

1 unit

Masjid
1 unit
Sumber: Data Sekunder Kelurahan Besulutu 2016
2. Gambaran Umum Kader
a. Pendidikan kader
2 orang Kader di Kelurahan Besulutu memiliki latar belakang
pendidikan terakhir SMA dan sisanya memiliki latar belakang
pendidikan terakhir SMP
b. Pengetahuan Kader
Tabel 3
Pengetahuan kader
Tingkat pengetahuan
n
%
Cukup (> 60)
3
100
Tabel 3 menunjukan bahwa sampel 100% (n=3) berada pada kategori
pengetahuan cukup.

c. Pekerjaan
Tabel 4
Pekerjaan Utama
Pekerjaan utama
IRT
PNS
Total

n
2
1
3

%
66,7
33,3
100

Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar sampel 66,7% (n=2)


berada pada kategori pekerjaan utama kader yaitu ibu rumah tangga

23

(IRT), 33,3% (n=1) berada dalam kategori pekerjaan utama kader yaitu
PNS.
d. Keterampilan Kader
Tabel 5
Keterampilan Kader
Keterampilan kader
Kurang terampil
Total

n
3
3

%
100
100

Tabel 5 menunjukan bahwa sampel 100% (n=3) berada dalam


kategori kurang terampil dalam keterampilan kader.
e. Pelatihan Kader
Tabel 6
Jenis Pelatihan Yang Perna Diikuti Kader
Jenis pelatihan
TDK IKUT
Total

n
3
3

%
100
100

Tabel 6 menunjukan bahwa sampel 100% (n=3) berda dalam


kategori tidak ikut pelatihan kader.
f.

Motifasi Alasan
Tabel 7
Motifasi Alasan

motifasi alasan
Mengapdi
Mengabdi dan diperintah
Total

n
2
1
3

%
66,7
33,3
100

Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar sampel 66,7% (n=2)


berada dalam kategori mengapdi dalam alasan menjadi kader, 33,3%
(n=1) berada dalam kategori Mengabdi dan diperintah aparat desa
dalam alasan menjadi kader.
g. Motifasi Insentif
Tabel 8
24

Motifasi insentif
motifasi insentif
Menerima

n
3

%
100

Tabel 8 menunjukan bahwa sampel 100% (n=3) berada pada


kategori menerima insentif.

h. Motifasi Dukungan
Tabel 9
Motifasi dukungan
Motifasi Dukungan
Didukung
Total

n
3
3

%
100
100

Tabel 9 menunjukan bahwa sampel 100% (n=3) berada pada


kategri mendapat dukungan.
i. Keaktifan Kader
Tabel 10
Keaktifan kader
Keaktifan kader
Aktif

n
3

%
100

Tabel 10 menunjukan bahwa sampel 100% (n=3) berada pada kategori


aktif.
B. Pembahasan
Faktor faktor yang mempengaruhi keaktifan kader yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan akan mendasari seseorang kader Posyandu

dalam

melakukan perubahan perilaku, sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih


langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan dapat diartikan

tahu atau mengerti

sesudah melihat

(menyaksikan, mengalami atau diajar). Kader yang memiliki pengetahuan

25

yang baik diharapkan akan dapat memberikan layanan yang baik dan
bermutu pada saat
mengerti

sesudah

Posyandu. Pengetahuan dapat diartikan tahu atau


melihat

(menyaksikan,

mengalami

atau

diajar)

pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lama menjadi kader,


pengalaman di lapangan dalam menangani kasus dan pelatihan-pelatihan
yang telah diikuti. Dengan pengetahuan yang bertambah diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat (Depkes RI,
2000).
2. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu dari mekanisme terbentuknya perilaku
dan mengalami proses perubahan atau bagaimana ia dirubah. Motivasi sering
diartikan sebagai dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang (innerdrive) yang secara sadar atau tidak sadar membuat orang berperilaku untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya.Jadi yang dimaksud
dengan dorongan tadi padahakekatnya adalah kebutuhan (needs) yang
muncul dari dalam diri orang itu juga sehingga motivasi sering diartikan juga
sebagai kebutuhan. (Hasan, 2010)
3. Dukungan keluarga
Menurut sarwoo dalam chintia

(2013 ), dikatakan dukungan

adalah upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil
untuk memotiviasi orang tersebut melaksanakan kegiatan. Dukungan dapat
timbul berbagai macam pihak seperti teman sejawat, maupun dukungn
dari pemberian kebijakan. Tetapi dukungan keluarga merupakan dukungan
yang paling terdekat dan diharpkan memberikan motivasi yang kuat bagi
kerja seorang kader.
4. Insentif
Menurut Notoatmodjo (2005), merupakan
merupakan salah satu

stimulus

bahwa insentif

yang dapat menarik seseorang

untuk

melakukan sesuatu karena dengan melakukan perilaku tersebut , maka ia


akan mendapat imbalan. Kebanyakan juga orang berpendapat bawah gaji
atau insentif adalah alat yang paling ampuh untuk mengikatkan motivasi

26

kerja dan selanjutnya

dapat meningkatkan kinerja

karyawan disuatu

organisasi kerja.

BAB V

ANALISIS MASALAH

A. Identifikasi Masalah
- Seluruh (100%) kader di Kelurahan Besulutu tidak pernah mengikuti
-

pelatihan selama satu tahun terakhir.


3 orang (100%) kader di Kelurahan Besulutu tidak terampil dalam

melakukan ploting KMS


1 orang kader tidak berdomisili dalam lingkup Kelurahan Besulutu

B. Prioritas Masalah
Tabel 11
Penentuan Prioritas Masalah Kader Kesehatan di Desa Mumundowu
No
.
2
3
4

Masalah
Pelatihan
Keterampilan
Domisili

Importancy
P
S
5
5
4
4
5
2

RI
3
5
2

Jumlah

4
4
1

3
4
1

900
1280
20

*Keterangan :
P
S
RI
T
R

=
=
=
=

Besarnya masalah
Akibat yang ditimbulkan oleh masalah
Kenaikan besarnya masalah
Kelayakan teknologi makin layak teknologi untuk mengatasi
masalah maka makin diprioritaskan
= Sumber daya yang tersedia termasuk tenaga, dana, dan sarana.
semakin tersedia sumber daya semakin di prioritaskan.

27

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan prioritas masalah di atas dapat dirumusankan masalah yang
akan dilakukan intervensi adalah keterampilan kader kesehatan di Kelurahan
Besulutu Kecamatan Besulutu . Seluruh kader di Kelurahan Besulutu tidak
terampil dalam melakukan penimbangan dan pencatatan pada KMS.
D. Penyebab Masalah
Penyebab rendahnya keterampilan di Kelurahan Besulutu digambarkan dengan
kerangka pohon masalah sebagai berikut:
Keterampilan
kader
Kurang
pengetahuan

Kurang pelatihan
kader

Kurang informasi
media
Gambar 2. Bagan Pohon masalah Keterampilan Kader
1. Tujuan masalah
Rendahnya

keterampilan

kader

di

Kelurahan

Besulutu

digambarkan dengan kerangka pohon masalah sebagai berikut:


Keterampilan
kader
Kurang
pengetahuan

Kurang pelatihan
kader
Kurang informasi
media

BAB VI
RENCANA KERJA PROGRAM INTERVENSI GIZI

28

A. Jenis Program Intervensi


Tabel 12
Penentuan Alternatif Jenis Intervensi
Prioritas masalah
Keterampilan kader
dalam plotting pada
KMS

Penyebab masalah
Kurang pengetahuan
Kurang pelatihan
Kurang Media
Informasi

Alternatif Jenis Intervensi


Penyuluhan kader
Perekrutan kader dan pelatihan
tentang pencatatan KMS secara lintas
sektoral.
Membuat media informasi (leaflet)
yang berisi materi teknik dan langkah
pencatatan KMS.

B. Seleksi Program Intervensi


Tabel 13
Matriks Program Intervensi Gizi
Jenis Intervensi

Efektifitas
M
I

Pengetahuan
Penyuluhan kader

Pelatihan kader
Perekrutan kader dan pelatihan
tentang pencatatan KMS secara 5
lintas sektoral.
Media Informasi
Membuat media informasi (leaflet)
4
yang berisi materi teknik dalam
pencatatan KMS

Efisiensi
C

Jumla
h

15

20

16

C. Rencana Program Intervensi Gizi


Berdasarkan hasil seleksi program intervensi untuk rencana program
intervensi dalam menyelesaikan masalah keterampilan kader kesehatan di
Kelurahan Besulutu kami menyusun berdasarkan matriks program intervensi
gizi sebagai berikut:
Tabel 14
Rencana Program Intervensi
Prioritas masalah

Penyebab masalah Alternatif jenis intervensi

29

Keterampilan kader dalam


pencatatan KMS

Pelatihan Kader

Perekrutan dan pelatihan kader


tentang pencatatan KMS secara
lintas sektoral.

30

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kader di Kelurahan Besulutu memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah
SMA ada 2 orang sedangkan 1orang pendidikan SMP.
2. Kader di Kelurahan Besulutu memiliki pekerjaan sebagai PNS ada 1 orang,
selain itu memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
3. Semua kader di Kelurahan Besulutu memiliki pengetahuan baik.
4. Semua kader di Kelurahan Besulutu aktif dalam hal kehadiran di Posyandu
5. Semua Kader di Kelurahan Besulutu tidak terampil dalam mengisi KMS
B. Saran
Berdasarkan pengumpulan data yang telah kami lakukan pada Kelurahan
Besulutu kecamatan Besulutu kami menyarankan untuk lebih memperhatikan
mengenai cara-cara/langkah-langkah mengisi KMS.

31

DAFTAR PUSTAKA
Harisman, dan Nuryani. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keaktifan Kader Posyandu Di Desa Mulang Maya Kecamatan
Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012.
Skripsi.
.......... Profil Kesehatan Profinsi Sulawesi Tenggara, 2012.
Sudarsona. 2010. Hubungan Sikap Dan Motivasi Dengan Kinerja Kader
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Talun Kabupaten Blitar.
Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
2010
Yulisma. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan
Kader Posyandu Dalam pelayanan Kesehatan Di Kemukiman
Tiro

Kecamatan

Tiro

Truseb Kabupaten Pidie. Stikes

UBudidayah Banda Aceh. Skripsi


Wijayanti, By. 2010. Hubungan Keaktifan Kader Posyandu Dengan
Pengetahuan Tentang Program Posyandu Di Wilayah Kerja
Puskesmas

Puhpelem

Kecamatan

Puhpelem

Kabupaten

Wonogiri. Skripsi. Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta 2010.

32

Anda mungkin juga menyukai