Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN SAMPUL

MATA KULIAH GIZI DAN PRODUKTIVITAS

PERENCANAAN MENU MAKANAN UNTUK TENAGA KERJA YANG


KEP (KEKURANGAN ENERGI KRONIK), ANEMIA DAN OBESITAS

OLEH :

KELOMPOK VII B

HASNAR (J1A117213)

I KADEK SUDARSANA (J1A117217)

INA NIRWANA (J1A11I221)

INDAH ASRIANI (J1A117222)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Perencanaan Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang KEP (Kekurangan Energi

Kronik), Anemia, Obesitas”. Pembuatan makalah ini dimaksudkan sebagai

pemenuhan tugas kami pada mata kuliah Gizi Dan Produktifitas.

Selanjutnya kami menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah

kami yaitu ibu Fithria S.KM., M.HS yang telah memberikan tugas yang sangat

bermanfaat. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu sampai dengan selesainya makalah ini.

Adapun dalam Penulisan makalah ini kami menyadari kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya. Akhir kata kami

berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bemanfaat untuk kita semua.

Kendari, 13 November 2020

Kelompok VII B

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian Kesehatan Kerja......................................................................5
2.2 Penyelenggaraan Makan bagi Tenaga Kerja.............................................6
2.3 Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang KEP (Kekurangan Energi
Protein................................................................................................................12
2.4 Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang Anemia.................................13
2.5 Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang Obesitas...............................14
2.6 Perencancanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP
(Kekurangan Energi Protein), Anemia, dan Obesitas........................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai

113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa.  Pemenuhan

kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan

syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan

derajat kesehatan pekerja. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah

peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang

mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya

manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat

merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas

kerja.

Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang

dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-

macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan

fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh

dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan

sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan

tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara

dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.

Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-

hari yang cukup tinggi.

1
2

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai

dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat

terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi

dalam jumlah yang cukup.

Mereka  menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang.

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam

jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan,tidak akan dijumpai

penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang

lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor

gizi.

Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat

kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap

harinya di tempat kerja. Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat

kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja.

Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam

upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan

produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh

lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin

berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari

kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji

lebih dalam tentang perencanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP

(Kekurangan Energi Kronik), Anemia dan Obesitas.


3

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kesehatan kerja?

2. Bagaimana penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja?

3. Bagaimana menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP (Kekurangan

Energi Protein?

4. Bagaimana menu makanan untuk tenaga kerja yang Anemia?

5. Bagaimana menu makanan untuk tenaga kerja yang Obesitas?

6. Bagaimana perencancanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP

(Kekurangan Energi Protein), Anemia, dan Obesitas?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan kerja.

2. Untuk mengetahui penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja.

3. Untuk mengetahui menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP

(Kekurangan Energi Protein.

4. Untuk mengetahui menu makanan untuk tenaga kerja yang Anemia.

5. Untuk mengetahui menu makanan untuk tenaga kerja yang Obesitas.

6. Untuk mengetahui perencancanaan menu makanan untuk tenaga kerja

yang KEP (Kekurangan Energi Protein), Anemia, dan Obesitas.

1.4 Manfaat

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis maupun pembaca

tentang perencanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP

(Kekurangan Energi Kronik), Anemia dan Obesitas.


4

2. Menjadi referensi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,

terutama bagi tenaga kesehatan yang sudah seharusnya memahami hal-hal

yang berkaitan dengan makalah ini.

3. Menjadi referensi bagi penulis makalah selanjutnya.

4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Produktivitas.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan (akibat

kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau

khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau

perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak

langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat

menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja juga

dapat timbul akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua

lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental

maupun kesehatan sosial.

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan

bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan

yangsesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Pengaruh tentang gizi kerja meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Kebutuhan gizi bagi tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat.

5
6

b. Kalori yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.

c. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja.

Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas

kerja yang tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting

peranan status gizi baik secara langsung maupun tidak langsung yang

mempengaruhi kesehatan dan kualitas tenaga kerja sebagai berikut :

a. Kecukupan makanan secara kualitas dan kuantitas menurut “empat sehat lima

sempurna” diisyaratkan untuk mempertahankan kondisi fisik yang tangguh dan

untuk mencapai kesegaran jasmani.

b. Peranan zat gizi, disamping zat-zat gizi penting pada pekerjaan yang

membutuhkan tenaga otot juga jumlah atau prevalensi anemia gizi

yangdisebabkan oleh kurangnya zat besi.

Gizi kerja dapat dikaitkan dengan pendidikan, pengadaan ruang makan,

penilaian dan perbaikan kebutuhan kalori. Selain memenuhi kebutuhan kalori

pekerja, juga masih perlu dipenuhi kualitas makanan bagi tenaga kerja Status gizi

adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil penyerapan zat-zat

gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisikakan energi dan zat-

zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya dapat diukur.

2.2 Penyelenggaraan Makan bagi Tenaga Kerja

Penyelenggaraan makan di tempat kerja bertujuan untuk

meningkatkan keadaan kesehatan dan gizi tenaga kerja, sehingga dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Yang dimaksud

penyelenggaraan makanan adalah semua proses, dimulai dari


7

merencanakan anggaran belanja sampai ke makanan dikonsumsi oleh

tenaga kerja.

Penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja dapat diselenggarakan

sendiri oleh perusahaan atau dengan cara kerjasama/kontrak dengan

perusahaan catering pengelola makanan bagi tenaga kerja. Untuk

menyelenggarakan makan tenaga kerja secara umum diperlukan

persyaratan minimal yang meliputi :

a. Mempunyai dapur

b. Mempunyai tenaga gizi

c. Mempunyai tenaga pelaksana

d. Mematuhiperaturan perundanganyang berlaku

Pemberian Makan Bagi Tenaga Kerjamemberikan keuntungan

baikbagi tenaga kerja maupun perusahaan, antara lain yaitu :

a. Meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja

b. Meningkatkan produktivitas

c. Meningkatkan derajat kesehatan

d. Menurunkan absensi

e. Terciptanya hubungan timbal balik pengusaha dan pekerja maupun antar

pekerja

f. Suasana kerja menyenangkan dan meningkatkan motivasi dan gairah kerja

g. Mengatasi kelelahan dan persiapan tenaga untuk kerja kembali

h. Pengawasan  relatif lebih mudah.


8

1. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Makanan bagi Tenaga Kerja

Peraturan perundangan terkait gizi kerja dan penyelenggaraan

makan bagi tenaga kerja antara lain :

a) Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,

Kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja;

b) Permennaker No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja;

c) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 01/Men/1979

tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan;

d) Surat Edaran Direktur Jenderal Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang

Perusahaan Catering yang mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun

1964, bahwa kantin, ruang makan di tempat kerja dan perusahaan catering

pengelola makanan bagi tenaga kerja harus memenuhi syarat-syarat

kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.

Sesuai Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan

Kesehatan Kerja, diatur mengenai tugas pokok pelayanan kesehatan, yang

salah satunya adalah mengenai gizi dan penyelenggaraan makanan di

tempat kerja.

a. Syarat penyelenggaraan makanan di tempat kerja sesuai pasal 8 PMP No. 7

tahun 1964 :

1) Dapur, kamar makan dan alat keperluan makan harus selalu bersih dan

rapih.
9

2) Dapur dan kamar makan tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat

kerja.

3) Menu makanan yang disediakan harus memenuhi syarat-syarat kesehatan.

4) Pegawai penjamah makanan & minuman harus bebas penyakit menular dan

harus selalu menjaga kebersihan badannya.

5) Majikan harus menyediakan pakaian/schort & tutup kepala yang bersih bagi

pegawai penjamah makanan untuk dipakai waktu melayani makanan.

6) Pegawai penjamah makanan harus mendapat didikan kebersihan &

kesehatan.

7) Pegawai penjamah makanan sebelum bekerja harus diperiksa kesehatan

badannya disertai pemeriksaan rontgen paru-paru.

8) Pemeriksaan kesehatan berkala sekali/tahun.

9) Pegawai penjamah makanan tidak boleh melayani makanan selama

menderita suatu penyakit sampai dinyatakan sehat kembali oleh dokter.

2. Persyaratantenaga kerja dalam penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja (food

handler): Semua pegawai yang mengerjakan dan melayani makanan dan

minuman bagi tenaga kerja harus :

a) bebas dari penyakit menular (seperti TBC, typhus, cacingan) dan harus

selalu menjaga kebersihan badannya;

b) disediakan pakaian (schort) dan tutup kepala untuk digunakan sewaktu

melayani makanan;

c) telah mendapat pelatihan tentang kebersihan dan kesehatan khususnya

yang berkaitan dengan penyelengaraan makan bagi tenaga kerja;


10

d) Sebelum bekerja harus diperiksa kesehatan badannya minimal satu tahun

sekali disertai dengan pemeriksaan rontgent paru-paru dan  dinyatakan

dengan surat keterangan dokter ;

e) Tidak boleh melayani makanan selama menderita suatu penyakit sampai

dinyatakan oleh dokter bahwa ia sudah sehat kembali (khususnya infeksi

pada kulit, mata, telinga, hidung dan tenggorokan).

Selain syarat-syarat tersebut, sebaiknya petugas pengelola makanan

bagi tenaga kerja sebaiknya :

a. Mendapat pelatihan tentang cara penggunaan alat pemadam api ringan

(APAR);

b. Tidak mempunyai kebiasaan buruk yang tidak sehat dalam bekerja, misalnya;

bicara waktu menyediakan makanan, bersin/batuk di depan makanan,

menggaruk bagian tubuh tertentu, merokok, mabuk dll.

c. Tidak mengunakan perhiasan selama mengolah makanan;

d. Disiplin memakai Alat pelindung (pakaian kerja, celemek, sarung tangan, tutup

kepala, masker, topi);

e. Segera melapor kepada supervisor apabila yang bersangkutan muntah dan diare

di tempat kerja, di rumah atau di tempat lain dan menderita infeksi.

3. Ketentuan pengadaan kantin dan ruang makan :

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.

01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan, menyatakan :

a. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh antara 50 sampai 200 orang

supaya menyediakan ruang tempat makan di perusahaan yang bersangkutan.


11

b. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang supaya

menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan.  

4. Ketentuan dapur dan ruang makan :

Untuk dapat berjalannya fungsi dapur dengan baik, maka perlu

diperhatikan beberapa hal antara lain :

a. Letak dapur tidak jauh dari ruang makan dan tidak berhubungan langsung

dengan tempat kerja.

b. Fasilitas dapur dan ruang makan cukup memadai

c. Keadaan/kondisi dapur dan ruang makan mudah dibersihkan, penerangan

cukup,ventilasi memadai, tidak menyebarkan panas/bau/uap, lantai tidak

licin, ruangan cukup dan bebas dari serangga dan binatang mengerat.

d. Syarat Perusahaan Catering yang mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja

Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang

Perusahaan Catering yang mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja,

perusahaan catering pengelola makanan bagi tenaga kerja, harus memenuhi

ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1) Setiap perusahaan catering yang mengelola makanan pada perusahaan-

perusahaan harus terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari

Depnaker.

2) Rekomendasi diberikan berdasarkan persyaratan-persyaratan kesehatan,

hygiene dan sanitasi.

3) Setiap Kantor Departemen Tenaga Kerja agar melaksanakan

pembinaan/penataran kepada perusahaan-perusahaan catering yang


12

beroperasi di daerahnya, khususnya mengenai hygiene, sanitasi dan

penanggulangan keracunan makanan.

2.3 Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang KEP (Kekurangan Energi

Protein

KEP (Kekurangan Energi Protein) merupakan keadaan kurang gizi

yang disebaban oleh rendahnya konsumi energi dan protein dalam

makanan seharihari sehingga tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan.

Menurut Kemenkes RI, klarifikasi KEP didasarkan pada indeks berat

badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan indeks massa tubuh

berdasarkan umur (IMT/U) (Kemenkes, 2010).

Adapun bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi oleh

penderita KEP adalah bahan makanan yang mengandung tinggi energi dan

tinggi kalori, meliputi:

a. Bahan makanan yang dianjurkan, yaitu ;

1) Sumber karbohidrat : nasi, roti, mie, makaroni dan hasil olah tepung-

tepungan, dodol, ubi, karbohidrat sederhana (gula pasir).

2) Sumber protein hewani : daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan hasil olah

(es krim, keju).

3) Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan hasil olahannya (tempe, tahu).

4) Sayuran : semua jenis sayuran, direbus, dikukus, ditumis.

5) Buah-buahan : semua jenis buah segar, buah kaleng, buah kering, jus buah.

6) Lemak dan minyak : minyak goreng, mentega, margarin, santan encer.


13

7) Minuman : soft drink, madu, sirup, teh dan kopi encer.

8) Bumbu : bumbu tidak tajam (bawang merah dan putih, laos, salam, kecap)

b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan, yaitu :

1) Sumber protein hewani, sumber protein nabati dan sayuran : dimasak

dengan banyak minyak atau kelapa/santan kental

2) Lemak dan minyak : santan kental

3) Minuman : minuman rendah energi

4) Bumbu : bumbu yang tajam (cabe, merica)

(Atika dan Erna, 2012).

2.4 Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hemoglobin (Hb)

dalam darah lebih rendah dari normal. Anemia terjadi karena berbagai

sebab seperti, defisiensi besi, defisiensi asam folat, vutamin B12 dan

protein. Secara tidak langsung anemia disebabkan karena produksi/kualitas

sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau

menahun (Kemenkes, 2017).

Untuk pekerja yang anemia gizi besi diberikan berupa suplemen

tablet besi dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. 

Selain itu, pekerja dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang

terutama zat gizi baik yang berasal dari hewani dan nabati yang

merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk

pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit.

Contoh bahan makanannya seperti:


14

a. Hati

b. Daging

c. Ikan

d. Ayam

e. Telur

f. Buah-buahan (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji, dll)

g. Sayuran hijau. 

Khusus bagi pekerja perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan

pemberian tablet besi dengan dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu setiap

tahun. Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi tiap hari.

2.5 Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang Obesitas

Obesitas merupakan keadaan abnormal atau terjadinya kelebhan

lemak yang serius pada jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu

kesehatan. Secara klinik obesitas dinyatakan dalam bentuk indeks massa

tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m2 (Sety dkk, 2017).

Obesitas dapat terjadi apabila asupan energi melebihi pengeluaran

energi yang mengakibatkan ketidak seimbangan energi dan berdampak

pada peningkatan berat badan, dimana 60% hingga 80% biasanya berupa

massa lemak tubuh. Selain itu faktor genetik dan lingkungan

mempengaruhi berat badan melalui keseimbangan energi. Pada proses

metabolisme energi, diperlukan peran asupan makanan khususnya zat gizi

makro. zat gizi makro yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein
15

berperan penyumbang kalori dan makanan tinggi kalori terbukti menjadi

salah satu penyebab obesitas (WHO, 2014).

Pekerja yang mengalai obesitas perlu melakukan perencanaan

makan atau diet rendah kalori seimbang.  Pengaturan pola makan sehat

dilakukan dengan mengurangi asupan lemak dan mencukupi komposisi

bahan makanan dengan metode gizi seimbang, yaitu cukup sumber

karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin dan mineral. Porsi

kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari. 

Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak

mengandung serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya. 

Makanan selingan sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang

dikonsumsi sebaiknya  adalah susu rendah lemak. Olahraga secara teratur

dan rutin perlu dilakukan. Olah raga apapun baik namun jenis yang

disarankan adalah olahraga aerobik karena dapat membakar kalori lebih

banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali seminggu selama 20-30

menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori baru dapat terjadi.

Contoh menu makanan bagi penderita Obesitas menurut

(Lisnawarti Yusuf dkk, 2008)

Porsi per menu


Waktu Menu
(gram)
Sereal dengan potongan
100
Pagi buah
Susu non fat 200
Gado-gado 150
Jam 10.00
Teh tanpa gula -
Makan Nasi putih 100
siang/malam Ikan kukus 50
Pepes tahu dan jamur 50
16

Tumus kangkung dan


150
jagung manis
Potongan buah-buahan 100
Asinan sayuran 100
Jam 16.00
Jus buah-buahan 200

2.6 Perencancanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP

(Kekurangan Energi Protein), Anemia, dan Obesitas

Tujuan perencanaan menu makanan agar tersedianya siklus menu

dan pedoman menu untuk klien (Depkes RI, 2006). Sebelum proses

penyelenggaraan makanan banyak dilakukan, tentunya perlu perencanaan

dan persiapan yang matang sehingga proses penyelenggaraan makanan

banyak dapat berjalan dengan baik. Perencanaan menu yang baik

mempunyai tujuan yaitu:

a. Sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan pengolahan sehari-hari

b. Mengatur variasi dan kombinasi hidangan untuk menghindari kebosanan yang

disebabkan pemakaian jenis bahan makanan atau hidangan yang diulang-ulang.

c. Menyusun menu sesuai biaya yang tersedia, sehingga kekurangan anggaran

dapat dihindari atau harga makanan per unit dapat dikendalikan.

d. Waktu dan tenaga yang tersedia dapat digunakan sehemat mungkin.

e. Menu yang terencana baik dapat menjadi suatu alat penyuluhan gizi yang baik.

Secara garis besar langkah- langkah dalam perencanaan menu

makanan bagi tenaga kerja yang KEP (Kekurangan Energi Protein),

Anemia, dan Obesitas adalah sebagai berikut:

a. Membentuk tim panitia kerja untuk menyusun menu. Tim tersebut terdiri dari

pihak penyelenggara, bagian kesejahteraan, ahli gizi dan karyawan.


17

b. Mengumpulkan data mengenai:

1) Standar zat gizi yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau rumah sakit.

2) Macam dan jumlah konsumen.

3) Hidangan yang digemari.

4) Macam dan jumlah tenaga pemasak.

5) Macam dan jumlah peralatan.

6) Kemungkinan dana yang tersedia .

c. Menentukan macam menu.

d. Menentukan pola menu.

e. Menentukan tipe menu yang diinginkan.

f. Tipe menu yang diinginkan:

1) Menu standar adalah menu baku yang disusun sesuai dengan dana dalam

beberapa hari.

2) Menu pilihan memuat dua atau lebih pilihan hidangan di setiap macam

menu yang tersedia, berupa nomor-nomor variasi pilihan dan perbedaan

macam pelayanan makanannya, konsumen mempunyai pilihan sesuai

keinginannya.

g. Menetapkan siklus menu atau putaran menu yang akan direncanakan misalnya

siklus menu 5 hari, 7 hari dan 10 hari. Siklus menu yang lebih lama akan

mencegah terjadinya pengulangan penggunaan bahan makanan atau jenis

hidangan pada menu yang terlalu dekat.

h. Menetapkan waktu dan penggunaan siklus menu yang telah disusun apakah

akan digunakan untuk 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan (1 tahun).


18

i. Menentukan standar makanan berdasarkan kecukupan gizi yang ada.

j. Menetapkan pola menu dan standar porsi berdasarkan standar makanan yang

ada.

k. Menetapkan pedoman menu. Pedoman menu dibuat berdasarkan standar porsi

yang telah disusun. Pedoman berisi rincian dan jumlah berat bahan makanan

dalam berat kotor.

l. Menetapkan jenis bahan makanan yang akan digunakan dalam satu siklus

menu dan menetapkan penggunaan jenis bahan makanan.

m. Membuat master menu (format menu).

n. Membuat master menu kasar berupa daftar hidangan yang memuat bahan

makanannya saja. Tujuannya agar penyebaran penggunaan bahan makanan

secara merata dan menghindari terjadinya pengulangan bahan makanan yang

akan menimbulkan kebosanan.

o. Membuat inventarisasi menu yaitu mengumpulkan nama- nama masakan dari

berbagai bahan makanan sehingga akan ada variasi hidangan dalam

penyusunan menu. (Instalasi Gizi, 1997).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan

dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja.

2. Penyelenggaraan makan di tempat kerja bertujuan untuk meningkatkan

keadaan kesehatan dan gizi tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan

efisiensi dan produktivitas kerja. Yang dimaksud penyelenggaraan

makanan adalah semua proses, dimulai dari merencanakan anggaran

belanja sampai ke makanan dikonsumsi oleh tenaga kerja.

3. Menu makanan untuk tenaga kerja yang KEP (Kekurangan Energi Protein)

yaitu Sumber karbohidrat : nasi, roti, mie, makaroni dan hasil olah tepung-

tepungan, dodol, ubi, karbohidrat sederhana (gula pasir).Sumber protein

hewani : daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan hasil olah (es krim,

keju). Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan hasil olahannya

(tempe, tahu). Sayuran : semua jenis sayuran, direbus, dikukus, ditumis.

Buah-buahan : semua jenis buah segar, buah kaleng, buah kering, jus

buah. Lemak dan minyak : minyak goreng, mentega, margarin, santan

encer. Minuman : soft drink, madu, sirup, teh dan kopi encer. Dan

Bumbu : bumbu tidak tajam (bawang merah dan putih, laos, salam, kecap).

19
20

4. Menu makanan untuk tenaga kerja yang Anemia adalah hati, daging, ikan,

ayam, telur, buah-buahan (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji) dan sayuran

hijau. 

5. Menu makanan untuk tenaga kerja yang Obesitas sereal dengan potongan

buah, susu non fat, gado-gado, teh tanpa gula, nasi putih, ikan kukus,

pepes tahu dan jamur, tumus kangkung dan jagung manis, potongan buah-

buahan, asinan sayuran, dan jus buah-buahan.

6. Perencanaan menu makanan bagi tenaga kerja yang KEP (Kekurangan

Energi Protein), Anemia, dan Obesitas adalah sebagai berikut membentuk

tim panitia kerja untuk menyusun, mengumpulkan data, menentukan

macam menu, menentukan pola menu, menentukan tipe menu yang

diinginkan, menetapkan siklus menu atau putaran menu yang akan

direncanakan, menetapkan waktu dan penggunaan siklus menu,

menentukan standar makanan berdasarkan kecukupan gizi yang ada,

menetapkan pola menu dan standar porsi berdasarkan standar makanan

yang ada, menetapkan pedoman menu, menetapkan jenis bahan makanan

yang akan digunakan dalam satu siklus menu dan menetapkan penggunaan

jenis bahan makanan, membuat master menu (format menu), membuat

master menu kasar berupa daftar hidangan yang memuat bahan

makanannya saja, membuat inventarisasi menu.

3.2 Saran

1. Menghargai waktu, menghargai hidup sama dengan menghargai

kesehatan, Untuk masyarakat lebih memperhatikan kondisi serta


21

membiasakan diri untuk menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari dan juga mengontrol pola makan serta bisa menyeleksi

makanan yang akan dikonsumsi dan lebih utamanya lagi meningkatkan

aktivitas fisik dalam hal ini berolahraga.

2. Tidak selamanya apa yang kita anggap baik, adalah baik untuk dilakukan.

Begitu juga dengan masalah obesitas,kep,dan anemia dengan adanya

makalah ini diharapkan ada perubahan pola pikir dari masyarakat

mengenai penyakit tersebut sehingga bahayanya dapat diminimalisir.

3. Sudah sepatutnya masyarakat belajar untuk cermat dan berfikir kritis akan

masalah kesehatan yang timbul, sehingga apabila terjadi epidemik atau

permasalahan kesehatan lainnya masyarakat dapat tanggap dan menyikapi

permasalahan tersebut dengan bijak.


DAFTAR PUSTAKA

Anoraga P. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003.


Atika, P dan Erna, K. (2012). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Daryatmi. Pengaruh Motivasi, Pengawasan dan Budaya Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
Badan Kredit Desa Kabupaten Karang Anyar. [serial online] 2008 [cited
2008 June 5]. Avalaible from: www.eprint.ums.ac.id.
Indrasari, R. & Kurniati, Y. Literature review: perubahan gaya hidup sebagai
upaya manajemen sindroma metabolik pada remaja. 40, 9–20 (2017).
Jahns, L. et al. Diet Quality Is Lower and Energy Intake Is Higher on Weekends
Compared with Weekdays in Midlife Women: A 1-Year Cohort Study. J.
Acad. Nutr. Diet. 117, 1080–1086.e1 (2017).
Kaeksi, R. Perbedaan Asupan Energi, Protein, dan Status Gizi Pada Kelompok
Produktivitas Perajin Tempe Desa Lumbungrejo Kecamatan Tempel
Kabupaten Sleman. [skripsi]. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; 2005.
Kemenkes RI. (2010). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Kemenkes RI. (2017). Dietetika Penyakit Infeksi.
Lisnawarti, Y. Yulastri, A. Kasmita. Faridah, A. (2008). Teknik Perencanaan Gizi
Makanan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta
Prasetyo E dan M Wahyudin. Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel di Surakarta. [serial
online] 2008 [cited 2008 June 5]. Avalaible from: http:
www.eeprint.ums.ac.id.
Ratnawati, Ika. 2011. Pemenuhan Kecukupan Gizi Bagi Pekerja.
https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021411-pemenuhan-
kecukupan-gizi-bagi-pekerja. [diakses 15 november 2020].
Sety, L, M. Yunanti, I. dan Jufri, N. (2017). Buku Ajar Epidemiologi Gizi.
Sumbodo DP. Daya Saing dan Produktivitas Indonesia dan Negara-negara
ASEAN. [serial online] 2007 [cited 2007 May 2]. Avalaible from:
http://www.Apindo.or.id/ images/_rtes/produktivitasAseanDidik.

World Health Organization. Obesity. Obesity (2014). Available


at: http://www.wpro.who.int/mediacentre/factsheets/ obesity/en/.

WHO. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic WHO Technical
Report Series 894. Geneva: WHO; 2000.

22

Anda mungkin juga menyukai