SKENARIO
Seorang ahli gizi ditugaskan untuk mengatasi permasalahan gizi di daerah
pegunungan. Berdasarkan hasil laporan dari dinas kesehatan setempat, diketahui
bahwa prevalensi total goiter rate (TGR) pada anak sekolah adalah sebesar 20%,
prevalensi anak kretin sebesar 25% dan median kadar yodium urin sebesar 45
mcg/L pada anak sekolah. Ahli gizi tersebut kemudian melakukan pengukuran
kadar yodium dalam garam dan diketahui bahwa rata-rata garam pada daerah
tersebut memiliki kadar yodium 20 ppm. Selain itu, berdasarkan hasil survey
diet yang dilakukan oleh pemerintah setempat diketahui bahwa penduduk
setempat sangat sering mengonsumsi sayur kembang kol dan kubis yang diketahui
bersifat goitrogenik. Hasil analisis survey konsumsi makanan juga menunjukkan
rendahnya asupan selenium dari dalam diet (hanya 50% dari pemenuhan kebutuhan
harian selenium). Ahli gizi tersebut kemudian mengajukan untuk dilakukan
pemeriksaan kadar TSH dan tiroglobulin pada anak SD namun tidak disetujui oleh
dinas kesehatan setempat. Ahli gizi tersebut kemudian menyarankan pemberian
suplementasi yodium pada anak SD yang kemudian ditentang oleh seorang peneliti
dari BP GAKY setempat karena potensi hipertiroidisme yang ditimbulkan akibat
suplementasi yodium.
Kosakata
Bahan Diskusi :
3. Indikator apa yang paling baik untuk menandakan status yodium dalam
tubuh? Berapa kadar normalnya?
Kadar TSH adalah indikator yang baik untuk penilaian status iodium
pada individu bukan pada populasi, sedangkan kadar Tg merupakan indikator
yang baik untuk penilaian status iodium populasi namun biaya
pemeriksaannya sangat mahal apalagi untuk program penanggulangan GAKI
di negara berkembang. Apabila ingin menggunakan pemeriksaan TSH dan Tg
pada populasi, biasanya disarankan dengan menggunakan sampling misalnya
pada ibu hamil, dalam kasus ini bias dengan sampling anak usia sekolah
dengan begitu pemerintah setempat dapat memastikan fungsi tiroid pada
sampling AUS namun biaya yang dikeluarkan juga tidak membengkak.
Penilaian status iodium pada populasi yang terbaik adalah UIE atau ekskresi
iodium urine karena metodenya murah dan mudah dilakukan. Dalam kasus ini
sudah dilakukan pemeriksaan UIE anak sekolah dengan hasil 45 µg /L yang
artinya daerah tersebut mengalami kekurangan iodium tingkat sedang dengan
nilai median UIE 20-49 µg/L
10. Menurut Anda, apa strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan
gizi di daerah tersebut?
Strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan gizi di daerah
tersebut adalah memberikan KIE untuk peningkatan asupan iodium, dalam
kasus ini dengan meningkatkan asupan bahan makanan sumber iodium dan
mengurangi bahan makanan tinggi zat goitrogenik; mewajibkan penggunaan
garam beriodium dengan kandungan minimal 30 ppm; melakukan deteksi dini
kretin pada bayi baru lahir; melakukan surveilans GAKI dengan melibatkan
pihak-pihak terkait; serta dengan melakukan pemberdayaan masyarakat
setempat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik tentang GAKI
sehingga pola hidup masyarakat terkait GAKI bisa diubah menjadi lebih baik.
Hal ini didukung dengan jurnal-jurnal penelitian terbaru terkait pemberdayaan
masyarakat diantaranya :
a. Tahun 2016 penelitian Asih Setyani dkk dengan judul Pemberdayaan
Masyarakat dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Wanita
Usia Subur (WUS) tentang GAKI menunjukkan model pemberdayaan
masyarakat untuk penanggulangan GAKI berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan dan praktik WUS tentang GAKI, namun tidak
berpengaruh terhadap sikap WUS tentang GAKI.
b. Tahun 2017 penelitian Noviati Fuada dkk dengan judul Evaluasi
Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan GAKI dengan Metode
SWOT di Kabupaten Wonosobo menunjukkan hasil bahwa model
pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan GAKI di desa Pulosaren dapat
diterapkan. Penerapan model pemberdayaan masyarakat sangat prima dan
mantap, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Strategi utama adalah mempertahankan dan mengoptimalkan kekuatan
sosial dari kearifan lokal ‘guyub rukun’ yang dimiliki masyarakat;
memastikan posyandu tetap aktif ataupun melakukan inovasi program
posyandu; serta terus melakukan penyegaran pelatihan penyuluhan dengan
menyederhanakan materi pelatihan ataupun model penyampaian
pengetahuan yang lebih efektif.
c. Tahun 2018 penelitian oleh Cati Martiyana dkk berjudul Diskusi dengan
Leaflet Versus Ceramah dengan Lembar Balik dalam Meningkatkan
Pengetahuan, Sikap dan Keyakinan WUS mengenai GAKI di Perdesaan
Endemik GAKI menghasilkan kesimpulan bahwa metode diskusi dengan
leaflet dan ceramah dengan lembar balik setara dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keyakinan individu dan keduanya dapat menjadi
alternatif pendidikan kesehatan mengenai GAKI di wilayah perdesaan
endemik GAKI.
d. Tahun 2019 penelitian oleh Asih Setyani dkk dengan judul Model Analysis,
Design, Development, Implementation, Evaluation (ADDIE) untuk
Pengembangan Media Edukasi Penanggulangan GAKI menunjukkan
bahwa hasil FGD dengan masyarakat media edukasi yang dibutuhkan
berupa buku saku dan lembar balik yang terbuat dari kertas tebal, berwarna,
tidak mudah basah, dan bentuk tulisan dari komputer. Model ADDIE dapat
dipergunakan untuk pengembangan media edukasi berupa buku saku dan
lembar balik untuk penanggulangan GAKI di Desa Pulosaren Kecamatan
Kabupaten Wonosobo.