Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN STUDI KASUS HARIAN

PENATALAKSANAAN GIZI PADA KASUS POST OP APP


AKUT/APENDISITIS
DI RUANG RAWAT INAP MAWAR
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

Disusun Oleh :

Krisanti Nurbaiti 1910714084

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus harian dengan Penyakit Post OP Apendisitis dibuat dan diajukan sebagai
syarat kelengkapan dan bukti kegiatan PKL Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) di
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2022/2023.

Disusun Oleh

Krisanti Nurbaiti 1910714084

Telah disetujui oleh:

Penanggung Jawab Ruang Rawat Inap Dosen Pembimbing PKL Magang Asuhan
Mawar Gizi Klinik

Febri Rama Dini, S.Gz Sintha F. Simanungkalit, S.GZ., M.KM

NIP/NIK. NIP/NIK.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Gizi mempengaruhi penyembuhan penyakit pada pasien di rumah sakit.


Malnutrisi berdampak pada lamanya perawatan, terjadinya komplikasi
penyakit, meningkatnya biaya pengobatan dan kematian. Kondisi tersebut
disebabkan karena ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi.
Upaya peningkatan status gizi perlu dilakukan dan merupakan tanggungjawab
petugas kesehatan, salah satunya adalah tenaga gizi (ahli gizi). Instalasi Gizi
Rumah Sakit mempunyai 4 (empat) tugas pokok yaitu : Pelayanan asuhan gizi
rawat inap, Pelayanan asuhan gizi rawat jalan, Penyelenggaraan Makanan &
Dietetik, dan Penelitian & Pengembangan.

Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang


terdiri dari 4 langkah yang berurutan dan saling berkaitan, yaitu assessment
atau pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi (Handayani & Kusumastuty, 2017). Sebelum dilakukan asesmen
gizi (pengkajian gizi), diperlukan skrining gizi untuk mengetahui risiko
penurunan status gizi. Jika hasil skrining menyatakan pasien berisiko terjadi
penurunan status gizi, maka dilakukan dukungan gizi melalui Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT) atau Nutrition Care Process (NCP). PAGT
merupakan struktur yang sistematis dan konsisten yang membantu ahli gizi
untuk membuat keputusan dengan berpikir kritis dalam upaya meningkatkan
kualitas pemberian asuhan gizi yang aman dan efektif dalam menangani
masalah gizi sehingga masalah gizi pasien dapat diatasi (Sumapradja et al.,
2011).

Nutritional Care Process (NCP) dikembangkan oleh Academy of


Nutrition and Dietetics sebagai standar proses asuhan gizi sehingga asuhan
gizi dapat dilakukan melalui proses yang konsisten. Nutrition Care Process
(NCP) merupakan metode sistemastis bagi ahli gizi untuk dapat berpikir kritis
dan membuat keputusan dalam menyediakan asuhan gizi yang berkualitas.
Model NCP ini dikembangkan sesuai dasar keilmuan yang dapat digunakan
dalam mengatasi masalah gizi di masyarakat pada individu ataupun kelompok
di pelayanan kesehatan. (Laceys & Pritchett, 2003).

Apendisitis akut adalah peradangan akut pada apendiks vermiformis


karena adanya obstruksi lumen apendiks. Apendisitis akut merupakan salah
satu keadaan darurat bedah abdomen yang paling umum terjadi. Apendisitis
merupakan penyakit yang menjadi perhatian oleh karena angka kejadian
apendisitis tinggi di setiap negara. Resiko perkembangan apendisitis bisa
seumur hidup sehingga memerlukan tindakan pembedahan. Di Asia Tenggara
angka kejadian apendisitis akut tertinggi terjadi di Indonesia dan menempati
urutan pertama dengan prevalensi sebesar 0.05% kemudian diikuti oleh
Filipina dengan prevalensi 0.022% dan Vietnam dengan prevalensi 0.02%.
Kejadian apendisitis mencapai puncaknya pada kelompok usia remaja akhir
yaitu usia 17 – 25 tahun. (Dani & Calista, 2018). Penyebab obstruksi lumen
apendiks paling sering adalah oleh batu feses. Faktor lain yang dapat
menyebabkan obstruksi lumen apendiks antara lain hiperplasia jaringan
limfoid, tumor, benda asing dan sumbatan oleh cacing. (Noffsinger AE, 2017).
Studi epidemiologi lainnya menyebutkan bahwa ada peranan dari kebiasaan
mengonsumsi makanan rendah serat yang mempengaruhi terjadinya
konstipasi, sehingga terjadi apendisitis.(Kemenkes, 2019).

Penyakit tersebut merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada


pasien rawat inap di rumah sakit yang dapat menimbulkan masalah gizi yaitu
malnutrisi. Berdasarkan uraian diatas, ahli gizi melakukan asuhan gizi
terstandar untuk mempercepat waktu perawatan, mencegah terjadinya
komplikasi penyakit, dan memperbaiki status gizi pasien.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Terlaksananya Proses Asuhan Gizi Tersandar (PAGT) / NCP (Nutrition Care
Process) kepada pasien di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
dengan baik.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan asesmen gizi
b. Mahasiswa mampu melakukan penetapan diagnosis gizi
c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi
d. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizi
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan secara teoritis maupun praktis khususnya di
bidang gizi,
b. Mampu menerapkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan,
c. Sebagai bekal bagi mahasiswa agar berkompeten dan siap memasuki
dunia kerja.
1.3.2. Bagi Rumah Sakit
a. Menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan,
b. Laporan Praktik Kerja Lapangan diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kinerja di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
1.3.3. Bagi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
a. Menjalin kerjasama antara pihak Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan dan pihak Universitas,
b. Meningkatkan mutu mahasiswa sehingga dapat berkompeten dengan
mahasiswa lain.
1.4. Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK)
dilaksakan di Ruang Rawat Inap Bedah (Mawar) Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan pada 27 Oktober – 26 November 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Apendesitis
2.1.1. Definisi Appendisitis

Gambar… Peradangan Pada Apendiks


Appendicitis adalah peradangan pada apendiks atau usus buntu. Apendisitis
merupakan suatu penyakit pada sistem pencernaan manusia yang disebabkan
oleh infeksi bakteria. Terdapat berbagai penyebab terjadinya apendisitis.
Namun, sumbatan pada apendiks diindikasi sebagai penyebab utama terjadinya
apendisitis.
2.1.2. Klasifikasi appendisitis
Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis akut dan
appendisitis kronik (Sjamsuhidajat & de jong, 2010):
1) Appendisitis akut. Appendisitis akut dengan gejala khas yaitu radang
umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala appendisitis akut yaitu :
nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah
epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan
kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa
jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan
lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat.
2) Appendisitis kronik. Diagnosis appendisitis kronis baru dapat
ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendisitis kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya
sel inflamasi kronik. Insiden appendisitis kronik antara 1-5%.
2.1.3. Faktor Risiko Appendesitis
Ada 4 faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya appendisitis akut menurut
teori Blum, yaitu faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan dan
kesehatan, dan faktor perilaku. Faktor biologi antara lain usia, jenis kelamin,
ras, faktor lingkungan terjadi akibat obstruksi lumen akibat infeksi bakteri,
virus, parasit, cacing dan benda asing serta sanitasi lingkungan yang kurang
baik, faktor pelayanan kesehatan baik dilihat dari pelayan kesehatan yang
diberikan oleh layanan kesehatan baik dari fasilitas maupun non-fasilitas, dan
faktor perilaku seperti asupan rendah serat yang dapat mempengaruhi defekasi
dan fekalit yang dapat menyebabkan obstruksi lumen sehingga memiliki risiko
terjadinya apendisitis yang lebih tinggi (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004)
2.1.4. Patofisiologi Appendisitis
Patofisiologi dari apendisitis dimulai dari terinflamasi dan mengalami edema
sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan disebabkan oleh fekalit
(massa keras dari feses), tumor, atau beda asing. Proses inflamasi ini
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal, sehingga menimbulkan nyeri
abdomen dan menyebar secara hebat dan progresif dalam beberapa jam
terlokalisasi di kuadran kanan bawah abdomen. Hal tersebut menyebabkan
apendik yang terinflamasi tersebut berisi pus (Smeltzer & Bare, 2012).
2.1.5. Tatalaksana Appendesitis
Apendiktomi adalah pembedahan pengangkatan apendiks (Haryono, 2012).
Apendiktomi perlu dilakukan dengan sesegera mungkin untuk menurunkan
risiko perforasi pada kasus apendisitis. Didalam pasca pembedahan,
penanganan yang kurang baik dapat menimbulkan infeksi. Penanganan yang
baik dalam manajemen luka akan mengurangi risiko komplikasi (Puspitasari,
2011). Salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya proses penyebuhan luka
akibat operasi adalah kurangnya asupan nutrisi (Nainggolan dan Simanjutak,
2013) Asupan nutrisi yang baik dapat menentukan waktu penyembuhan luka
post apendiktomi (Hasibuan, 2018). Kurangnya memakan makan yang
berserat menyebabakan usus buntu (apendik) tersumbat sehingga
menyebabakan penumpukan bakteri yang berakibat terjadinya infeksi.
Makanan tinggi serat dapat membantu mencegah konstipasi atau sulit BAB
setelah menjalani operasi usus buntu. Contoh makanan tinggi serat di
antaranya gandum, beras merah, kacang-kacangan, sayur dan buah. Pasien
pasca pembedahan apendiktomi diberikan diet pasca bedah yang bentuk
makanannya disesuaikan dengan daya terima pasien. Yaitu dapat dimulai dari
diet cair sampai tidak ada lagi mual dan muntah. Diet cair berupa jus apel,
dan sup. Setelah tubuh pulih dapat dilanjutkan ke diet lunak seperti bubur
dengan lauk cincang. Apabila keadaan sudah normal dapat diberi diet makanan
biasa yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
BAB III
NUTRITION CARE PROCESS

A. DATA RIWAYAT PASIEN


1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R No RM : 15.80.67
Umur : 20 tahun Ruang : Mawar 6 bed 2
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Masuk : 29/10/2022
Pekerjaan : Karyawan Tanggal Kasus : 1/11/2022
Pendidikan :- Alamat :-
Agama : Islam Diagnosis Medis : APP akut/Apendisitis

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Nyeri perut kanan bawah 2 hari smrs, nyeri ulu
Keluhan Utama hati, dan mual

Riwayat Penyakit Sekarang -


Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga -

3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi


Aktifitas Fisik Jumlah Jam kerja : ± 10 jam
Jumlah tidur sehari : ± 8 jam
Jenis olahraga : gym
Frekuensi olahraga : 2-3x seminggu
Alergi makanan dan -
pantangan makanan
Masalah Nyeri ulu hati (ya ), Mual (ya), Muntah (tidak), Diare
Gastrointestinal (tidak), Konstipasi (tidak), Anoreksia (tidak), Perubahan
pengecapan/penciuman (tidak)
Penyakit kronik Jenis penyakit : -
Modifikasi diet : -
Jenis dan lama pengobatan : -
Kesehatan mulut Sulit menelan (tidak), Stomatitis (tidak), Gigi lengkap
(ya)
Pengobatan -
Perubahan berat badan -
Riwayat/pola Makan Pasien sehari makan 3-4 kali. Nasi 3 centong sekali
makan. Pasien juga jarang makan buah dan sayur, hanya 2-
3x dalam seminggu. Pasien suka jajan makanan asin dan
sering menambahkan garam pada makanan.

Food recall 20 H SMRS:


 Makan Pagi = Nasi (2P), Tempe (1P). Telor (1P)
 Makan Siang = Nasi (2P), Ayam (2P), Sambel
(1sdm)
 Makan Malam = Nasi (2P), Tahu (1P), Sayur
bayam (1P)
 Batagor (1 Porsi)
Pembahasan

Berkaitan dengan riwayat penyakit, keluhan utama yang dialami oleh Tn. R ialah
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah 2 hari smrs, nyeri ulu hati, dan mual.

Berkaitan dengan riwayat gizi, dari segi alergi makanan Tn. R tidak memiliki alergi
terhadap makanan apapun. Dari segi segi masalah gastrointestinal Tn. R terjadi nyeri
ulu hati, serta mual.

Pasien diketahui jarang makan sayur dan sering mengalami konstipasi. Pasien juga
menyukai jajan makanan asin dan menambahkan garam pada makanan.

B. ASSESSMENT
a) Antropometri
Tabel… Hasil Pengukuran Antropometri
Tinggi Tinggi Panjang IMT
Berat Badan
Badan Lutut Ulna
158 cm - - 53 kg 21,23 kg/m2
53
IMT = = 21,23 kg/m2 → normal (Klasifikasi nasional)
158

BBI = (158– 100) x 90% = 52,2 kg

IMT Kategori

<17 kg/m2 Kurus tingkat berat

17-18,4 kg/m2 Kurus tingkat ringan

18,5-25 kg/m2 Normal

25,1-27 kg/m2 Gemuk tingkat ringan

>27 kg/m2 Gemuk tingkat berat

Sumber: Klasifikasi Nasional, PGN, 2014

Kesimpulan:
Hasil pemeriksaan antropometri diketahui status gizi pasien normal. Perlunya
pemantauan berat badan dan penerapan diet yang benar untuk mempertahankan
berat badan ideal.

b) Pemeriksaan Biokimia
Tabel… Hasil Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

Leukosit 22,2 /µL 3,8 – 10,6 /µL Tinggi

Natrium 132 mmol/L 135 – 147 Rendah


mmol/dL

Hb 13,7 mg/dL 13,2 – 17,3 mg/dL Normal

Ht 36% 40 – 52% Rendah

MCV 78 fl 80 – 100 fl Rendah

MCHC 38 g/dL 32 – 36 g/dL Tinggi

Sumber: Data Rekam Medis Pasien RSU Kota Tangerang Selatan 2022

Kesimpulan :

Hasil pemeriksaan pada awal masuk rumah sakit (29/10/2022) natrium, Ht, dan
MCV rendah. Sedangkan leukosit, dan MCHC tinggi

Pembahasan :

 Leukosit tinggi atau leukositosis Menurut John H dkk, didapatkan keadaan


leukosit yang meningkat mencapai 13.000 / mm3 merupakan salah satu
gejala dari apendisitis akut. Apendiks mengalami ruptur, pecah atau
berlubang dan kemudian pus yang terdapat didalam lumen apendiks akan
keluar menyebar ke organ-organ lain maupun di dalam fosa apendiks
vermiformis sehingga dapat mengakibatkan peritonitis, serta memungkinkan
bakteri akan berkembang dan menimbulkan infeksi yang lebih banyak.
Keadaan tersebut akan merangsang respon imun tubuh dengan lebih banyak
menghasilkan leukosit yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap agen-
agen infeksius
 Hyponatremia terjadi ketika konsentrasi natrium dalam darah menjadi rendah
secara tidak normal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur
jumlah air di dalam dan di sekitar sel.
 Hematokrit rendah menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah di dalam
tubuh sedang berkurang.
 MCV, MCH, dan MCHC adalah pemeriksaan bentuk fisik sel darah merah.
MCV (mean corpuscular volume) adalah ukuran / volume sel darah merah.
MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration) yaitu konsentrasi rata-
rata hemoglobin dalam setiap sel darah merah. Pemeriksaan MCV rendah
mengindikasikan bahwa seseorang mengidap salah satu jenis anemia. MCHC
tinggi menandakan ada konsentrasi hemoglobin yang tinggi di setiap sel
darah merah dan ditandai dengan warna maerah yang lebih padat

c) Pemeriksaan Fisik Klinik


 Kesan Umum : Baik, kesadaran compos mentis
 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital:
Tabel… Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

Tekanan Darah 144/81 mmHg <120/80 Pre-hipertensi

Suhu 36,1 ℃ 36,1 – 37,8 ℃ Normal

Pernapasan 20x/menit 12-20 x/menit Normal

Nadi 109x/menit 60-100 x/menit Tinggi

Kesimpulan :
Pemeriksaan klinis pada pasien menunjukkan normal kecuali nadi yang
menunjukkan nilai diatas normal

Pembahasan :
Kesan umum pasien baik dan kesadaran compos mentis yang berarti pasien masih
dalam keadaan sadar namun pasien tampak lemah. Berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis tanda-tanda vital pada pasien menunjukkan normal kecuali
nadi yang menunjukkan nilai diatas normal

d) Dietary History

Kebiasaan Makan  Makan Pagi = Nasi (2P), Tempe (1P).


(SMRS) Telor (1P)
 Makan Siang = Nasi (2P), Ayam (2P),
Sambel (1sdm)
 Makan Malam = Nasi (2P), Tahu (1P),
Sayur bayam (1P)
 Batagor (1 Porsi)
Frekuensi Makan 3-4x makanan utama

a. Food Recall 24 H sebelum intervensi (SMRS Tn. R)


Tabel… Asupan Recall SMRS Tn. R
Nama Nama E KH
Waktu Berat (g) P (g) L (g)
Menu BM (kkal) (g)
Nasi Nasi 200 360 6 0,6 79,6
Pagi Tempe Tempe 50 100,5 9,1 4,4 6,75
Telur Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
SUB TOTAL 537,5 21,3 10,4 86,7
Nasi Nasi 200 360 6 0,6 79,6
Ayam Ayam 80 238,4 14,56 20 0
Siang
Sambel Sambel 10 15 0 0,5 2
Batagor Batagor 100 290 10,2 14,92 29,14
SUB TOTAL 903,4 30,76 36,02 110,74
Nasi Nasi 200 360 6 0,6 79,6
Tahu Tahu 80 64 8,72 3,76 0,64
Malam
Sayur Sayur
bayam bayam 50 18 0,895 0,185 3,82
SUB TOTAL 442 15,615 4,545 84,06
Total asupan energi dalam 1 hari 1882,9 67,675 50,965 281,5
Kebutuhan Individu 1894 104,4 52,6 250,7
% Asupan 99,41 64,8 96,89 112,2

Kriteria kecukupan intake energi dan zat gizi (WNPG, 2004) :

Kategori Kecukupan Gizi Keterangan


80-110% Baik
<80%% Kurang
>110% Lebih

b. Food recall 24H MRS :


Tabel… Asupan Recall MRS Tn. R
Nama Nama Berat
Waktu E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Menu BM (g)
Bubur Bubur 12,5 44,625 1,05 0,2125 9,6375
ayam Ayam 20 59,6 3,64 5 0
Pagi
Telur
Telur 35 18,2 3,815 0,0595 0,2555
rebus
SUB TOTAL 122,425 8,505 5,272 9,893
Snack
Melon Melon 0 0 0 0 0
Pagi
SUB TOTAL 0 0 0 0
Siang Bubur
Bubur 7,5 26,775 0,63 0,1275 5,7825
ayam
Tenggiri Ikan 25 34,75 4,825 1,575 4,825
asam tenggiri
padeh
Nama Nama Berat
Waktu E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Menu BM (g)
Tahu
Tahu 50 40 5,045 2,35 0,4
bacem
Sup kimlo
(wortel, Wortel 0 0 0 0 0
soun,
jamur
Soun 0 0 0 0 0
kuping,
Jamur
sedap 0 0 0 0 0
kuping
malam,
ayam Ayam
0 0 0 0 0
suwir) suwir
Pepaya Pepaya 100 46 0,5 0,1 12,2
SUB TOTAL 147,525 11 4,1525 23,2075
Sore Brownies   0 0 0 0 0
SUB TOTAL 0 0 0 0
Bubur
Bubur 12,5 44,625 1,05 0,2125 9,6375
ayam
Telur opor
Telur 30 46,2 3,72 3,24 0,21
kuning
Nugget
Tempe 50 100,5 10,4 4,4 6,75
tempe
Malam
Tumis Putren 0 0 0 0 0
putren,
buncis, Buncis 0 0 0 0 0
wortel Wortel 0 0 0 0 0
Pisang Pisang
50 60 0,6 0,1 15,9
raja raja
SUB TOTAL 251,325 15,77 7,9525 32,4975
Total asupan energi dalam 1 hari 521,275 35,275 17,377 65,598
Kebutuhan Individu 1894 104,4 52,6 250,7
% Asupan 27,52 33,79 33,04 26,17

e) Terapi Medis
-

Pendokumentasian Assessment Gizi


Data Dasar Identifikasi Masalah
Antropometri (AD)
AD 1.1
- Berat badan 53 kg Status gizi normal
- Tinggi badan 158 cm
- IMT 21,23 kg/m2

Biokimia (BD)
BD 1.7
- Lekosit 22,2 /µL (normal 3,8 - Leukositosis
– 10,6 /µL) - Hyponatremia
- Natrium 132 mmol/L (normal
135 – 147 mmol/dL
- Hb 13,7 mg/dL (normal 13,2
– 17,3 mg/dL)
- Ht 36% (normal 40 – 52%)
- MCV 78 fl (normal 80 – 100)
fl
- MCHC 38 g/dL (normal 32 –
36 g/dL)
Fisik Klinis (PD)
PD 1.1
- Tekanan darah 144/81 mmHg - Pre-hipertensi
(Normal: 120/80 mmHg) - Nadi tinggi
- Nadi 109 x/menit (normal 60 - Pernapasan normal
- 100x/menit - Suhu normal
- Pernapasan 20 x/menit
(normal 12-20 x/menit)
- Suhu 36,1 C (normal 36,1 –
37,8 C)
Riwayat Makanan dan Gizi (FH)
FH 1.1
- Asupan energi MRS kurang - Asupan energi
(27,52%) inadekuat
- Asupan protein MRS kurang - Asupan protein
(33,79%) inadekuat
- Asupan lemak MRS kurang - Asupan lemak
(33,04%) inadekuat
- Asupan karbohidrat MRS - Asupan karbohidrat
kurang (26,17%) inadekuat
Data Dasar Identifikasi Masalah
Riwayat Pasien (CH)
CH 1.1
- Usia 20 tahun
- Jenis kelamin Laki-laki

C. DIAGNOSIS GIZI
a) Domain Intake
NI. 2.1
Asupan oral inadekuat berkaitan dengan gangguan fungsi gastrointestinal mual, dan
nyeri ulu hati ditandai dengan asupan masuk rumah sakit yaitu energi sebesar
27,52%, protein 33,79%, lemak 33,04%, dan karbohidrat 26,17% kurang dari
kebutuhan.

NI 5.8.5
Asupan serat inadekuat berkaitan dengan pasien jarang sekali makan sayur dan buah
tinggi serat ditandai dengan pasien sering mengalami konstipasi.

b) Domain Klinis
NC 2.2
Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan usus buntu yang mengalami
peradangan ditandai dengan lekosit itnggi yaitu 22,2 /µL.

c) Domain Perilaku
-
D. PERENCANAAN ASUHAN GIZI
1. Preskripsi Diet
a. Tujuan Diet
1) Memberikan kebutuhan dasar (cairan energi, protein)
2) Menggganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
3) Memenuhi kebutuhan zat gizi yang meningkat pasca operasi untuk
mempercepat proses penyembuhan
4) Meningkatkan kebutuhan serat untuk mempermudah kondisi
5) Menurunkan tekanan intraluminal
6) Mencegah infeksi
b. Syarat Diet
1) Pemberian makan secara bertahap dimulai dalam bentuk lunak, dengan 3x
makan.
2) Energi diberikan sesuai kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
meningkat pasca operasi
3) Protein tinggi yaitu 2-2,5 g/kg BB
4) Lemak cukup yaitu 10-25%
5) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari total energi
6) Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan
otot saluran cerna, diberikan juga suplemen kalsium dan vitamin D
7) Konsumsi serat itnggi untuk meningkatkan serat mencapai 38 gr (untuk laki-
laki)
8) Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna

c. Kebutuhan Zat Gizi


BBI = (158– 100) x 90% = 52,2 kg

BMR = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)


= 66 + (13,7 x 52,2) + (5 x 158) – (6,8 x 20)
= 1.432 kkal
Eenergi = BMR x Fa x Fs
= 1.432 x 1,2 x 1,1
= 1.894 kkal
Protein = 2 gr/kg BB
= 2 x 52,2 kg
= 104,4 gr = 417,6 kkal
Lemak (25%) = 25% x 1894 kkal : 9 = 52,6 gr
KH = 1.894 – 417,6 – 473,5 kkal
= 1002,9 : 4 = 250,7 gr

2. Metode Pemberian
a. Jenis Diet : TKTP, tinggi serat
b. Bentuk Makanan : ML (bubur) lauk cincang
a. Rute Makanan : Oral
b. Frekuensi : 3x sehari dan 2x selingan

3. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Monitor Parameter Evaluasi/ Target

Antropometri Mempertahankan berat Mempertahankan berat badan


badan ideal normal untuk menunjang
kesehatan

Biokimia Kadar lekosit, natrium, Mencapai nilai lab pada ambang


Ht, MCV, dan MCHC batas normal
mencapai nilai normal

Fisik/Klinis Tanda-tanda vital dan Mempertahankan nilai klinis pada


fisik pasien nilai normal. Mempercepat
penyembuhan luka, meningkatnya
aktivitas pasien.

Asupan makanan Asupan harian pasien Mencapai asupan minimal 80%


minimal mencapai 80% dari kebutuhan.
dari total kebutuhan zat
gizi pasien

4. Perencanaan Konsultasi Gizi


Hari, tanggal : Jumat, 31 Oktober 2022
Tempat : Ruangan Pasien (Mawar 6 bed 2)
Sasaran : Pasien dan keluarga
Media : Leaflet
Materi Konseling :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya pola makan yang teratur
b. Menjelaskan kepada pasien mengenai diet yang diberikan dan makanan yang
dianjurkan maupun tidak dianjurkan
c. Memotivasi pasien dan keluarga pasien
5. Perencanaan Menu
a) Hari Pertama (01 November 2022)

Nama Berat E
Waktu Nama BM P (g) L (g) KH (g)
Menu (g) (kkal)
Bubur 50 178,5 4,2 0,85 38,55
Bubur ayam
Ayam 30 89,4 4,56 7,5 0
Pagi jamur
Jamur 20 6 0,38 0,02 1,1
Kuah bakso Bakso 20 40,4 2,4082 2,632 1,516
SUB TOTAL 314,3 11,5482 11,002 41,166
Pudding
Snack Puding buah 60 55,24 1,01 0,99 10,58
buah
SUB TOTAL 55,24 1,01143 0,98571 10,6
Nasi tim Bubur 50 178,5 4,2 0,85 38,55

Ayam bb.
Ayam 50 149 9,1 12,5 0
Kuning
Daging
Daging
empal 50 124 15,1 3,45 5,05
empal
(TKTP)
Perkedel
Makan Perkedel
kentang
Siang Kentang 50 100 3,87 1,14 19,8
panggang
Panggang
(ML)
Soto banjar Wortel 30 10,8 0,3 0,18 2,37
(wortel, Soun 15 52,65 0,024 0,009 13,035
soun, ayam, Ayam 10 29,8 1,82 2,5 0
telur rebus) Telur 20 30,8 2,48 2,16 0,14
Pisang Pisang
100 108 1 0,8 24,3
ambon ambon
SUB TOTAL 783,55 37,894 23,589 103,245
Snack Bolu keju Bolu Keju 40 134,2 2,8 6,4 16,5
SUB TOTAL 134,2 2,8 6,4 16,5
Nasi tim Bubur 50 178,5 4,2 0,85 38,55
Semur hati
Hati sapi 50 82,5 14,24 2,365 0,075
sapi
Tahu bb.
Tahu 90 72 9,081 4,23 0,72
Tomat
Malam
Capcay kuah Brokoli 30 10,2 0,846 0,111 1,992
(brokoli,
wortel, sawi
putih, ayam) Wortel 30 10,8 0,3 0,18 2,37
Sawi putih 20 1,8 0,2 0,02 0,34
Nama Berat E
Waktu Nama BM P (g) L (g) KH (g)
Menu (g) (kkal)
Ayam 20 59,6 3,64 5 0
Jeruk
Jeruk manis 100 45 0,9 0,2 11,2
manis
SUB TOTAL 460,4 33,407 12,956 55,247
Total asupan energi dalam 1 hari 1747,69 86,66 54,93 226,74
Kebutuhan Individu 1894 104,4 52,6 250,7
% Kebutuhan 92,2752 83,0083 104,435 90,440823

b) Hari Kedua (02 November 2022)

Wakt Nama Berat E


Nama BM P (g) L (g) KH (g)
u Menu (g) (kkal)
Bubur Bubur
150 465,3 3,6 15,3 81,75
Pagi sumsum Sumsum
Telur rebus Telur 55 84,7 6,82 5,94 0,385
SUB TOTAL 550 10,42 21,24 82,135
Talam
Snack Talam
hunkwe 50 88,5 0,75 0,75 19,875
Pagi hunkwe hijau
hijau
SUB TOTAL 88,5 0,75 0,75 19,875
Nasi Tim Nasi Tim 200 240 4,8 0,8 52
Gulai tuna Ikan tuna 50 53,5 9,8 0,35 2,75
Hati ayam
bacem Hati ayam 50 130,5 13,7 8,05 0,8
(TKTP)
Ext Putih
Makan Putih telur 90 46,8 9,81 0,153 0,657
Telur
Siang
Semur tahu Tahu 100 80 10,9 4,7 0,8
Bayam 30 4,8 0,27 0,12 0,87
Bening
Labu siam 40 12 0,24 0,04 2,68
bayam, labu
siam, jagung
Jagung manis 20 30,8 0,76 0,7 5,68
manis Kacang
10 3,1 0,23 0,01 0,53
panjang
  Pepaya Pepaya 100 46 0,5 0,1 12,2
SUB TOTAL 647,5 51,01 15,023 78,967
Snack
Sore Onbikuk   60 96,12 2,22 5,04 10,44
SUB TOTAL 96,12 2,22 5,04 10,44
Nasi Nasi Tim 150 180 3,6 0,6 43,5
Makan
Sore Kalio daging Daging sapi 50 87 7,3 5 0
Tempe bb. Tempe 50 100,5 10,4 4,4 6,75
Wakt Nama Berat E
Nama BM P (g) L (g) KH (g)
u Menu (g) (kkal)
Terik
Tumis Buncis 50 17 1,2 0,15 3,6
buncis
wortel Wortel 50 18 0,5 0,3 3,95
Melon Melon 100 37 0,6 0,4 7,8
SUB TOTAL 439,5 23,6 10,85 65,6
1821,6 257,01
Total asupan energi dalam 1 hari 88 52,903
2 7
Kebutuhan Individu 1894 104,4 52,6 250,7
96,178 84,291 100,57
% Kebutuhan 102,52
5 2 6

c) Hari Ketiga (03 November 2022)

Wakt Nama Berat


Nama Menu E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
u BM (g)

Nasi Tim 150 180 3,6 0,6 43,5


Nasi bakmoy
Makan (ayam, tahu) Ayam 30 89,4 5,46 7,05 0
Pagi Tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
Kuah sup
Sosis 20 44 2,8 2,4 2,8
sosis
SUB TOTAL 337,4 15,13 11,46 46,54
Snack
Marmer cake 40 71,64 1,24 4,4 7
Pagi
SUB TOTAL 71,64 1,24 4,4 7
Nasi Nasi 150 270 4,5 0,45 59,7
Ayam bb.
Ayam 50 149 9,1 12,5 0
Mentega
Tuna bb.
Kuning Ikan tuna 50 72 11,65 2,5 0
(TKTP)
Tempe bacem Tempe 50 100,5 9,04 3,54 6,75
Makan Wortel 30 10,8 0,3 0,18 2,37
Siang Sup 5 warna
(wortel, Kacang
kacang 10 3,7 0,31 0,02 0,79
polong
polong,
jagung manis,
sosis, Jagung
makaroni) 30 25,8 0,99 0,42 5,7
manis
Sosis 15 33 2,1 1,8 2,1
Wakt Nama Berat
Nama Menu E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
u BM (g)
Makaroni 15 52,95 1,305 0,06 11,805
Pisang
Pisang raja 100 120 1,2 0,2 31,8
raja
121,01
SUB TOTAL 837,75 40,495 21,67
5
Snack
Puding biskuit 40 97,6 1,49 2,74 17,14
Sore
SUB TOTAL 97,6 1,49 2,74 17,14
Nasi Nasi 150 270 4,5 0,45 59,7
Rendang hati
Hati ayam 50 130,5 12,7 5,05 0,8
ayam
Tahu bb.
Tahu 60 48 6,54 2,82 0,48
Kuning
Makan
Malam Tauge
Oseng tauge 30 22,8 2,7 0,78 1,92
kedelai
kedelai,
wortel, daun Wortel 50 18 0,5 0,3 3,95
bawang Daun
5 2,05 0,1 0,015 0,39
bawang
Pepaya Pepaya 100 46 0,5 0,1 12,2
SUB TOTAL 537,35 27,54 9,515 79,44
85,890 49,787 271,13
Total asupan energi dalam 1 hari 1881,74
7 9 8
Kebutuhan Individu 1894 104,4 52,6 250,7
82,270 94,653 108,15
% Kebutuhan 99,3527
8 7 2
BAB IV
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1) Hasil assessment yang dilakukan menunjukkan bahwa:
a) Status gizi pasien berdasarkan hasil perhitungan Indenks Massa Tubuh (IMT)
yaitu masuk kedalam kategori normal pada klasifikasi nasional PGN tahun 2014.
b) Berdasarkan hasil biokimia pasien menunjukkan kadar natrium, MCH dan
hematokrit dibawah normal, sedangkan kadar klorida, kalium, lekosit dan
MCHC diatas normal.
c) Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis (tanda-tanda vital) pasien menunjukkan
bahwa masih dalam batas normal kecuali nadi yang menunjukkan nilai diatas
normal.
d) Riwayat asupan pasien SMRS menunjukkan bahwa asupan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat sudah baik sesuai dari kebutuhan.
e) Riwayat asupan pasien MRS menunjukkan bahwa asupan energi, protein, lemak,
dan karbohidrat kurang dari kebutuhan.
2) Hasil diagnosis gizi berdasarkan asesmen yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
asupan oral inadekuat, asupan serat inadekuat, dan perubahan nilai lab yaitu lekosit
3) Rencana intervensi yang dilakukan yaitu dengan pemberian diet TKTP dan tinggi
serat dengan bentuk makanan lunak, rute makan oral dan frekuensi makan 3 kali
makanan utama, 2 kali selingan.
4) Monitoring dan evaluasi yang dilakukan yaitu:
a) Parameter biokimia dengan evaluasi membandingkan kadar Na, Hb, dan lekosit
pada setiap pemeriksaan laboratorium.
b) Parameter fisik/klinis dengan evaluasi membandingkan tanda-tanda vital pada
setiap pemeriksaan.
c) Parameter asupan makan dengan evaluasi membandingkan asupan zat gizi makro
dengan kebutuhan pasien.
1.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah pihak Rumah Sakit
diharapkan dapat memonitoring kepatuhan diet tiap pasien guna mempercepat proses
pemulihan seperti persentase asupan makan dan konsumsi makanan dari luar setiap
harinya. Selain itu, mahasiswa diharapkan untuk turut update akan perkembangan ilmu
pengetahuan dan diet. Serta diharapkan bagi universitas khususnya prodi gizi agar dapat
memberikan ilmu pengetahuan yang terbaru/terupdate kepada mahasiswanya.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R. (2022). PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN


APPENDICITIS DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WONOSARI (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Wijaya, W., Eranto, M., & Alfarisi, R. (2020). Perbandingan Jumlah Leukosit Darah Pada
Pasien Appendisitis Akut Dengan Appendisitis Perforasi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 9(1), 341-346.

Setiya, V. I., So'emah, E. N., & Meuthia, R. (2022). Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Nyeri Akut Pada Pasien Appendicitis Di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan (Doctoral
dissertation).

Cristie, J. O., Wibowo, A. A., Noor, M. S., Tedjowitono, B., & Aflanie, I. (2021). Literature
Review: Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Apendisitis
Akut. Homeostasis, 4(1), 59-68.

Fransisca, C., Gotra, I. M., & Mahastuti, N. M. (2019). Karakteristik Pasien dengan
Gambaran Histopatologi Apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015-2017. Jurnal
Medika Udayana, 8(7).

Anda mungkin juga menyukai