Anda di halaman 1dari 43

1

I.PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap masyarakat
guna membangun pribadi yang unggul dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusiaitu sendiri. Kesehatan individu juga dipengaruhi oleh faktor
asupan gizi selain faktor-faktor yang lain yang menentukan tingkat kesehatan
tiap individu. Gizi sendiri memiliki peranan penting dalam siklus kehidupan
manusia. Setiap fase kehidupan memerlukan gizi yang tepat untuk menunjang
hidup yang sehat. Selain itu juga gizi memegang peranan untukmenunjang
penyembuhan penyakit terutama pasien rawat inap di rumah sakit. Gizi yang
optimal juga akan mengoptimalkan kerja obat dalam penyembuhan penyakit.
Kasus penyakit terkait gizi memiliki kecenderungan untuk meningkat
pada semua kelompok umur dari anak hingga usia lanjut. Perlu adanya
pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yangoptimal
sehingga tidak terjadi kekurangan gizi pada kasus tersebut. Resiko kurang
gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, namun untuk gizi lebih erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif, sehingga diperlukan terapi gizi
guna menunjang penyembuhan penyakit.
Menurut Depkes (2013), pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan
gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan kedaan klinis,
status gizi serta status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Pengaruh tersebut akan berjalan
timbal balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak
tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untukperbaikan organ tubuh. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Terapi gizi menjadi salah satu faktor utama dalam
membantu proses penyembuhan yang tentunya harus memperhatikan caracara pemberian terapinya agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizinya.
Pelayanan gizi di rumah sakit dilakukan dengan proses yang terstandar
yang sering disebut proses asuhan gizi terstandar (PAGT) atau nutrition care
process (NCP). PAGT merupakan suatu metoda pemecahan masalah
sistematis, dimana dietisien profesional menggunakan cara berpikir kritisnya
dalam membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah yang berkaitan
dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan
berkualitas tinggi. PAGT dilakukan melalui serangkaian kegiatan, yaitu
asessment, diagnosis, intervensi serta monitoring dan evaluasi. PAGT
untamanya dilakukan pada pasien yang beresiko gizi kurang, yaitu pasien
yang sudah mengalami kurang gizi, dan atau pasien kondisi khusus dengan
penyakit tertentu yang berpotensi menimbulkan masalah gizi. Pasien yang
mengalami atau beresiko kurang gizi dapat diketahui secara cepat saat masuk
rumah sakit melalui kegiatan skrining gizi (Barendregt et al. 2008).
Praktik PAGT di rumah sakit secara langsung menjadi hal penting yang
perlu dilakukan oleh mahasiswa ilmu gizi guna meningkatkan kompetensinya
sesuai dengan capaian kompetensi yang diharapkan yaitu melakukan asuhan
di bidang gizi klinis. Praktik secara langsung dilapangan akan meningkatkan
pemahaman dalam melakukan PAGT pada tiap tahapannya sesuai dengan

hasil skrining yang dilakukan pada pasien. Sehingga dapat memberikan


intervensi gizi yang tepat berupa diet yang tepat sesuai dengan keadaan
penyakit pasien serta memberikan edukasi pada pasien terkait makanan guna
menunjang kesembuhan dan menjaga kesehatan setelah sembuh.
I.2 Tujuan
Kegiatan praktik kerja lapang di rumah sakit ini dimaksudkan agar
mahasiswa dapat menimba pengalaman bekerja dan wawasan profesional
dalam penatalaksanaan diet berbagai penyakit dengan cara melibatkan
mahasiswa secara langsung di rumah sakit. Secara khusus, kegiatan ini
bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menilai keadaan gizi pasien.
2. Merumuskan masalah gizipada pasien.
3. Merencanakan, menyusun dan mengevaluasi penatalaksanaan diet pada
pasien berdasarkan diagnosis dokter.
4. Melakukan tindak lanjut pada pasien yang dikelola sendiri.
5. Melakukan usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi baik untuk
individu maupun keluarga.
6. Membekali diri untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja

II. PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS PENYAKIT DALAM


Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Hemoptisis ec. Tuberkulosis
Paru Putus Obat di Ruang Rawat Inap Soka Atas Kamar 4 RSUP
Persahabatan Jakarta
II.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi
Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang
berpotensi menyebabkan kematian karena sulit diprediksi tingkat keparahan
dan perkembangan klinisnya. Hemoptisis dalam jumlah yang banyak (masif)
termasuk kegawatan medis yang harus mendapatkan penanganan intensif
dengan terapi yang tepat. Selain dapat mengganggu kestabilan hemodinamik
akibat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hemoptisis masif juga
dapat mengganggu pertukaran gas di alveoli dan menimbulkan komplikasi
asfiksia yang tinggi angka mortalitasnya. Meskipun angka kejadian
hemoptisis masif hanya 5-15% dari total kasus, hal ini harus selalu ditanggapi
sebagai suatu kasus yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan dan
manajemen yang efektif (Swidarmoko 2010).
Etiologi hemoptisis yang diketahui saat ini sangat beragam, tidak hanya
infeksi dan kelainan paru, tetapi juga neoplasma, kelainan kardiovaskular,
kelainan hematologi, ataupun penyakit sistemik. Perbedaan etiologi
hemoptisis terkait letak geografis terutama dipengaruhi tingginya angka
kejadian tuberkulosis disuatu negara. Penyebab utama hemoptisis di negara
-negara barat adalah keganasan dan kelainan non tuberkulosis lainnya.
Berbeda halnya dengan dinegara-negara berkembang yang sebagian besar
endemik tuberkulosis, penyakit tersebut masih menjadi penyebab utama yang
mendasari hemoptisis.
Tuberkulosis paru di Indonesia merupakan penyakit terbanyak yang
mendasari hemoptisis. Indonesia termasuk dalam 22 negara yang
dikategorikan oleh WHO sebagai High Burden Countries (HBCs) yang sebagi
besar adalah negara-negara di Asia dan Afrika dengan endemisitas
tuberkulosis (TB) yang tinggi. Diperkirakan setiap tahun di Indonesia
terdapat 528.000 kasus TB baru pada lebih dari 70% usia produktif dengan
kematian sekitar 91.000 orang (WHO 2001).
Pasien merupakan penderita tuberkulosis paru dengan hemoptisis yang
diakibatkan karena pasien sering berada dilingkungan yang tercemar oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang
merupakan tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri TBC dalam paru. Infeksi ini disebut
TB (Tuberkulosis) Paru. Selain dikarenakan TB Paru, hemoptisis yang
dialami oleh pasien juga terjadi karena terapi obat TB Paru yang sedang
dilakukan tidak konsisten dijalankan sehingga bakteri TB Paru tidak benarbenar hilang dalam tubuh yang mengakibatkan gejala-gejala TB Paru kembali
dialami pasien. Terapi obat yang tidak dijalankan secara konsisten
mengakibatkan bakteri TB Paru dapat bersifat resisten terhadap obat karena
bakteri TB Paru dapat bermutasi sehingga penyakit TB Paru dapat kembali
dialami oleh pasien.

Pasien yang mengalami hemoptisis akibat bakteri TB Paru perlu


meningkatkan asupan terutama energi dan protein, karena proses metabolisme
tubuh semakin meningkat dan protein dibutuhkan untuk memperbaiki
jaringan. Selain itu makanan yang mengandung zat gizi antioksidan yang
kebanyakan terdapat dalam buah-buahan juga penting karena dapat
membantu untuk melawan bakteri TB Paru. Bentuk makanan yang diberikan
juga perlu diperhatikan, pemberian makanan yang mudah dicerna diperlukan
untuk meningkatkan asupan terkait nafsu makan dan kemudahan untuk
menelan makanan karena TB Paru dapat menyebabkan sesak nafas yang akan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap menelan dan mengkonsumsi
makanan.
II.2 Identitas Pasien
Nama
Nomor RM
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Diagnosa
Ruang
Tanggal Masuk Rumah Sakit
Tanggal Kasus dimulai

: Tn. A
: 02-21-72-73
: 21 Februari 1987
: 28 tahun
: Laki-Laki
: Karyawan
: Hemoptisis ec. TB Paru putus obat
: Soka Atas Kamar 4
: 17 Oktober 2015
: 19 Oktober 2015

II.3 Gambaran Penyakit Pasien


II.3.1 Riwayat Penyakit Pasien
- Riwayat Penyakit Dahulu
Os mengalami batuk berdarah pada bulan April 2015 yang
kemudian hilang 5 bulan lalu. Os tidak memiliki riwayat penyakit
keluarga.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. A masuk rumah sakit pada tanggal 17 Oktober 2015 dengan
keluhan batuk berdarah dan sesak nafas.
II.3.2 Diagnosis Medis
Diagnosis medis pasien yaitu Hemoptisis ec. Tuberkulosis Paru putus
obat.
II.3.3 Terapi Medis
Os diberikan dua terapi medis, yaitu dalam bentuk obat yang
dikonsumsi secara oral dan infus. Infus yang diberikan yaitu infus NaCl
0.9%. Terapi medis dalam bentuk obat yang diberikan untuk Os tidak didapat
datanya sehingga untuk terapi medis obat tidak dapat disimpulkan.
II.4 Skrining Gizi
Skrining gizi awal terhadap Os dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan skrining keperawatan yang didalamnya sudah tercakup
skrining gizi. Hasil penilaian skor untuk Tn. A sebesar 8 yang berisiko

malnutrisi sedang, sehingga perlu dilakukan assesment gizi lanjut untuk


mengatasi permasalahan gizi. Penilaian skrining awal didapatkan bahwa Os
memiliki nafsu makan yang kurang baik, tidak memiliki alergi terhadap
makanan, belum pernah mendapat edukasi gizi sebelumnya dan mengalami
penurunan berat badan sebesar 7.1 kg dalam 3 bulan terakhir serta batuk
sedikit berdarah.
II.5 Proses Asuhan Gizi Terstandar
II.5.1 Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi
Kebiasaan makan Os didapat dari wawancara SQFFQ (SemiQuantitative Food Frequency Questionnaire) dalam enam bulan
terakhir semenjak Os sakit. Os mengkonsumsi 3x makan utama dalam
sehari. Os biasanya mengkonsumsi 1p nasi, 1p protein hewani dan 1p
sayur dalam sekali makan. Os jarang mengkonsumsi protein nabati,
buah dan susu dikarenakan makanan tersebut jarang tersedia dalam
menu makanannya sehari-hari. Os menghindari konsumsi ikan karena
baunya yang amis dan sering mengkonsumsi mie instan dan gorengan.
Os tidak memiliki alergi terhadap makanan. Dengan demikian rata-rata
asupan gizi Os setiap harinya adalah energi sebesar 1350 kkal (54.2%,
kebutuhan 2489 kkal), protein sebesar 53 gram (47.9%, kebutuhan
110.6 gram), lemak sebesar 37 gram (67%, kebutuhan 55.3 gram) dan
karbohidrat sebesar 195 gram (50.5%, kebutuhan 386 gram). Hasil
recall Tn. A saat di rumah sakit adalah energi 900 kkal (36.2%,
kebutuhan 2489 kkal), protein 42 gram (38%,kebutuhan 110.6 gram),
lemak 31 gram (56%, kebutuhan 55.3 gram) dan karbohidrat 109 gram
(28.2%, kebutuhan 389 gram). Os tidak mengkonsumsi makanan dari
luar rumah sakit. Os juga belum pernah mendapat edukasi gizi
sebelumnya.
Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan meliputi pengukuran
tinggi lutut, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
BB
= 45.9 kg
Tinggi Lutut = 50 cm
TB
= 161.4 cm
BBI
= 55.3 kg
45.9
IMT
= 1.614 2

= 17.6 kg/m2
Status gizi
= Kurang
BB biasanya 53 kg, terjadi penurunan 13.4% dalam 3 bulan
terakhir

Biokimia

Berdasarkan pemeriksaan biokimia Os di laboratorium pada


tanggal 19 Oktober 2015, didapatkan hasil pemeriksaan yang disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan biokimia Tn. A
No.
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Trombosit

Hasil Pemeriksaan
12.4 g/dL
16.21 rb/mm3
4.4 jt/uL
481 rb/mm3

Rujukan
13 - 16 g/dL
5 - 10 rb/mm3
4.5 -5.5 jt/uL
150 - 400 rb/mm3

Keterangan
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi

Klinis dan Fisik


Pemeriksaan fisik dan klinis yang dilakukan kepada Os,
dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2015 disajikan pada Tabel 2 dan
3.
Tabel 2 Hasil pemeriksaan fisik Tn. A
No Pemeriksaa
.
n
1. Kesadaran
2. Fisik /
tubuh
3.

Hasil Pemeriksaan
Kompos Mentis
kurus, BAB normal, tidak ada mual dan muntah, tidak
sesak nafas, nafsu makan kurang, tidak ada gangguan
menelan dan mengunyah
Sedikit berdarah

Batuk

Tabel 3 Hasil pemeriksaan klinis Tn. A


No.
1.
2.
3.

Pemeriksaan
Tekanan darah
Nadi
Respirasi

Hasil Pemeriksaan
109/72 mmHg
89 x/menit
20 x/menit

Nilai Normal
120/80 mmHg
60-80 x/menit
12-18 x/menit

Keterangan
Normal
Tinggi
Tinggi

Riwayat Personal
Tn. A seorang karyawan di toko roti. Aktivitas Os tergolong
sedang. Status ekonomi keluarga Os tergolong dalam kelas menengah.
Tn. A dirawat di rumah sakit dengan cara pembayaran melalui
kontraktor BPJS. Os memiliki riwayat perokok dalam kategori ringan.
II.5.2 Diagnosis Gizi
Domain Intake
NI 1.4 Asupan energi inadekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang ditandai
dengan asupan 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan dengan kebutuhan
sebesar 36.2%.
Domain Klinis
NC 3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan riwayat
asupan energi yang kurang ditandai dengan penurunan berat badan sebesar 7.1
kg (13.4%) dalam 3 bulan terakhir.

Domain Behavior
NB 1.7 Kebiasaan yang salah mengenai makanan berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan makanan ditandai dengan kebiasaan makan
yang kurang tepat.

II.5.3 Intervensi Gizi


Tujuan Intervensi
Meningkatkan asupan energi dan protein Os sehingga asupan sesuai
dengan kebutuhan Os
Meningkatkan berat badan Os hingga mencapai BBI secara bertahap
Memberikan edukasi gizi terkait konsumsi makanan yang benar
Syarat Diet
- Energi tinggi, yaitu 45 kkal/kg BB
- Protein tinggi, yaitu 2 g/kg BB
- Lemak cukup,yaitu 20% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu 62% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
- Diberikan dalam frekuensi 3x makan utama, 1x snack (jam 10.00) dan
2 gelas susu (pagi dan jam 10.00) serta penambahan ekstra lauk
hewani pada makan siang
Perhitungan Kebutuhan Gizi
Kebutuhan Energi
= 45 kkal/kg BBI
= 45 kkal x 55.3 kg
= 2489 kkal
Kebutuhan Protein
= 2 gram/kg BBI
= 2 gram x 55.3 kg
= 110.6 gram (18%)
Kebutuhan Lemak
= 20% x Energi /9
= 55.3 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 62% x Energi /4
= 386 gram
Implementasi
Implementasi pada kasus ini dilakukan selama 3 hari dimulai pada
waktu makan pagi tanggal 20 Oktober 2015 hingga waktu makan malam
tanggal 22 Oktober 2015. Dalam sehari, frekuensi makan yang diberikan
adalah tiga kali makan utama, satu kali pemberian snack (jam 10.00) dan
dua kali pemberian susu (bersama makan pagi dan jam 10.00) serta
penambahan lauk hewani 1 porsi pada jadwal makan siang. Implementasi
ini melibatkan kolaborasi antara dokter, perawat, petugas pelaksana gizi
ruangan, petugas pengolahan dan pendistribusian makanan serta Os dan
keluarganya. Berikut disajikan implementasi menu diet TKTP (Tinggi
Kalori Tinggi Protein) pada tabel 4 dan distribusinya pada tabel 5.
Tabel 4 Implementasi menu sehari Tn. A

Kandungan Zat Gizi


E (kkal)
P (g)
L (g)
Makanan Pokok
7
1225
28
0
Protein Hewani
4
300
28
20
Protein Nabati
2
150
10
6
Tabel 4 Implementasi menu sehari Tn. A (lanjutan)
Kandungan Zat Gizi
Bahan Makanan
Porsi
E (kkal)
P (g)
L (g)
Sayur
2
50
2
0
Buah
2
100
0
0
Susu
2
300
14
20
Gula
2
100
0
0
Minyak
5
250
0
25
Total
2475
82
71
Kebutuhan
2489
110.6
55.3
Presentase (%)
99.4
74.1
128.4
Bahan Makanan

Porsi

KH (g)
280
0
14
KH (g)
10
24
20
24
0
372
386
96.4

Tabel 5 Distribusi makanan sehari Tn. A


Bahan Makanan

Porsi

Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Susu
Gula
Minyak

7
4
2
2
2
2
2
5

Pagi
1
1

1
1
1

Porsi per Waktu Makan (P)


Jam 10.00
Siang
0.5
2.75
2
1
1
1
1
1
2

Sore
2.75
1
1
1
1
2

Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


- Hari/tanggal
: Jumat, 23 Oktober 2015
- Waktu
: 10.00 - 10.30 WIB
- Tempat
: Kamar 4 Soka Atas
- Metode
: Diskusi
- Media
: Leaflet
- Sasaran
: Os dan keluarga Os
Materi edukasi gizi disajikan pada tabel 6.
Tabel 6 Materi edukasi gizi
Materi
Informasi
tentang penyakit
yang dialami
pasien

Tujuan
Pelaksanaan
Pasien dan keluarga mengetahui penyakit
Saat
yang dialami pasien sehingga diharapkan implementasi
lebih mengerti dan menjaga kesehatan serta
termotivasi untuk menerapkan pola makan
yang baik dan aktifitas fisik
Pemilihan bahan Pasien dan keluarga mengerti bahan
Saat
makanan yang makanan yang baik dan tidak baik untuk implementasi

10

Materi
Tujuan
Pelaksanaan
dianjurkan dan kondisi pasien dan dapat menerapkannya
tidak
Informasi
Pasien dan keluarga mengerti diet yang
Saat
tentang jenis diet diterapkan pada pasien sesuai kondisinya
implementasi
yang diterapkan
II.5.4 Monitoring dan Evaluasi
Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter yang dimonitoring selama pelaksanaan intervensi
disajikan dalam tabel 7.
Tabel 7 Implementasi monitoring
Parameter
Asupan
makanan
Antropometri
(Berat Badan)
Edukasi gizi

Target
Pasien mampu menghabiskan makanannya
(100% sesuai dengan kebutuhan) secara
bertahap mulai dari 80% dari kebutuhan
Berat badan mencapai BBI dan tidak
mengalami penurunan berat badan
Pengetahuan Os bertambah terkait pola
makan yang baik dan makanan yang
dianjurkan serta penerapan gaya hidup
bersih dan sehat setelah keluar dari rumah
sakit

Pelaksanaan
Setiap hari

Awal dan
akhir
intervensi
Akhir
intervensi

Monitoring Hari Pertama


Asupan makanan Os pada hari pertama menandakan perubahan
yang lebih baik walaupun nafsu makan Os masih kurang baik. Pada hari
pertama intervensi, Os diberikan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
dalam bentuk lunak. Jumlah asupan Os pada hari pertama disajikan pada
gambar 1.
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
(%) 20.00
0.00

Gambar 1 Presentase perbandingan asupan makan Tn. A terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-1
Sebelum diberikan terapi diet, Os mengalami nafsu makan yang
kurang baik sehingga asupan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan
dilihat dari presentasi asupan MRS Os yang rendah, energi sebesar 36.2%,

11

protein sebesar 38%, lemak sebesar 56% dan karbohidrat sebesar 28.2%. Di
hari pertama intervensi, nafsu makan Os sudah mulai membaik walaupun
asupannya sendiri masih kurang. Os tidak mengalami keluhan gangguan
mengunya maupun menelan serta sesak nafas. Asupan energi, protein dan
karbohidrat belum memenuhi target asupan sebesar 80%, hal ini mungkin
disebabkan Os yang masih beradaptasi terhadap asupan makanan rumah
sakit dan nafsu makan Os yang belum normal. Tetapi untuk zat gizi lemak
sudah melebihi target asupan sebesar 80%. Pada hari pertama intervensi Os
masih mengeluh mengeluarkan darah saat batuk.
Monitoring Hari Kedua
Hari kedua intervensi Os diberikan diet TKTP dalam bentuk biasa
karena permintaan Os dan dilihat dari kondisi Os yang mampu untuk
mengkonsumsi dalam bentuk biasa. Nafsu makan Os pada hari kedua
intervensi menjadi lebih baik dibandingkan dengan hari pertama intervensi
dilihat dari asupan yang semakin meningkat. Jumlah asupan Os pada hari
kedua disajikan pada gambar 2.
140.0
120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
(%) 20.0
0.0

Gambar 2 Presentase perbandingan asupan makan Tn. A terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-2
Asupan energi, lemak dan karbohidrat sudah memenuhi target yang
dicapai yaitu asupan makanan yang dikonsumsi mencapai lebih dari 80%.
Tetapi untuk zat gizi protein masih jauh dari target sebesar 57.2%. Dihari
kedua intervensi Os tidak mengalami keluhan gangguan mengunyah
walaupun menelan dan sesak nafas. Batuk berdarah yang dirasakan Os pada
hari kedua intervensi sudah mulai membaik dibandingkan dengan hari
pertama intervensi walaupun masih tetap mengeluarkan darah saat batuk.
Hal ini dapat dilihat dari darah yang dikeluarkan bersamaan dengan batuk
tidak sebanyak pada hari pertama intervensi.
Monitoring Hari Ketiga
Hari ketiga intervensi, Os diberikan diet TKTP dalam bentuk biasa
sama dengan pada hari kedua intervensi namun untuk porsinya sendiri
dilebihkan sebesar 20% dari perencanaan. Nafsu makan Os sudah kembali
normal ditandai dengan asupan makanan yang diberikan hampir semua
dikonsumsi dengan sedikit meninggalkan sisa makanan. Jumlah asupan Os
pada hari ketiga disajikan pada gambar 3.

12

160.0
140.0
120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
(%) 20.0
0.0

Gambar 3 Presentase perbandingan asupan makan Tn. A terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-3
Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sudah memenuhi
target asupan dan bahkan untuk energi, lemak dan karbohidrat melebihi
100%. Batuk berdarah pada hari ketiga intervensi sudah tidak ada lagi
walaupun Os masih mengalami batuk-batuk. Monitoring berat badan
dilakukan pada hari ketiga intervensi. Monitoring ini dilakukan dengan
mengukur berat badan menggunakan timbangan. Berat badan Os yang
didapat sebesar 46.8 kg, naik sebesar 0.9 kg (1.9%) dari awal intervensi
sebesar 45.9 kg.
Selain intervensi makanan, Os diberikan intervensi berupa edukasi
gizi tentang makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Os sangat merespon
terhadap materi edukasi gizi yang diberikan terlihat dari beberapa
pertanyaan yang Os tanyakan terkait kebiasaan makanannya sehari-hari.
Setelah diberikan edukasi, Os memiliki keinginan untuk meningkatkan berat
badannya dan lebih memperhatikan lagi terkait jenis makanan yang
dikonsumsi serta ingin menerapkan gaya hidup bersih dan sehat dalam
kesehariannya.
II.6 Resume
Tn. A merupakan pasien rawat inap Soka Atas kamar 4 RSUP
Persahabatan. Os masuk rumah sakit pada tanggal 17 Oktober 2015 dengan
diagnosa Hemoptisis ec. Tuberkulosis Paru putus obat. Os pernah mengalami
penyakit yang sama April 2015, hal tersebut yang menjadi salah satu faktor
penyebab hemoptisis kembali dirasakan Os. Status gizi Os tergolong kurang
dan dari hasil skrining gizi Os perlu mendapat asuhan gizi. Diagnosa gizi Os
adalah NI 1.4 (Asupan energi inadekuat berkaitan dengan nafsu makan
kurang ditandai dengan asupan 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan
dengan kebutuhan sebesar 36.2%), NC 3.2 (Penurunan berat badan yang tidak
diharapkan berkaitan dengan riwayat asupan energi yang kurang ditandai
dengan penurunan berat badan sebesar 7.1 kg (13.4%) dalam 3 bulan terakhir)
dan NB 1.7 (Kebiasaan yang salah mengenai makanan berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan berhubungan dengan makanan ditandai dengan
kebiasaan makan yang kurang tepat).
Os diberikan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dengan
energi sebesar 2475 kkal (99.4% dari kebutuhan 2489 kkal), protein sebesar
82 gram (74.1% dari kebutuhan 110.6 gram), lemak 71 gram (128.4% dari
kebutuhan 55.3 gram) dan karbohidrat sebesar 372 gram (96.4% dari

13

kebutuhan 386 gram). Os diberikan makanan dalam bentuk lunak pada hari
pertama intervensi dan makanan biasa padahari kedua dan ketiga intervensi.
Berat badan Os diakhir intervensi mengalami peningkatan sebesar 1.9% (0.9
kg). Batuk berdarah yang dialami Os berangsur-angsur sembuh dan pada hari
ketiga intervensi Os bisa kembali pulang karena sudah tidak mengalami
hemoptisis.

14

III. PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS ANAK


Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Hemoptisis dd Tuberkulosis
Paru di Ruang Rawat Inap Soka Atas Kamar 4 RSUP Persahabatan
Jakarta
III.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi
Hemoptisis merupakan batuk yang disertai darah yang merupakan
masalah kesehatan yang berpotensi menyebabkan kematian karena sulit
diprediksi tingkat keparahan dan perkembangan klinisnya. Hemoptisis dalam
jumlah yang banyak (masif) termasuk kegawatan medis yang harus
mendapatkan penanganan intensif dengan terapi yang tepat. Selain dapat
mengganggu kestabilan hemodinamik akibat kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak, hemoptisis masif juga dapat mengganggu pertukaran gas di
alveoli dan menimbulkan komplikasi asfiksia yang tinggi angka
mortalitasnya. Meskipun angka kejadian hemoptisis masif hanya 5-15% dari
total kasus, hal ini harus selalu ditanggapi sebagai suatu kasus yang
mengancam jiwa dan memerlukan penanganan dan manajemen yang efektif
(Swidarmoko 2010).
Hemoptisis tidak hanya disebabkan oleh infeksi dan kelainan paru,
tetapi juga neoplasma, kelainan kardiovaskular, kelainan hematologi, ataupun
penyakit sistemik. Perbedaan etiologi hemoptisis terkait letak geografis
terutama dipengaruhi tingginya angka kejadian tuberkulosis disuatu negara.
Penyebab utama hemoptisis di negara -negara barat adalah keganasan dan
kelainan non tuberkulosis lainnya. Berbeda halnya dengan dinegara-negara
berkembang yang sebagian besar endemik tuberkulosis, penyakit tersebut
masih menjadi penyebab utama yang mendasari hemoptisis.
Di Indonesia, tuberkulosis paru merupakan penyakit terbanyak yang
mendasari hemoptisis. Indonesia termasuk dalam 22 negara yang
dikategorikan oleh WHO sebagai High Burden Countries (HBCs) yang sebagi
besar adalah negara-negara di Asia dan Afrika dengan endemisitas
tuberkulosis (TB) yang tinggi. Diperkirakan setiap tahun di Indonesia
terdapat 528.000 kasus TB baru pada lebih dari 70% usia produktif dengan
kematian sekitar 91.000 orang (WHO 2013).
Pasien merupakan penderita hemoptisis yang diduga akibat tuberkulosis
paru. Hemoptisis sendiri dapat disebabkan oleh banyak penyebab. Hemoptisis
yang diakibatkan oleh TB Paru bisa berasal dari lingkungan yang tercemar
oleh Mycobacterium Tuberculosis. Pasien yang mengalami hemoptisis akibat
bakteri TB Paru perlu meningkatkan asupan terutama energi dan protein,
karena proses metabolisme tubuh semakin meningkat dan protein dibutuhkan
untuk memperbaiki jaringan. Selain itu makanan yang mengandung zat gizi
antioksidan yang kebanyakan terdapat dalam buah-buahan juga penting
karena dapat membantu untuk melawan bakteri TB Paru. Bentuk makanan
yang diberikan juga perlu diperhatikan, pemberian makanan yang mudah
dicerna diperlukan untuk meningkatkan asupan terkait nafsu makan dan
kemudahan untuk menelan makanan karena TB Paru dapat menyebabkan
sesak nafas yang akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap menelan
dan mengkonsumsi makanan.

15

III.2 Identitas Pasien


Nama
Nomor RM
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Diagnosa
Ruang
Tanggal Masuk Rumah Sakit
Tanggal Kasus dimulai

: An. M
: 02-21-73-47
: 12 April 1997
: 18 tahun
: Laki-Laki
: Hemoptisis dd TB Paru
: Soka Atas Kamar 4
: 18 Oktober 2015
: 19 Oktober 2015

III.3 Gambaran Penyakit Pasien


III.3.1 Riwayat Penyakit Pasien
- Riwayat Penyakit Dahulu
Os tidak memliki riwayat penyakit terdahulu. Os juga tidak
memiliki riwayat penyakit keluarga.
- Riwayat Penyakit Sekarang
An. M masuk rumah sakit pada tanggal 18 Oktober 2015 dengan
keluhan batuk berdarah, sesak nafas dan keringat dingin.
III.3.2 Diagnosis Medis
Diagnosis medis pasien yaitu Hemoptisis dd Tuberkulosis Paru.
III.3.3 Terapi Medis
Os diberikan dua terapi medis, yaitu dalam bentuk obat yang
dikonsumsi secara oral dan infus. Infus yang diberikan yaitu infus NaCl
0.9%. Terapi medis dalam bentuk obat yang diberikan untuk Os tidak didapat
datanya sehingga untuk terapi medis obat tidak dapat disimpulkan.
III.4 Skrining Gizi
Skrining gizi awal terhadap Os dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan skrining keperawatan yang didalamnya sudah tercakup skrining
gizi. Hasil penilaian skor untuk An. M sebesar 7 yang berisiko malnutrisi sedang,
sehingga perlu dilakukan assesment gizi lanjut untuk mengatasi permasalahan
gizi. Penilaian skrining awal didapatkan bahwa Os memiliki nafsu makan yang
kurang baik, tidak memiliki alergi terhadap makanan, tidak mengalami gangguan
mengunyah maupun menelan dan sesak nafas, belum pernah mendapat edukasi
gizi sebelumnya dan batuk sedikit berdarah.
III.5 Proses Asuhan Gizi Terstandar
III.5.1 Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi
Kebiasaan makan Os didapat dari wawancara SQFFQ (SemiQuantitative Food Frequency Questionnaire) dalam enam bulan
terakhir. Os mengkonsumsi 2x makan utama dalam sehari. Os biasanya
mengkonsumsi 1p nasi, 1p protein hewani, 1p protein nabati dan 1p
sayur dalam sekali makan. Os jarang mengkonsumsi buah dan susu. Os
sering mengkonsumsi gorengan dan makanan berminyak. Rata-rata

16

asupan gizi Os setiap harinya adalah energi sebesar 950 kkal (38.9%,
kebutuhan 2440 kkal), protein sebesar 46 gram (50.3%, kebutuhan 91.5
gram), lemak sebesar 29 gram (42.8%, kebutuhan 67.8 gram) dan
karbohidrat sebesar 123 gram (33.6%, kebutuhan 366 gram). Hasil
recall An. M saat di rumah sakit adalah energi 575 kkal (23.6%,
kebutuhan 2440 kkal), protein sebesar 23 gram (25%, kebutuhan 91.5
gram), lemak sebesar 10 gram (14.7%, kebutuhan 67.8 gram) dan
karbohidrat sebesar 97 gram (26.5%, kebutuhan 366 gram). Os belum
pernah mendapat edukasi gizi sebelumnya.
Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan meliputi pengukuran
tinggi lutut, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
BB
= 48.2 kg
TB
= 159 cm
Tinggi Lutut = 49 cm
48.2
x 100
BB/U
= 67

TB/U

= 72 % (Gizi Kurang)
159
x 100
= 176

BB/TB

= 90 % (Normal)
48.2
x 100
=
61

Status gizi
BBI

= 79 % (Gizi Kurang)
= Gizi Kurang
= 61 kg

Biokimia
Berdasarkan pemeriksaan biokimia Os di laboratorium pada
tanggal 19 Oktober 2015, didapatkan hasil pemeriksaan yang dsajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil pemeriksaan biokimia An. M
No.
1.
2.

Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit

Hasil Pemeriksaan
13.9 g/dL
11.92 rb/mm3

Rujukan
13 - 16 g/dL
5 - 10 rb/mm3

Keterangan
Normal
Tinggi

Klinis dan Fisik


Pemeriksaan fisik dan klinis dilakukan kepada Os pada tanggal
19 Oktober 2015 dan disajikan pada Tabel 9 dan 10.
Tabel 9 Hasil pemeriksaan fisik An. M

17

No Pemeriksaa
.
n
1. Kesadaran
2. Fisik /
tubuh
3.
No.
1.
2.
3.
4.

Batuk

Hasil Pemeriksaan
Kompos Mentis
kurus, BAB normal, tidak ada mual dan muntah, tidak
sesak nafas, nafsu makan kurang, tidak ada gangguan
menelan dan mengunyah
Sedikit berdarah
Tabel 10 Hasil pemeriksaan klinis An. M

Pemeriksaan
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu

Hasil Pemeriksaan
110/70 mmHg
91 x/menit
20 x/menit
370C

Nilai Normal
120/80 mmHg
60-80 x/menit
12-18 x/menit
36.5-37.5 oC

Keterangan
Normal
Tinggi
Tinggi
Normal

Riwayat Personal
An. M baru menyelesaikan pendidikan SMA dan tidak bekerja.
Aktivitas Os tergolong sedang. Os tinggal bersama ibunya. Orang
tuanya sudah bercerai sejak lama. Status ekonomi keluarga Os
tergolong dalam kelas menengah ke bawah. An. M dirawat di rumah
sakit dengan cara pembayaran melalui kontraktor BPJS. Os tidak
memiliki riwayat merokok.
III.5.2 Diagnosis Gizi
Domain Intake
NI 1.4 Asupan energi inadekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang ditandai
dengan asupan 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan dengan kebutuhan
sebesar 23.6%.
Domain Klinis
NC 3.1 Berat badan kurang berkaitan dengan asupan energi yang inadekuat
ditandai dengan presentase BB/TB sebesar 72% (gizi kurang)
Domain Behavior
NB 1.7 Kebiasaan yang salah mengenai makanan berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan makanan ditandai dengan jadwal makan
yang kurang tepat dan tidak teratur.
III.5.3 Intervensi Gizi
Tujuan Intervensi
Meningkatkan asupan energi dan protein Os sehingga asupan sesuai
dengan kebutuhan Os
Meningkatkan berat badan Os hingga mencapai BBI
Memberikan edukasi gizi terkait konsumsi makanan yang benar
Syarat Diet
- Energi tinggi, yaitu 40 kkal/kg BB
- Protein tinggi, yaitu 1.5 g/kg BB
- Lemak cukup,yaitu 25% dari kebutuhan energi total

18

Karbohidrat cukup, yaitu 60% dari kebutuhan energi total


Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
Diberikan dalam frekuensi 3x makan utama, 1x snack (jam 10.00) dan
2 gelas susu (pagi dan jam 10.00) serta penambahan ekstra lauk
hewani pada makan siang

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Kebutuhan Energi
= 40 kkal/kg BBI
= 40 kkal x 61 kg
= 2440 kkal
Kebutuhan Protein
= 1.5 gram/kg BBI
= 1.5 gram x 61 kg
= 91.5 gram (15%)
Kebutuhan Lemak
= 25% x Energi /9
= 67.8 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 60% x Energi /4
= 366 gram
Implementasi
Implementasi pada kasus ini dilakukan selama 3 hari dimulai pada
waktu makan pagi tanggal 20 Oktober 2015 hingga waktu makan malam
tanggal 22 Oktober 2015. Dalam sehari, frekuensi makan yang diberikan
adalah tiga kali makan utama, satu kali pemberian snack (jam 10.00) dan
dua kali pemberian susu (bersama makan pagi dan jam 10.00) serta
penambahan ekstra 1 porsi lauk hewani pada makan siang. Implementasi
ini melibatkan kolaborasi antara dokter, perawat, petugas pelaksana gizi
ruangan, petugas pengolahan dan pendistribusian makanan serta Os dan
keluarganya. Berikut disajikan implementasi menu diet TKTP (Tinggi
Kalori Tinggi Protein) pada tabel 11 dan distribusinya pada tabel 12.
Tabel 11 Implementasi menu sehari An. M
Bahan Makanan
Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Susu
Gula
Minyak
Total
Kebutuhan
Presentase (%)

Porsi
6
4
2
2
2
2
2
5

Kandungan Zat Gizi


E (kkal)
P (g)
L (g)
1050
24
0
300
28
20
150
10
6
50
2
0
100
0
0
300
14
20
100
0
0
250
0
25
2300
78
71
2440
91.5
67.8
94.3
85.2
104.7

Tabel 12 Distribusi makanan sehari An. M

KH (g)
240
0
14
10
24
20
24
0
332
366
90.7

19

Porsi per Waktu Makan (P)


Jam 10.00
Siang
Makanan Pokok
6
0.5
2.25
Protein Hewani
4
2
Protein Nabati
2
1
Sayur
2
1
Buah
2
1
Tabel 12 Distribusi makanan sehari An. M (lanjutan)
Porsi per Waktu Makan (P)
Bahan Makanan
Porsi
Pagi
Jam 10.00
Siang
Susu
2
1
1
Gula
2
1
1
Minyak
5
1
2
Bahan Makanan

Porsi

Pagi
1
1

Sore
2.25
1
1
1
1
Sore
2

Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


- Hari/tanggal
: Kamis, 22 Oktober 2015
- Waktu
: 10.00 - 10.30 WIB
- Tempat
: Kamar 4 Soka Atas
- Metode
: Diskusi
- Media
: Leaflet
- Sasaran
: Os dan keluarga Os
Materi edukasi gizi disajikan pada tabel 13.
Tabel 13 Materi edukasi gizi
Materi
Informasi tentang
penyakit yang
dialami pasien

Pemilihan bahan
makanan yang
dianjurkan dan
tidak
Informasi tentang
jenis diet yang
diterapkan

Tujuan
- Pasien dan keluarga mengetahui
penyakit yang dialami pasien sehingga
diharapkan lebih mengerti dan menjaga
kesehatan
- Pasien dan keluarganya termotivasi
untuk menerapkan pola makan yang baik
dan aktifitas fisik
Pasien dan keluarga mengerti bahan
makanan yang baik dan tidak baik untuk
kondisi pasien dan dapat menerapkannya

Pelaksanaan
Saat
implementasi

Pasien dan keluarga mengerti diet yang


diterapkan
pada
pasien
sesuai
kondisinya

Saat
implementasi

Saat
implementasi

III.5.4 Monitoring dan Evaluasi


Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter yang dimonitoring selama pelaksanaan intervensi
disajikan dalam tabel 14.
Tabel 14 Implementasi monitoring
Parameter
Asupan

Target
Pasien mampu menghabiskan makanannya

Pelaksanaan
Setiap hari

20

Parameter
makanan

Target
Pelaksanaan
(100% sesuai dengan kebutuhan) secara
bertahap mulai dari 80% dari kebutuhan
Antropometri Berat badan mencapai BBI dan tidak
Awal dan akhir
(Berat Badan) mengalami penurunan berat badan
intervensi
Edukasi gizi
Pengetahuan Os bertambah terkait pola
Akhir
makan yang baik, makanan yang
intervensi
dianjurkan dan penerapan gaya hidup
bersih dan sehat setelah keluar dari rumah
sakit
Monitoring Hari Pertama
Asupan makanan Os pada hari pertama menandakan perubahan
yang lebih baik. Nafsu makan Os menjadi normal, tidak seperti sebelum
diberi intervensi. Pada hari pertama intervensi, Os diberikan diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP) dalam bentuk lunak. Jumlah asupan Os pada
hari pertama disajikan pada gambar 4.
120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
(%) 20.0
0.0

Gambar 4 Presentase perbandingan asupan makan An. M terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-1
Sebelum diberikan terapi diet, Os mengalami nafsu makan yang
kurang baik sehingga asupan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan
dilihat dari presentasi asupan MRS Os yang rendah, energi sebesar 23.6%,
protein sebesar 25%, lemak sebesar 14.7% dan karbohidrat sebesar 26.5%.
Di hari pertama intervensi, nafsu makan Os sudah mulai membaik dilihat
dari asupan Os diatas 80%. Asupan energi, lemak dan karbohidrat sudah
memenuhi target yang dicapai yaitu asupan makanan yang dikonsumsi
mencapai 80%. Tetapi untuk zat gizi protein masih belum memenuhi target.
Pada hari pertama intervensi Os masih mengeluh mengeluarkan darah saat
batuk dan sedikit demam. Pada hari pertama intervensi juga Os
mengkonsumsi Sari Roti dan susu Bear Brand diluar makanan rumah sakit.
Monitoring Hari Kedua
Hari kedua intervensi Os diberikan diet TKTP dalam bentuk biasa,
dikarenakan permintaan Os dan kondisi Os yang mampu untuk
mengkonsumsinya. Nafsu makan Os pada hari kedua intervensi lebih baik
lagi yang ditandai asupan Os meningkat dari hari pertama intervensi. Jumlah
asupan Os pada hari kedua disajikan pada gambar 5.

21

120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
(%) 20.0
0.0

Gambar 5 Presentase perbandingan asupan makan An. M terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-2
Asupan energi, lemak dan karbohidrat sudah memenuhi target yang
dicapai yaitu asupan makanan yang dikonsumsi mencapai lebih dari 80%
walaupun untuk zat gizi protein tidak. Batuk berdarah pada hari ketiga
intervensi sudah tidak ada lagi walaupun Os masih mengalami batuk-batuk.
Pada hari kedua intervensi juga Os sudah diperbolehkan pulang oleh dokter
karena indikasi batuk dan batuk berdarah sudah tidak ada. Monitoring berat
badan dilakukan pada hari ke-2 sebelum Os pulang. Monitoring ini
dilakukan dengan mengukur berat badan menggunakan timbangan. Berat
badan Os yang didapat sebesar 48.7 kg, naik sebesar 0.5 kg (1%) dari awal
intervensi.
Selain intervensi makanan, Os diberikan intervensi berupa edukasi
gizi tentang makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Edukasi dan konseling
tidak sesuai dengan rencana implementasi yang telah dibuat dikarenakan Os
sudah pulang pada hari kedua intervensi. Namun pada setiap hari intervensi
baik hari pertama dan hari kedua, Os diberikan sedikit edukasi terkait
masalah gizi dan kebiasaan yang benar terkait gizi. Os dan orang tuanya
terlihat antusias menyimak materi edukasi yang disampaikan walaupun
hanya sebentar.
III.6 Resume
An. M merupakan pasien rawat inap Soka Atas kamar 4 RSUP
Persahabatan. Os masuk rumah sakit pada tanggal 18 Oktober 2015 dengan
diagnosa Hemoptisis dd Tuberkulosis Paru. Status gizi Os tergolong kurang
dan dari hasil skrining gizi Os perlu mendapat asuhan gizi. Diagnosa gizi Os
adalah NI 1.4 (Asupan energi inadekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang
ditandai dengan asupan 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan dengan
kebutuhan sebesar 23.6%) dan NB 1.7 (Kebiasaan yang salah mengenai
makanan berkaitan dengan kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
makanan ditandai dengan jadwal makan yang kurang tepat dan tidak teratur).
Os diberikan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dengan energi
sebesar 2300 kkal (94.3% dari kebutuhan 2440 kkal), protein sebesar 78 gram
(85.2% dari kebutuhan 91.5 gram), lemak 71 gram (104.7% dari kebutuhan
67.8 gram) dan karbohidrat sebesar 332 gram (90.7% dari kebutuhan 366
gram). Os diberikan makanan dalam bentuk lunak pada hari pertama intervensi
dan makanan biasa padahari kedua intervensi. Berat badan Os diakhir
intervensi mengalami peningkatan sebesar 1% (0.5 kg). Batuk berdarah yang

22

dialami Os berangsur-angsur sembuh dan pada hari kedua intervensi Os bisa


kembali pulang karena sudah tidak mengalami hemoptisis.

23

24

IV. PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS PENYAKIT DALAM


Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II,
Edema Tungkai Kiri, Anemia di Ruang Rawat Inap Melati Atas Kamar 2
RSUP Persahabatan Jakarta
IV.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi,dan Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan kegagalan relatif sel dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. Sindrom metabolik
dianggap sebagai awal diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2
merupakan suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter utama
hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisnnya belum jelas, faktor genetik
dikatakan memiliki peranan yang penting dalam munculnya diabetes melitus
tipe 2. Faktor genetik akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan
seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktifitas fisik, obesitas dan tingginya
kadar asam lemak bebas (Hurst 2008).
Edema adalah pembengkakan karena penumpukan cairan pada
exstremitas maupun pada organ dalam tubuh. Edema merupakan peningkatan
volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang
disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan
rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema bisa
bersifat lokal dan bisa menyebar. Edema lokal bisa terjadi pada kebanyakan
organ dan jaringa-jaringan, tergantung pada penyebab lokalnya. Edema yang
menyebar mempengaruhi seluruh bagian tubuh tetapi yang paling parah
mungkin tubuh bagian bawah karena adanya gravitasi yang menarik air ke
bawah sehingga terakumulasi di bagian bawah tubuh (Wheda 2010).
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin
atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai normal. Anemia bisa juga
disebabkan oleh kehilangan darah dalam jumlah banyak akibat kecelakaan
karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah merah yang cukup dan
bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan atau genetik (keturunan).
Timbulnya anemia mencermikan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, terpapar toksik, invasi tumor atau penyebab
yang tidak diketahui lainnya (Isselbacher et al. 1999).
Pasien merupakan penderita diabetes melitus tipe 2 yang mengalami
edema pada tungkai kiri. Selain itu, Os juga mengalami anemia. Pasien yang
mengalami diabetes melitus tipe 2 perlu memperhatikan jenis asupan
makanan yang dikonsumsi. Asupan natrium perlu diperhatikan terkait edema
yang dialami oleh Os. Protein hewani khususnya putih telur dikonsumsi untuk
meningkatakan kadar nilai albumin yang mempengaruhi status edema yang
dialami Os.

25

IV.2 Identitas Pasien


Nama
Nomor RM
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Diagnosa
Ruang
Tanggal Masuk Rumah Sakit
Tanggal Kasus dimulai

: Ny. I
: 02-21-80-75
: 18 Mei 1963
: 52 tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: Diabetes Melitus Tipe II, Edema Tungkai
Kiri, Anemia
: Melati Atas Kamar 2
: 24 Oktober 2015
: 24 Oktober 2015

IV.3 Gambaran Penyakit Pasien


IV.3.1 Riwayat Penyakit Pasien
- Riwayat Penyakit Dahulu
Os pernah mengalami Diabetes Melitus 3 tahun lalu.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. I masuk rumah sakit pada tanggal 24 Oktober 2015 dengan
keluhan sakit pada kaki kiri dan lemas.
IV.3.2 Diagnosis Medis
Diagnosis medis pasien yaitu Diabetes Melitus tipe II, Edema tungkai
kiri, Anemia.
IV.3.3 Terapi Medis
Pasien diberikan dua terapi medis, yaitu dalam bentuk obat yang
dikonsumsi secara oral dan infus. Infus yang diberikan yaitu infus NaCl
0.9%. Terapi medis dalam bentuk obat yang diberikan untuk pasien disajikan
pada tabel 15.
Tabel 15 Terapi medis pasien
No
.

Nama Obat

1.

Heparin

2.

Ampicilin
Sulbactam

Indikasi

Efek Samping

obat antikoagulan, mencegah


dan mengobati penggumpalan
darah
obat antibiotik untuk
pengobatan infeksi yang
terjadi pada tubuh

konstipasi, pusing atau


sakit kepala dan nyeri
pada sendi
diare, mual dan sakit
kepala

IV.4 Skrining Gizi


Skrining gizi awal terhadap Os dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan skrining keperawatan yang didalamnya sudah tercakup skrining
gizi. Hasil penilaian skor untuk Ny. I sebesar 7 yang berisiko malnutrisi sedang,
sehingga perlu dilakukan assesment gizi lanjut untuk mengatasi permasalahan
gizi. Penilaian skrining awal didapatkan bahwa Os memiliki nafsu makan yang
kurang baik, tidak memiliki alergi terhadap makanan, tidak mengalami gangguan

26

mengunyah maupun menelan dan belum pernah mendapat edukasi gizi


sebelumnya. Os mengalami konstipasi dan lemas. Os mengalami penurunan berat
badan sebesar 10 kg dalam 3 bulan terakhir.
IV.5 Proses Asuhan Gizi Terstandar
IV.5.1 Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi
Kebiasaan makan Os didapat dari wawancara SQFFQ (SemiQuantitative Food Frequency Questionnaire) dalam enam bulan
terakhir semenjak Os sakit. Os mengkonsumsi 3x makan utama dalam
sehari. Os biasanya mengkonsumsi 1p nasi, 1p protein hewani, 1p
ptotein nabati dan 1p sayur dalam sekali makan. Os mengkonsumsi
buah dan susu 2x sehari. Os jarang mengkonsumsi snack dan jajanan.
Os tidak memiliki alergi. Os lebih menjaga asupan makanannya
semenjak menderita diabetes melitus 3 tahun yang lalu. Dengan
demikian rata-rata asupan gizi Os setiap harinya adalah energi sebesar
1363 kkal (80.7%, kebutuhan 1688 kkal), protein sebesar 56 gram
(88.5%, kebutuhan 63.3 gram), lemak sebesar 44 gram (117%,
kebutuhan 37.5 gram) dan karbohidrat sebesar 182 gram (66.4%,
kebutuhan 274.3 gram). Kebiasaan makan Os sebelum menderita
diabetes melitus berbeda dengan kebiasaan Os enam bulan terakhir.
Frekuensi makan Os tidak teratur dan jenis makanan yang dikonsumsi
tidak diperhatikan. Hasil recall Ny. I saat di rumah sakit adalah energi
863 kkal (51.1%, kebutuhan 1688 kkal), protein 42 gram (66.4%,
kebutuhan 63.3 gram), lemak 30 gram (80%, kebutuhan 37.5 gram) dan
karbohidrat 104 gram (37.9%, kebutuhan 274.3 gram). Os belum
pernah mendapat edukasi gizi sebelumnya.
Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan meliputi pengukuran
tinggi lutut, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
BB
= 52 kg
TB
= 160 cm
Tinggi Lutut = 47 cm
LILA
= 26 cm
BBI
= 54 kg
52
IMT
= 1.6 2

= 20.3 kg/m2
Status gizi
= Normal
BB biasanya 62 kg, terjadi penurunan 16% dalam 3 bulan terakhir

Biokimia
Berdasarkan pemeriksaan biokimia Os di laboratorium pada
tanggal 24 Oktober 2015, didapatkan hasil pemeriksaan yang dsajikan
pada Tabel 16.

27

Tabel 16 Hasil pemeriksaan biokimia Ny. I


No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Albumin
Natrium
Ureum
Kreatinin
Gula Darah
Sewaktu

Hasil
Pemeriksaan
7.6 g/dL
15.22 rb/mm3
2.7 g/dL
135 mmol/L
88 mg/dL
0.6 mg/dL
555 mg/dL

Rujukan
12 - 16 g/dL
5 - 10 rb/mm3
3.4 - 5 g/dL
135 - 145
mmol/L
20 - 40 mg/dL
0.8 - 1.5 mg/dL
<180 mg/dL

Keteranga
n
Rendah
Tinggi
Rendah
Normal
Tinggi
Rendah
Tinggi

Klinis dan Fisik


Pemeriksaan fisik dan klinis yang dilakukan kepada Os
dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2015 disajikan pada Tabel 17
dan 18.
Tabel 17 Hasil pemeriksaan fisik Ny. I
No Pemeriksaa
.
n
1. Kesadaran
2. Fisik /
tubuh

Hasil Pemeriksaan
Kompos Mentis
bengkak pada kaki kiri, BAB normal, tidak ada mual dan
muntah, nafsu makan kurang, lemas, kontipasi
Tabel 18 Hasil pemeriksaan klinis Ny. I

No.
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu

Hasil Pemeriksaan
110/75 mmHg
80 x/menit
18 x/menit
37.20C

Nilai Normal
120/80 mmHg
60-80 x/menit
12-18 x/menit
36.5-37.5 oC

Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal

Riwayat Personal
Ny.I adalah seorang ibu rumah tangga. Aktivitas Ny.I sehari-hari
tergolong dalam kategori sedang.
IV.5.2 Diagnosis Gizi
Domain Intake
NI 1.4 Asupan energi inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan
ditandai dengan asupan energi 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan
dengan kebutuhan sebesar 51.1%.
Domain Klinis

28

NC 3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan riwayat
asupan energi yang kurang ditandai dengan penurunan berat badan sebesar 10
kg (16%) dalam 3 bulan terakhir.
NC 2.2 Peningkatan kadar gula darah berkaitan dengan gangguan fungsi
endokrin ditandai dengan Gulah Darah Sewaktu (GDS) sebesar 555 mg/dL
(tinggi).

Domain Behavior
NB 1.7 Kebiasaan yang salah mengenai makanan berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan makanan ditandai dengan jadwal makan
yang tidak teratur dan kurang tepat.

IV.5.3 Intervensi Gizi


Tujuan Intervensi
Meningkatkan asupan energi dan protein Os sehingga asupan sesuai
dengan kebutuhan Os
Mempertahankan berat badan Os agar tidak mengalami penurunan BB
yang tidak diharapkan
Memberikan edukasi gizi terkait konsumsi makanan yang benar
Syarat Diet
- Energi cukup, yaitu 25 kkal/kg BBI ditambah kebutuhan 10% untuk
faktor aktivitas, 20% untuk faktor stres dan dikurangi 5% untuk faktor
umur
- Protein normal, yaitu 15% dari kebutuhan energi total
- Lemak sedang,yaitu 20% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu 65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
- Diberikan dalam frekuensi 3x makan utama, 2x snack (jam 10.00 dan
jam 16.00) dan pemberian gula jagung 2 sachet serta penambahan
ekstra sayur pada makan siang
Perhitungan Kebutuhan Gizi
EMB
= 25 kkal/kgBBI
= 25 kkal x 54 kg
= 1350 kkal
Kebutuhan Energi
= 1350 kkal + Faktivitas + Fstres - Fumur
= 1350 kkal + 10% + 20% - 5%
= 1688 kkal
Kebutuhan Protein
= 15% x Energi /4
= 15% x 1350/4
= 63.3 gram
Kebutuhan Lemak
= 20% x Energi /9
= 37.5 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 65% x Energi /4
= 274.3 gram

29

Implementasi
Implementasi pada kasus ini dilakukan selama 3 hari dimulai pada
waktu makan pagi tanggal 25 Oktober 2015 hingga waktu makan malam
tanggal 27 Oktober 2015. Os diberi makan dalam rute oral dan dalam
bentuk lunak. Dalam sehari, frekuensi makan yang diberikan adalah tiga
kali makan utama, dua kali pemberian snack (jam 10.00 dan 16.00) dan
pemberian gula jagung 2 sachet serta penambahan ekstra 1 porsi sayur
pada makan siang. Implementasi ini melibatkan kolaborasi antara dokter,
perawat, petugas pelaksana gizi ruangan, petugas pengolahan dan
pendistribusian makanan serta Os dan keluarganya. Berikut disajikan
implementasi menu diet DM (Diabetes Melitus) 1700 pada tabel 19 dan
distribusinya pada tabel 20.
Tabel 19 Implementasi menu sehari Ny. I
Bahan Makanan

Porsi

Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Susu
Gula
Minyak
Total
Kebutuhan
Presentase (%)

4
3
2
4
5
5

Kandungan Zat Gizi


E (kkal)
P (g)
L (g)
700
16
0
225
21
15
150
10
6
100
10
0
250
0
0
0
0
0
0
0
0
250
0
25
1675
51
46
1688
63.3
37.5
99.2
80.6
122.7

KH (g)
160
0
14
20
60
0
0
0
254
274.3
92.6

Tabel 20 Distribusi makanan sehari Ny. I


Bahan Makanan

Porsi

Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Susu
Gula
Minyak

4
3
2
4
5
5

Pagi
1
1

Porsi per Waktu Makan (P)


Jam 10.00 Siang
Jam 16.00
Sore
1.5
1.5
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2

Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


- Hari/tanggal
: Jumat, 27 Oktober 2015
- Waktu
: 10.00 - 10.15 WIB
- Tempat
: Kamar 2 Melati Atas
- Metode
: Diskusi
- Media
: Leaflet dan Daftar Bahan Makanan Penukar

30

- Sasaran
: Os dan keluarga Os
Materi edukasi gizi disajikan pada tabel 21.
Tabel 21 Materi edukasi gizi
Materi
Informasi tentang
penyakit yang
dialami pasien

Tujuan
Pasien dan keluarga mengetahui
penyakit yang dialami pasien sehingga
diharapkan lebih mengerti dan menjaga
kesehatan
Tabel 21 Materi edukasi gizi (lanjutan)
Materi
Tujuan
Pemilihan bahan
Pasien dan keluarga mengerti bahan
makanan yang
makanan yang baik dan tidak baik untuk
dianjurkan dan
kondisi pasien dan dapat menerapkannya
tidak
Informasi tentang Pasien dan keluarga mengerti diet yang
jenis diet yang
diterapkan pada pasien sesuai kondisinya
diterapkan
dan penerapan 3J (Jenis, Jumlah dan
Jadwal)

Pelaksanaan
Saat
implementasi

Pelaksanaan
Saat
implementasi
Saat
implementasi

IV.5.4 Monitoring dan Evaluasi


Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter yang dimonitoring selama pelaksanaan intervensi
disajikan dalam tabel 22.
Tabel 22 Implementasi monitoring
Parameter
Asupan
makanan
Antropometri
(Berat Badan)
Edukasi gizi

Target
Pasien mampu menghabiskan makanannya
(100% sesuai dengan kebutuhan) secara
bertahap mulai dari 80% dari kebutuhan
Berat badan tidak mengalami penurunan
yang tidak diharapkan
Pengetahuan Os bertambah terkait pola
makan yang baik dan makanan yang
dianjurkan serta penerapan gaya hidup
bersih dan sehat setelah keluar dari rumah
sakit

Pelaksanaan
Setiap hari

Awal dan
akhir
intervensi
Akhir
intervensi

Monitoring Hari Pertama


Asupan makanan Os pada hari pertama menandakan perubahan
yang lebih baik dibandingkan dengan saat sebelum diberi intervensi. Pada
hari pertama intervensi, Os diberikan diet Diabetes Melitus (DM) 1700
dalam bentuk lunak. Jumlah asupan Os pada hari pertama disajikan pada
gambar 6.

31

120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
(%) 20.0
0.0

Gambar 6 Presentase perbandingan asupan makan Ny. I terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-1
Sebelum diberikan terapi diet, Os mengalami nafsu makan yang
kurang baik sehingga asupan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan
dilihat dari presentasi asupan MRS (Masuk Rumah Sakit) Os yang rendah,
energi sebesar 51.1%, protein sebesar 66.4%, lemak sebesar 80% dan
karbohidrat sebesar 37.9%. Di hari pertama intervensi, nafsu makan Os
sudah mulai membaik dilihat dari asupan energi Os sebesar 72.6%walaupun
masih belum sesuai dengan target yang seharusnya. Asupan protein, lemak
dan karbohidrat sudah memenuhi target yang dicapai yaitu asupan makanan
yang dikonsumsi mencapai lebih dari 80%. Pada hari pertama intervensi, Os
mengkonsumsi jeruk di luar asupan rumah sakit. Os masih mengeluh sakit
di kaki kiri.
Monitoring Hari Kedua
Hari kedua intervensi Os diberikan diet DM 1700 dalam bentuk
lunak sama dengan hari pertama intervensi. Asupan energi, protein, lemak
dan karbohidrat mengalami peningkatan dibandingkan pada hari pertama
intervensi. Jumlah asupan Os pada hari kedua disajikan pada gambar 7.
120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
(%) 20.0
0.0

Gambar 7 Presentase perbandingan asupan makan Ny. I terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-2
Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat secara umum sudah
diatas 80% dan sudah meningkat dari asupan di hari pertama intervensi
dilihat dari besaran presentase grafik diatas. Os mengkonsumsi makanan
tambahan dari luar rumah sakit berupa jus melon pada hari kedua intervensi

32

ini. Keluhan pada tungkai kiri Os masih dirasakan, namun sudah mulai
membaik.
Monitoring Hari Ketiga
Hari ketiga intervensi, Os diberikan diet DM 1700 dalam bentuk
lunak sama dengan hari pertama dan kedua intervensi namun untuk porsinya
dilebihkan dari perencanaan. Nafsu makan Os sudah kembali normal
ditandai dengan asupan makanan yang diberikan hampir semua dikonsumsi
dengan sedikit meninggalkan sisa makanan. Jumlah asupan Os pada hari
ketiga disajikan pada gambar 8.
135.0
130.0
125.0
120.0
(%) 115.0
110.0

Gambar 8 Presentase perbandingan asupan makan Ny. I terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-3
Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sudah memenuhi
target asupan dan bahkan melebihi 100%. Keluhan sakit pada tungkai kiri
juga sudah mulai berkurang. Monitoring berat badan dilakukan pada hari
ketiga intervensi ini. Monitoring ini dilakukan dengan mengukur berat
badan konversi LILA dikarenakan Os tidak dapat berdiri. Hasil pengukuran
LILA pada hari ketiga intervensi sebesar 27 cm. Berat badan Os yang
didapat dari konversi LILA sebesar 52.8 kg, naik sebesar 0.8 kg (1.5%) dari
awal intervensi. Nilai Gula Darah Sewaktu yang terakhir didapat juga
mengalami penurunan walaupun masih diatas normal yaitu sebesar 334
mg/dL yang awalnya sebesar 555 mg/dL.
Selain intervensi makanan, Os diberikan intervensi berupa edukasi
gizi tentang diet Diabetes Melitus 1700 dan anjuran mengkonsumsi
makanan yang benar dan baik. Os sangat merespon terhadap materi edukasi
gizi yang diberikan terlihat dari beberapa pertanyaan yang Os tanyakan
terkait kebiasaan makanannya sehari-hari. Setelah diberikan edukasi, Os
memiliki keinginan untuk lebih memperhatikan lagi terkait jenis makanan
yang dikonsumsi serta ingin menerapkan gaya hidup bersih dan sehat dalam
kesehariannya.
IV.6 Resume
Ny. I merupakan pasien rawat inap Melati Atas kamar 2 RSUP
Persahabatan. Os masuk rumah sakit pada tanggal 24 Oktober 2015 dengan
diagnosa Diabetes Melitus tipe 2, Edema tungkai kiri, Anemia. Status gizi Os
tergolong normal namun mengalami penurunan BB yang cukup drastis dan dari
hasil skrining gizi Os perlu mendapat asuhan gizi. Diagnosa gizi Os adalah NI

33

1.4 (Asupan energi inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan


ditandai dengan asupan energi 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan
dengan kebutuhan sebesar 51.1%), NC 3.2 (Penurunan berat badan yang tidak
diharapkan berkaitan dengan riwayat asupan energi yang kurang ditandai
dengan penurunan berat badan sebesar 10 kg (16%) dalam 3 bulan terakhir)
dan NC 2.1 (Perubahan
kemampuan untuk melakukan metabolisme
karbohidrat berkaitan dengan perubahan fungsi endokrin ditandai dengan Gula
Darah Sewaktu (GDS) yang tinggi).
Os diberikan diet Diabetes Melitus (DM) 1700 dengan energi sebesar
1675 kkal (99.2% dari kebutuhan 1688 kkal), protein sebesar 51 gram (80.6%
dari kebutuhan 63.3 gram), lemak 46 gram (122.7% dari kebutuhan 37.5 gram)
dan karbohidrat sebesar 254 gram (92.6% dari kebutuhan 274.3 gram). Os
diberikan makanan dalam bentuk lunak pada hari pertama intervensi hingga
hari ketiga intervensi. Berat badan Os diakhir intervensi mengalami
peningkatan sebesar 1.5% (0.8 kg).

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan
Kasus penyakit dalam yang diperoleh adalah kasus Hemoptisis ec.
Tuberkulosis Paru putus obat dengan tiga hari intervensi yang diberikan.
Diet yang diberikan adalah TKTP dengan energi sebesar 2475 kkal.
Asupan makanan yang dikonsumsi terjadi fluktuatif. Diakhir intervensi
berat badan Os meningkat sebesar 1.9% (0.9 kg) dan dapat pulang. Kasus
penyakit dalam lainnya adalah kasus Diabetes Melitus tipe 2, Edema
tungkai kiri, Anemia dengan tiga hari intervensi. Diet yang diberikan
adalah DM 1700 dengan konsistensi lunak. Asupan makanan yang
dikonsumsi meningkat setiap harinya. Diakhir intervensi berat badan Os
meningkat sebesar 1.5% (0.8 kg). Kasus anak yang diperoleh adalah kasus
Hemoptisis dd Tuberkulosis Paru dengan dua hari intervensi yang
diberikan. Diet yang diberikan adalah TKTP dengan energi sebesar 2300
kkal. Asupan makanan yang dikonsumsi meningkat setiap harinya. Diakhir
intervensi berat badan Os meningkat sebesar 1% (0.5 kg) dan dapat
pulang.
V.2 Saran
Asuhan gizi klinis di RSUP Persahabatan sudah cukup baik.
Skrining gizi yang dilakukan bersamaan dengan skrining keperawatan
dengan metode yang sudah di modifikasi, sehingga lebih efisien. Kasus
yang diminta oleh kampus tidak dapat dipenuhi oleh pihak Rumah Sakit
karena untuk kasus bedah mayor sendiri susah dan tidak memungkinakan
untuk dilakukannya intervensi kasus.

35

DAFTAR PUSTAKA
Barendregt K, Soeters PB, Alison SP, Kondrup J. 2008. Basic concepts in
nutrition: Diagnosis of malnutritionscreening and assessment. e-SPEN
3:1215.
Depkes [Departemen Kesehatan]. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID):
Kementerian Kesehatan RI.Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3. Jakarta (ID): Media. Aesculapius.
Hurst M. 2008. Pathophysiology Review. USA: Mc.Graw-Hill.
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci Kasper. 1999. Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta (ID) : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Swidarmoko B. 2010. Pulmonologi Intervensi Dan Gawat Darurat Napas. Jakarta
(ID): Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
World Health Organization. 2001. World Health Organization report 2000.
Genewa: WHO.

36

LAMPIRAN
Tabel 23 Asupan makanan Tn. A pada hari ke-1
Waktu
Makan

Pagi

Selingan
1

Siang

Malam

Menu
Bubur
Semur
daging
Sup
wortel +
buncis
Susu
Bubur
kacang
hijau
Susu
Bubur
Daging
bistik
Telur
bumbu
saos
tomat
Tumis
tempe
Bobor
bayam
Buah
pisang
Bubur
Ikan
bumbu
kuning
Tahu
bacem

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidra
(g)
(g)
t (g)
2.10
0.10
40.60
7.52
5.60
0.00
0.00
5.00
0.00
0.48
0.12
3.72

bubur
daging
minyak
wortel

400
40
5
40

Energi
(kkal)
178.00
82.80
45.10
16.80

buncis

45

15.75

1.08

0.09

3.47

susu

225

134.33

4.80

6.72

13.43

bubur
kacang hijau

230

280.60

6.44

2.30

0.00

susu
bubur

230
300

137.31
133.50

4.91
1.58

6.87
0.08

13.73
30.45

daging

34

70.38

6.39

4.76

0.00

telur

55

89.10

7.04

6.33

0.39

tempe
minyak

35
10

52.15
90.20

6.41
0.00

1.40
10.00

4.45
0.00

bayam

107

38.52

3.75

0.54

6.96

pisang

109

105.46

3.35

1.06

24.77

bubur

185

82.33

0.97

0.05

18.78

ikan

45

50.45

9.63

1.04

0.00

tahu

47

31.96

3.67

2.16

0.75

37

Tumis
kangkung
kangkun
minyak
g
Buah
semangk semangka
a
Total

76

22.04

2.28

0.23

4.10

45.10

0.00

5.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

1702

72.4

59.4

165.6

Tabel 24 Asupan makanan Tn. A pada hari ke-2


Waktu
Makan

Pagi

Selingan
1

Siang

Malam

Menu

Bahan
Pangan

bubur
Bubur
ayam
ayam
suwir
minyak
Susu
susu
kue
Kue danish
danish
Susu
susu
Nasi
nasi
Opor
daging
daging
Telur
telur
minyak
dadar
Perkedel
tahu
tahu
Sup
buncis
wortel
sayuran
Buah
semangka
semangka
Nasi
nasi
Telur
telur
semur
Tempe
tempe
minyak
kery
Sup labu
labu siam
siam +
wortel
wortel
Buah
pepaya
pepaya

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
2.12
0.10
41.01

404

Energi
(kkal)
179.78

25

75.50

4.55

6.25

0.00

5
250

45.10
149.25

0.00
5.34

5.00
7.46

0.00
14.93

40

113.96

3.16

1.08

22.68

250
305

149.25
542.90

5.34
6.41

7.46
0.31

14.93
123.83

34

70.38

6.39

4.76

0.00

45
10

72.90
90.20

5.76
0.00

5.18
10.00

0.32
0.00

99

67.32

7.72

4.55

1.58

54
50

18.90
21.00

1.30
0.60

0.11
0.15

4.16
4.65

108

30.24

0.54

0.22

7.45

210

373.80

4.41

0.21

85.26

54

87.48

6.91

6.21

0.38

10
10
50

14.90
90.20
13.00

1.83
0.00
0.30

0.40
10.00
0.05

1.27
0.00
3.35

51

21.42

0.61

0.15

4.74

1.84

0.02

0.00

0.49

38

Waktu
Makan

Menu

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Total

Energi
(kkal)
2229

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
63.3
69.7
331

Tabel 25 Asupan makanan Tn. A pada hari ke-3


Waktu
Makan

Menu

Roti isi
Pagi
Telur rebus
Susu
Selingan
1

Siang

Malam

Kue pisang
Susu
Nasi
Pepes ikan
kemangi
Ayam
panggang
bumbu
kuning
Oseng
tempe
Cah wortel
+ toge
Buah
pisang
Nasi
Telur dadar

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
6.00
0.90
37.50
0.03
4.05
0.02

Bahan
Pangan

Berat
(g)

roti putih
margarin
selai
nanas
telur
susu
kue
pisang
susu
nasi
ikan
tenggiri

75
5

Energi
(kkal)
186.00
36.00

16.73

0.04

0.04

4.52

76
250

110.81
149.25

8.76
5.34

7.87
7.46

0.48
14.93

83

205.92

2.16

0.25

48.22

250
301

149.25
535.78

5.34
6.32

7.46
0.30

14.93
122.21

47

52.69

10.06

1.08

0.00

ayam

65

196.30

11.83

16.25

0.00

tempe
minyak
wortel
toge

53
10
57
50

78.97
90.20
23.94
11.50

9.70
0.00
0.68
1.45

2.12
10.00
0.17
0.10

6.73
0.00
5.30
2.05

pisang

143

138.35

4.40

1.39

32.50

nasi
telur

307
5

546.46
8.10

6.45
0.64

0.31
0.58

124.64
0.04

39

minyak
tahu
bayam

Gadon tahu
Bening
bayam +
jagung
jagung
Buah melon melon
Total

10
98
70

90.20
66.64
25.20

0.00
7.64
2.45

10.00
4.51
0.35

0.00
1.57
4.55

38

49.02

1.56

0.49

11.51

121

46.22
2814

0.73
91.6

0.24
75.9

10.04
441.7

Tabel 26 Asupan makanan An. M pada hari ke-1


Waktu
Makan

Pagi

Selingan 1

Siang

Menu
Bubur
Semur
daging
Sup
wortel +
buncis
Susu
Bubur
kacang
hijau
Susu
Bubur
Daging
bistik
Telur
bumbu
saos tomat
Tumis
tempe
Bobor
bayam

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidra
(g)
(g)
t (g)
2.10
0.10
40.60
7.52
5.60
0.00
0.00
5.00
0.00
0.48
0.12
3.72

bubur
daging
minyak
wortel

50
40
5
40

Energi
(kkal)
178.00
82.80
45.10
16.80

buncis

45

15.75

1.08

0.09

3.47

susu

220

131.34

4.70

6.57

13.13

kacang
hijau

230

280.60

6.44

2.30

0.00

susu
bubur

230
28

137.31
100.13

4.91
1.18

6.87
0.06

13.73
22.84

daging

33

68.31

6.20

4.62

0.00

telur

51

82.62

6.53

5.87

0.36

tempe
minyak

22
10

32.78
90.20

4.03
0.00

0.88
10.00

2.79
0.00

bayam

102

36.72

3.57

0.51

6.63

40

Waktu
Makan

Malam

Makan
Tambahan

Menu
Buah
pisang
Bubur
Ikan
bumbu
kuning
Tahu
bacem
Tumis
kangkung
Buah
semangka
Roti

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Energi
(kkal)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidra
(g)
(g)
t (g)

pisang

106

78.71

0.95

0.16

20.51

beras

62.5

222.50

2.63

0.13

50.75

ikan
tenggiri

35

39.24

7.49

0.81

0.00

tahu

55

37.40

4.29

2.53

0.88

kangkung
minyak

111
10

32.19
90.20

3.33
0.00

0.33
10.00

5.99
0.00

semangka

95

26.60

0.48

0.19

6.56

roti

49

190.00

4.00

8.00

26.00

2015

71.9

70.7

218.0

Total

Tabel 27 Asupan makanan An. M pada hari ke-2


Waktu
Makan

Pagi

Selingan
1

Siang

Menu

Bahan
Pangan

beras
ayam
suwir
minyak
Susu
susu
kue
Kue danish
danish
Susu
susu
Nasi
nasi
Opor
daging
daging
Telur
telur
minyak
dadar
Perkedel
tahu
tahu
Bubur
ayam

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
2.11
0.10
40.70

50

Energi
(kkal)
178.45

25

75.50

4.55

6.25

0.00

5
250

45.10
149.25

0.00
5.34

5.00
7.46

0.00
14.93

40

113.96

3.16

1.08

22.68

250
300

149.25
534.00

5.34
6.30

7.46
0.30

14.93
121.80

32

66.24

6.02

4.48

0.00

51
10

82.62
90.20

6.53
0.00

5.87
10.00

0.36
0.00

87

59.16

6.79

4.00

1.39

41

Waktu
Makan

Malam

Menu
Sup
sayuran
Buah
semangka
Nasi
Telur
semur
Tempe
kery
Sup labu
siam +
wortel
Buah
pepaya
Total

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
1.22
0.10
3.93
0.60
0.15
4.65

buncis
wortel

51
50

Energi
(kkal)
17.85
21.00

semangka

100

28.00

0.50

0.20

6.90

nasi

201

357.78

4.22

0.20

81.61

telur

56

90.72

7.17

6.44

0.39

tempe
minyak
labu siam

50
10
60

74.50
90.20
15.60

9.15
0.00
0.36

2.00
10.00
0.06

6.35
0.00
4.02

wortel

60

25.20

0.72

0.18

5.58

pepaya

92

42.32

0.46

0.00

11.22

2307

70.5

71.3

341.4

Tabel 28 Asupan makanan Ny. I pada hari ke-1


Waktu
Makan

Menu
Bubur

Pagi

Soto
ayam
Buah
pepaya

Selingan 1
Gula
Siang

Bubur

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
1.31
0.06
25.38
4.55
6.25
0.00
1.45
0.10
2.05
0.00
5.00
0.00

beras
ayam
toge
minyak

31.3
25
50
5

Energi
(kkal)
111.25
75.50
11.50
45.10

pepaya

110

50.60

0.55

0.00

13.42

2.5

5.00

0.00

0.00

2.00

37.5

133.50

1.58

0.08

30.45

gula
tropicana
slim
beras

42

Waktu
Makan

Selingan 2

Malam

Makan
Tambahan

Menu
Telur
dadar
Tahu
bumbu
bali
Bening
bayam +
jagung
Buah
melon
Buah
pisang
Bubur
Ikan
pepes
bumbu
kuning
Tumis
tempe
Tumis
kacang
panjang
Oseng
toge +
wortel
Buah
pepaya
Buah
jeruk
Total

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
6.66
5.98
0.36
0.00
5.00
0.00

telur
minyak

52
5

Energi
(kkal)
84.24
45.10

tahu

98

66.64

7.64

4.51

1.57

bayam

80

28.80

2.80

0.40

5.20

jagung

22

28.38

0.90

0.29

6.67

melon

69

26.36

0.41

0.14

5.73

pisang

116

112.23

3.57

1.13

26.36

beras

16.1

57.41

0.68

0.03

13.09

ikan
tenggiri

49

54.93

10.49

1.13

0.00

tempe
minyak

50
5

74.50
45.10

9.15
0.00

2.00
5.00

6.35
0.00

kacang
panjang

22

78.54

3.81

0.33

15.40

toge

1.61

0.20

0.01

0.29

wortel

20

8.40

0.24

0.06

1.86

pepaya

100

46.00

0.50

0.00

12.20

jeruk

110

35.64

0.71

0.16

8.87

1226

57.2

37.7

177.2

Tabel 29 Asupan makanan Ny. I pada hari ke-2


Waktu
Makan

Menu

Pagi

Bubur
ayam

Selingan 1

Pisang

Bahan
Pangan
beras
ayam
suwir
minyak
pisang

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidra
(g)
(g)
t (g)
1.31
0.06
25.38

31.3

Energi
(kkal)
111.25

23

69.46

4.19

5.75

0.00

5
120

45.10
116.10

0.00
3.69

5.00
1.17

0.00
27.27

43

Waktu
Makan

Menu

Bahan
Pangan

Berat
(g)

Energi
(kkal)

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidra
(g)
(g)
t (g)

rebus
Gula

Siang

Selingan 2

Malam

Bubur
Ikan
bumbu
saos
tomat
Tempe
terik
Sup
bayam
Cah
wortel
Buah
pisang
Buah
jeruk
Bubur
Telur
semur
Perkedel
tahu
Sop
oyong
Tumis
kangkung
Buah
pisang

Makan
Tambahan

Jus melon
Total

gula
tropicana
slim
beras
ikan
tenggiri

2.5

5.00

0.00

0.00

2.00

53.5

190.46

2.25

0.11

43.44

35

39.24

7.49

0.81

0.00

minyak

45.10

0.00

5.00

0.00

tempe

47

70.03

8.60

1.88

5.97

bayam

106

38.16

3.71

0.53

6.89

wortel

83

34.86

1.00

0.25

7.72

pisang

126

121.91

3.87

1.23

28.63

jeruk

79

25.60

0.51

0.11

6.37

beras
telur
minyak

5
62
5

17.80
100.44
45.10

0.21
7.94
0.00

0.01
7.13
5.00

4.06
0.43
0.00

tahu

96

65.28

7.49

4.42

1.54

labu siam
wortel
bihun

35
16
6

9.10
6.72
21.60

0.21
0.19
0.28

0.04
0.05
0.01

2.35
1.49
4.93

kangkung

95

27.55

2.85

0.29

5.13

pisang

132

127.71

4.06

1.29

30.00

melon

250

95.50

1.50

0.50

20.75

1429

61.4

40.6

224.3

Tabel 30 Asupan makanan Ny. I pada hari ke-3

44

Waktu
Makan

Menu

Berat
(g)

Roti isi

roti putih
margarin
selai
kacang

75
5

Energi
(kkal)
186.00
36.00

16.73

0.04

0.04

4.52

telur

67

97.69

7.72

6.93

0.42

pepaya

110

272.91

2.86

0.33

63.91

2.5

5.00

0.00

0.00

2.00

55.8
28
5

198.47
57.96
45.10

2.34
5.26
0.00

0.11
3.92
5.00

45.27
0.00
0.00

32

47.68

5.86

1.28

4.06

80

20.80

0.48

0.08

5.36

67

28.14

0.80

0.20

6.23

89

317.73

15.40

1.34

62.30

117

113.20

3.60

1.14

26.59

115

111.26

3.54

1.12

26.13

53.3
58

189.57
175.16

2.24
10.56

0.11
14.50

43.24
0.00

45.10

0.00

5.00

0.00

76

51.68

5.93

3.50

1.22

133

34.58

0.80

0.13

8.91

33

11.55

0.79

0.07

2.54

146

55.77

0.88

0.29

12.12

2118

75

50

352.3

Pagi

Selingan
1

Siang

Selingan
2

Malam

Kandungan Zat Gizi


Protein Lemak Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
6.00
0.90
37.50
0.03
4.05
0.02

Bahan
Pangan

Telur
rebus
Buah
pepaya
Gula

gula
tropicana
slim
beras
daging
minyak

Bubur
Daging
bistik
Tumis
tempe
tempe
Sup labu
labu siam
siam +
wortel
wortel
Tumis
kacang
kacang
panjang
panjang
Buah
pepaya
pepaya
Buah
pisang
pisang
Bubur
beras
Ayam
ayam
bumbu
minyak
bali
Tahu
bumbu
tahu
kuning
Tumis
labu siam
labu siam
Asemasem
buncis
buncis
Buah
melon
melon
Total

Anda mungkin juga menyukai