KASUS 3
“PAGT PADA PASIEN HIV DENGAN KOMPLIKASI STOMATITIS DAN
SUSPECT TB PARU”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I
LATAR BELAKANG
Gambaran Kasus
Nama Pasien : Ny. SU
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 39 Tahun
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 55 kg
Nadi : 75 x/menit
Tekanan Darah : 76/52 mmHg
Respiratory Rate : 111 x/menit
Suhu : 36,60 C
Keluhan : Batuk , nyeri telan dan sesak nafas, sariawan di
seluruh mulut dan tenggorokan, dengan kondisi lemah sejak 1 bulan yang lalu
Diagnosa medis : Penyakit HIV (Human Imumunideficiency Virus)
dengan stomatitis dan suspect TB paru.
C. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil skrining didapatkan skor skrining Ny.SU adalah 3
sehingga ia memiliki kemungkinan gizi kurang/malnutrisi dan
kemungkinan mengalami penyakit tertentu sehingga membutuhkan
pengkajian lebih lanjut serta membutuhkan terapi gizi segera.
BAB III
ASSESMENT GIZI
Domain Data
CH 1.1.1 Usia 39 Tahun
CH 1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Buruh tani
Penyakit Penyakit HIV (Human Imumunideficiency
Virus) dengan stomatitis dan suspect TB paru
Pengobatan 1. Riger laktat 20 tpm
2. Terapi ARV
3. Terapi oksigen
Kesimpulan : Ny SU didiagnosis pernyakit HIV dengan komplikasi, keadaan Ny.
SU saat ini masih lemas.
: 44,9%
84,2
2. Total KH : 235,5 𝑥 100
: 32,6%
72,5
3. Total Protein : 𝑥 100
119,2
: 56,1%
61,2
4. Total Lemak : 𝑥 100
106
: 53,3%
Perbandungan kecukupan asupan setelah masuk rumah sakit :
282,3
1. Total Energi : 2.384,8 𝑥 100
: 11,8%
32
2. Total KH : 235,5 𝑥 100
: 13,4%
20,2
3. Total Protein : 119,2 𝑥 100
: 17%
8,4
4. Total Lemak : 106 𝑥 100 ∶ 7,9 %
BAB IV
DIAGNOSIS GIZI
A. PERENCANAAN
1. Tujuan
a. Meningkatkan asupan oral (energi, karbohidrat, dan protein)
hingga sesuai dengan kebutuhan dan daya terima pasien.
b. Menjaga status gizi pasien agar tidak semakin memburuk
c. Mengurangi keluhan pasien seperti sesak nafas, nyeri telan, dan
sariawan.
d. Memperbaiki nilai biokimia pasien (hemoglobin, hematokrit,
kreatinin, CD4 Absolut, CD4%, CD8 Absolut, CD4 : CD8)
e. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai diet
yang berhubungan dengan penyakit pasien
2. Peskripsi Diet
a. Rekomendasi kebutuhan energi 1250 kkal, karbohidrat 125
gram, protein 62 gram, lemak 56 gram, cairan sebanyak 2300
ml dan serat 20-30 gram yang diberikan secara bertahap.
b. Jenis Diet : Diet Cair
c. Bentuk makanan : Cair penuh
d. Rute : Oral
e. Frekuensi : 5x/hari
B. IMPLEMENTASI
1. Pemberian diet
Rekomendasi energi kebutuhan energi 1250 kkal, karbohidrat
125 gram, protein 62 gram, lemak 56 gram, cairan sebanyak
2300 ml dan serat 20-30 gram yang diberikan secara bertahap
Asupan diberikan dalam bentuk cair penuh sebanyak 5x/hari
Makananan diberikan secara oral
Pemberian diet cair penuh :
Waktu Menu Berat
Bubuk Peptamen Dewasa 55 gram
07.00
Air Hangat 250 ml
Bubuk Peptamen Dewasa 55 gram
09.00
Air Hangat 250 ml
Bubuk Peptamen Dewasa 55 gram
11.00 Air Hangat 250 ml
2. Edukasi
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien
tentang tujuan, prinsip, dan syarat diet.
Memberikan penjelasan tentang makanan yang harus dihindari
terkait keluhan yang dialami pasien
Memberikan informasi mengenai pola makan yang baik untuk
meningkatkan asupan hingga mencukupi kebutuhan pasien.
Memberikan informasi terkait jenis makanan yang perlu
diberikan dan dihindari pasien terkait penyakit yang diderita
pasien.
3. Konseling
Pelaksanaan konseling gizi dilakukan dengan melibatkan
keluarga pasien.
Materi konseling mengenai jenis jenis makanan yang perlu
diberikan dan dihindari terkait keluhan yang dialami pasien.
Materi konseling terkait cara pengolahan makanan agar mampu
diterima pasien sesuai dengan keadaanya saat ini
Konseling dilakukan seminggu sekali dengan durasi ± 60
menit.
4. Koordinasi dengan tim kesehatan lain
Ahli gizi berkoordinasi dengan tim kesehatan lain yang ada
di rumah sakit, dengan dokter agar memberikan obat untuk
mengurangi dan menyembukan komplikasi keluhan yang dialami
pasien seperti sesak nafas, dan anemia. Kemudian berkoordinasi
dengan perawat agar membantu pasien dalam mengkonsumsi
makanan yang diberikan oleh pihak RS serta melakukan
pengecekan berkala untuk kondisi pasien, serta berkoordinasi
dengan tim kesehatan yang ada di daerahnya seperti tenaga
kesehatan dari puskesmas dan posyandu beserta kader kesehatan
untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang pola hidup
sehat pada penderita HIV/AIDS.
BAB VI
Dari hasil data dan analisis yang diperoleh, diketahui bahwa Ny. SU
berusia 39 tahun di diagnosis medis HIV (Human Imumunideficiency Virus)
dengan stomatitis dan suspect TB paru. Ny. SU mengeluh sesak nafas,
sariaawan, nyeri telan dan kondisinya lemas. Ny SU mengalami penurunan
nafsu makan sehingga menyebabkan penurunan asupan secara drastis dan
mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan sejak 1 bulan yang lalu.
Jika ditinjau dari aspek asupan sebelum masuk rumah sakit, pasien
sudah memiliki asupan energi total yang kurang dari kebutuhan, kemudian
setelah masuk rumah sakit terjadi penurunan yang sangat drastis pada
asupan pasien. Pasien mengalami penurunan nafsu makan ditambah keadaan
pasien yang susah menelan, sariawan serta sesak nafas sehingga berakibat
pada penurunan nafsu makan pasien sehingga asupan pada pasien juga
menurun hingga terjadi penurunan BB yang tidak diinginkan pada pasien.
Pasien didiagnosa HIV (Human Imumunideficiency Virus) dengan stomatitis
dan suspect TB paru.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan suatu keadaan
yang mengakibatkan penurunanan fungsi imunitas tubuh, dimana virus HIV
menyerang pusat genetik dari CD4 + atau sel limfosit T-helper yang
merupakan agens utama yang terlibat dalam fungsi perlindungan terhadap
infeksi. Infeksi HIV menyebabkan penuruanan progrseif dari sel CD4 + yang
pada akhirnya mengarah pada imunodefisiensi, penyakit konstitusional,
komplikasi neurologi. Penyebaran virus HIV dapat melalui; darah, sperma,
cairan vagina, ASI, dan cairan tubuh lain yang mengandung darah.
Perkembangan HIV berbeda antar-individu, sebagian besar akibat interaksi
kompleks antara virus dan faktor genetik pejamu.(2)
Pada data biokimia Ny. SU terlihat pada nilai CD4 dan CD8 rendah
yang menandakan adanya masalah berkaitan dengan infeksi virus HIV yang
telah merusak pusat genetik dari CD4.(2)
Rendahnya nilai biokimia hemoglobin dan hematokrit dikaitkan
dengan HIV karena infeksi virus HIV yang bersifat kompleks dan
multifactorial. Pertama infeksi oportunistik atau keganasan yang terjadi
dapat meyebabkan anemia akibat malnutrisi, koinfeksi, neoplasma, dan
penuruanan produksi eritropoietin yang mengakibatkkan hematopoiesis.(3)
Keadaan lemas yang dialami oleh pasien disebabkan kareena adanya
keadaan wasting akibat TB paru. Selain itu, keadaan wasting yang dialami
Ny. SU karena perubahan metabolisme energi yang menjadi besar akibat
adanya infeksi virus HIV. (4)
Tanda dan gejala yang dapat terlihat oleh penderita HIV adalah
mudahnya tubuh terserang oleh jenis-jenis jamur, salah satunya adalah
keluhan yang dialami Ny.SU yaitu sariawan di mulut dan tenggorokan yang
disebabkan jamur atau candidiasis.(5)
Kemudian terkait dengan sesak nafas yang dialami pasien maka
sebaiknya ahli gizi membuatkan menu dengan pemilihan jenis yang sesuai,
dengan porsi kecil diberikan sering dan dengan tekstur lunak, agar makanan
dapat diterima oleh pasien. Pasien dengan keadaan sesak nafas juga harus
menjaga asupan agar tidak banyak mengandung kolesterol hal ini karena
apabila pasien mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol bisa menyebabkan
pasien mudah tersedak, sehingga makanan bisa dikeluarkan kembali.
Intervensi pada pasien bertujuan untuk meningkatkan asupan pasien
agar sesuai dengan kebutuhan, menjaga status gizi pasien agar tidak
semakin memburuk, menjadikan pola makan pasien mengandung semua zat
gizi yang dibutuhkan dengan tetap memperhatikan kondisi pasien. Jenis diet
yang diberikan berupa diet cair. Diet diberikan secara oral dengan bentuk
makanan cair penuh. Frekuensi pemberian makanan adalah 5x dalam sehari.
Pemberian diet berdasarkan preskripsi diet yang sudah direncanakan.
Memberikan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai beberapa materi yang dibutuhkan pasien dan keluarga. Kemudian
dilakukan monev untuk memantau perkembangan pasien terhadap
kesembuhan penyakitnya, dengan beberapa indikator, perlakuan, dan waktu
pengukuran sehingga ahli gizi dapat memantau sejauh mana pasien
berkembang.
BAB VIII
KESIMPULAN