Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok Hari : Rabu

MK. Dietetik Penyakit Infeksi Tanggal : 13 Februari 2019

Konsep Makanan Orang Sakit dan Rumus Perhitungan


Kebutuhan

Disusun oleh :

Kelompok 1

Angela Kirana Aprikasary (P031713411042)


Annisa Aulia Pratiwi (P031713411043)
Annisa Mustika Arum (P031713411044)
Doni Prianto (P031613411008)
Ines Rodena Ginting (P031713411053)
Isra Hafira (P031713411054)
Kurnia Afriani (P031713411055)
May Hurrijjatul Fikri (P031713411057)
Melia Husni (P031713411059)
Nery Octavai (P031713411063)
Nuriani Kristina Situmeang (P031713411064)
Nurjanah (P031713411065)
Salma Sari Rizky (P031713411071)
Syarifa Rafikah (P031713411075)

DIII Gizi Tingkat IIB

Dosen Pembimbing :
Yessi AIza,Sst,M.Biomed
Yessi MarIina, S.Gz.Mph

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang diberi judul ”Konsep Makanan Orang Sakit dan
Rumus Perhitungan Kebutuhan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Dietetik.

Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada dosen sebagai


pembimbing, teman dan semua orang yang terlibat yang telah memberikan
dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kata sempurna dan
memerlukan pengembangan yang lebih lanjut. Untuk itu kepada Dosen
Pembimbing dan pembaca, kami meminta masukan demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang.

Pekanbaru, 07 Februari 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Tujuan.......................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4


2.1 Konsep Makanan Orang Sakit..................................................................... 4

2.1.1 Pedoman Diet Rumah Sakit .......................................................................... 4


2.1.2 Standar Umum Makanan di Rumah Sakit................................................... 5
2.2 Rumus Perhitungan Kebutuhan ................................................................. 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19


3.1 Kesimpulan................................................................................................ 19

3.2 Saran .......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan pengadaan
makanan yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan bahan makanan,
persiapan, pengolahan, pemorsian, serta pendistribusian. Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi merupakan proses yang mengatur
jalannya suatu penyelenggaraan makanan institusi, mulai dari perencanaan
sampai dengan pemorsian. Kegiatan Manajemen Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi dilakukan oleh bagian Instalasi Gizi dan Bagian Logistik.
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang bertujuan untuk membantu pencapaian peningkatan kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk membantu pencapaian peningkatan
kesembuhan penderita secara optimal. Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit
(PGRS) diatur sesuai dengan SK Menkes No 134 tahun 1978 yang meliputi
kegiatan utama, yaitu kegiatan pengadaan makanan; kegiatan penyuluhan,
konsultasi, dan rujukan gizi; kegiatan pelayanan di rawat inap; kegiatan
penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal
melalui pemberian diet yang tepat. Penyelenggaraan makanan pada setiap
unit dibantu beberapa bagian dari Instalasi Gizi diantaranya adalah gudang
sebagai unit pengadaan, formula susu sebagai unit pengolahan makanan
tambahan anak dan bayi, dan sekretariat atau staf yang melakukan kegiatan
administrasi. Penyelenggaraan makanan ini ditujukan kepada konsumen
rawat inap di rumah sakit.
Makanan memegang peranan penting dalam upaya pencegahan dan
penyembuhan penyakit. Pemberian nutrisi yang tepat berperan penting bagi
proses kesembuhan pasien rumah sakit. Nutrisi adalah hasil akhir dari semua
interaksi antara organism dan makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata

1
lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh
menggunakannya.
Peran nutrisi tidak dapat diremehkan nilainya karena tidak hanya
mengoptimalkan fungsi fisik dan kognitif pasien yang dirawat tetapi juga
kualitas kehidupannya. Oleh karena itu, mengkaji dan meningkatkan nutrisi
yang adekuat untuk klien adalah aspek perawatan yang penting dan vital.
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan nutrisi yang optimal bagi
klien rawat inap sering kali merupakan kolaborasi dengan dokter, yang
menulis program diet, dan dengan ahli gizi, yang menginformasikan pasien
tentang diet khusus. Pasien yang tidak memiliki kebutuhan khusus akan
mengkonsumsi diet regular, diet seimbang yang menyuplai kebutuhan
metabolic untuk orang yang sedentary.
Diet yang diterima tiap orang berbeda-beda, sangat tergantung pada
usia, berat badan, kondisi kesehatan dan banyaknya kegiatan yang dilakukan
dalam sehari. Diet yang dilakukan di rumah sakit disebut terapi diet,
tujuannya :
(1) Memperoleh status gizi yang baik
(2) Memperbaiki defisiensi gizi
(3) Mengistirahatkan organ tubuh
(4) Menyesuaikan asupan/intake dengan kemampuan tubuh
(5) Mengubah berat badan bila diperlukan
Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit pasti mendapatkan menu diet
yang berbeda sesuai dengan kondisi kesehatan dan jenis penyakitnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Makanan Orang Sakit ?
2. Bagaimana Pedoman Diet Rumah Sakit ?
3. Bagaimana Standar Makanan di Rumah Sakit ?
4. Apa saja Rumus Perhitungan Kebutuhan di Rumah Sakit ?

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan nya sebagai berikut :

1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca

2. Untuk mengetahui apa-apa saja konsep makanan orang sakit dan pedoman
diet rumah sakit

3. Untuk mengetahui bagaimana standar makanan di rumah sakit

4. Untuk mengetahui apa saja rumus perhitungan kebutuhan di rumah sakit

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Makanan Orang Sakit


Bagi orang sakit, penyediaan makanan dan air harus dipandang sebagai
pelayanan yang paling fundamental. Sebagai lambing kasih, pemberian
makanan dapat membantu kesembuhan bukan hanya dari pasoka unsure-
unsur gizinya tetapi juga dari ungkapan kasih yang dibutuhkan oleh orang
yang sakit (Hartono, 2006).
Karena itu, seharusnya terapi gizi di dalam rumah sakit dipandang
sebagai asuhan fundamental yang tidak boleh diabaikan untuk mempercepat
kesembuhan. Berbeda dengan pemberian obat, pemberian makanan memiliki
makna emosional dan simbolik bagi banyak orang (Hartono, 2006).
Prinsip makanan dan diet sehari-hari adalah harus mengandung:
(1) hidratrang dan lemak sebagai zat tenaga;

(2) protein sebagai zat pembangun; dan

(3) vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.

Dengan memperhatikan prinsip ini, beberapa rekomendasi berikut ini


yang mungkin bias dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pelayanan
gizi di rumah sakit:

1. Makan makanan secara beragam dan seimbang untuk menjamin


kecukupan energy, protein, vitamin, mineral, dan serat makanan yang
penting bagi kesehatan yang baik.

2. Makanan dengan memperhatikan berat badan yang optimal untuk


menghindari kemungkinan terkena sindrom metabolic, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, stroke, penyakit kanker tipe tertentu, diabetes
(Tipe II) dan dislipidemia. (Hartono, 2006)

2.1.1 Pedoman Diet Rumah Sakit

Di rumah sakit terdapat pula pedoman diet tersendiri yang akan


memberikan rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang

4
bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau mempertahankan status gizi
pasien, tetapi juga untuk mencegah permasalahan lain seperti diare akibat
intoleransi terhadap jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya pada diet
rumah sakit adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan daya tahan
tubuh dalam menghadapi penyakit/cedera. Khususnya infeksi, dan membantu
kesembuhan pasien dari penyakit/cederanya dengan memperbaiki jaringan
yang aus atau rusak serta memulihkan keseimbangan dalam tubuh
(homestasis). Rumah sakit pada umumnya akan menyediakan:

3. Makanan dengan kandungan mutrien yang baik dan seimbang menurut


keadaan penyakit dan status gizi masing-masing pasien

4. Makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi


gastrointestinal dan penyakit masing-masing

5. Makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti tidak


mengandung bahan yang bisa menimbulkan intoleransi (laktosa, gluten),
tidak mengandung bahan yang bisa menimbulkan gas (durian, nangka,
lalapan/sayuran mentah)

6. Makanan yang bebas unsure aditif berbahaya (pengawet, pewarna, dll.)

7. Makanan dengan penampilan citarasa yang menarik untuk menggugah


selera makan pasien yang umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi
indra pengecap/pembaunya (Hartono, 2006)

2.1.2 Standar Umum Makanan di Rumah Sakit

Ada 3 standar makanan di rumah sakit yaitu

1. Standar umum makanan rumah sakit (hanya berdasarkan konsistensi);

2. Standar khusus makanan rumah sakit (berdasarkan jenis penyakit) dan

3. Standar makanan untuk tes yang terkait dengan penajaman diagnosa.

(Nuraini, 2017)

5
1. Standar umum makanan rumah sakit

Standar umum Makanan RS yaitu Makanan biasa, Makanan lunak,


Makanan saring dan Makanan cair (jernih, penuh, kental/semi solid).
(Nuraini, 2017)

a. Makanan Biasa

Makanan ini sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam,


bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Susunan
hidangannya mengacu pada pola menu seimbang dan kebutuhan gizi individu
atau pasien yang penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus.Makanan
sebaiknya mudah cerna dan tidak merangsang saluran cerna. Makanan ini
diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dan mencegah serta
mengurangi kerusakan jaringan tubuh. (Nuraini, 2017)

Syarat diet makanan biasa adalah energi sesuai dengan kebutuhan


normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat atau aktifitas ringan;
protein 10-15 % dari kebutuhan total, lemak 20-30 % dari kebutuhan total dan
karbohidrat 55-70 % kebutuhan total energi, cukup vitamin, mineral, air dan
kaya serat. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi dan tidak
merangsang saluran cerna. (Nuraini, 2017).

Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang merangsang


seperti makanan yang mempunyai lemak tinggi, terlalu manis, terlalu pedas,
terlalu gurih, terlalu berbumbu dan minuman yang mengandung alkohol.
(Nuraini, 2017).

b. Makanan Lunak

Makanan lunak adalah makanan yang mempunyai tekstur yang mudah


dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan dengan makanan biasa.
Makanan ini mengandung cukup zat zat gizi.Makanan lunak bioasanya
diberikan pada pasien yang mengalami infeksi dengan ada kenaikan suhu
tetapi tidak terlalu tinggi, pada pasien habis operasi tertentu, pasien dengan

6
kesulitan mengunyah dan menelan.Makanan lunak dapat diberikan langsung
kepada pasien atau merupakan perpindahan dari makanan saring sebelum
diberikan makanan biasa (Nuraini, 2017).

Syarat makanan lunak adalah adalah mempunyai kandungan energi,


protein, dan zat gizi lain cukup.Bentuk makanan lunak atau cincang sesuai
dengan keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien.Makanan diberikan
dalam porsi sedang, 3 kali makan dan 2 kali makanan selingan.Makanan
mudah dicerna, tidak merangsang, dan rendah serat. Contoh menu makanan
lunak adalah nasi, pepes Ikan (tanpa cabe), tempe bacem, sayur bening
bayam, buah papaya. (Nuraini, 2017)

c. Makanan Saring

Makanan saring merupakan makanan semi padat yang mempunyai


tekstur lebih halus daripada makanan lunak, sehingga mudah ditelan dan
dicerna. Makanan ini biasanya diberikan pada pasien dengan indikasi sesudah
mengalami operasi tertentu, infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna; pada
pasien dengan kesulitan menelan,mengunyah atau sebagai perpindahan
makanan cair kental ke makanan lunak. Sifat makanan adalah semi padat
dengan nilai gizi sedikit kurang adekuat, kurang seimbang karena kurang
serat dan Vitamin C. (Nuraini, 2017)

Syarat makanan saring adalah rendah serat, dan hanya diberikan dalam
waktu yang pendek yaitu 1- 3 hari saja, karena kurang memenuhi kebutuhan
gizi terutama energy dan zat gizi (vitamin dan mineral). Makanan dalam
bentuk halus atau diblender dan diberikan dalam porsi kecil dengan
pemberian 6-8 kali makan. Contoh makanan saring adalah bubur tepung
beras, gadon daging, perkedel tahu bakar, wortel cream soup, dan podeng
caramel sebagai hidangan penutup. (Nuraini, 2017)

d. Makanan Cair

Makanan cair merupakan makanan yang mempunyai konsistensi cair


sampai kental. Makanan ini diberikan pada pasien dengan indikasi pasien
mengalami gangguan mengunyah,menelan dan mencerna makanan yang

7
disebabkan karena menurunnya kesadaran, suhu tinggi, mual, muntah, atau
pada pasen yang baru saja mengalami perdarahan saluran cerna serta pada
pasien pra atau pasca bedah. Makanan cair merupakan makanan tahap awal
paska perdarahan saluran cerna .Makanan ini dapat diberikan secara oral,
enteral maupun parenteral.Berdasarkan konsisitensi makanan cair
dikelompokan dalam 3 jenis yaitu:

1) makanan cair jernih;

2) makanan cair penuh

3) makanan cair kental.

(Nuraini, 2017)

1) Makanan cair jernih

Makanan cair jerniah adalah makanan yang dalam bentuk cair pada
suhu ruang, tanpa/sedikit mungkin residu dapat tembus pandang jika
diletakkan dalam wadah bening. Tujuan pemberiannya adalah memenuhi
kebutuhasn cairan tubuh yang mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan
residu; mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus.Makanan ini
biasanya diberikan pada pasien pra atau paska bedah tertentu, pasien yang ada
mual dan muntah dan sebagai makanan tahap awal paska perarahan saluran
cerna. Nilai gizi makan cair relatif rendah dan hanya mempunyai kandungan
1 zat gizi yaitu karbohidrat. (Nuraini, 2017)

Syarat diet makanan cair diantaranya makanan dalam bentuk cair jernih
yang tembus pandang; bahan makanan hanya bersumber dari sumber
karbohidrat; tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap; mempunyai
residu sedkit, diberikan hanya 1-2 hari saja, setiap hari dapat diberikan dalam
5-6 kali pemberian antara 150-200 cc (porsi kecil tapi sering). (Nuraini, 2017)

Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, sirop,
kaldu jernih serta cairan mudah dicerna seperti cairan yang mengandung
maltodektrin. Makanan dapat ditambah dengan suplemen yang mempunyai
energi tinggi tetapi rendah sisa (Nuraini, 2017).

8
2) Makanan cair penuh

Makanan cair penuh adalah makanan cair yang semi padat pada suhu
ruang, dan tidak tembus pandang jika diletakkan pada tempat bening.
Makanan cair ini diberikan pada pasien yang mempunyai gangguan
mengunyah, menelan atau mencerna makanan padat. Pasien yang menerima
makanan ini biasanya pasien yang mengalami operasi mulut atau
tenggorokan, dan atau pada kesadaran menurun. Makanan ini dapat diberikan
secara oral, enteral maupun parenteral. (Nuraini, 2017)

Syarat makanan cair penuh diantaranya tidak merangsang saluran


cerna; bila diberikan lebih dari 3 hari, makanan tersebut harus memenuhi
kebutuhan energy dan zat gizi pasien; Kandungan energi minimal 1 kkal/1ml.
Konsentrasi cairan dapat diberikan bertahap dari ½, ¾, sampai penuh.
Osmolaritasnya kurang dari 400 mosml. (Nuraini, 2017)

Ada 2 jenis makanan cair penuh di rumah sakit yaitu formula rumah
sakit (FRS) dan formula komersial (FK). Formula rumah sakit adalah formula
yang dikembangkan di rumah sakit dan diproduksi di rumah sakit. Bahan
utamanya adalah susu full cream, susu skim, gula pasir, telur ayam, minyak,
tepung maizena sebagai pengental. Formula ini dapat dimodifikasi dan
disesuaikan dengan kondisi pasien. Pasien tidak tahan terhadap laktosa dapat
diberikan formula rendah laktosa, dengan mengganti susu fullcream dengan
susu rendah laktosa. Pasien dengan konstipasi maka formula dasarnya dapat
ditambahkan buah. Ada 4 jenis makanan formula rumah sakit yaitu makanan
cair penuh dengan susu, tanpa susu, rendah laktosa dan formula blender.
(Nuraini, 2017)

Jenis makanan cair yang kedua adalah formula komersial. Formula


komersial ini disesuaikan dengan peruntukannya atau indikasi penyakitnya.
Penyakit diabetes mellitus, maka formula komersialnya yang mempunyai
glikemik indeks rendah; Pasien yang alergi protein, maka formula
komersialnya diberikan yang mengandung protein terhidrolisa. Pasien yang
tidak tahan susu, dapat diberikan makanan cair tanpa susu, dan sumber

9
proteinnya dapat diperoleh dari kacang hijau, tahu, tempe, telur, dan tepung
seralia. (Nuraini, 2017)

3) Makanan cair kental

Makanan cair kental adalah makanan cair yang mempunyai konsisitensi


kental atau semi padat pada suhu kamar dan mudah meniggalkan
kerongkongan, sehingga tidak memerlukan pengunyahan dan mencegah
terjadinya aspirasi, tetapi dapat memenuhi kebutuhan gizi. Makanan jenis ini
sering diberikan pada pasien dengan peradangan kerongkongan, ulkus
peptikum, atau gangguan struktural atau motorik pada rongga mulut.
Makanan ini sebaiknya cairan cukup sehingga dapat mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh. (Nuraini, 2017)

Syarat makanan cair kental adalah harus mudah ditelan atau segera
meninggalkan kerongkongan dan tidak merangsang saluran cerna; cukup
energy dan protein, diberikan bertahap menuju makanan lunak dan
pemberiannya porsi kecil tetapi sering yaitu diberikan setiap 2-3 jam sekali
dalam 12 jam. (Nuraini, 2017)

Makanan ini adalah dapat dibuat dari makanan cair penuh yang
dikentalkan dengan gelatin, atau ditambah dengan maizena, atau margarin
sehingga konsistensi cair tapi kental, dan licin. (Nuraini, 2017)

2.2 Rumus Perhitungan Kebutuhan


Menurut Fajar (2014) terdapat beberapa jenis rumus perhitungan
kebutuhan, adalah sebagai berikut :
1. Rumus Berat Badan Ideal (BBI)
BBI anak 0 -11 bulan = (usia (Bulan) + 9) / 2
BBI anak 1-10 tahun = 2 x (usia tahun) + 8

Untuk BBI dewasa (>10 tahun) gunakan rumus brroca:


BBI Dewasa = (TB – 100) - 10% dari (TB-100)
Nb : Jika TB pria <150cm dan TB wanita <160cm , tidak perlu dikurangi
10%.

10
Jika ada kondisi udema (penumpukan cairan selain perut) atau ascites
(penumpukan cairan di perut), untuk BB Aktual, gunakan Berat badan
Kering (Berat Badan Koreksi) :

BB kering = BB Aktual – koreksi Penumpukan Cairan

2. Rumus Harist Benedict


Rumus ini idealnya di gunakan untuk menghitung kebutuhan gizi orang
sehat tetapi bisa juga digunakan untuk pasien sakit. Rumusnya :
Cara 1 :
Laki BMR = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x usia)
Wanita BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x Usia)
Cara 2 (cara cepat)
a) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam
Wanita = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB
Wanita = 25 kkal x kg BB

Energi = BMR x Faktor Aktifitas x Faktor Stres

Catatan : jika status gizi kurang atau normal gunakan berat badan aktual.
Dan jika status gizinya obesitas gunakan Berat badan ideal, dan apabila
ada peningkatan suhu 1ºC maka BMR ditambah 13% dari BMR )

11
Berikut faktor aktivitas dan faktor stress untuk menetapkan kebutuhan
energi orang sakit.
No Faktor Aktivitas Faktor
1. Istirahat di tempat tidur 1,2
2. Tidak terikat di tempat tidur 1,3

No Faktor stress/trauma Faktor


1. Tidak ada stress, pasien dalam keadaan gizi baik 1,3
2. Stress ringan : peradangan saluran cerna, kanker, bedah 1,4
efektif, taruma keranga moderat
3. Stress sedang : sepsis, bedah tulang, luka bakar, taruma 1,5
kerangka mayor
4. Stress berat : trauma multipel, sepsis, dan bedah 1,6
multisistem
5. Stress sangat berat : luka kepala berat, sindroma penyakit 1,7
pernapasan akut,luka bakar, dan sepsis
6. Luka bakar sangat berat 2,1

3. Rumus WHO/FAO /UNU anak


Rumus ini digunakan untuk menghitung kebutuhan gizi anak ataupun
dewasa . Rumusnya :

12
4. Rumus Mifflin
Rumus ini, rumus yang sering digunakan oleh dietitian di Rumah sakit,
untuk menghitung kebutuhan orang sakit. Rumusnya :
BMR Laki = (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x usia) + 5
BMR Wanita = (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x usia) – 161

Energi = BMR x Faktor Aktifitas x Faktor Stres

5. Rumus Konsensus PERKENI 2015


Rumus ini digunakan untuk menghitung kebutuhan gizi pasien penderita
Diabetes Melitus. Rumusnya :
BMR laki = 30 x Berat badan ideal (BBI)
BMR wanita = 25 x Berat badan ideal (BBI)

Energi = (BMR + Faktor Aktifitas) - Faktor Usia

13
6. Rumus GGK/CKD/CRF
Rumus ini digunakan untuk pasien dengan masalah pada ginjal.
 Kebutuhan Energi :
Jika usianya < 60 tahun = ( 35 x BBIdeal)
Jika usianya > 60 tahun = ( 30 x BBIdeal)
 Kebutuhan protein :
Jika tanpa Haemodialisa = ( 0,6 – 0,75 x BB Aktual)
Jika haemodialisa atau CAPD = 1,2 x BB Aktual
 Kebutuhan Lemak = 20-25% dari total energi
 Kebutuhan KH = sisa % dari lemak dan protein
 Kebutuhan Cairan = cairan yang keluar dalam urin, muntah, diare dll +
500 ml.
7. Rumus Curreri dan rumus shuterland
Rumus curreri di gunakan untuk pasien >17 tahun yang mengalami luka
Bakar sedangkan rumus shuterland di gunakan untuk pasien anak <17
tahun. Rumusnya :
curreri = 25 x BB ideal + 40 x %total luas Luka bakar)
sutherland = 60 x BB ideal + 35 x %total luas luka Bakar)

14
8. Rumus Sirosis Hati
Rumus ini digunakan untuk pasien dengan sirosis hati. Rumusnya :
Sirosis hati stabil = 30 x BB aktual.
Sirosis hati dengan komplikasi = 35 x BB aktual (komplikasi Inadekuat
intake, malnutrisi, encelopaty)
Kebutuhan Protein : 1 – 1,5 x BB aktual

15
9. Rumus Sylvia-escoutstump
Rumus ini di ambil dari literatur buku sylvia-escoutstump, digunakan
untuk pasien yang mengalami gangguan saluran napas atau paru-paru.
Rumusnya :
Energi = 25-30 kkal x BB aktual.
Protein = 1 x BB aktual
10. Rumus cepat kebutuhan anak
Rumus ini di gunakan untuk menghitung kebutuhan anak usia 0 - 17 tahun.
Rumusnya adalah :

11. Rumus Schofield


Rumus ini bisa digunakan untuk menghitung kebutuhan gizi anak 0-17
tahun, akan tetapi kelemahannya data BB dan TB harus tersedia.
Rumusnya :

16
12. Rumus Malnutrisi
Rumus ini digunakan untuk pasien yang mengalami gizi buruk atau
malnutrisi. rumusnya:

13. Rumus Kebutuhan Ibu Hamil


a. Gizi Ibu Hamil Tri semester 1
BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,8 (TB) – 4,7 (U)
TEE = BEE x ACTIVITY FACTOR
TEE keadaan hamil = TEE + 100

KH : 65% dari TEE


Protein : 15% dari TEE
Lemak : 20% dari TEE

b. Gizi Ibu Hamil Tri semester 2 dan 3


BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,8 (TB) – 4,7 (U)
TEE = BEE x ACTIVITY FACTOR
TEE keadaan hamil = TEE + 300

KH : 65% dari TEE


Protein : 15% dari TEE
Lemak : 20% dari TEE

17
14. Perhitungan Kebutuhan Protein, Lemak dan KH dalam tubuh.

Catatan : untuk total % kebutuhan protein, lemak dan KH harus 100 %.


Contoh : protein 15%, Lemak 25 % dan KH sisanya yaitu 60 %.
Kemudian contoh aplikasinya.
15% ×total energi
Kebutuhan protein =
4
25% ×total energi
Kebutuhan lemak =
4
60% ×total energi
Kebutuhan Karbohidrat =
4

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diet adalah sebagai usaha seseorang dalam mengatur pola makan dan
mengurangi makan untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan berat badan
yang ideal. Diet penyakit adalah salah satu usaha mengatur pola makan yang
sehat dengan penyakit yang di derita agar cepat menuju angka kesembuhan
dan mencegah penyakit itu kembali lagi.

Tujuan pada diet rumah sakit adalah untuk meningkatkan atau


mempertahankan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit/cedera. Ada
3 standar makanan di rumah sakit yaitu standar umum makanan rumah sakit
(hanya berdasarkan konsistensi), Standar khusus makanan rumah sakit
(berdasarkan jenis penyakit) dan Standar makanan untuk tes yang terkait
dengan penajaman diagnosa. Standar umum Makanan RS yaitu Makanan
biasa, Makanan lunak, Makanan saring dan Makanan cair (jernih, penuh,
kental/semi solid).

Dalam perhitungan kebutuhan di Rumah sakit terdiri dari beberapa


rumus seperti Rumus Harris Benedict, Rumus Mifflin, Rumus Stroke, Rumus
Malnutrisi, Gizi Ibu Hamil, dan Kebutuhan Protein, Lemak dan KH dalam
tubuh, dan lain-lain.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan diet di rumah sakit harus memperhatikan
setiap kebutuhan zat gizi setiap pasien sehingga ketika pasien sudah tidak
dirawat di rumah sakit tidak mengalami malnutrisi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fajar, A.S. 2014. Buku Saku Gizi. Edisi 1. Jakarta: Svastha Harena.

Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nuraini, dkk. 2017. Dietetik Penyakit Infeksi. Jakarta: KEMENKES RI.

20

Anda mungkin juga menyukai