Disusun oleh :
Kelompok 1
Dosen Pembimbing :
Yessi AIza,Sst,M.Biomed
Yessi MarIina, S.Gz.Mph
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang diberi judul ”Konsep Makanan Orang Sakit dan
Rumus Perhitungan Kebutuhan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Dietetik.
Kami menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kata sempurna dan
memerlukan pengembangan yang lebih lanjut. Untuk itu kepada Dosen
Pembimbing dan pembaca, kami meminta masukan demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh
menggunakannya.
Peran nutrisi tidak dapat diremehkan nilainya karena tidak hanya
mengoptimalkan fungsi fisik dan kognitif pasien yang dirawat tetapi juga
kualitas kehidupannya. Oleh karena itu, mengkaji dan meningkatkan nutrisi
yang adekuat untuk klien adalah aspek perawatan yang penting dan vital.
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan nutrisi yang optimal bagi
klien rawat inap sering kali merupakan kolaborasi dengan dokter, yang
menulis program diet, dan dengan ahli gizi, yang menginformasikan pasien
tentang diet khusus. Pasien yang tidak memiliki kebutuhan khusus akan
mengkonsumsi diet regular, diet seimbang yang menyuplai kebutuhan
metabolic untuk orang yang sedentary.
Diet yang diterima tiap orang berbeda-beda, sangat tergantung pada
usia, berat badan, kondisi kesehatan dan banyaknya kegiatan yang dilakukan
dalam sehari. Diet yang dilakukan di rumah sakit disebut terapi diet,
tujuannya :
(1) Memperoleh status gizi yang baik
(2) Memperbaiki defisiensi gizi
(3) Mengistirahatkan organ tubuh
(4) Menyesuaikan asupan/intake dengan kemampuan tubuh
(5) Mengubah berat badan bila diperlukan
Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit pasti mendapatkan menu diet
yang berbeda sesuai dengan kondisi kesehatan dan jenis penyakitnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Makanan Orang Sakit ?
2. Bagaimana Pedoman Diet Rumah Sakit ?
3. Bagaimana Standar Makanan di Rumah Sakit ?
4. Apa saja Rumus Perhitungan Kebutuhan di Rumah Sakit ?
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan nya sebagai berikut :
2. Untuk mengetahui apa-apa saja konsep makanan orang sakit dan pedoman
diet rumah sakit
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau mempertahankan status gizi
pasien, tetapi juga untuk mencegah permasalahan lain seperti diare akibat
intoleransi terhadap jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya pada diet
rumah sakit adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan daya tahan
tubuh dalam menghadapi penyakit/cedera. Khususnya infeksi, dan membantu
kesembuhan pasien dari penyakit/cederanya dengan memperbaiki jaringan
yang aus atau rusak serta memulihkan keseimbangan dalam tubuh
(homestasis). Rumah sakit pada umumnya akan menyediakan:
(Nuraini, 2017)
5
1. Standar umum makanan rumah sakit
a. Makanan Biasa
b. Makanan Lunak
6
kesulitan mengunyah dan menelan.Makanan lunak dapat diberikan langsung
kepada pasien atau merupakan perpindahan dari makanan saring sebelum
diberikan makanan biasa (Nuraini, 2017).
c. Makanan Saring
Syarat makanan saring adalah rendah serat, dan hanya diberikan dalam
waktu yang pendek yaitu 1- 3 hari saja, karena kurang memenuhi kebutuhan
gizi terutama energy dan zat gizi (vitamin dan mineral). Makanan dalam
bentuk halus atau diblender dan diberikan dalam porsi kecil dengan
pemberian 6-8 kali makan. Contoh makanan saring adalah bubur tepung
beras, gadon daging, perkedel tahu bakar, wortel cream soup, dan podeng
caramel sebagai hidangan penutup. (Nuraini, 2017)
d. Makanan Cair
7
disebabkan karena menurunnya kesadaran, suhu tinggi, mual, muntah, atau
pada pasen yang baru saja mengalami perdarahan saluran cerna serta pada
pasien pra atau pasca bedah. Makanan cair merupakan makanan tahap awal
paska perdarahan saluran cerna .Makanan ini dapat diberikan secara oral,
enteral maupun parenteral.Berdasarkan konsisitensi makanan cair
dikelompokan dalam 3 jenis yaitu:
(Nuraini, 2017)
Makanan cair jerniah adalah makanan yang dalam bentuk cair pada
suhu ruang, tanpa/sedikit mungkin residu dapat tembus pandang jika
diletakkan dalam wadah bening. Tujuan pemberiannya adalah memenuhi
kebutuhasn cairan tubuh yang mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan
residu; mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus.Makanan ini
biasanya diberikan pada pasien pra atau paska bedah tertentu, pasien yang ada
mual dan muntah dan sebagai makanan tahap awal paska perarahan saluran
cerna. Nilai gizi makan cair relatif rendah dan hanya mempunyai kandungan
1 zat gizi yaitu karbohidrat. (Nuraini, 2017)
Syarat diet makanan cair diantaranya makanan dalam bentuk cair jernih
yang tembus pandang; bahan makanan hanya bersumber dari sumber
karbohidrat; tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap; mempunyai
residu sedkit, diberikan hanya 1-2 hari saja, setiap hari dapat diberikan dalam
5-6 kali pemberian antara 150-200 cc (porsi kecil tapi sering). (Nuraini, 2017)
Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, sirop,
kaldu jernih serta cairan mudah dicerna seperti cairan yang mengandung
maltodektrin. Makanan dapat ditambah dengan suplemen yang mempunyai
energi tinggi tetapi rendah sisa (Nuraini, 2017).
8
2) Makanan cair penuh
Makanan cair penuh adalah makanan cair yang semi padat pada suhu
ruang, dan tidak tembus pandang jika diletakkan pada tempat bening.
Makanan cair ini diberikan pada pasien yang mempunyai gangguan
mengunyah, menelan atau mencerna makanan padat. Pasien yang menerima
makanan ini biasanya pasien yang mengalami operasi mulut atau
tenggorokan, dan atau pada kesadaran menurun. Makanan ini dapat diberikan
secara oral, enteral maupun parenteral. (Nuraini, 2017)
Ada 2 jenis makanan cair penuh di rumah sakit yaitu formula rumah
sakit (FRS) dan formula komersial (FK). Formula rumah sakit adalah formula
yang dikembangkan di rumah sakit dan diproduksi di rumah sakit. Bahan
utamanya adalah susu full cream, susu skim, gula pasir, telur ayam, minyak,
tepung maizena sebagai pengental. Formula ini dapat dimodifikasi dan
disesuaikan dengan kondisi pasien. Pasien tidak tahan terhadap laktosa dapat
diberikan formula rendah laktosa, dengan mengganti susu fullcream dengan
susu rendah laktosa. Pasien dengan konstipasi maka formula dasarnya dapat
ditambahkan buah. Ada 4 jenis makanan formula rumah sakit yaitu makanan
cair penuh dengan susu, tanpa susu, rendah laktosa dan formula blender.
(Nuraini, 2017)
9
proteinnya dapat diperoleh dari kacang hijau, tahu, tempe, telur, dan tepung
seralia. (Nuraini, 2017)
Syarat makanan cair kental adalah harus mudah ditelan atau segera
meninggalkan kerongkongan dan tidak merangsang saluran cerna; cukup
energy dan protein, diberikan bertahap menuju makanan lunak dan
pemberiannya porsi kecil tetapi sering yaitu diberikan setiap 2-3 jam sekali
dalam 12 jam. (Nuraini, 2017)
Makanan ini adalah dapat dibuat dari makanan cair penuh yang
dikentalkan dengan gelatin, atau ditambah dengan maizena, atau margarin
sehingga konsistensi cair tapi kental, dan licin. (Nuraini, 2017)
10
Jika ada kondisi udema (penumpukan cairan selain perut) atau ascites
(penumpukan cairan di perut), untuk BB Aktual, gunakan Berat badan
Kering (Berat Badan Koreksi) :
Catatan : jika status gizi kurang atau normal gunakan berat badan aktual.
Dan jika status gizinya obesitas gunakan Berat badan ideal, dan apabila
ada peningkatan suhu 1ºC maka BMR ditambah 13% dari BMR )
11
Berikut faktor aktivitas dan faktor stress untuk menetapkan kebutuhan
energi orang sakit.
No Faktor Aktivitas Faktor
1. Istirahat di tempat tidur 1,2
2. Tidak terikat di tempat tidur 1,3
12
4. Rumus Mifflin
Rumus ini, rumus yang sering digunakan oleh dietitian di Rumah sakit,
untuk menghitung kebutuhan orang sakit. Rumusnya :
BMR Laki = (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x usia) + 5
BMR Wanita = (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x usia) – 161
13
6. Rumus GGK/CKD/CRF
Rumus ini digunakan untuk pasien dengan masalah pada ginjal.
Kebutuhan Energi :
Jika usianya < 60 tahun = ( 35 x BBIdeal)
Jika usianya > 60 tahun = ( 30 x BBIdeal)
Kebutuhan protein :
Jika tanpa Haemodialisa = ( 0,6 – 0,75 x BB Aktual)
Jika haemodialisa atau CAPD = 1,2 x BB Aktual
Kebutuhan Lemak = 20-25% dari total energi
Kebutuhan KH = sisa % dari lemak dan protein
Kebutuhan Cairan = cairan yang keluar dalam urin, muntah, diare dll +
500 ml.
7. Rumus Curreri dan rumus shuterland
Rumus curreri di gunakan untuk pasien >17 tahun yang mengalami luka
Bakar sedangkan rumus shuterland di gunakan untuk pasien anak <17
tahun. Rumusnya :
curreri = 25 x BB ideal + 40 x %total luas Luka bakar)
sutherland = 60 x BB ideal + 35 x %total luas luka Bakar)
14
8. Rumus Sirosis Hati
Rumus ini digunakan untuk pasien dengan sirosis hati. Rumusnya :
Sirosis hati stabil = 30 x BB aktual.
Sirosis hati dengan komplikasi = 35 x BB aktual (komplikasi Inadekuat
intake, malnutrisi, encelopaty)
Kebutuhan Protein : 1 – 1,5 x BB aktual
15
9. Rumus Sylvia-escoutstump
Rumus ini di ambil dari literatur buku sylvia-escoutstump, digunakan
untuk pasien yang mengalami gangguan saluran napas atau paru-paru.
Rumusnya :
Energi = 25-30 kkal x BB aktual.
Protein = 1 x BB aktual
10. Rumus cepat kebutuhan anak
Rumus ini di gunakan untuk menghitung kebutuhan anak usia 0 - 17 tahun.
Rumusnya adalah :
16
12. Rumus Malnutrisi
Rumus ini digunakan untuk pasien yang mengalami gizi buruk atau
malnutrisi. rumusnya:
17
14. Perhitungan Kebutuhan Protein, Lemak dan KH dalam tubuh.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diet adalah sebagai usaha seseorang dalam mengatur pola makan dan
mengurangi makan untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan berat badan
yang ideal. Diet penyakit adalah salah satu usaha mengatur pola makan yang
sehat dengan penyakit yang di derita agar cepat menuju angka kesembuhan
dan mencegah penyakit itu kembali lagi.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan diet di rumah sakit harus memperhatikan
setiap kebutuhan zat gizi setiap pasien sehingga ketika pasien sudah tidak
dirawat di rumah sakit tidak mengalami malnutrisi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, A.S. 2014. Buku Saku Gizi. Edisi 1. Jakarta: Svastha Harena.
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
20