Rumah Sakit Umum Daerah Koja (RSUD Koja) terletak di wilayah Utara Provinsi DKI Jakarta,
selama ini telah memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dengan segala kekurangannya sejak
73 tahun yang lalu. Awalnya pada tahun 1943 dirintis oleh Dr. Arif dari sebuah balai pengobatan dan
klinik bersalin. Sembilan tahun kemudian yaitu pada tanggal 8 Agustus 1952 dilakukan peletakan batu
pertama oleh Walikota Jakarta Utara, yaitu Bapak Syamsurizal sebagai tanda dimulainya pembangunan
Pada tahun 1977 dibawah kepemimpinan Dr. Wahyono, RSD Koja ditetapkan oleh DEPKES menjadi
RSU kelas C
Lanjutan...
Tahun 1988 berdasarkan Perda No. 4 tahun 1988 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Rujukan Tipe B Non Pendidikan. Pada tahun
1984 secara resmi melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 01/01/1984, RSD Koja ditetapkan menjadi Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Pada tahun 1988, dibawah pimpinan Dr. Umar Wahid, dilakukan penilaian kembali terhadap pemindahan lokasi. Dari hasil
penilaian tersebut, Dinas Kesehatan sebagai induk instansi mengusulkan kepada PEMDA DKI Jakarta untuk mengembangkan RSD
Koja di lokasi yang sekarang.
Mulai bulan Maret 1988 dari Rumah Sakit Swadana telah menjadi RSD Kelas B melalui PERDA No. 4 tahun 1988. Rumah Sakit
ini merupakan Rumah Sakit Swadana yang selalu mengembangkan institusi dan pelayanannya agar semua lapisan masyarakat di
wilayah Jakarta Utara dapat terlayani sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka tanpa melupakan fungsi dan mutu
pelayanan yang professional ke setiap kelas yang ada.
Mulai tahun 1990 secara bertahap dilakukan pula pengembangan jenis pelayanan spesialistik
sehingga pada saat ini RSD Koja telah dapat memberikan semua jenis pelayanan spesialistik.
Dikembangkan pula RSD Koja sebagai tempat pendidikan dan pelatihan serta penilitian.
Pada akhir 1991 mulai dilaksanakan proyek pembangunan gedung baru RSD Koja.
Pembangunan tahap pertama (gedung berlantai 4) selesai pada tahun 1992. Sedangkan tahap
kedua (gedung berlantai 8) selesai pada akhir tahun 1994. Dikembangkan pula kegiatan
pembinaan kesehatan bagi masyarakat dengan membentuk Klub Asma dan Klub Diabetes, dan
pembinaan dokter-dokter ahli penyakit anak dan dokter-dokter kebidanan RSD Koja.
Rumah Sakit Koja telah terakreditasi oleh Departemen Kesehatan No. YM.02.03.3.5.5733 sejak tahun 1997 dan telah
melakukan standarisasi mutu untuk ISO 9001: 2000 dengan akreditasi 12 jenis pelayanan. Nama Rumah Sakit Koja berubah
menjadi Rumah Sakit Daerah Koja sejak adanya Undang-Undang Otonomi Daerah yang terbentuk pada tahun 1999. Saat ini
RSD Koja merupakan Rumah Sakit Daerah Tipe B Swadana Non Pendidikan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Utara.
Pada tahun 2002 dimulai pembangunan gedung Rumah Sakit Daerah Koja Blok C (gedung berlantai 4) yang terdiri dari
Apotik, Bank DKI, Sub. Bag. Program (Entry Data Process), Kafetaria, Administrasi Rawat Inap, Poliklinik Anak, Poliklinik
Akupuntur, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Jiwa, Poliklinik Rehabilitasi Medik, Medical Check Up, Ruang Tindakan
Trans Cranial Doppler dan Elektro Enchepalografi serta Elektro Miografi. Selain itu, khusus lantai 6 adalah perkantoran dan
Saat ini RSUD Koja merupakan Rumah Sakit umum dengan pola pengelolaan keuangan BLUD penuh dan sebagai kelas B
Non Pendidikan dan telah menjadi Rumah Sakit rujukan regional wilayah Jakarta Utara
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Nama Rumah Sakit: Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Alamat : Jl. Deli No. 4 Tanjung Priok, Jakarta Utara
No. Telepon : 021 – 43938478
No. Fax : 021 – 4352401
Tahun berdiri : 1943
Pemilik : Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Direktur : dr. Theryoto, M.Kes
Jenis Rumah Sakit : Rumah Sakit Daerah Kelas B Non Pendidikan
Fasilitas :
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Spesialis dan Sub
Spesialis, Instalasi Penunjang Diagnostik, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Farmasi, Instalasi Rekam Medik,
Instalasi Radiologi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Kamar Operasi, Instalasi ICU, Instalasi PICU, Instalasi
NICU, Instalasi Gizi, Instalasi CSSD, Unit Luka Bakar, Unit Stroke, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
(IPSRS), dan Instalasi Kamar Jenazah.
• Jumlah tempat tidur :
950 unit, terdiri dari: VVIP (1 unit), VIP (14 unit), Kelas
1 (30 unit), Kelas 2 (90 unit), Kelas 3 (815 unit),
termasuk Stroke Unit (3 unit), HCU (16 unit), PICU (20
unit), NICU (30 unit), Perinatologi (50 unit), ICU (22
unit), ICCU (20 unit), Kamar Bersalin (15 unit),
Intermediate (20 unit), dan Isolasi (18 unit).
Letak dan Fasilitas
Letak
Dipinggir laut sekitar 10 km dari posisi kota. Terletak di persimpangan Jalan Deli dan Jalan
Jampea atau tepatnya di Jalan Deli No. 4 Jakarta Utara. Dapat dicapai dengan berbagai
jenis kendaraan dari jalan raya, jalan Tol Dalam Kota dari Jalan Tol Lingkar Luar (JORR).
Fasilitas Penunjang
RSUD Koja mempunyai fasilitas penunjang seperti:
Gedung tempat parkir dengan kapasitas:
Lapangan Olahraga, yaitu:
Lapangan Tenis
Lapangan Badminton
Lapangan Futsal
LANJUTAN...
Helipad
Fasilitas lainnya adalah administrasi untuk pasien yang akan dirawat dan pulang melalui
bagian administrasi yang mengurus segala administrasi dan keuangan dari pasien,
pelayanan dibuka selama 24 jam dengan petugas yang senantiasa siap melayani dengan
ramah dan bertanggung jawab.
Paradigma pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan pandangan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan bermutu dengan tarif yang terjangkau sudah berubah,
masyarakat yang semula mencari dokter akhirnya kebutuhan masyarakat
mengutamakan mencari Rumah Sakit yang murah atau melayani jaminan kesehatan
sepenuhnya, di rawat dengan sepenuh hati dan mendapatkan pelayanan yang cepat,
tepat dan aman. Hal ini mengakibatkan pihak Rumah Sakit milik Pemerintah harus
bersaing dengan Rumah Sakit Swasta lainnya, khususnya dalam penyediaan sumber
daya manusia.
Kegiatan Pelayanan RSUD Koja
• Falsafah
Pelayanan professional untuk semua.
• NILAI PILAR
P = Profesional
Profesional mempunyai ciri – ciri, antara lain: memiliki kemampuan
dan pengetahuan yang tinggi, memiliki kode etik, memiliki tanggung
jawab profesi serta integritas yang tinggi, memiliki jiwa pengabdian
kepada masyarakat, memiliki kemampuan yang baik dalam
perencanaan program kerja dan menjadi anggota organisasi dari
profesinya.
• I = Integritas
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai – nilai luhur dan keyakinan. Orang
berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki
karakter yang kuat.
• L = Layanan
Pelayanan prima merupakan pelayanan terbaik atau sangat baik
yang diberikan kepad pelanggan dengan memperhatikan standar
kualitas yang tinggi secara professional dan memuaskan sehingga
memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
• A = Akuntabilitas
Inti akuntabilitas, adalah harus mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaa kewenangan yang diberikan di bidang
tugasnya. Dengan demkian, akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada hampir semua reformasi sektor
publik dan mendorong munculnya tekanan dari pelaku kunci yang terlibat untuk bertnaggung jawab dan menjamin
kinerja pelayanan publik yang baik.
• R = Responsif
Sikap responsive adalah kesadaran akan tugas yang harus dilakukan dengan sungguh – sungguh. Kepekaan yang tajam
dalam menyikapi berbagai hal yang dihadapinya dan kepahaman makna tanggung jawab yang harus dipikul adalah ciri
utama kepribadiannya. Merasa tidak enak jika suatu saat melalaikan kewajibannya. Karena itu, kapanpun,
bagaimanapun, dan dalam kondisi apapun selalu berusaha secara maksimal untuk melaksanakan tugasnya.
• Tujuan
Terwujudnya Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Lengkap dan Terstandar untuk penyakit akibat Infeksi,
Trauma, dan Degeneratif yang dilayani oleh Sumber Daya Manusia yang Kompeten dan Profesional.Terlaksananya Tata
Kelola Rumah Sakit yang Profesional, Akutabel dan Transparan dengan berbasis pada Teknologi Informasi yang Akurat
dan Terkini.
Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Koja
BAB II
Ketenagakerjaan
No Tenaga Jumlah Jabatan
1. Dokter Spesialis Gizi 1 Kepala Staf Gizi
2. S2 Gizi -
3. S1 Gizi -
4. SKM 1
1 orang sebagai Kepala Instalasi Gizi
5. D3 Gizi 18
17 orang sebagai Ahli Gizi
6. D1 Gizi -
7. SMK/Tata Boga Bagian Produksi
8. SMA Bagian Produksi
9. SMP 1 Bagian Produksi
RSUD Koja adalah rumah sakit tipe B. Jumlah tenaga kerja di Instalasi Gizi RSUD Koja adalah 63
orang dengan jabatan dan tugas masing – masing. Jumlah ahli gizi ruangan adalah 18 orang. Jumlah
kapasitas tempat tidur rumah sakit adalah kurang lebih 900 tempat tidur. Jadi, rasio ahli gizi
diruangan dengan kapasitas tempat tidur adalah 1:50 sedangkan tenaga bagian produksi di Instalasi
RSUD Koja adalah 45 orang dengan rasio perbandingan dengan kapasitas tempat tidur adalah 1:20.
Perencanaan Menu
Dalam perencanaan menu di Instalasi gizi RSUD Koja mempertimbangkan
faktor-faktor diantaranya kebutuhan gizi, jumlah konsumen yaitu pasien dan
karyawan, karakteristik konsumen, peralatan yang tersedia, tujuan institusi,
dan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja dan biaya yang tersedia.
1. Bentuk tim kerja
2. Menetapkan macam menu
3. Menetapkan Lama Siklus Menu dan kurun waktu penggunaan menu
4. Menetapkan pola menu
5. Menetapkan besar porsi
6. Merancang format menu
1. Bentuk Tim Kerja
Tim kerja pada Instalasi Gizi RSUD Koja sudah cukup baik
karena terdapat Dokter Spesialis Gizi sebagai Kepala staff
gizi, kemudian terdapat ahli gizi sebagai kepala Instalasi
Gizi dan ahli gizi lainnya yang bertugas sebagai konselor
di poli gizi, selain itu terdapat ahli gizi sebagai
penanggung jawab di bagian instalasi gizi dan terdapat
beberapa karyawan di bagian produksi.
2. Menetapkan Macam Menu
RSUD Koja dalam menetapkan macam menu
berdasarkan jam makan. Pagi terdiri dari makanan pokok
1 porsi, lauk hewani 1 porsi, dan sayur 1 porsi. Kemudian,
makan siang terdiri dari makanan pokok 1porsi, lauk
hewani dan lauk nabati 1 porsi dan sayur 1 porsi. Lalu,
makan malam terdiri makanan pokok 1 porsi, lauk
hewani dan lauk nabati 1 porsi dan sayur 1 porsi. Serta
tambahan buah dimakan siang dan makan malam.
3. Menetapkan Lama Siklus Menu dan
kurun waktu penggunaan menu
Siklus menu dapat dibuat untuk siklus
menu 5 hari, 7 hari, 10 hari, atau 15 hari.
Kurun waktu penggunaan menu dapat
diputar selama 6 bulan – 1 tahun. Pada
Instalasi Gizi RSUD Koja menggunakan
siklus menu 10 hari dengan tambahan
satu hari pada hari ke 31.
4. Menetapkan pola menu
RSUD Koja menetapkan pola menu pagi tanpa lauk hewani, siang dan sore terdapat
tambahan buah. Selain itu, pola menu pasien pada RSUD Koja terdapat makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah. Makanan pokok yang digunakan
setiap hari adalah nasi biasa, nasi tim, dan bubur biasa dengan frekuensi
penggunaan setiap hari. Lauk hewani yang digunakan untuk pasien umumnya
terdiri dari daging sapi, daging ayam, ikan, telur dengan frekuensi pemakaian sesuai
kebutuhan dan diganti secara selang seling. Kemudian untuk lauk nabati yang
digunakan biasanya tahu dan tempe dengan frekuensi penggunaan hampir setiap
hari selain itu, penggunaan mie dan bihun pada siklus menu hari ke 5 dan ke 9
digunakan sebagai pengganti lauk nabati. Jenis sayur yang digunakan untuk menu
pada pasien biasanya terdiri dari bahan makanan bayam, wortel, kacang panjang,
putren, buncis, tomat, daun bawang, kucai, selada, timun, dan labu siam.
Penggunaan buah umumnya menggunakan buah melon, semangka, papaya, anggur
(untuk kelas vip), apel (untuk kelas vip), pisang raja, pisang sunpride, dan jeruk
dengan frekuensi penggunaan di rolling secara bergantian. Selain itu, ada tambahan
menu makanan cair, preda, dan bubur sum-sum untuk pasien dengan diit khusus.
5. Menetapkan Besar Porsi
RSUD Koja menetapkan standar porsi
sesuai dengan diet dan kebutuhan gizi
pasien yang sudah ditentukan oleh
dokter yang menangani diet pasien.
6. Merancang Format Menu
Dalam peracangan format menu,
Instalasi gizi RSUD Koja setelah
menetapkan menu sesuai dengan siklus
kemudian, merancang format menu
yang akan dihidangkan ke pasien beserta
standar porsi untuk bahan makanan dan
bumbu yang digunakan
Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
• bahan makanan:
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan
1. Susun macam bahan makanan yang diperlukan, lalu golongkan bahan
makanan tersebut.
2. Hitung kebutuhan semua bahan makanan satu persatu selama 1 tahun.
Instalasi Gizi RSUD Koja menyusun macam bahan makanan yang
diperlukan dengan menggolongkan bahan makanan ke dalam beberapa
golongan bahan makanan, yaitu Bahan Makanan Kering (BMK), Bahan
Makanan Basah (BMB), dan Bahan Makanan Olahan. Untuk menghitung
kebutuhan bahan makanan satu persatu selama satu tahun, Instalasi Gizi
RSUD Koja menetapkannya dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
Perencanaan Anggaran Bahan Makanan
Langkah Perencanaan Anggaran Bahan Makanan
• Kumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen/pasien tahun sebelumnya
• Tetapkan macam dan jumlah konsumen/apsien
• Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan melakukan survey pasar, kemudian tentukan
harga rata rata bahan makanan
• Buat pedoman berat bersih bahan makanan yang digunakan dan dikonversikan ke dalam berat kotor
• Hitung indeks harga makanan per orang per hari dengan cara mengalikan berat kotor bahan makanan yang
digunakan dengan harga satuan sesuai konsumen/pasien yang dilayani
• Hitung anggaran bahan makanan setahun (jumlah konsumen/pasien yang dilayani dalam 1 tahun dikalikan
indeks harga makanan)
• Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan (sesuai dengan struktur organisasi
masing – masing) untuk meminta perbaikan
• Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administrative yang berlaku.
Instalasi Gizi RSUD Koja sudah melakukan perencanaan anggaran bahan makanan sesuai dengan langkah-
langkah perencanaan anggaran bahan makanan.
Pengadaan Bahan Makanan
Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi
penetapan spesifikasi bahan makanan, perhitungan
harga makanan, pemesanan dan pembelian bahan
makanan dan melakukan survey pasar.
Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Instalasi Gizi RSUD Koja dalam membeli dan memesan
bahan makanan memiliki perjanjian kerjasama dengan
Koperasi Karyawan. Bahan – bahan yang dibeli pun dipesan
harus memenuhi standar yang meliputi kualitas dan
kuantitas yang dibutuhkan. Upaya yang dilakukan oleh pihak
Instalasi Gizi RSUD Koja jika barang tidak sesuai dengan
pesanan adalah dengan mengembalikan ke pihak produsen
untuk ditukar dengan barang yang sesuai dengan syarat dan
standar yang tertera di perjanjian awal.
Standar Pemberian Makanan
1. Analisis Menu
Instalasi Gizi RSUD Koja menggunakan siklus menu
10 hari. Siklus menu yang dibuat terdapat variasi dan
kombinasi (rasa, warna, bentuk, konsistensi dan cara
pengolahan).
2. Standar porsi
Standar
No. Masakan Bahan Makanan Satuan
Porsi
Ruang Pencucian
Bahan Makanan dan
Toilet Alat
Area Pengolahan Makanan
Toilet Tempat Serah Terima
Barang yang datang
• Ada pula kekurangan dari sistem manajemen ini yaitu higienitas dan
sanitasi pada instalasi gizi yang belum terlaksana dengan baik
seperti mencampurkan alat untuk sendok sayur dan sendok daging,
pemakaian tutup kepala yang belum sesuai dengan cara penggunaan
atau penggunaan masker saat melakukan pemorsian makanan.
SARAN
Sebaiknya jumlah tenaga kerja di RSUD Koja
ditambahkan sesuai dengan jumlah pasien yang ada
untuk meminimalisir hambatan saat proses
penyelenggaran makanan. Selain itu, harus
meningkatkan kepedulian terhadap higenitas dan
sanitasi serta meningkatkan ketertiban dalam
penggunaan APD .
LAPORAN PENYULUHAN
Judul : Hazard Analysis Critical Control Point
Sub Topik :
Pengertian HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
Tujuan HACCP
Manfaat HACCP
Prinsip HACCP
Tujuan Higenitas dan Sanitasi
Syarat standar yang harus dipenuhi dalam Higenitas dan Sanitasi
Tujuan Khusus
• Karyawan di Instalasi Gizi RSUD Koja mampu mengerti mengenai :
• Pengertian HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
• Tujuan HACCP
• Manfaat HACCP
• Prinsip HACCP
• Tujuan Higenitas dan Sanitasi
• Syarat standar yang harus dipenuhi dalam Higenitas dan Sanitasi
METODE : Ceramah, diskusi MEDIA : Leaflet dan
dan Tanya jawab Poster
MATERI PENYULUHAN :
- Pengertian HACCP
- Tujuan HACCP
- Manfaat HACCP
- Prinsip HACCP
Struktural
• Persiapan media yang akan digunakan
• Persiapan tempat yang akan digunakan
• Persiapan acara penyuluhan di Instalasi Gizi RSUD Koja.
Proses
• Selama penyuluhan, peserta memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan
• Selama penyuluhan, peserta antusias dengan penjelasan materi yang di sampaikan
• Selama penyuluhan, peserta antusias dalam mengajukan pertanyaan tentang materi
yang disampaikan
Hasil
• Peserta mampu memahami tentang Pengertian HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point)
• Peserta mampu memahami tentang Tujuan HACCP
• Peserta mampu memahami tentang Manfaat HACCP
• Peserta mampu memahami tentang Prinsip HACCP
• Peserta mampu memahami tentang Tujuan Higenitas dan Sanitasi
• Peserta mampu memahami tentang Syarat standar yang harus dipenuhi
dalam Higenitas dan Sanitasi
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian HACCP
Suatu system yang mengidentifikasi BAHAYA SPESIFIK yang mungkin timbul dan cara
pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut.
2. Tujuan HACCP
Memperkecil kemungkinan adanya kontaminasi mikroba panthogen dan memperkecil potensi
mereka untuk tumbuh dan berkembang.
3. Manfaat HACCP
• Meningkatkan keamanan pangan.
• Meningkatkan kepuasan konsumen
• Memperbaiki fungsi pengendalian
• Mengurangi limbah dan kerusakan
4. Prinsip HCCP
• Melakukan analisis bahaya
• Menentukan titik pengendalian kritis (critical control point)
• Menentukan batas kritis
• Membuat suatu system pemantauan (monitoring) CCP
• Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasi adanya CCP
• Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa system HACCP bekerja
secara efektif
• Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang berhubungan dengan
prinsip dan aplikasinya.
LEAFLET
POSTER
DOKUMENTASI
PENELITIAN HACCP
Pengertian
HACCP merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencegah
terjadinya masalah kualitas produk makanan baik yang disebabkan
oleh factor biologi, kimia maupun fisis (food safety problem).
Identifikasi sumber masalah dilakukan sejak datangnya bahan baku,
proses produksi dilakukan sampai dengan produk jadi yang siap
didistribusikan. HACCP akan dapat mengidentifikasi critical control
points (CCPs) dalam system produksi yang potensial dapat
menurunkan mutu produk. Titik-titik ini harus dikontrol secara ketat
untuk menjamin mutu produk dan menjaga kadar kontaminan tidak
melebihi critical limit (Prasetyo, 2000).
Manfaat
Menurut Ermine (2010) manfaat dari sistem HACCP adalah sebagai berikut :
1. Menjamin keamanan pangan
a. Memproduksi produk pangan yang aman setiap saat;
b. Memberikan bukti sistem produksi dan penanganan produk yang aman;
c. Memberikan rasa percaya diri pada produsen akan jaminan keamanannya;
d. Memberikan kepuasan kepada pelanggan akan konformitasnya terhadap standar
nasional maupun internasional.
2. Mencegah kasus keracunan pangan, sebab dalam penerapan sistem HAXXP bahaya-
bahaya dapat diidentifikasi secara dini, termasuk bagaimana tindakan pencegahan dan
tindakan penanggulangannya.
3. Mencegah/mengurangi terjadinya kerusakan prodksi atau ketidakamanan pangan,
yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada sistem pengujian akhir produk saja.
HACCP Metode Skoring
1. Manajemen
2. Lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya
3. Kondisi bangunan ruang pengolahan makanan (dapur pengolahan)
4. Kelengkapan sarana pengolahan
5. Suplai air
6. Gudang bahan makanan
7. Peralatan memasak dan wadah makanan
8. Tenaga pengolah makanan
9. Penyajian makanan
10. Pendistribusian makanan
HASIL PENGAMATAN
No. Indikator Hasil Pengamatan Keterangan
Sesuai Indikator Tidak Sesuai Indikator
1 Lingkungan terbebas dari tanaman liar
2 Genangan air disekitar dapur pengolahan
3 Sampah kemasan dikelola dengan baik
4 Disekitar pengolahan tidak ada hewan peliharaan
5 Disekitar pengolahan tidak ada lalat, kecoa, tikus dan Beberapa kali pada saat pengamatan dan
hewan penyebab penyakit infeksi lainnya diluar pengamatan sering ditemukan kecoa
6 Konstruksi lantai dan dinding harus memenuhi syarat
7 Penggunaan antiseptik khusus untuk membersihkan Pada saat membersihkan lantai hanya
ruangan menggunakan pembersih lantai biasa
8 Asap hasil pengolahan makanan dikeluarkan melewati Pada saat pengamatan cerobong asap
cerobong asap yang bersih berdebu dan kotor
9 Kelengkapan sarana pengolahan seperti kelengkapan Kelengkapan P3K hanya ada minyak urut
P3K saja tidak ada salep atau obat merah
10 Kamar mandi dan ruang ganti pakaian untuk karyawan Terdapat kamar mandi untuk karyawan.
terpisah Namun, kamar ganti dan loker menjadi satu.
Sehingga tidak ada ruang ganti khusus
11 Tersedianya loker maupun lemari untuk karyawan
12 Air yang digunakan tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
berasa
13 Gudang bahan makanan kering, basah, dan setengah jadi
terpisah
14 Suhu masing – masing gudang sesuai dengan standar
15 Peralatan masak yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan
dibilas dengan air panas
16 Tenaga pengolah makanan tidak menggunakan cincin, gelang, Beberapa karyawan masih menggunakan cincin
jam tangan ataupun aksesoris lainnya dan jam tangan pada saat mengolah makanan
17 Tenaga pengolah makanan menggunakan APD (masker, sarung Beberapa karyawan tidak menggunakan masker
tangan, hair cap, sepatu safety) saat mengolah makanan, tidak menggunakan
sepatu safety saat didapur
18 Alat yang digunakan untuk menutup makanan kedap udara dan
air
19 Alat yang digunakan untuk pendistribusian makanan dibersihkan
terlebih dahulu dengan antiseptik khusus.
LAPORAN HACCP MENU MAKANAN DI RSUD KOJA
Kemiri
●
Penerimaan bahan makanan untuk tempe hanya dengan plastik/kresek yang tidak menutupi seluruh ●
Pada saat pencampuran bahan makanan dan bumbu yang telah disiapkan, tempe yang sudah dipotong-
bagian tempe. Sehingga bagian tempe yang terbuka tidak tertutupi dan rentan akan kontaminasi dari potong dimasukkan ke dalam panci yang besar kemudian ditambahkan bumbu ke dalamnya dan air ke
luar. Kemudian penerimaan bahan makanan basah sebagai bumbu juga dilakukan dengan cara dalam panci. Kemudian dilakukan perebusan sambil sesekali diaduk menggunakan spatula selama 45
menumpuk dengan bahan makanan lain dalam satu keranjang. Sehingga dapat terjadi kontaminasi fisik menit. Saat proses pemasakan tempe opor putih ini, petugas sudah menggunakan APD seperti masker,
dengan bahan makanan lain. haircap, celemek, dan sarung tangan.
●
Penyimpanan hanya dilakukan di atas meja dan dibiarkan terbuka tanpa disimpan didalam wadah atau ●
Proses penyimpanan dalam wadah sebelum diporsikan ke dalam tray makanan dapat menjadi
ditutupi bagian tempe yang terbuka. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi dari luar, mengingat meja kontaminasi. Hal tersebut dikarenakan tempe opor putih yang telah selesai dimasak disimpan dalam
yang digunakan untuk tempat penyimpanan tempe merupakan meja yang sering juga digunakan untuk wadah yang tidak tertutup dan dibiarkan terkontaminasi dengan udara. Pemorsian juga dilakukan
bahan lain. Selain itu, kulkas penyimpanan lauk nabati yang rusak juga menjadi kendala penyimpanan menggunakan satu centong untuk satu orang, untuk semua bahan makanan (lauk hewani, nabati, dan
tempe. Sehingga jika tidak langsung digunakan akan menyebabkan fermentasi pada tempe berlanjut. sayur).
●
Bumbu yang akan digunakan untuk tempe opor putih telah dipersiapkan oleh petugas pada bagian bumbu yang digiling atau
dihaluskan menggunakan blender. Blender yang digunakan merupakan blender yang dipakai untuk berbagai macam bahan
●
Pada saat pendistribusian, wadah makan pasien sudah tertutup rapat menggunakan plastik
makanan. Hal tersebut dapat menjadi kontaminasi pada bumbu yang akan digunakan apabila blender tidak dicuci dengan wrap dan troli yang digunakan juga sudah bersih. Makanan yang diantarkan oleh petugas
bersih. Pemotongan tempe dilakukan dengan menggunakan talenan dan pisau yang digunakan untuk bahan makanan lain. juga sudah sesuai dengan nama-nama pasien yang terdapat di ruangan masing-masing.
Sehingga besar kemungkinan terjadinya kontaminasi pada tempe dikarenakan peralatan yang digunakan kurang bersih dan
dipakai juga untuk bahan makanan lain. Makanan pasien langsung didistribusikan kepada pasien dengan cara sentralisasi.
Ondel Daging Sapi
Penerimaan Daging Sapi
●
Secara visual dan penciuman kondisi daging sapi saat penerimaan berwarna merah segar dan berbau khas daging sapi yang baru
saja dipotong. Jika ditemukan kondisi visual ataupun aroma dari daging sapi saat penerimaan pihak instalasi gizi melakukan
beberapa tindakan antara lain pengembalian produk yang rusak/berkualitas buruk untuk diganti dengan yang baik oleh supplier.
●
Suhu pada saat perebusan daging sapi dan pencampuran dengan bumbu harus dilakukan pada suhu ketika air 100 0C atau pada saat air perebusan telah mendidih. Selain suhu, pemberian teguran dan peringatan pada penjamah makanan yang tidak meggunakan
APD pada saat mengerjakan pengolahan makanan pun dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Pada saat tahap pengadonan dan pembentukan bola – bola daging tenaga pengolah makanan tidak menggunakan sarung tangan. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang pada bola - bola daging. Dilaporkan bahwa sekitar 12,5% kotaminasi tangan oleh Eschericia coli yang berasal dari tenaga pengolah makanan. Padasaat tahap perebusan berotensi menyebabkan kontaminasi bahaya
biologi dari bakteri, pada saat memasukkan adonan bola – bola pada panci perebusan tenaga pengolah makanan tidak menggunakan sarung tangan ataupun alat bantu sendok sehingga berpotensi terjadinya kontaminasi silang dari tangan tenaga pengolah
makanan. Bahaya lainnya pada saat perebusan adalah penggunaan alat yang berbahan stainless steel untuk memasak masakan lain hal ini pun berpotensi terjadinya kontaminasi silang karena penggunaan alat pengolah makanan yang digunakan secara bersamaan.
●
Berdasarkan peraturan yang berlaku pada instalasi gizi semua tenaga produksi dan tenaga pengolah makanan wajib menggunakan APD meliputi sepatu safety,
haircap, masker, sarung tangan, dan apron. Namun, pada saat pengamatan masih terdapat beberapa tenaga pengolah makanan yang tidak menggunakan sepatu
safety dan tidak menggunakan masker. Hal ini dapat menambah potensi bahaya biologi yang menular melalui udara dari tenaga pengolah makanan.
Makanan Cair
Pengendalian Mutu Bahan Baku (Susu Bubuk)
●
Melihat perkembangan mikroba pada susu dengan mendiamkan 2 gelas susu yang,dengan perbandingan dimana 1 gelas tertutup / terbungkus plastic wrap dan 1
gelas dibiarkan terbuka lalu akan terlihat hasil mutu susu apabila terlalu lama di diamkan akan menyebabkan mutu susu menjadi rusak dan tidak lagi menjadi bagus.
●
Telur diperoleh dari pemasok yang setiap harinya mengirim telur. Telur yang sudah dikirim diletakkan di tempat penyimpanan di gudang kering agar memudahkan
dalam penanganan selanjutnya. Dari hasil pengamatan, masih ada telur yang cangkangnya sudah retak tapi tidak segera dibuang sehingga sortasi pada telur masih
belum dilakukan dengan baik. Namun untuk telur yang sudah jelek bagian dalamnya, tidak dipakai lagi. Sortasi pada telur sangat penting dilakukan untuk
menghindari telur-telur yang sudah busuk atau yang sudah rusak. Kriteria telur yang baik adalah tidak berbau busuk, cangkang telur masih utuh (tidak retak), telur
tidak berbunyi ketika digoyangkan. Sedangkan untuk penyimpanan telur harus disimpan dalam ruangan bersih dan sejuk, ruang penyimpanan harus bebas dari hama
seperti serangga dan tikus.
●
Bawang merah: Bawang merah yang dipasok setiap hari sudah tidak ada kulitnya (kulitnya sudah dikupas). Kemudian bawang merah disimpan di chiller. Pada saat pembelian bawang merah melewati tahap sortasi untuk memilih bawang merah yang baik, yang terbebas dari kotoran atau terbebas dari bawang merah yang sudah
rusak atau busuk.
●
Bawang putih: Bawang putih yang dipasok setiap 5 hari sekali sudah tidak ada kulitnya (kulitnya sudah dikupas). Kemudian bawang merah disimpan di chiller. Pada saat pembelian bawang putih melewati tahap sortasi untuk memilih bawang putih yang baik, yang terbebas dari kotoran atau terbebas dari bawang putih yang sudah
rusak atau busuk.
●
Jahe: Jahe dipasok setiap 3 hari sekali. Jahe yang sudah dipasok disimpan di lemari khusus bumbu. Jahe melewati proses sortasi untuk memilih jahe yang baik, yang tidak rusak dan tidak busuk. Namun jahe yang sudah disimpan masih sedikit kotor.
●
Lengkuas: Lengkuas dipasok setiap 3 hari sekali. Setelah dipasok, lengkuas disimpan di lemari penyimpanan khusus bumbu. Lengkuas melewati proses sortasi untuk memilih lengkuas yang baik, yang tidak rusak dan tidak busuk.
●
Kunyit: Kunyit dipasok setiap 3 hari sekali. Kunyit yang sudah dipasok kemudian disimpan di lemari khusus bumbu. Kunyit melewati proses sortasi untuk memilih kunyit yang baik, yang tidak rusak dan tidak busuk. Namun kunyit yang sudah disimpan masih lumayan kotor.
●
Kemiri: Kemiri dipasok setiap hari. Setelah dipasok kemiri disimpan di gudang penyimpanan bahan makanan kering. Kemiri melewati proses sortasi untuk memilih kemiri yang baik, yang tidak rusak dan tidak kotor.
●
Santan instan: Santan dipasok setiap hari. Setelah dipasok santan disimpan di gudang penyimpanan khusus bahan makanan kering. Santan melewati proses sortasi untuk memilih santan yang baik, kemasan tidak rusak.
●
Garam: Garam dipasok setiap hari. Kemudian garam yang sudah dipasok disimpan di gudang khusus penyimpanan bahan makanan kering. Garam yang digunakan dalam pembuatan tumis sudah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk bahan tambahan dalam pembuatan tumis karena sudah tertera SNI dalam kemasan.
●
Minyak goreng: Minyak goreng dibeli setiap hari kemudian simpan dalam gudang penyimpanan bahan makanan kering. Minyak goreng yang digunakan dalam proses pembuatan tumis tahu tauge adalah minyak baru pada awal minggu pertama sedangkan untuk hari-hari berikutnya minyak dari sisa kemarin tidak diganti tetapi
langsung ditambahkan minyak baru lagi agar dapat mengurangi kadar FFA yang terlalu tinggi.
●
Air: Air diperoleh dari mesin jet pam RSUD koja.air digunakan dalam proses pencucian bahan ,dan pada saat proses memasak.
Pengendalian Mutu Kemasan
●
Kemasan untuk gulai telur bumbu kuning yang diproduksi oleh Instalasi Gizi RSUD
Koja menggunakan trey dari sterofom. Kemudian ditutup menggunakan plastic
wrap.
●
Pengirisan/pemotongan: Pengirisan atau pemotongan bahan penunjang seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas dan kemiri dilakukan dengan pisau yang digunakan dan pada talenan tempat untuk
mengiris bahan.
●
Pemblenderan: Pemblenderan bahan penunjang seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas dan kemiri dilakukan dengan blender khusus bumbu.
●
Penggorengan: Penggorengan bahan utama yaitu telur dilakukan pada penggorengan khusus untuk menggoreng telur. Minyak yang digunakan untuk menggoreng sudah pas, tidak kotor dan tidak terlalu banyak minyak yang
digunakan. Kemudian saat digoreng telur ditambahkan sedikit garam untuk memberikan sedikit rasa.
●
Penumisan: Pengendalian mutu dilakukan pada wajan tempat memasak bahan utama dan bahan penunjang yang digunakan bersih dan tidak berkarat .serta minyak yang digunakan harus dengan menggunakan minyak
baru .bahan penunjang seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, kemiri kemudian tambahkan air, tunggu sampai mendidih. Setelah mendidih ditambahkan santan.
●
Pengemasan: Pengemasan dilakukan untuk menjaga kualitas dari gulai telur bumbu kuning agar terhindar kontaminasi dari luar. Pengemasan dilakukan secara manual dengan bahan sterofom .
Tumis Tauge dan Tahu Putih
Pengendalian Mutu Bahan Baku
• Tahu dan tauge diperoleh dari pasar maupun supermarket dan dikirim setiap hari. Bentuk fisik dari tahu yaitu berwarna putih ,dan
bau khas tahu. Sedangkan bentuk fisik dari tauge yaitu berwarna putih ,dan bau khas tauge. Tahu yang akan diproses disimpan dalam
softcase yang ada di gudang bahan makanan basah. setiap kali proses dibutuhkan pengendalian bahan baku tahu adalah pemilihan
bahan baku dan cara penyimpanannya. Tindakan pengendalian mutu tahu ini dilakukan setiap kali bahan baku datang. Apabila telah
memenuhi standar maka diterima namun apabila tidak sesuai akan ditolak.
• Bawang merah: pada waktu pembelian bawang merah melewati tahap sortasi untuk memilih bawang merah yang baik yang bebas
dari jamur dan kayu,serta bawang merah yang sudah tua atau berwarna coklat.
• Bawang putih: pada waktu pembelian bawang putih melewati tahap sortasi untuk memilih bawang putih yang baik yang bebas dari
jamur dan kayu,serta bawang putih yang sudah tua atau berwarna kuning.
• Garam: pengendalian mutu yang dilakukan yaitu melakukan sortasi pada saat pembelian dengan memilih garam yang bersih dari
cemaran. Garam yang digunakan dalam pembuatan tumis sudah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk bahan
tambahan dalam pembuatan tumis karena sudah tertera SNI dalam kemasan.
• Minyak goreng: Minyak goreng dibeli setiap hari dengan kapasitas 4 bungkus untuk pasien dan 5 bungkus untuk karyawan dengan
satuan liter.Minyak goreng yang digunakan dalam proses pembuatan tumis tahu tauge adalah minyak baru pada awal minggu pertama
sedangkan untuk hari-hari berikutnya minyak dari sisa kemarin tidak diganti tetapi langsung ditambahkan minyak baru lagi.
• Air: Air diperoleh dari mesin jet pam RSUD koja.air digunakan dalam proses pencucian bahan ,dan pada saat proses
memasak.Pengendalian mutu bahan air yang digunakan harus yang bersih dari kotoran, tidak berbau,tidak berwarna, jernih, dan tidak
mempunyai rasa. Apabila tidak sesuai perlu dilakukan beberapa perlakuan untuk memperbaiki seperti filtrasi dan perebusan.
• Daun bawang: daun bawang di beli setiap hari dan di simpan di chiller. pengendalian mutu bahan penunjang daun bawang adalah
daun bawang yang digunakan harus daunnya segar,warna hijau dan bebas dari serangga hidup.tindakan pengendalian pada bahan
penunjang daun bawang yaitu dilakukan pemilihan jenis daun bawang.apabila daun bawang yang digunakan memiliki bentuk,warna
serta keutuhan yang kurang bagus,dilakukan sortasi kembali,karena daun bawang akan berpengaruh pada citarasa masakan dan
warna pada masakan tersebut.
Pengendalian Mutu Kemasan
• Kemasan untuk tumis tauge tahu putih yang diproduksi oleh RSUD koja menggunakan kemasan primer, yaitu
plastik polyethylen dengan ukuran 17x20 cm yang kemudian diikat biasa tanpa menggunakan karet. bahan
pengemasan di simpan di gudang bahan makanan kering. waktu pengemasan yang tidak baik adalah saat
sayuran tumis tauge dan tahu masih dalam kondisi panas. karena apabila terlalu cepat atau masih dalam
keadaan panas maka uap air dalam sayuran akan menguap dalam plastik,sehingga kadar air menjadi tinggi
dan dapat memungkinkan bakteri perusak dan patogen untuk tumbuh.
• Pencucian: pencucian tahu dilakukan dengan menggunakan air yang mengalir. Pengendalian mutu dilakukan
pada bak penampung air harus bersih.
• Pengirisan: pengendalian mutu dilakukan pada pisau yang digunakan dan talenan tempat untuk mengiris
bahan. Talenan yang digunakan harus menggunakan talenan dengan bahan plastik agar mudah dibersihkan
sehingga tidak ada kontaminasi silang bahan.
• Penumisan: pengendalian mutu dilakukan pada wajan tempat memasak bahan utama dan bahan penunjang
yang digunakan bersih dan tidak berkarat. Serta minyak yang digunakan harus dengan menggunakan minyak
baru. Pengendalian mutu penumisan dilakukan pada waktu dan suhu karena dapat mempengaruhi kualitas
produk tumis tahu dan tauge.
• Pengemasan: Pengemasan dilakukan secara manual dengan bahan plastik dan diikat .pengendalian mutu
pengemasan adalah pemilihan jenis kemasan dan waktu pengemasan.waktu pengemasan yang baik adalah
saat sayuran masih dalam kondisi panas.karena apabila terlalu lama dingin maka akan mudah cepat
basi.Namun apabila terlalu cepat atau masih dalam keadaan panas maka uap air dalam sayuran akan
menguap dalam plastik,sehingga kadar air menjadi tinggi dan dapat memungkinkan bakteri perusak dan
patogen untuk tumbuh.
Tumis Kacang Panjang
Pengendalian Mutu Bahan Baku Kacang Panjang
• Kacang panjang diperoleh dari pemasok yang dikirim setiap kali RSUD Koja membuat menu kacang panjang. Kacang panjang yang
sudah diterima selanjutnya ditimbang dan diletakkan ditempat penyimpanan bahan baku agar memudahkan dalam proses persiapan.
Selanjutnya kemudian dilakukan sortasi oleh pekerja sehingga mengurangi kerusakan. Pengendalian mutu kacang panjang yang
dilakukan oleh Instalasi Gizi RSUD Koja adalah dengan melakukan sortasi dan perendaman kacang panjang dengan air garam. Sortasi
bertujuan untuk membedakan kacang panjang yang baik dan yang kurang baik, bisa membedakan kacang panjang yang cacat, busuk
dan kacang panjang yang layak diolah menjadi tumis kacang panjang. Selanjutnya dilakukan perendaman kacang panjang dengan air
garam selama ±15 menit. Hal ini bertujuan agar ulat penggerak polong (Maruca restualis) yang mungkin berada didalam kacang
panjang mati.
• Bawang merah: Bawang merah melewati tahap sortasi dengan memilih bawang merah yang berkualitas baik, terbebas dari kotoran
atau terbebas dari bawang merah yang sudah rusak atau busuk. Bawang merah yang dipasok sudah dalam bentuk dikupas dan datang
setiap hari. Bawang merah yang telah dikupas, disimpan di chiller gudang bahan makanan basah.
• Bawang putih: Bawang putih melewati tahap sortasi dengan memilih bawang putih yang berkualitas baik, terbebas dari kotoran atau
terbebas dari bawang merah yang sudah rusak atau busuk. Bawang putih yang dipasok sudah dalam bentuk dikupas dan datang setiap
hari. Bawang putih yang telah dikupas, disimpan di chiller gudang bahan makanan basah. Bawang merah dan bawang putih yang akan
digunakan akan di blender sesuai dengan jenis masakan.
• Garam: Garam dipasok setiap hari kemudian disimpan di gudang khusus penyimpanan bahan makanan kering. Dalam proses
pemasakan, garam dimasukkan ke satu wadah yang lebih kecil untuk memudahkan pemasak ketika akan menggunakannya. Wadah
garam tersebut tidak ditutup dan diletakkan begitu saja di meja. Hal ini dapat menimbulkan kontaminasi garam dengan bahan
makanan atau benda asing lainnya.
• Air: Air yang digunakan di Instalasi Gizi RSUD Koja adalah air yang bersumber dari PAM. Air yang digunakan untuk mencuci bahan di
Instalasi RSUD Koja dikeluarkan langsung melalui kran. Sedangkan air yang akan digunakan untuk proses pengolahan bahan makanan,
sebelumnya ditampung terlebih dahulu di tempat tertutup dan dipanaskan guna mengurangi risiko kontaminasi.
Pengendalian Mutu Proses Produksi
• Pada pembuatan tumis kacang panjang terdapat beberapa faktor atau penyebab
yang dapat merusak mutu suatu produk maka harus dilakukan hal sebagai berikut:
pada waktu pemilihan bahan baku harus melakukan sortasi dengan baik, pada
waktu pencucian harus bersih dan menggunakan air yang mengalir agar kotoran
dapat terikut, pada saat pemotongan harus seragam, perendaman dengan air
garam dilakukan untuk mematikan ulat yang mungkin berada di dalam kacang
panjang.
• Setelah perendaman dan pencucian, penirisan dilakukan agar air dari proses
pencucian kacang panjang tidak terikut ke dalam proses pemasakan. Setelah
penirisan, dilakukan pemasakan dan pemorsian/pengemasan.
• Pada proses pemorsian, pegawai yang melakukan tidak memisahkan
sedok/centong untuk setiap menu makanan. Hal ini dapat menyebabkan
kontaminasi rasa antar masakan.
MODIFIKASI RESEP
Modifikasi menu bola –
bola ayam pipih
Tujuan Modifikasi
Masukkan
Masukkan ayam
panci dan
panci
ayam kedalam
dan tambahkan
kedalam
tambahkan daun
daun
Angkat dan
salam,
salam, air,
air, santan
santan dan
masak hingga
masak hingga matang
dan
matang sajikan
Wortel Nilai
300 Gizi25,8
per Porsi
3,0 :
23,7 1,8
E : 51,4 kkal
P : 5,1 gram
Cara Penyajian dan Waktu Pembuatan
• Cah Tahu • Tahu Telur Kukus
Dalam resep ini cah tahu disajikan Dalam resep ini tahu telur kukus dapat
sebanyak 100 gram untuk 1 porsi disajikan untuk 40 porsi dengan berat
50 gram per satu porsi
Agar-agar 3 bungkus 15 - - -