Kelompok 5 :
Komposisi
1. Ikan laut
Pengolahan ikan laut melalui tahap dibersihkan dengan air kemudian digoreng. Pada penggorengan ini
menggunakan minyak goreng, minyak goreng memiliki titik kritis kehalalan.
2. Minyak
Salah satu bahan yang sering ditambahkan dalam pembuatan minyak goreng adalah betakaroten. Beta karoten
bisa berasal dari zat kimia sintesis, sifatnya yang tidak stabil membuat produsen menambahkan bahan penstabil.
Bahan penstabil minyak bisa berasal dari gelatine babi atau hewan ternak yang disembelih tidak sesuai dengan
syariat.
3. Pasta tomat
Terdapat penambahan pewarna yaitu Canthaxanthin. Bahan pewarna ini merupakan pewarna alami yang jenisnya
termasuk kelompok pigmen karotenoid. Pertama kali, pigmen jenis ini diisolasi dari jamur, walaupun sebenarnya
di temukan pada alga hijau, crustacean (udang, kepiting, dll), dan ikan tertentu. Supaya stabil biasanya disalut
dengan bahan tertentu yaitu gelatine. Gelatine menjadi riskan karena 40% gelatin dunia diproduksi dari kulit
babi, selain itu juga berasal dari kulit/tulang sapi yang harus dipastikan disembelih secara Islam/tidak.
Analisis titik kritis kehalalan
4. Pati termodifikasi
Dari sisi kehalalannya, tepung terigu relative tidak bermasalah. Akan tetapi, berbagai bahan dan
improving agents yang ditambahkan rentan terhadap berbagai pencemaran bahan haram. Sebagai contoh
asam amino L-sistein, bahan ini sering digunakan untuk melunakkan gluten gandum sehingga produk
tepung terigu halus. Sumber L-sistein ini berasal dari ekstraksi rambut manusia, ekstaksi bulu binatang
dan produk microbial.
5. Gula
Karena pada proses pemurnian gula terkadang menggunakan arang aktif yang bisa saja berasal dari tulang
babi atau tulang hewan yang disembelih tidak secara Islami. Selain itu, resin yang digunakan pada proses
pemurnian, proses pembuatannya dapat menggunakan gelatine.
6. Penguat rasa (monosodium glutamate)
Produk ini biasanya dibuat dengan cara fermentasi. Polanya dengan memanfaatkan mikroorganisme.
Organisme ini mampu mengubah bahan baku (substrat) menjadi asam glutamat (dalam kasus pembuatan
MSG). Asam glutamat ini kemudian diubah menjadi mono sodium glutamat (MSG) dengan cara kimia.
Skema Barikade
1. Sanitasi
Proses pembuatan ikan sarden kaleng menghasilkan limbah cair dan padat. Limbah padat
berupa kepala, isi perut, ekor ikan, dan ikan yang tidak layak dikalengkan akan dijadikan
tepung ikandan minyak ikanyang memiliki nilai jual sebagai pakan ternak maupun pupuk.
Limbah cair yang dihasilkan akan diolah dengan menggunakan IPAL, yang prosesnya
meliputi: penyaringan, penampungan limbah sementara, penangkapan lemak (grease
trap),ekualisasi, reaktor anaerob, reaktor aerob, sedimentasi (clarifier), filtrasi, indikator,
penampung lumpur, pengering lumpur, dan pelepasan limbah ke pantai. Pengalengan
merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetanikan modern yang dikemas secara
hermatis dan kemudian di sterilkan. Bahan pangan dikemas secara hermatis dalam suatu
wadah baik kaleng, gelas, atau alumunium. Pengemasan secara hermatis dapat diartikan
bahwa penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan
oksidasi maupun perubahan cita rasa. Pengalengan ikan sarden ini umumnya dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan bahan baku ikan lokal dan dapat pula dipasok dari ikan
impor untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan
Skema Barikade
2. AW
Prinsip Penurunan aw yang digunakan pada penelitian ini adalah pengawetan . pengawetan/pengolahan
bahan pangan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu bahan pangan selama dan sebaik mungkin.
Pengawetan/pengolahan bahan pangan juga bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan
zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan dan kerusakan.
Nilai Aw berperan penting dalam menentukan tingkat stabilitas dan keawetan pangan, baik yang
disebabkan oleh reaksi kimia, aktivitas enzim maupun pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba
dalam bahan pangan erat kaitannya dengan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba
didalamnya. Jumlah air didalam bahan yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba dikenal dengan istilah
aktivitas air (water activity = Aw). Aw pada bahan pangan mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan
aktivitas enzim. Sedangkan, pertumbuhan mikroba sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan (food
safety). Dengan kata lain, Aw sangat penting untuk kita perhitungkan, baik dalam pengolahan,
penyimpanan, maupun distribusi bahan pangan. Beberapa jenis mikroba yang erat kaitannya dengan
pangan serta nilai Aw minimum dimana mikroba tersebut dapat hidup
Skema Barikade
3. Zat Preservatif
zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam produk seperti makanan, minuman, obat-obatan, cat,
sampel biologis, kosmetik, kayu, dan produk lainnya untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang
disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba atau oleh perubahan kimiawi. Pengawetan makanan secara
kimia yaitu dengan menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium
benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain.
4.Suhu Tinggi
Metode pengawetan ikan sarden dilakukan dengan cara pengalengan. Pengalengan merupakan salah satu
pengawetan ikan dengan menggunakan suhu tinggi (sterilisasi) dalam kaleng. Pengalengan adalah salah satu
cara pengawetan dengan menggunakan suhu tinggi (110 -120ºC). Suhu tinggi tersebut digunakan untuk
mematikan semua mikroorganisme (bakteri pembusuk dan bakteri patogen seperti Clostridium botulinum,
termasuk spora yang ada) agar produk menjadi lebih steril. Pengalengan merupakan salah satu cara untuk
menyelamatkan bahan makanan, terutama ikan dan hasil perikanan lainnya, dari pembusukan.
Skema Barikade
5.Isolasi/Pengemasan
Spesifikasi kaleng ditentukan oleh dua kebutuhan, yaitu : kebutuhan akan kekuatan
yang dimiliki oleh wadah dan daya simpan yang dimiliki oleh produk dalam
kaleng. Kebutuhan akan kekuatan kaleng perlu disesuaikan dengan beberapa hal,
yaitu : kecepatan jalur pengolahan, keadaan dan kondisi alat penutup kaleng
(atmosfer, aliran uap air, kevakuman) yang banyak mempengaruhi pendinginan
dengan tekanan (pressure cooling), serta cara penanganan pasca proses. Sedangkan
kebutuhan terhadap daya simpan isi kalengditentukan oleh daya korosif produk, lapisan
timah putih (tin free steelI), sifat – sifat basic steel-nya, place surface treatment, dan
jenis organic coating. Pada unit pengalengan ikan kedudukan kaleng dengan produk
yang dikemas merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan daya awet (self
life) produk pasca proses, sebab apabila mutu dari kaleng yang digunakan baik, maka
selama proses dan setelah proses pengalengan selesai dapat menjaga kondisi kaleng
agar tetap baik.
Analisis desain kemasan
Kriteria Kemasan :