Anda di halaman 1dari 22

ANALISA PRODUK PANGAN DENGAN

TEKNIK SUHU TINGGI KOMERSIAL


DAN TITIK KRITIS KEHALALANNYA

Kelompok 5 :

Windy Indah Purnamasari 1905025003


Naufal Zaid Yusuf 1905025101
Husna Dzakya Azzahra 1905025105
Alif Rahmat Fitriyansyah 1905025134
Nanda Rohmatul Gina 1905025177
Zahra Meillany 1905025189
Pengolahan /pengawetan dengan suhu tinggi sering di istilahkan dengan proses termal, yaitu proses
pengawetan pangan yang menggunakan panas untuk menonaktifkan bakteri.
Memasak, menggoreng, memanggang, menyangrai, merebus dan lain-lain merupakan cara pengolahan
yang menggunakan panas. Pemberian suhu tinggi pada pengolahan dan pengawetan pangan yang cukup dapat
membunuh sebagian besar mikroba dan menginaktifkan enzim atau mikroorganisme yang dapat menyebabkan
kebusukan produk pangan dan berbahaya bagi kesehatan. Selain itu makanan menjadi lebih aman karena racun-
racun tertentu rusak karena pemanasan, misalnya racun dari bakteri Clostridium Botulinum
Prinsip pengolahan/pengawetan sengan Suhu Tinggi
Tujuan
Prinsip pengawetan dengan suhu tinggi secara umum ada tiga:
• Mencegah atau memperlambat kerusakan mikroba.
Untuk memperpanjang daya • Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (pembusukan) bahan pangan.
awet produk pangan yang • Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan
mudah rusak dan meningkatkan
hama.
keamanannya selama disimpan
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemakaian suhu tinggi, yaitu:
dalam jangka waktu tertentu. • Mikroba penyebab kebusukan dan yang dapat membahayakan kesehatan manusia
harus dimatikan.
• Panas yang digunakan sedikit mungkin menurunkan nilai gizi makanan.
• Faktor-faktor organoleptik misalnya cita rasa juga harus dipertahankan
Pengaruh Pengelolaan Suhu Tinggi terhadap Mutu Produk:
• Memperbaiki mutu sensori.
• Melunakkan produk sehingga mudah di konsumsi.
• Menghancurkan komponen-komponen yang tidak diperlukan (seperti komponen tripsin inhibitor dalam biji-bijian).
• Bila proses pemanasan dilakukan secara berlebihan maka dapat menyebabkan kerusakan komponen gizi (seperti vitamin
dan protein) dan penurunan mutu sensori (rasa, warna dan struktur).
CONTOH PRODUK KOMERSIAL

Komposisi

• Ikan sarden (60,06%)


• Pasta tomat (9,55%)
• Garam
• Pengental nabati (pati termodifikasi)
• Penguat rasa (monosodium Glutamat)
• Gula
• Cabai merah (4,8%)
• Bawang putih
• Bawang merah
• Jahe
Merek : GAGA • Air
Produk : ikan sarden dalam kaleng
Varian rasa: Saus tomat dan Cabai
Ukuran : 155 gram dan 425 gram
Proses Pembuatan
● Penerimaan bahan baku
Ikan-ikan tersebut diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri (impor). Ikan yang diterima tidak
langsung diproses, melainkan diuji mutunya terlebih dahulu oleh quality control (QC) dengan metode random
sampling (pengambilan sampel acak). Selain itu, ikan-ikan beku tersebut harus melalui masa karantina
terlebih dahulu di Balai Karantina untuk diuji mutunya. Dari setiap lot akan diambil beberapa sampel ikan.
Parameter yang diuji yakni histamin, formalin, dan boraks. Apabila kadar histamin ikan melebihi kadar
maksimal, serta terdeteksi adanya kandungan formalin maupun boraks, maka ikan-ikan tersebut akan
dikembalikan ke pemasok. Di sisi lain, ikan-ikan yang sesuai standar akan dimasukkan ke dalam cold storage
bersuhu -18°C. Tujuan dari penyimpanan ikan pada suhu rendah yaitu untuk mempertahankan kualitas dan
mutu ikan. Oleh karena itu, suhu cold storage harus selalu stabil. Apabila terjadi perubahan suhu, maka
operator cold storage akan segera memperbaiki sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan ikan yang terlalu
banyak
Proses Pembuatan
● Thawing atau pelelehan
Proses thawing atau pelelehan ikan beku dilakukan pada malam hari sebelum ikan-ikan diproses keesokan harinya. Terdapat 2
cara dalam pelelehan yaitu pelelehan dengan udara dan pelelehan dengan air. Ikan-ikan beku diletakkan dalam beberapa bak dari
keramik dan pada keesokan harinya ikan-ikan yang masih beku akan direndam dengan air. Air yang digunakan untuk melelehkan
ikan yaitu air sumur artetis milik perusahaan yang langsung dialirkan dengan selang. Ikan-ikan dilelehkan hingga masih setengah
beku dan tidak benar-benar leleh seutuhnya. Hal itu dikarenakan pelelehan yang terlalu lama dapat menyebabkan ikan menjadi terlalu
lembek sebelum ikan memasuki tahap pemotongan
● Pemotongan
Pemotongan ikan (kepala, ekor, pembuangan isi perut dan sisik) Ikan yang telah dilelehkan kemudian akan didistribusikan
ke meja-meja pemotongan. Bagian tubuh ikan seperti kepala, ekor, sisik, serta isi perut akan dihilangkan pada tahap ini. Peralatan
yang digunakan dalam pemotongan yaitu gunting potong serta keranjang penampungan ikan yang telah dipotong
Proses pembuatan
● Pencucian
Ikan-ikan yang telah dipotong kemudian akan dicuci dengan 2 metode. Untuk ikan berukuran kecil akan dicuci
secara manual menggunakan ember kecil, sedangkan untuk ikan berukuran besar akan dicuci menggunakan rotary washer.
Pencucian secara manual dilakukan dengan menyiramkan air ke keranjang yang berisi ikan-ikan kecil, dimana
keranjang tersebut diletakkan di atas meja pencucian. Di sisi lain, pencucian ikan besar dengan rotary washer
menggunakan prinsip putaran dan gesekan. Tujuan pencucian ini yakni agar kotoran yang terdapat pada tubuh ikan seperti
darah, sisik, dan sebagian isi perut yang masih ada pada ikan dapat dihilangkan. Setelah ikan bersih, maka ikan akan
ditampung dalam keranjang besar untuk didistribusikan ke meja-meja pengisian kaleng.

● Pengisian ikan ke dalam kaleng


Kaleng-kaleng yang akan diisi dengan ikan diletakkan dalam nampan dan akan didistribusikan ke meja-meja
pengisian dengan menggunakan troli. Untuk kaleng ukuran 300 (425 gram), 1 nampan akan diisi dengan 12 kaleng. Untuk
kaleng ukuran 202 (155 gram), 1 nampan akan diisi dengan 27 kaleng. Kaleng-kaleng tersebut harus disortasi terlebih dahulu
agar kaleng yang penyok atau berkarat tidak digunakan dalam proses produksi. Ukuran ikan untuk setiap ukuran kaleng
berbeda-beda. Berat ikan dalam kaleng memiliki rentang 5 gram. Selama pengisian, pengawas ruang produksi akan
memantau 14 berat ikan dengan cara mengambil kaleng secara acak dari beberapa meja pengisian. Apabila berat ikan berada
di bawah standar, maka potongan ikan yang terlalu kecil akan diganti dengan potongan yang lebih besar, begitu pula
sebaliknya. Kaleng-kaleng yang telah diisi dengan ikan kemudian akan dibawa ke exhaust boxmenggunakan troli.
Proses pembuatan
● Pemasakan pendahuluan (pre-cooking) dan penirisan
Pre-cooking atau pemasakan pendahuluan pada ikan dilakukan menggunakan mesin exhaust box dengan suhu dan
waktu tertentu untuk setiap ukuran kaleng. Sebelum ikan masuk ke dalam mesin, terdapat pengawas yang akan memantau
apakah kotoran pada tubuh ikan seperti isi perut sudah benar-benar dihilangkan atau belum. Apabila masih tersisa isi perut
pada tubuh ikan, maka pengawas akan mengambil kotoran tersebut menggunakan pinset. Tujuan dilakukannya pemasakan
pendahuluan yaitu untuk mengeluarkan kandungan air dari tubuh ikan sehingga nantinya air yang keluar dapat dipisahkan.
Apabila air dalam tubuh ikan tetap tertampung dalam kaleng, maka dapat merubah cita rasa saus tomat. Uap panas yang
digunakan untuk pemasakan ini berasal dari mesin boiler yang dialirkan melalui pipa. Suhu maksimum ikan setelah melalui
proses pemasakan pendahuluanyaitu 75oC.
Penirisan kaleng setelah proses pemasakan pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan air dari dalam
kaleng agar air tersebut tidak mengubah cita rasa saus tomat. Penirisan secara manual dilakukan dengan menggunakan nampan
yang berlubang. Nampan yang berisi kaleng dibalik menggunakan nampan berlubang agar air dalam kaleng keluar seluruhnya.
Di sisi lain, penirisan secara otomatis dilakukan menggunakan conveyor dengan kemiringan tertentu agar air dalam kaleng
dapat keluar.
● Pengisian media (saus tomat)
Saus tomat dimasukkan ke dalam kaleng dalam kondisi panas. Hal itu bertujuan agar dalam kaleng nantinya tidak
terdapat oksigen sehingga kaleng dalam kondisi vacuum ketika kaleng ditutup. Adanya oksigen dalam kaleng dapat
menyebabkan penurunan kualitas dan mutu produk. Conveyor pada mesin pengisian media diatur kemiringannya agar
sejumlah saus akan tumpah sehingga nantinya akan terbentuk head spacesebesar 10% dari tinggi kaleng.
Proses pembuatan
● Penutupan kaleng (seaming)
Tahap penutupan kaleng dilakukan menggunakan mesin seamer. Terdapat 2 mesin seamer untuk round can202, 1
mesin seamer untuk round can 300, dan 1 mesin seamer untuk club can. Mesin-mesin tersebut menggunakan prinsip double
seam. Kapasitas mesin seamer di CV.
● Pencucian produk kaleng
Setelah kaleng ditutup, kaleng akan dicuci menggunakan can washer dengan tujuan agar kotoran yang tersisa di
bagian luar kaleng seperti sisa saus dapat hilang. Di dalam mesin ini, kaleng akan disemprot dengan air dan juga sabun
dalam kondisi panas agar kaleng benar-benar bersih. Setelah keluar dari can washer, kaleng-kaleng tersebut kemudian akan
masuk ke dalam sebuah bak besar yang berisi air. Tujuannya agar kaleng yang saling bertubrukan tidak mengalami
kerusakan seperti penyok ataupunpecah.
● Sterilisasi
Sterilisasi merupakan tahap paling penting dalam proses produksi ikan sarden dalam kaleng. Hal itu karena melalui
tahap sterilisasi, nantinya berbagai macam mikroorganisme patogen dan pembusuk akan dihilangkan. Selain itu, proses
sterilisasi juga bertujuan untuk mematangkan ikan sarden secara sempurna. Jenis sterilisasi yang digunakan yakni sterilisasi
komersial. Suhu yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat mengakibatkan produk menjadi overcooked.
Proses sterilisasi diawali dengan proses venting terlebih dahulu. Proses ventingdilakukan selama 10 menit hingga
suhu mencapai 110oC. Tujuan dilakukannya ventingyaitu untuk mengeluarkan uap jenuh dari dalam retort. Setelah suhu
venting tercapai, kemudian akan dilakukan proses penaikkan suhu hingga mencapai suhu sterilisasi yaitu 118oC.
Pengamatan suhu dilakukan dengan cara mengamati pergerakan suhu pada termometer yang sudah dikalibrasi yang dipasang
pada setiap retort.
Proses pembuatan
● Pendinginan
Keranjang berisi kaleng akan dibiarkan berada dalam retort,kemudian air akan dialirkan ke dalam retort sehingga kaleng terendam
air untuk proses cooling. Tahap pendinginan ini dilakukan selama 20 menit. Kemudian keranjang beserta kaleng yang telah didinginkan
dibiarkan selama 1 malam di suhu ruang.
● Pembersihan dan pengeringan produk
Kaleng-kaleng yang telah dibiarkan di suhu ruang selama 1 malam kemudian dibersihkan dan dikeringkan. Proses pembersihan
dan pengeringan produk dilakukan secara manual. Kaleng-kaleng tersebut dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan kain. Tujuan
dari tahap ini yaitu agar kaleng tidak mudah berkarat serta sekaligus dapat mensortir kaleng-kaleng yang mengalami kerusakan selama
proses produksi
● Pengkodean, pelabelan, dan pengepakan
Pengkodean kaleng dilakukan agar produk-produk tersebut memiliki identitas. Kaleng-kaleng yang telah dibersihkan dan
dikeringkan akan dilewatkan di atas conveyor dan diberi kode produksi yang sesuai dengan kode retort sertatanggal kadaluarsa.
Pelabelan juga diperlukan untuk kaleng-kaleng yang polos. Pelabelan dilakukan dengan melewatkan kaleng-kaleng pada mesin
pelabelan. Apabila terdapat label yang terlepas ataupun tidak menempel secara sempurna pada kaleng, maka pengawas akan memisahkan
kaleng tersebut dan dilakukan pelabelan ulang.
langkah berikutnya yaitu mengepak kaleng tersebut ke dalam karton yang telah diberi kode.Kaleng yang melewati conveyor
kemudian akan diambil dan dimasukkan ke dalam karton oleh pekerja. Setelah itu karton yang berisi kaleng akan disimpan di gudang
selama beberapa waktu untuk tahap inkubas
Proses pembuatan
● Inkubasi
Proses inkubasi dilakukan dengan menyimpan produk selama ± 7 hari. Setelah ± 7 hari, akan diketahui
ada tidaknya kerusakan produk yang dapat diketahui melalui penampakan kaleng. Apabila terdapat kaleng yang
kembung, maka menandakan masih terdapatnya bakteri penghasil gas di dalam produk tersebut. Bila terdapat
kaleng yang bocor, maka produk tersebut akan dipisahkan dan tidak akan diperjualbelikan. Selain itu, dari setiap
kode produksi akan diambil 2 sampel kaleng secara acak untuk pengujian mutu (grading) dan
untukpenyimpanan sampel
● Penyimpanan
Kaleng-kaleng yang telah dimasukkan dalam karton kemudian akan disimpan di dalam gudang sebelum
didistribusikan. Karton-karton tersebut ditumpuk di atas pallet. Penggunaan pallet bertujuan agar produk beserta
kartonnya tidak mengalami kontak langsung dengan lantai yang dapat menyebabkan karton menjadi lembab dan
kotor.
Analisis titik kritis kehalalan

1. Ikan laut
Pengolahan ikan laut melalui tahap dibersihkan dengan air kemudian digoreng. Pada penggorengan ini
menggunakan minyak goreng, minyak goreng memiliki titik kritis kehalalan.
2. Minyak
Salah satu bahan yang sering ditambahkan dalam pembuatan minyak goreng adalah betakaroten. Beta karoten
bisa berasal dari zat kimia sintesis, sifatnya yang tidak stabil membuat produsen menambahkan bahan penstabil.
Bahan penstabil minyak bisa berasal dari gelatine babi atau hewan ternak yang disembelih tidak sesuai dengan
syariat.
3. Pasta tomat
Terdapat penambahan pewarna yaitu Canthaxanthin. Bahan pewarna ini merupakan pewarna alami yang jenisnya
termasuk kelompok pigmen karotenoid. Pertama kali, pigmen jenis ini diisolasi dari jamur, walaupun sebenarnya
di temukan pada alga hijau, crustacean (udang, kepiting, dll), dan ikan tertentu. Supaya stabil biasanya disalut
dengan bahan tertentu yaitu gelatine. Gelatine menjadi riskan karena 40% gelatin dunia diproduksi dari kulit
babi, selain itu juga berasal dari kulit/tulang sapi yang harus dipastikan disembelih secara Islam/tidak.
Analisis titik kritis kehalalan

4. Pati termodifikasi
Dari sisi kehalalannya, tepung terigu relative tidak bermasalah. Akan tetapi, berbagai bahan dan
improving agents yang ditambahkan rentan terhadap berbagai pencemaran bahan haram. Sebagai contoh
asam amino L-sistein, bahan ini sering digunakan untuk melunakkan gluten gandum sehingga produk
tepung terigu halus. Sumber L-sistein ini berasal dari ekstraksi rambut manusia, ekstaksi bulu binatang
dan produk microbial.
5. Gula
Karena pada proses pemurnian gula terkadang menggunakan arang aktif yang bisa saja berasal dari tulang
babi atau tulang hewan yang disembelih tidak secara Islami. Selain itu, resin yang digunakan pada proses
pemurnian, proses pembuatannya dapat menggunakan gelatine.
 
6. Penguat rasa (monosodium glutamate)
Produk ini biasanya dibuat dengan cara fermentasi. Polanya dengan memanfaatkan mikroorganisme.
Organisme ini mampu mengubah bahan baku (substrat) menjadi asam glutamat (dalam kasus pembuatan
MSG). Asam glutamat ini kemudian diubah menjadi mono sodium glutamat (MSG) dengan cara kimia.
Skema Barikade
1. Sanitasi
Proses pembuatan ikan sarden kaleng menghasilkan limbah cair dan padat. Limbah padat
berupa kepala, isi perut, ekor ikan, dan ikan yang tidak layak dikalengkan akan dijadikan
tepung ikandan minyak ikanyang memiliki nilai jual sebagai pakan ternak maupun pupuk.
Limbah cair yang dihasilkan akan diolah dengan menggunakan IPAL, yang prosesnya
meliputi: penyaringan, penampungan limbah sementara, penangkapan lemak (grease
trap),ekualisasi, reaktor anaerob, reaktor aerob, sedimentasi (clarifier), filtrasi, indikator,
penampung lumpur, pengering lumpur, dan pelepasan limbah ke pantai. Pengalengan
merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetanikan modern yang dikemas secara
hermatis dan kemudian di sterilkan. Bahan pangan dikemas secara hermatis dalam suatu
wadah baik kaleng, gelas, atau alumunium. Pengemasan secara hermatis dapat diartikan
bahwa penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan
oksidasi maupun perubahan cita rasa. Pengalengan ikan sarden ini umumnya dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan bahan baku ikan lokal dan dapat pula dipasok dari ikan
impor untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan
Skema Barikade
2. AW
Prinsip Penurunan aw yang digunakan pada penelitian ini adalah pengawetan . pengawetan/pengolahan
bahan pangan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu bahan pangan selama dan sebaik mungkin.
Pengawetan/pengolahan bahan pangan juga bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan
zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan dan kerusakan.
 
Nilai Aw berperan penting dalam menentukan tingkat stabilitas dan keawetan pangan, baik yang
disebabkan oleh reaksi kimia, aktivitas enzim maupun pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba
dalam bahan pangan erat kaitannya dengan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba
didalamnya. Jumlah air didalam bahan yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba dikenal dengan istilah
aktivitas air (water activity = Aw). Aw pada bahan pangan mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan
aktivitas enzim. Sedangkan, pertumbuhan mikroba sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan (food
safety). Dengan kata lain, Aw sangat penting untuk kita perhitungkan, baik dalam pengolahan,
penyimpanan, maupun distribusi bahan pangan. Beberapa jenis mikroba yang erat kaitannya dengan
pangan serta nilai Aw minimum dimana mikroba tersebut dapat hidup
Skema Barikade
3. Zat Preservatif
zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam produk seperti makanan, minuman, obat-obatan, cat,
sampel biologis, kosmetik, kayu, dan produk lainnya untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang
disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba atau oleh perubahan kimiawi. Pengawetan makanan secara
kimia yaitu dengan menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium
benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain.
 
4.Suhu Tinggi
 
Metode pengawetan ikan sarden dilakukan dengan cara pengalengan. Pengalengan merupakan salah satu
pengawetan ikan dengan menggunakan suhu tinggi (sterilisasi) dalam kaleng. Pengalengan adalah salah satu
cara pengawetan dengan menggunakan suhu tinggi (110 -120ºC). Suhu tinggi tersebut digunakan untuk
mematikan semua mikroorganisme (bakteri pembusuk dan bakteri patogen seperti Clostridium botulinum,
termasuk spora yang ada) agar produk menjadi lebih steril. Pengalengan merupakan salah satu cara untuk
menyelamatkan bahan makanan, terutama ikan dan hasil perikanan lainnya, dari pembusukan.
Skema Barikade
5.Isolasi/Pengemasan
 
Spesifikasi kaleng ditentukan oleh dua kebutuhan, yaitu : kebutuhan akan kekuatan
yang dimiliki oleh wadah dan daya simpan yang dimiliki oleh produk dalam
kaleng. Kebutuhan akan kekuatan kaleng perlu disesuaikan dengan beberapa hal,
yaitu : kecepatan jalur pengolahan, keadaan dan kondisi alat penutup kaleng
(atmosfer, aliran uap air, kevakuman) yang banyak mempengaruhi pendinginan
dengan tekanan (pressure cooling), serta cara penanganan pasca proses. Sedangkan
kebutuhan terhadap daya simpan isi kalengditentukan oleh daya korosif produk, lapisan
timah putih (tin free steelI), sifat – sifat basic steel-nya, place surface treatment, dan
jenis organic coating. Pada unit pengalengan ikan kedudukan kaleng dengan produk
yang dikemas merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan daya awet (self
life) produk pasca proses, sebab apabila mutu dari kaleng yang digunakan baik, maka
selama proses dan setelah proses pengalengan selesai dapat menjaga kondisi kaleng
agar tetap baik.
Analisis desain kemasan
Kriteria Kemasan :

 Frekuensi pemakaian : disposable


Bahan dari kemasan sarden termasuk disposable karena kemasan sarden akan dibuang setelah satu kali pakai.
 Struktur sistem kemas : Primer
Kemasan sarden ini yaitu kaleng, termasuk primer karena bahan langsung diwadahi oleh kemasan.
 Sifat kekakuan bahan kemas : kemasan kaku
Kemasan sarden terbuat dari bahan logam, sehingga bahan kaku dan keras
 Sifat perlindungan terhadap cahaya : kemasan hermetis
Kemasan sarden disebut hermetis karena sangat tertutup sehingga kedap udara, gas, dan air.
Ukuran kaleng yang digunakan sebagai bahan kemasan primer bagi ikan sarden dan ikan makarel terdiri dari kaleng 202
× 308 (155 gram), 300 × 407 (425 gram), dan 206 × 402 (125 gram). Kaleng 202 dan 300 merupakan round can,
sedangkan kaleng 206 merupakan club can. Ukuran kaleng tersebut merupakan diameter dikalikan tinggi kaleng dan
masing-masing ditunjukkan melalui 3 angka. Angka pertama dinyatakan dalam satuan inchi, sedangkan 2 angka
berikutnya dinyatakan dalam 161 inchi. Untuk ikan sarden dan ikan makarel dalam saus tomat, digunakan kemasan
berupa round can. Di sisi lain, untuk ikan sarden dalam minyak, digunakan kemasan berupa club can. Setelah dikemas
dalam kaleng, kemasan sekunder yang digunakan untuk mengemas kaleng-kaleng tersebut yaitu karton. Untuk kaleng
202, 1 karton dapat berisi 24 kaleng, 48 kaleng, 50 kaleng, atau 96 kaleng. Untuk kaleng 300, 1 karton dapat berisi 12
kaleng atau 24 kaleng. Untuk kaleng 206, 1 kaleng dapat berisi 50 atau 100 kaleng
DAFTAR PUSTAKA
Muntikah, dan Maryan Razak. 2017. “Ilmu Teknologi Pangan”. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Auliyana, Alfi P.D., Hidayatul Mufidah dan Fattika Muzammila. 2017. Titik Kritis
Kehalalan Produk Sarden Saus Tomat Dalam Kaleng.
https://akimia16.wordpress.com/2017/10/15/119/ [diakses 09 Desember 2020]

Anda mungkin juga menyukai