Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No.

4, Desember 2012: 17-27


ISSN : 2088-3137

FORTIFIKASI TEPUNG TULANG NILA MERAH


SEBAGAI SUMBER KALSIUM TERHADAP TINGKAT KESUKAAN ROTI TAWAR

Ainy Justicia*, Evi Liviawaty** dan Herman Hamdani**

*) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad


**) Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi tepung tulang nila
merah sebagai sumber kalsium pada roti tawar yang paling disukai panelis. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan dan Laboratorium Uji, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas
Padjadjaran, pada bulan Mei hingga Juni 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimental dengan lima perlakuan penambahan tepung tulang nila merah yaitu
0%, 5%, 10%, 15% dan 20% berdasarkan jumlah tepung terigu. Parameter yang diamati
adalah tingkat kesukaan terhadap karakteristik organoleptik meliputi kenampakan, aroma,
rasa dan tekstur. Karakteristik organoleptik diuji dengan uji Friedman kemudian dilanjutkan
dengan uji Bayes untuk mengetahui roti tawar dengan perlakuan terbaik. Uji fisik yaitu
pengembangan volume roti, Analisis data volume pengembangan roti menggunakan uji
Kruskal-Wallis serta uji kalsium dilakukan pada roti tawar tanpa penambahan tepung tulang
sebagai kontrol dan roti tawar yang paling disukai oleh panelis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penambahan tepung tulang nila merah hingga 20% pada roti tawar masih disukai
dengan kisaran nilai 5,50 hingga 7,00 yang berarti biasa hingga suka. Perlakuan 5%
mempunyai nilai alternatif lebih tinggi berdasarkan metode Bayes dibanding dengan
perlakuan lainnya yaitu 7,00 yang berarti suka, pengembangan volume roti tawar 523,3%
dan kandungan kalsium sebesar 0,476%.

Kata Kunci : Fortifikasi, Kalsium, Tepung Tulang Nila Merah, dan Tingkat Kesukaan

ABSTRACT

RED TILAPIA’S BONE FLOUR FORTIFICATION AS A SOURCE OF CALSIUM ON WHITE


BREAD’SACCEPTANCE LEVEL

This aim of this research was to study the effects of red tilapia’s bone flour as a
source of calcium on most preferredwhite bread by a set of panelist. This research was
carried out from May up until June 2012. Experimental method with 5 treatments and 15
panelists as replication was used in this research. These treatments were 0%, 5%, 10%,
15% and 20% of red tilapia’s bone flour addition level based on the amount of wheat flour
added in the white bread formulation. The parameters observed were the degree of
acceptance on sensory characteristics (hedonic test on appearance, aroma, taste and
texture attributes), physical characteristic (volume expanding) and chemical characteristics
(calcium content). Kruskall-Wallis method was used to analyze bread volume expanding data
and Bayes method was used to evaluate sensory characteristics data. The results showed
that red tilapia’s bone flour up to 20% addition level on white bread were still accepted with
values range from 5.5 to 7.0 which indicates acceptance level from“moderate” (neither like or
dislike) to “like”. Treatment with 5% red tilapia’s bone flour addition had the highest
alternative value (7)compared with other treatments. This treatment also had 523.3% level of
volume expanding and 0.476% calcium content.

Keywords: fortification, calcium, red tilapia’s bone flour, acceptance level


18 Ainy Justicia, Evi Liviawaty dan Herman Hamdani

PENDAHULUAN pangan yang dapat ditambahkan kalsium


Indonesia memiliki beragam jenis adalah roti tawar.
ikan untuk memenuhi kebutuhan gizi Roti merupakan sumber
masyarakat baik berasal dari air tawar karbohidrat disamping nasi dan mie. Roti
maupun air laut. Menurut Afrianto dan tawar merupakan jenis roti yang disukai
Liviawaty (1989) kandungan protein pada karena masyarakat dapat menentukan
daging ikan cukup tinggi yaitu mencapai sendiri pilihan rasa yang akan
20% dan tersusun dari sejumlah asam ditambahkan pada roti tawar (Marisa,
amino yang memiliki pola mendekati pola 2009). Roti tawar dipilih karena telah
kebutuhan asam amino dalam tubuh banyak dikenal secara luas dikalangan
manusia, dan dengan demikian ikan masyarakat dan dikonsumsi oleh berbagai
memiliki nilai biologis sebesar 90%. usia.
Salah satu jenis ikan air tawar Roti tawar yang dijual saat ini
yang telah banyak dibudidayakan adalah umumnya mengandung protein,
ikan nila merah (Oreochromis niloticus). karbohidrat dan lemak akan tetapi jumlah
Rasa daging nila merah mirip dengan kalsiumnya relatif rendah. Fortifikasi
kakap merah, dagingnya cukup tebal tepung tulang nila merah yang
sehingga cocok digunakan untuk filet mengandung kalsium pada roti tawar
(Suyanto, 1994 dalam Baskoro, 2008). diharapkan membantu memenuhi
Nila merah memiliki daging dengan aroma kebutuhan kalsium dan disukai
dan rasa yang netral (Peranginangin, masyarakat. Menurut Suryani (2010) suatu
1994). Umumnya ikan nila merah disajikan produk yang akan kita produksi harus
dalam bentuk utuh maupun filet (potongan diperhatikan tingkat penerimaannya oleh
daging tanpa tulang). konsumen. Oleh sebab itu karakteristik
Indonesia menjadi pengekspor ikan organoleptik pada suatu produk sangat
nila merah ke berbagai negara terutama penting.
Amerika dan Uni Eropa sepanjang tahun
2006, jumlah ekspor nila merah mencapai
24.000 ton, angka ekspor tersebut, 50 %
berupa produk fillet beku, 30 % nila utuh BAHAN DAN METODE PENELITIAN
beku, dan 20% fillet segar (Winny, 2011). Pembuatan tepung tulang nila
Tahun 2009 Indonesia telah mengekspor merah, roti tawar, pengujian
filet nila merah beku sebesar 10.000 ton pengembangan roti dan pengujian
(Suyanto, 2011). Tahun 2010 ekspor filet organoleptik dilaksanakan di Laboratorium
nila meningkat sebesar 16.398 ton Teknologi Industri Hasil Perikanan
(Hamid, 2011). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Pemanfaatan limbah hasil Pengayakan tepung tulang nila merah
perikanan saat ini masih belum optimal, dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi
terutama pemanfaatan kepala, ekor, sirip, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
tulang, cangkang, dan jeroan. Menurut Pengujian kadar kalsium dilaksanakan di
Maulida (2005) Tulang ikan mengandung Laboratorium Uji Fakultas Teknologi
kalsium yang tinggi dalam bentuk kalsium Industri Pertanian, Universitas
fosfat yaitu sebanyak 14% dari total Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan pada
penyusun tulang. Unsur utama dari tulang Bulan Mei sampai Juni 2012.
ikan adalah kalsium, fosfor, dan karbonat.
Kalsium merupakan unsur penting Alat Penelitian
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, Alat digunakan dalam penelitian ini
karena kalsium berfungsi dalam adalah kompor gas, panci, talenan, wadah
metabolisme tubuh, pembentukan tulang plastik, pisau, panci presto, blender
dan gigi. Tubuh manusia memiliki tingkat (pengganti Hammer mill), ayakan Tyler,
kebutuhan kalsium yang berbeda menurut stopwatch, oven, mixer, loyang, Rollingpin,
usia dan jenis kelamin. Anak-anak Dough scraper, Plastik wrap, Gelas ukur,
membutuhkan kalsium 600 mg per hari lembar uji kuesioner, piring styrofoam, dan
sedangkan usia dewasa 800 mg hingga Atomic Absorption Spectrophotometer.
1000 mg per hari (Widyakarya Pangan
dan Gizi LIPI, 2004). Salah satu produk
Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Nila Merah sebagai Sumber Kalsium 19

Bahan Penelitian - Potongan tulang dimasukkan ke dalam


Bahan-bahan yang digunakan panci presto dengan api besar setelah
dalam penelitian ini adalah Limbah Tulang presto berbunyi, kemudian
ikan nila merah, Tepung terigu Cakra menggunakan api kecil selama 2 jam
Kembar, air, ragi, garam, gula, telur, Bread agar tulang ikan menjadi lunak.
improver, mentega, susu bubuk, HCl 3N, - Potongan tulang dikeringkan
La2O3, aquades. menggunakan oven dengan suhu
1200C selama 35 menit.
- Tulang yang sudah kering dihaluskan
Metode Penelitian menggunakan blender hingga halus.
Metode yang digunakan pada - Tepung yang dihasilkan diayak
penelitian ini adalah metode menggunakan ayakan dengan ukuran
eksperimental. Menggunakan lima 100 mesh sehingga didapatkan tepung
perlakuan dengan 15 orang panelis semi tulang ikan yang homogen.
terlatih sebagai ulangan, Pengembangan
volume roti tawar di uji menggunakan  Pembuatan Roti Tawar dengan
Kruskal-Wallis, tingkat kesukaan diuji Penambahan Tepung Tulang Nila
menggunakan uji hedonik. Perlakuan Merah
fortifikasi tepung tulang nila merah Menurut Lange (2004) prosedur
berdasarkan jumlah tepung terigu yang pembuatan roti tawar adalah sebagai
digunakan, yaitu : berikut :
A. Tanpa penambahan tepung tulang nila - Penimbangan bahan baku untuk
merah. membuat roti yaitu terigu, tepung tulang
B. Penambahan 5% tepung tulang nila nila merah, air, ragi, bread improver,
merah. kuning telur, garam, gula, mentega dan
C. Penambahan 10% tepung tulang nila susu bubuk sesuai formulasi.
merah. - Pencampuran bahan-bahan yaitu
D. Penambahan 15% tepung tulang nila terigu, tepung tulang nila merah, ragi,
merah. bread improver, kuning telur, garam,
E. Penambahan 20% tepung tulang nila gula, dan susu bubuk. Semua bahan
merah. diaduk sampai rata. Diaduk dengan
menggunakan mixer. Penambahan air
ke dalam adonan sedikit demi sedikit
Prosedur Penelitian hingga tercampur rata.
 Pembuatan Tepung Tulang Nila Merah - Penambahan mentega pada adonan
Menurut Asni (2004), tahapan kemudian diaduk hingga adonan
pembuatan tepung tulang nila merah menjadi kalis.
adalah sebagai berikut : - Adonan dibentuk bulat kemudian di
- Tulang ikan segar yang terdiri dari fermentasikan selama 10 menit dalam
bagian tulang punggung sampai tulang baskom yang ditutup menggunakan
ekor kemudian tulang dicuci dengan air plastik wrap hingga mengembang.
mengalir. - Pembuangan udara yang terdapat
- Tulang ikan dikukus selama 10 menit didalam adonan, dan menimbang tiap
- Tulang dibersihkan dari sisa daging adonan dengan bobot 550 gram.
yang menempel dan bagian lainnya Kemudian di fermentasikan selama 15
yang tidak dibutuhkan, kemudian dicuci menit.
dengan air mengalir. - Adonan dipipihkan untuk membuang
- Tulang ikan yang telah dibersihkan udara yang terperangkap didalam
dimasukkan ke dalam air mendidih dan adonan dan membentuk adonan sesuai
direbus selama 30 menit pada suhu dengan ukuran Loyang yang akan
1000C digunakan.
- Pemotongan tulang hingga tulang - Adonan yang telah dibentuk kemudian
berukuran 5 cm. dimasukan kedalam loyang dengan
ukuran 25 x 10 x 12 cm yang
sebelumnya telah diolesi oleh mentega.
-
20 Ainy Justicia, Evi Liviawaty dan Herman Hamdani

- Adonan kembali difermentasi selama Setelah matang roti dikeluarkan


60 menit pada suhu 250-270C. dari oven kemudian didinginkan untuk
- Adonan kemudian dipanggang pada membuang uap panas dari roti.
oven dengan suhu 2000C selama 20 -
25 menit.

Tabel 1. Komposisi Bahan Baku Roti Tawar dengan Penambahan Tepung Tulang Nila
Merah
Perlakuan
Bahan
0% 5% 10% 15% 20%
Tepung terigu (g) 500 500 500 500 500
Tepung tulang ikan nila merah (g) 0 25 50 75 100
Air (ml) 310 310 310 310 310
Ragi (g) 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
Garam (g) 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
Bread Improver (g) 2 2 2 2 2
Kuning Telur (g) 10 10 10 10 10
Gula (g) 25 25 25 25 25
Mentega (g) 20 20 20 20 20
Susu bubuk (g) 5 5 5 5 5

Paramter yang Diamati Rumus statistik yang digunakan


Pengamatan dilakukan terhadap uji dalam uji friedman adalah sebagai berikut
fisik yaitu rendemen tepung tulang nila ( Daniel 1989):
merah menjadi tepung tulang nila merah,
pengembangan volume roti, uji
organoleptik (uji kesukaan/hedonik
dengan parameter yang diamati yaitu
warna, aroma, rasa, tekstur) dan uji Keterangan :
kalsium terhadap roti tawar tanpa χ = statistik uji Friedman
perlakuan dan roti tawar yang paling B = ulangan
disukai panelis dari hasil uji hedonik. K = perlakuan
Rj = total rangking setiap pelakuan
Analisis Data
Data hasil pengukuran volume Jika ada angka yang sama dilakukan
pengembangan roti dianalisis perhitungan faktor koreksi (FK) dengan
menggunakan statistik non parametrik. rumus sebagai berikut :
Kruskal-Wallis, Apabila terdapat
perbedaan antar perlakuan maka Σ
=1−
dilanjutkan dengan menggunakan uji ( − 1)
perbandingan berganda taraf 5%
(Gasperz 1991) :
Keterangan :
T = N(t3 – t)
t = Banyaknya nilai pengamatan
yang sama untuk suatu
Keterangan : peringkat.
H = Kruskal Wallis N = Banyaknya nilai pengamatan
N = Jumlah Ulangan yang sama untuk suatu
Rj2 = Kuadrat Rata-rata Perlakuan peringkat dengan nilai t yang
Nj = Ulangan sama.
Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Nila Merah sebagai Sumber Kalsium 21

Nilai signifikansi harga observasi Jika harga Hc< α (K-1), maka


Hc dapat diketahui dengan menggunakan terima H0 dan tolak H1, dan jika harga
tabel harga-harga kritis Chi-Kuadrat Hc> α (K-1), maka H0 ditolak dan H1
dengan db = k-1; α = 0,05. diterima. Apabila H1 diterima, maka
Kaidah keputusan untuk menguji perlakuan memberi perbedaan nyata dan
hipotesis yaitu: pengujian dilanjutkan untuk mengetahui
H0 = Perlakuan tidak memberi nilai median yang tidak sama dan untuk
perbedaan nyata pada taraf α = 0,05. mengetahui perbedaan antar perlakuan
H1 = Perlakuan memberi perbedaan dengan uji perbandingan berganda
yang nyata pada taraf α = 0,05. (Multiple Comparison) dengan rumus
sebagai berikut:

│ − │≤ {[ / ( − 1)]} ( + 1)/6
Keterangan: rendemen tepung tulang nila merah
│ − │ = Selisih rata-rata adalah 33,73%. Hasil
rangking rendemen tidak jauh berbeda dengan
Ri = Rata-rata peringkat dari penelitian sebelumnya karena ikan yang
sampel ke-i digunakan merupakan jenis ikan yang
Rj = Rata-rata peringkat dari sama yaitu ikan nila merah dan proses
sampel ke-j pembuatan tepung tulang menggunakan
α = Experimen wise error prosedur yang sama.
N = Banyaknya data
K = Banyaknya perlakuan Pengembangan Volume Roti
Pengembangan volume roti
merupakan bagian yang penting terhadap
penerimaan konsumen terhadap roti
HASIL DAN PEMBAHASAN tawar. Roti yang baik memiliki volume roti
Rendemen Tepung Tulang Nila Merah yang besar menunjukan bahwa adonan
Berdasarkan hasil perhitungan, memiliki kemampuan baik dalam mengikat
rata-rata rendemen tepung tulang nila gas CO2 selama fermentasi. Berikut data
merah yang didapatkan yaitu sebesar rata-rata hasil pengembangan roti tawar
38,75 %. Menurut Ngudiharjo (2011) berdasarkan perlakuan (Tabel 2).

Tabel 2 . Rata-rata Pengembangan Volume Roti Tawar dengan Penambahan Tepung


Tulang Nila Merah
Penambahan Tepung Tulang Rata-Rata Pengembangan
Nila Merah (%) Volume Roti (%)
0 563,3 b
5 523,3 ab
10 501,2 ab
15 468,7 a
20 452,4 a
Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut
uji perbandingan berganda (Multiple comparison) taraf 5%.

Pengembangan volume roti tawar Wahyudi (2003) protein terigu glutenin dan
menurun seiring dengan meningkatnya gliadin dalam adonan bila dicampurkan
fortifikasi tepung tulang nila merah. dengan air akan membentuk massa
Peningkatan tepung tulang nila merah di elastis yang biasa disebut gluten, sifat fisik
dalam adonan menyebabkan kandungan gluten memungkinkan dapat menahan gas
gluten menurun karena tepung tulang nila pengembangan, hal itu yang
merah tidak mengandung protein yang memungkinkan produk roti mengembang
dapat membantu dalam pengembangan dengan baik.
adonan pada tahap fermentasi. Menurut
22 Ainy Justicia, Evi Liviawaty dan Herman Hamdani

Uji Hedonik (Kesukaan)


Kenampakan
Hasil pengamatan terhadap
kenampakan roti tawar disajikan Tabel 3.

Tabel 3. Rata – rata Uji Hedonik Terhadap Kenampakapan Roti Tawar Berdasarkan
Perlakuan Penambahan Tepung Tulang Nila Merah
Penambahan Tepung Rata – rata
Median
Tulang Nila Merah (%) Kenampakan
0 7 7,0 a
5 7 6,6 a
10 7 6,6 a
15 5 5,8 a
20 7 6,5 a
Keterangan: Perhitungan statistik menggunakan Uji Friedman dengan taraf 5%

Berdasarkan uji statistik Chi Bagian dalam roti tawar putih hal
Kuadrat semua perlakuan tidak ini disebabkan karena tepung tulang nila
berpengaruh nyata terhadap kenampakan merah memiliki warna yang putih sehingga
roti tawar. Menurut Hadi (2006) roti tawar mempunyai warna yang relatif
karakteristik roti yang baik adalah roti yang sama pada tiap perlakuan sehingga sulit
bagian kulit luarnya berwarna coklat dibedakan. Kenampakan pori roti yang
keemasan, bagian dalam roti berwarna dihasilkan halus dan tidak berbeda nyata
putih, memiliki kulit roti yang tipis dan pada tiap perlakuan. Menurut Sumadi
memiliki pori-pori yang halus. (2007) Kehalusan pori yang terbentuk
Roti dengan penambahan tepung selama proses pengadonan tergantung
tulang nila merah memiliki warna kulit pada karakteristik tepung yang digunakan
coklat keemasan. Menurut Fellows (2000) seperti elastisitas dari gluten dan daya ikat
Karakteristik warna coklat keemasan yang air. Pori yang halus bisa juga terbentuk
berhubungan dengan makanan panggang oleh karena udara masuk ke dalam
adalah karena reaksi Maillard yaitu reaksi adonan dan terdispersi dalam bentuk
perubahan warna menjadi coklat yang gelembung yang halus ketika tepung dan
diakibatkan oleh adanya reaksi antara air dicampur dan diuleni.
protein dan karbohidrat selain itu warna
coklat pada kulit roti juga disebabkan Aroma
karamelisasi gula dan dekstrin (baik dalam Hasil pengamatan terhadap aroma
makanan atau diproduksi oleh hidrolisis roti tawar disajikan pada Tabel 4.
pati).

Tabel 4. Rata – rata Uji Hedonik Terhadap Aroma Roti Tawar Berdasarkan Perlakuan
Penambahan Tepung Tulang Nila Merah
Penambahan Tepung Rata – rata
Median
Tulang Nila Merah (%) Aroma
0 5 6,3 a
5 7 6,5 a
10 5 5,8 a
15 5 5,5 a
20 5 6,2 a
Keterangan: Perhitungan statistik menggunakan Uji Friedman dengan taraf 5

Aroma roti tawar terbentuk dari cita rasa konsumen (Rochintaniawati,


proses fermentasi yang menghasilkan 2000).
alkohol sehingga meberikan aroma khas Aroma pada roti tawar juga
pada adonan. Pemberian ragi dalam dipengaruhi oleh aroma panggang hal ini
pembuatan roti selain berperan dalam karena reaksi Maillard dan Strecker
mengembangkan adonan juga dapat degradasi menghasilkan aroma yang
menambah aroma sehingga meningkatkan berbeda sesuai dengan kombinasi asam
Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Nila Merah sebagai Sumber Kalsium 23

amino bebas dan gula hadir dalam dengan penambahan tepung tulang nila
makanan tertentu. Setiap asam amino memiliki aroma gandum khas roti
menghasilkan aroma yang khas ketika sehingga penambahan tepung tulang nila
dipanaskan dengan gula yang diberikan, merah pada roti tawar dari semua
karena produksi dari aldehida tertentu perlakuan tidak berpengaruh pada
(Fellows, 2000). kesukaan panelis terhadap aroma roti
Menurut Lange (2004) untuk tawar. Hal ini disebakan karena tepung
menilai kualitas roti tawar salah satunya tulang nila merah memiliki bau amis yang
dengan mencium aromanya. Roti tawar tidak terdeteksi oleh indera panelis.
yang baik adalah roti tawar yang memiliki
aroma gandum, fermentasi ragi dan aroma Rasa
hasil bahan tambahan yang menghasilkan Hasil pengamatan terhadap rasa
aroma khas roti yang segar. Roti tawar roti tawar disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Rata – rata Uji Hedonik Terhadap Rasa Roti Tawar Berdasarkan Perlakuan
Penambahan Tulang Nila Merah
Penambahan Tepung
Median Rata - rata Rasa
Tulang Nila Merah (%)
0 7 7,4 a
5 7 6,9 a
10 5 5,7 b
15 5 5,4 b
20 5 5,0 b
Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
menurut uji perbandingan berganda (Multiple comparison) taraf 5%.

Hasil uji statistik menunjukan Penambahan tepung tulang nila


bahwa fortifikasi tepung tulang nila merah merah yang semakin besar
pada roti tawar memberikan pengaruh mempengaruhi tingkat kesukaan panelis.
terhadap rasa. Berdasarkan uji Semakin tinggi persentase tepung tulang
perbandingan berganda (multiple nila merah yang ditambahkan pada roti
comparison) taraf 5%, perlakuan 0% dan tawar mengakibatkan menurunnya tingkat
5% memiliki rasa yang tidak berbeda kesukaan panelis. Rasa amis yang timbul
nyata dan paling disukai panelis diantara pada rasa roti tawar diakibatkan
perlakuan yang lainnya. Roti perlakuan penambahan tepung tulang nila merah
0% dan 5% disukai karena memiliki rasa yang semakin besar pada roti tawar.
yang tawar cenderung agak manis. Tepung tulang nila yang ditambahkan
Perlakuan 5% roti masih memiliki masih memiliki rasa amis yang kuat.
karakteristik rasa yang hampir sama Menurut U.S. Wheat Associates (1983)
dengan roti tanpa penambahan tepung karakteristik roti tawar yang baik ialah
tulang. Perlakuan 10% dan 15% memiliki rasa tawar ataupun gandum.
karakteristik rasa dari roti yang dihasilkan
tawar namun terasa ada rasa amis atau Tekstur
rasa ikan ketika dimakan, sedangkan pada Hasil pengamatan tekstur fortifikasi
perlakuan 20% roti tawar yang dihasilkan tepung tulang nila merah pada roti tawar
memiliki rasa amis yang kuat pada saat disajikan pada Tabel 6.
dimakan.

Tabel 6. Rata – rata Uji Hedonik Terhadap Tekstur Roti Tawar Berdasarkan Perlakuan
Penambahan Tepung Tulang Nila Merah
Penambahan Tepung
Median Rata - rata Tekstur
Tulang Nila Merah (%)
0 7 6,9 a
5 7 6,3 a
10 5 5,9 a
15 5 5,7 a
20 7 6,1 a
Keterangan: Perhitungan statistik menggunakan Uji Friedman dengan taraf 5%
24 Ainy Justicia, Evi Liviawaty dan Herman Hamdani

Menurut Fellows (2000) Tekstur Tekstur roti tawar masih dapat


roti terbentuk dari gas yang terdispersi dan diterima oleh panelis hal ini dikarenakan
terperangkap di dalam adonan dalam tepung tulang nila merah yang digunakan
bentuk gelembung untuk pembentukkan bersifat halus yaitu berukuran 100 mesh
dinding pori yang elastis. Ketika tepung sehingga penambahan tepung tulang nila
gandum dicampur dengan air, gluten akan merah terhadap tekstur roti tawar tidak
membentuk massa viskoelastis yang berpengaruh nyata.
mengikat semua bahan adonan terutama
pati menjadi suatu jaringan. Lapisan film Pengambilan Keputusan dengan
yang terbentuk bersifat impermiabel Metode Bayes
terhadap gas, sehingga dapat Pengambilan keputusan terhadap
memerangkap gas dan membentuk pori. nilai bobot relatif dari kriteria kenampakan,
Selanjutnya pada saat proses aroma, rasa, dan tekstur roti tawar
pemanggangan (baking) terjadi dilakukan dengan perbandingan
gelatinisasi pati dan koagulasi gluten yang berpasangan (pairwise comparison).
dapat membentuk crumb dan tekstur yang Matriks Keputusan Penilaian dengan
lembut. Metode Bayes disajikan pada Tabel 7

Tabel 7. Matriks Keputusan Penilaian dengan Metode Bayes


PenambahanTepung Nilai Median
Nilai
Tulang Nila Merah
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur Alternatif
(%)
0 7 5 7 7 6,62
5 7 7 7 7 7,00
10 7 5 5 5 5,68
15 5 5 5 5 5,00
20 7 5 5 7 5,92
Bobot Kriteria 0,34 0,19 0,35 0,12
Keterangan : Nilai alternatif tertinggi dengan nilai 7,00 terdapat pada perlakuan 5%, nilai
bobot kriteria tertinggi terdapat pada rasa (0,35)

Data hasil penilaian dengan pertimbangan utama dalam memilih


metode Bayes menunjukkan rasa produk roti tawar. Berdasarkan semua
merupakan kriteria yang paling penting parameter yang diamati, fortifikasi tepung
pada keputusan akhir panelis dalam tulang nila merah sebesar 5% merupakan
memilih roti tawar dengan bobot kriteria perlakuan yang memiliki karakteristik
0,35. Kemudian diikuti kenampakan terbaik dan cenderung disukai panelis.
(0,34), aroma (0,19), dan tekstur (0,12).
Walaupun penilaian karakteristik lainnya Kadar Kalsium
baik tetapi apabila rasa roti tawar tidak Roti tawar yang diuji dalam
baik atau tidak disukai oleh panelis, maka penelitian ini adalah roti tawar tanpa
produk roti tawar akan ditolak oleh panelis fortifikasi tepung tulang nila merah dan roti
(Marisa, 2009). Hal ini menunjukkan yang paling disukai oleh panelis yaitu roti
kriteria rasa merupakan bahan dengan perlakuan 5%.

Tabel 8. Kandungan Kalsium Roti Tawar dengan Penambahan Tepung Tulang Nila Merah
Berdasarkan Perlakuan yang Disukai Panelis
Penambahan Tepung Kandungan Kalsium
Tulang Nila Merah (%) (%)
0 0,0056
5 0,476

Menurut Baskoro (2008) tepung kalsium pada roti tawar. Unsur utama dari
tulang nila merah memiliki kandungan tulang ikan adalah kalsium, fosfor, dan
kalsium sebesar 9,02%. Penambahan karbonat, sedangkan yang terdapat dalam
tepung tulang nila merah terhadap roti jumlah kecil yaitu magnesium, sodium,
tawar mampu meningkatkan kandungan
Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Nila Merah sebagai Sumber Kalsium 25

klorida, hidrosida dan sulfat (Maynard dan karbonat, sedangkan yang terdapat dalam
Loosli, 1956 dalam Ngudiharjo, 2011). jumlah kecil yaitu magnesium, sodium,
Menurut Baskoro (2008) tepung klorida, hidrosida dan sulfat (Maynard dan
tulang nila merah memiliki kandungan Loosli, 1956 dalam Ngudiharjo, 2011).
kalsium sebesar 9,02%. Penambahan
tepung tulang nila merah terhadap roti Pembahasan
tawar mampu meningkatkan kandungan Hasil keseluruhan pengamatan
kalsium pada roti tawar. Unsur utama dari berdasarkan parameter yang diuji pada
tulang ikan adalah kalsium, fosfor, dan penelitian disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Keseluruhan Pengamatan


Pengamatan Rata – Rata Perlakuan (%)
0 5 10 15 20
Uji Fisik
Pengembangan Volume 563,3a 523,3a 501,2a 468,7b 452,4b
Roti Tawar (%)

Uji Hedonik
Kenampakan
7,0 a 7,0 a 7,0 a 5,0 a 7,0 a
Aroma
5,0 a 7,0 a 5,0 a 5,0 a 5,0 a
Rasa
7,0 a 7,0 a 5,0 b 5,0 b 5,0 b
Tekstur
7,0 a 7,0 a 5,0 a 5,0 a 7,0 a
Uji Kimia
Kadar Kalsium (%) 0,0056 0,476 - - -

Metode Bayes
Nilai Alternatif 6,62 7,00 5,68 5,00 5,92
Keterangan : * = Berbeda nyata pada uji perbandingan berganda (multiple comparison)
taraf 5%

Berdasarkan tabel hasil memiliki nilai rata-rata tertiggi


keseluruhan diatas roti tawar pada dibandingkan perlakuan yang lainnya, hal
perlakuan penambahan tepung tulang nila ini berarti roti tawar pada perlakuan 5%
merah sebanyak 5% merupakan roti tawar memiliki aroma yang paling disukai
yang lebih baik dibandingkan perlakuan panelis. Hasil uji hedonik pada kriteria
yang lainnya. Berdasarkan hasil rasa roti tawar dengan penambahan 5%
pengamatan volume pengembangan roti, berdasarkan jumlah tepung terigu memiliki
perlakuan 5% tidak berbeda nyata dengan karakteristik yang tidak berbeda nyata dari
kontrol yang berarti roti pada perlakuan roti kontrol. Uji hedonik dari kriteria tekstur
5% memiliki pengembangan volume roti perlakuan 5% tidak berbeda nyata dengan
yang baik. Hasil uji hedonik secara kontrol.
keseluruhan roti tawar pada perlakuan 5% Roti tawar dengan penambahan
memiliki kenampakan utuh, warna kulit tepung tulang nila merah sebesar 5%
coklat keemasan, bagian dalam roti memiliki nilai alternatif tertinggi
berwarna putih serta pori-pori roti yang dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 7,00
halus. Hasil uji hedonik pada karakteristik (suka) yang berarti perlakuan 5%
aroma, roti tawar dengan penambahan merupakan perlakuan yang lebih disukai
tepung tulang nila merah sebesar 5% panelis. Roti tawar dengan penambahan
berdasarkan tepung terigu memiliki nilai tepung tulang nila merah memiliki
rata-rata tertinggi dibandingkan perlakuan kandungan kalsium sebanyak 0,476%
yang lainnya, hal ini berarti roti tawar pada yang berarti memiliki jumlah kalsium yang
perlakuan 5% memiliki aroma yang paling lebih besar dari roti tanpa penambahan
disukai panelis. Hasil uji hedonik pada tepung tulang nila merah yaitu sebesar
kriteria rasa roti tawar dengan 0,0056%, menurut Widyakarya Pangan
penambahan berdasarkan tepung terigu dan Gizi LIPI (2004), bahwa kebutuhan
26 Ainy Justicia, Evi Liviawaty dan Herman Hamdani

kalsium pada menusia yaitu 200-1150 Gasperz, V. 1991. Metode Prancangan


mg/hari tergantung pada usia sehingga Percobaan untuk Ilmu-Ilmu
penambahan tepung tulang nila merah Pertanian, Ilmu-Ilmu Teknik
dapat membantu memenuhi kebutuhan Biologi. Armico, Bandung.
kalsium manusia.
Hadi, Y. 2006. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi kualitas Produk.
Dalam: Food Review Vol.1 No.3.
KESIMPULAN PT Media Pangan Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian
fortifikasi tepung tulang nila merah sampai Hamid, Abdul. 2011. Nila Merah.
dengan 20% pada roti tawar masih disukai www.Abdulhamit22.blogspot.com
oleh panelis berdasarkan uji hedonik. Roti (diakses pada tanggal 7 Juni 2012)
dengan fortifikasi tepung tulang nila merah
sebanyak 5% merupakan roti tawar yang Irawan, A. 1995. Pengolahan Hasil
lebih disukai dibandingkan perlakuan Perikanan. CV Aneka Solo, Solo.
lainnya berdasarkan nilai alternatif dengan
metode bayes. Hasil uji hedonik perlakuan Marisa, O . 2009. Fortifikasi Tepung
5% memiliki nilai kenampakan 7,0 (suka), Cangkang Rajungan pada Roti
aroma 7,0 (suka), rasa 7,0 (suka) dan Tawar dan Pengaruhnya terhadap
tekstur 7,0 (Suka). Perlakuan 5% memiliki Tingkat Kesukaan.Skripsi. Fakultas
kandungan kalsium sebesar 0,476% serta Perikanan dan Ilmu Kelautan,
memiliki pengembangan volume roti Unpad. Jatinangor.
sebesar 523,3%.
Maulida, N. 2005. Pemamfaatan Tepung
Tulang Ikan Madidihang sebagai
Suplemen dalam Pembuatan
DAFTAR PUSTAKA Biskuit (Crackers). Skripsi.
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1989. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kelautan, IPB. Bogor.
Kanisius, Yogyakarta.
Ngudiharjo. A. 2011. Fortifikasi Tepung
Asni, Y. 2004. Studi Pembuatan Biskuit Tulang Nila Merah terhadap
dengan Penambahan Tepung Kandungan Kalsium dan Tingkat
Tulang Ikan Patin (Pangasius Kesukaan Mie Kering. Skripsi.
hipopthalmus). Skripsi. Fakultas Fakultas Perikanan dan Ilmu
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Kelautan, UNPAD. Jatinangor.
Bogor. 74 halaman.
Peranginangin, R. 1994. Prospek
Baskoro, P. 2008. Fortifikasi Tepung Pengembangan Agribisnis Nila
Tulang Nila Merah terhadap Merah Untuk Produk Makanan
Karakteristik Biskuit.Skripsi. Berprotein Ikan. Kumpulan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Makalah Seminar Sehari
Kelautan, Unpad.Jatinangor. Pengembangan Agribisnis Ikan
Nila Merah di Jawa Barat.
deMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. Indonesian Society for Scientific
Penerjemah: Kosasih Fisheries, Sukabumi.
Padmawinata. Penerbit ITB,
Bandung. Rochintaniawati. 2000. Roti Manis.
Teknologi Pangan dan
Fellows. P. 2000. Food processing Agroindustri. Jurusan Teknologi
Tecnology Priciples and practice. Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Second Edition.
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian
Organoleptik untuk Industri Pangan
dan Hasil Pertanian. Penerbit
Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Nila Merah sebagai Sumber Kalsium 27

Suryani, A. 2010. Strategi Pengembangan Wahyudi, 2003. Memproduksi Roti.


Usaha “Nila Puff” dalam Direktorat Jendral Pendidikan.
Meningkatkan Pendapatan IKM Departemen Pendidikan Nasional.
Pengolahan Hasil Perikanan pada Jakarta
CV.”X” di Cibinong Bogor. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Widyakarya Panagan Gizi LIPI. 2004.
Bogor. Meningkatkan Produktivitas dan
Sumadi, N. 2007. Pengendalian proses Daya Saing Bangsa. Dalam:
fermentasi dalam Pengolahan roti. Pangan dan Gizi Masa Depan.
Artikel. http://repository.usu.ac.id ( Serpong, 17-19 Februai 1998.
diakses 5 oktober 2012) Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Jakarta
Suyanto, 2011. Pembenian dan
Pembesaran Nila. Winarno, FG. 1992. Kimia Pangan dan
http://www.budidaya nila.net/artikel Gizi. PT. Gramedia Pustaka
(diakses 5 oktober 2012). Utama, Jakarta

U. S. Wheat Associates. 1983. Pedoman Winny, 2011. Peluang Ikan Nila Merah.
Pembuatan Roti dan Kue. Penerbit http://www.trobos.com/show_article
Djambatan, Jakarta. . diakses pada 13 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai