Disusun oleh :
1. Erris Setiyo Kurniasari (P1337431117015)
2. Intan Listani (P1337431117032)
A. PENDAHULUAN
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan
mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau perhatian bahwa hazard (bahaya) akan
timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, tetapi pengendaliannya dapat dilakukan
untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut. HACCP merupakan salah satu bentuk
manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan
pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Kunci utama HACCP adalah
antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan
pencegahan dari pada mengandalkan kepada pengujian produk akhir.
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang zero-
risk atau tanpa resiko, tetapi dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya keamanan
pangan. Sistem HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk
memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-
bahaya mikrobilogis, kimia dan fisik.
HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari produsen
utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran
hingga sampai kepada pengguna akhir. Keberhasilan dalam penerapan HACCP
membutuhkan tanggung jawab penuh dan keterlibatan manajemen serta tenaga kerja.
Keberhasilan penerapan HACCP juga membutuhkan pendekatan tim, tim ini harus terdiri
dari tenaga ahli yang tepat. Sebagai contoh harus terdiri dari ahli budidaya, dokter hewan,
personel produksi, ahli mikrobiologi, spesialis kesehatan masyarakat, ahli teknologi
pangan, ahli kimia dan perekayasa menurut studi tertentu.
Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk
mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna
memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak
bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh
karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah risiko komplain karena
adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi
sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing kompetitif.
Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela dan banyak industri
pangan yang telah menerapkannya. Disamping karena meningkatnya kesadaran
masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri akan keamanan pangan,
penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh permintaan konsumen terutama
dari negara pengimpor. Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan
komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Disamping
itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar
industri pangan yaitu, telah diterapkannya Good Manufacturing Practices (GMP) dan
Standard Sanitation Operational Procedure (SSOP). Beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh suatu industri pangan dengan penerapan sistem HACCP antara lain
meningkatkan keamanan pangan pada produk makanan yang dihasilkan, meningkatkan
kepuasan konsumen sehingga keluhan konsumen akan berkurang, memperbaiki fungsi
pengendalian, mengubah pendekatan pengujian akhir yang bersifat retrospektif kepada
pendekatan jaminan mutu yang bersifat preventif, dan mengurangi limbah dan kerusakan
produk atau waste.
1. Melakukan analisis bahaya : segala macam aspek pada mata rantai produksi pangan
yang dpat menyebabkan masalah keamanan pangan harus di analisa. Bahaya yang
dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau
fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya lain mencakup pertumbuhan mikroorganisme
atau perubahan secara kimiawi yang tidak dikehendaki selama proses produksi dan
terjadinya kontaminasi silang pada produk antara produk jadi atau lingkungan
produksi.
2. Menentukan titik pengendalian kritis (critical Control Point, CCP) : suatu titik,
tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan dapat dicegah,
dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dpat diterima (diperbolehkan atau titik
aman). Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu titik pengendalian kritis 1 sebagai
titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan titik pengendalian kritis 2 dimana bahaya
dapat dikurangi.
3. Menentukan batas kritis : kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima
dengan yang tidak bisa diterima. Pada titik pengendalian kritis, harus dibuat batas
kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam
menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, PH, waktu, tingkat kelembaban,
AW, ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur.
4. Membuat suatu siste, pemantauan (Monitoring) CCP : suatu sistem pemantauan
(observasi) urutan , operasi, dan pengukuran selama terjadi aliran makanan. Hal ini
termasuk sistem pelacakan dan penentuan control mana yang mengalami perubahan
ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus menggunakan catatan
tertulis.
5. Melakukan tindakan korektif : apabila pemantauan mengindikasika adanya CCP
yang tidak berada di bawah kontrol. Tindakan korektif spesifik yang diberlakukan
pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani penyimpangan yang
kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk pembuangan produk yang mengalami
penyimpangan secara cepat.
6. Menetapkan prosedur verifikasi : untuk mengonfirmasi bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup penijauan
terhadap sistem HACCP dan catatannya. Peninjauan terhadap penyimpangan dan
pengaturan prpoduk, konfirmasi CCP yang berbeda dalam pengendalian, serta
melakukan pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji. Setelah itu prosedur
verifikasi dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak dan menganalisisnya.
Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem untuk memastikan sistem sudah
memenuhi semua persyaratan codex dan memperbaharui sistem apabila terdapat
perubahan di tahap proses atau bahan yang digunakan dalam proses produksi
7. Melakukan dokumentasi : terhadap seluruh prosedur dan catatan yang berhubungan
dengan prinsip aplikasinya. Beberapa contoh catatan yang berhubungan dengan
perinsip dan aplikasinya. Beberapa contoh catatan dan dokumentasi dalam sistem
HACCP adalah analisis bahaya, penetapan CP, penetapan batas kritis, aktivitas
pemantauan CCP, serta penyimpanan dan tindakan korektif yang berhubungan
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktikum pada mata kuliah ini mahasiswa akan dapat
mengaplikasikan HACCP pada industri penyelenggaraan makanan
2. TUJUAN KHUSUS
a. Membuat deskripsi produk
b. Membuat bagan alir proses
c. Membuat analisis bahaya
d. Membuat kategori risiko
e. Menentukan CCP
f. Menetapkan bagian penerapan HACCP (CCP, bahaya, cara pengendalian,
parameter CCP, batas kritis, nilai target, pemantauan, tindakan koreksi dan
dokumentasi)
BAB II
ALAT, BAHAN, DAN KEGIATAN
A. ALAT
1. Pedoman HACCP
2. Contoh HACCP
B. BAHAN
Contoh kasus produk makanan/ masakan (kerupuk tahu)
C. KEGIATAN
1. Membuat deskripsi produk
2. Membuat bagan alir proses
3. Membuat analisis bahaya
4. Membuat kategori risiko
5. Menentukan CCP
6. Menentukan bagan penerapan HACCP (CCP, bahaya cara pengendalian,
parameter CCPm, batas kritis, nilai terget, pemantauan, tindakan koreksi
dan dokumentasi)
BAB III
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI PRODUK
Kerupuk tahu merupakan kerupuk yang dibuat dari bahan baku tahu, yaitu tahu
kuning. Tahu di sini didapatkan dari supplier kemudian dipotong tipis, dicampur dengan
bumbu-bumbu dan kemudian dikeringkan. Setelah kering, tahu digoreng dan dikemas.
Pengemasan
Penggorengan
Penjemuran dan penirisan
Keterangan Simbol :
Tahapan Proses
Arah aliran
Bahan Baku yang mungkin tercemar
Tercemar dari permukaan / peralatan
Tercemar oleh penjamah
Bakteri mati, spora masih hidup
4 Minyak Biologi Koliform, Bahan baku ALT awal Memilih minyak goreng
Salmonella Sp, (30oC, 72 jam) yang bermerek karena
goreng Staphylococcus : 1 x 105 standar kualitasnya sudah
Aureus, Listeria koloni/gr, ditentukan oleh pabriknya
Monocytogenes Koliform : 1 x sehingga minim
101 koloni/gr, kontaminan.
Salmonella Menggunakan minyak
Sp : negatif/25 kemasan(tidak loss-
gr, losan).
Staphylococcu
s Aureus : 1 x
102 koloni/gr,
Listeria
Monocytogene
s : negatif/25
gr
Sumber : SNI
7388:2009
Kimia - - - -
Keadaan Bungkusnya
kemasan, utuh, tidak
Mengecek tanggal expired
Fisik kadaluarsa, Bahan baku robek, bersih,
nya
bocor/ngerembe tidak
s kadaluarsa
5. Garam Memastikan bahan baku
yang dibeli mempunyai
merek yang terpercaya di
pasaran dan terbuat dari
Biologi Halofilik - -
pabrik sehingga minim
dengan kontaminan
karena telah ditentukan
standar kualitasnya
Memastikan bahan baku
yang dibeli mempunyai
merek yang terpercaya di
pasaran dan terbuat dari
Beryodium
Bahan pabrik sehingga minim
Kimia kurang dari 60 <0,1 mg/kg
tambahan dengan kontaminan
ppm, bebas BTP
karena telah ditentukan
standar kualitasnya,
mengecek tanggal
kadaluarsa nya
Fisik Kotoran. bumbu Tidak Memastikan bahan baku
Pecahan kaca, menggumpal / yang dibeli mempunyai
kerikil tidak basah, merek yang terpercaya di
Tidak ada pasaran dan terbuat dari
kotoran pabrik sehingga minim
(rambut, dengan kontaminan
kuku,pecahan karena telah ditentukan
kaca, batu,
plastik, tulang, standar kualitasnya
staples, kayu)
6. ALT awal
(30oC, 72 jam)
: 1 x 102
koloni/ml
ALT akhir
(30oC, 72 jam)
: 1 x 105
ALT awal koloni/ml
(30oC, 72 jam) APM
ALT akhir coliform : < 2 /
(30oC, 72 jam) 100 ml
Biologi Bahan baku Di rebus
APM coliform Salmonella sp :
Salmonella sp negatif / 100
Pseudomonas ml
aeruginosa Pseudomonas
Air
aeruginosa: 0
koloni / ml
Sumber : SNI
7388:2009
koloni / ml
Sumber : SNI
7388:2009
Di cium aromanya agar
Kaporit
Kimia Bahan baku Kaporit negatif dapat memastikan
Sadah
berkaporit atau tidak
Tidak
berwarna, tidak
Fisik Keruh, bau Bahan baku berasa, tidak Di lihat, di rasa, di bau
berbau, tidak
ada kotoran
Input/ Justifikasi Tindakan
Tahapan Identifikasi penyebab
No proses Bahaya bahaya Signifikansi Bahaya
Kategori
Peluan Kepa Pencegaha
g - Signifi- n
Raha
n kansi
SOP
Pembuatan
dan
Penerimaan penyimpanan
Bahan Biologi : mikroba Pembuatan Tahu. Jaminan
basah Biologi perusak, jamur, aman dari
1 (tahu) serangga (ka naik) H H N supplier.
Analisis Bahaya Proses
A. Analisis Resiko
Matriks
Analisa Signifikan
Bahaya
Analisis Signifikan Bahaya
Signifikan
Nama Bahan Kategori Risiko Keakutan Jumlah
Bahaya
Tahu kuning 1000 1000 1000.000 Tinggi
Ketumbar 10 10 100 Rendah
Air 100 100 10.000 Sedang
Minyak goreng 100 1000 100.000 Tinggi
Bawang putih 10 10 100 Rendah
Garam 10 10 100 Rendah
Tahu kuning memiliki signifikan bahay tinggi karena berisiko terdapatnya formalin dan terjadi gumpalan. Air masuk dalam kategori
sedang karena memiliki kemungkinan bahaya koliform ataupun E.Coli dalam air PDAM. Sedangkan minyak goreng memiliki bahaya tinggi
karena terdapat asam lemak bebas yang tidak dapat dicegah/dikendalikan dan kebiasaan untuk menggunakan kembali/mengulang dalam
proses penggorengan dengan minyak yang sama.
B. PENETAPAN CCP
Prosed
Catatan /
Jenis Paramet Batas ur Petug Tindakan Prosedur
CCP dokument
bahaya er CCP Kritis pemant as koreksi verifikasi
asi
au
Penerimaan
bahan
dilakukan di
lingkungan
Mengecek
Kontamin Kebersih yang tepat,
Selalu kembali
asi pada an pembersiha Penjam Memantau
membersi apakah
Peneri lingkunga lingkung n alat ah kebersihan
Penja hkan koreksi
maan n an, dengan memast alat dan
mah wadah yang
bahan penerimaa wadah menggunak ikan penjamah
maka sebelum dilakukan
basah n bahan serta an sabun lingkun mengguna
nan dan sudah
( Tahu) dan hygiene dan air gan kan APD
setelah tepat
penjamah penjama mengalir bersih lengkap
dipakai, (kebersiha
makanan h yang aman,
n alat)
pengawasan
tempat
penerimaan
bahan
Mencari
Mengecek Air yang
air yang
kembali digunakan
bersih ,
Penjam apakah air yang
Kebersih tidak
Bebas dari ah Penja koreksi tidak
an air keruh
Pencuci Bakteri E. kotoran dan memant mah yang berwarna,
dan serta
an tahu Coli memenuhi au maka dilakukan tidak
jumlah memenuhi
standar pH kebesih nan sudah berbau dan
coliform kriteria
an air tepat memenuhi
kesadahan
(kebersiha kriteria
air untuk
n air) kesadahan
mencuci
Kontamin Penjam
asi pada ah Mengecek
Pencucian
alat yang memant kembali
alat dengan Selalu
di au apakah Membersi
Kebersih sabun dan membersi
gunakan kebersi koreksi hkan dan
Pemoto an alat air mengalir Penja hkan alat
untuk han yang mencuci
ngan dan yang aman, mah sebelum
memotong alat, dilakukan alat yang
tahu penjama dan hygiene bahan dan
tahu dan dan sudah akan di
h dari setelah
kontamina kebersi tepat gunakan.
penjamah dipakai
si bakteri han (keberssih
makanan
dari dari diri an alat)
penjamah sendiri
Kontamin
asi pada Penjam
alat yang ah Mengecek
di memant kembali
Kebersih Selalu Memantau
gunakan Pencucian au apakah
an alat membersi kebersihan
untuk alat (pisau) kebersi Penja koreksi
Pengup dan hkan alat alat dan
pengupasa dengan han alat mah yang
asan higien sebelum penjamah
n bumbu sabun dan dan maka dilakukan
bumbu penjama dan mengguna
dan air mengalir kebersi nan sudah
h setelah kan APD
bakteri yang aman. han tepat
makanan dipakai lengkap
yang penjam (kebersiha
berasal ah n alat)
dari sendiri
penjamah
Penjam
ah Mengecek
Kontamin
memant kembali
asi pada Kebersih Selalu Memantau
au apakah
alat yang an alat Pencucian membersi kebersihan
kebersi Penja koreksi
Pengha di dan alat dengan hkan alat alat dan
han alat mah yang
lusan gunakan higien sabun dan sebelum penjamah
dan maka dilakukan
bumbu untuk penjama air mengalir dan mengguna
kebersi nan sudah
menghalus h yang aman. setelah kan APD
han tepat
kan makanan dipakai lengkap
penjam (kebersiha
bumbu
ah n alat)
sendiri
Penjam
ah
Pengawasan memant
tempat au
Mengecek
Debu, penjemuran kebersi Selalu
kembali
Kotoran, Kebersih (aman dari han membersi Menjaga
kebersihan
Lingkunga an polusi tempat Penja hkan kebersihan
tempat
Penjem n, Wadah tempat udara), ( lingku mah wadah wadah dan
(lingkunga
uran yang ( lingkun Wadah ngan) maka sebelum tempat
n) dan
digunakan gan) dan yang dan nan dan ( lingkung
wadah
untuk wadah digunakan memast setelah an)
yang
menjemur dipastikan ikan dipakai
digunakan
steril dari alat
kotoran yang
digunak
an steril
Kontamin
asi pada
alat yang
di
gunakan
Kebersih Penjam
untuk
an alat, ah Mengecek
menggore Pencucian
penjama memant kembali
ng tahu, alat dengan Selalu
h dan au apakah Membersi
kontamina sabun dan membersi
memini kebersi Penja koreksi hkan dan
si bakteri air mengalir hkan alat
Penggo malkan han mah yang mencuci
dari yang aman, sebelum
rengan pengulan alat, bahan dilakukan alat yang
penjamah, dan hygiene dan
gan dan dan sudah akan di
dan zat dari setelah
minyak kebersi tepat gunakan.
yang penjamah dipakai
yang han (keberssih
menimbul makanan
digunaka dari diri an alat)
kan
n sendiri
penyakit
kanker
( karsinog
en) dari
minyak
Kontamin Penjam
asi pada ah Mengecek
Pencucian
alat yang memant kembali
alat dengan Selalu
di au apakah Membersi
Kebersih sabun dan membersi
gunakan kebersi Penja koreksi hkan dan
an alat, air mengalir hkan alat
Peniris untuk han mah yang mencuci
penjama yang aman, sebelum
an meniriska alat, maka dilakukan alat yang
h dan hygiene dan
n, dan dan nan sudah akan di
makanan dari setelah
kontamina kebersi tepat gunakan.
penjamah dipakai
si bakteri han (keberssih
makanan
dari dari diri an alat)
penjamah sendiri
Mengecek
Kontamin Kebersih
Penjam kembali
asi bakteri an Memastikan
ah Mengguna apakah
dari penjama bahwa
memant kan wadah koreksi
penjamah h bahan Penja
au yang yang Bahan
Penge makanan makanan pengemas mah
keaman bersih dan dilakukan pengemas
masan dan dan steril dan maka
an bebas dari sudah harus steril
kontamina bahan tidak nan
bahan kontamina tepat
si bahan pengema menimbulka
pengem si. (keberssih
pengemas s n bahaya
as an alat
( plastik) ( plastic)
pengemas)
UJI KELAIKAN FISIK UNTUK HIGIENE SANITASI MAKANAN JASABOGA
----------------------------------------------------------------------------------------------
Bobot
Bobot
No. Uraian X Uraian X
.
No. Uraian X
KHUSUS GOLONGAN
A1
27. Ruang pengolahan 1 1
makanan tidak dipakai
sebagai rag tidur
Tersedia 1 (satu) buah
28. 4 1
lemari es (kulkas)
JUMLAH 70 19
Semarang, 12 September
2019
Pemeriksa
............................................
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan jenis-jenis bahaya yang mungkin timbul yaitu biologis (kapang, E.Coli, Coliform,
Staphylococcus Aureus), Kimia (Formalin, boraks, logam berat), Fisik (benda asing, debu, rambut, kuku, serangga) .
Dari hasil analisa GMP, ditemukan hasil skor penilaian higiene sanitasi yaitu 19 dari skor total 70 (27%). Untuk golongan A1
ketentuan skor minimal 63/70 atau 93%. Artinya tingkat higiene sanitasi UMKM “Kerupuk Tahu” masih rendah dan sangat hi
persyaratan yang telah ditetapkan.
DOKUMENTASI