PENERAPAN HACCP
“BOLA-BOLA TAHU”
Pembimbing :
Disusun Oleh :
NIM. P07131217114
2020
Pembimbing :
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas Praktek Kerja
Lapangan Bidang Penyelenggaraan Makanan Institusi
di RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
Disusun Oleh :
NIM. P07131217114
2020
LEMBAR PENGESAHAN
POINT
Mengetahui Pembimbing
Kepala Instalasi Gizi
RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkat rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan tentang Penerapan Hazard Analysis Crital Control Point
(HACCP) Pada Menu Bola-Bola Tahu di Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan
Basry Kandangan.
Dalam menyelesaikan Laporan tugas Penerapan HACCP ini, Saya telah
banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu dr. Hj. Rasyidah M.Kes, selaku Direktur RSUD Brigjend. H. Hasan
Basry Kandangan yang telah memberikan izin kepada kami untuk
melaksanakan PKL BPMI.
2. Bapak Dr. H. Mahpolah, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banjarmasin.
3. Ibu Rabiatun Nisa, A.Md.Gz., RD, selaku kepala Instalasi Gizi RSUD
Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan.
4. Kakak Hayda Irnani, S.Gz, selaku pembimbing lapangan selama PKL yang
telah memberikan bimbingan.
5. Ahli Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan yang telah
memberikan masukan dan saran.
6. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan Penerapan
HACCP pada menu Bola-Bola Tahu di Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H.
Hasan Basry Kandangan.
Saya sangat menyadari bahwa Laporan tugas Penerapan HACCP ini
masih kurang dari kata sempurna. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan tugas
Penerapan HACCP dikemudian hari.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HACCP......................................................................3
B. Prinsip HACCP...........................................................................5
C. Fungsi Penerapan HACCP..........................................................13
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penerapan
HACCP........................................................................................14
E. Bahan-Bahan Bola-Bola Tahu.....................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu......................................................................33
B. Jenis Data.....................................................................................33
C. Cara Pengumpulan Data..............................................................33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.............................................................................................34
B. Pembahasan.................................................................................36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................41
B. Saran............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus rumah sakit
harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta
indikasi penyakit pasien, penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi
syarat kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang proses
perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang atau infeksi
nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang dapat diperoleh
melalui makanan. Selain timbulnya infeksi nosokomial, penyelenggaraan
makanan di rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak
higienis) juga dapat menyebabkan keracunan makanan (Puspita, 2010).
Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis
seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan
teknologi, maka diperlukan suatu sistem pengawasan pangan sejak diproduksi,
diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan
kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas kimiawi terhadap
bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan dari mulai saat pra-
panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan didistribusikan dan
dikonsumsi (Seto, 2001).
Keamanan pangan pada dasarnya adalah hygienie sanitasi makanan,
nilai gizi dan safety. Salah satu langkah pengawasan mutu adalah dengan
menerapkan sistim HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau
analisa bahaya dan pengendalian titik kritis. HACCP adalah suatu sistem yang
memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-
potensi bahaya terentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin
keamanan pangan (Susilo, 2006).
Hidangan Bola-Bola Tahu merupakan menu makan siang pada siklus
menu ke III di Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan
yang memerlukan tindakan HACCP karena menggunakan bahan baku yang
rentan
1
2
terhadap bahaya biologi, fisika, dan kimia. Selain itu, bahaya juga dapat timbul
pada saat proses penerimaan bahan baku, kontaminasi dengan bahan makanan
lain dan kebersihan alat yang digunakan.
Oleh karena itu, penyusun mencoba melakukan pengkajian penerapan
HACCP pada pengolahan Bola-Bola Tahu di Instalasi Gizi RSUD Brigjend.
H. Hasan Basry Kandangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan
HACCP pada pengolahan produk Bola-Bola Tahu di Instalasi Gizi RSUD
Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan? “.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengkajian penerapan HACCP pada pengolahan Bola-
Bola Tahu di Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian analisa potensi bahaya
b. Melakukan pengkajian titik-titik pengendalian kritis atau Critical Control
Point (CCP)
c. Melakukan pengkajian batas kritis
d. Melakukan pengkajian suatu sistem untuk mengawasi pengendalian CCP
e. Melakukan pengkajian tindakan-tindakan perbaikan
f. Melakukan pengkajian prosedur pengecekan ulang
Melakukan pengkajian dokumentasi atau pemeliharaan catatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HACCP
metode yang rasional dan ilmiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem
ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis terhadap bahaya
munculnya hazard tersebut. Metode ini sangat logis dan mengkaji semua
3
4
sistem manajemen mutu seperti ISO seri 9000 dan merupakan sistem yang
Critical Control: Suatu lokasi, tingkat atau proses yang bila tidak
dengan benar.
hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi
bahaya
tersebut. Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik
sistem jaminan pangan yang zerorisk atau tanpa risiko, tetapi dirancang
B. Prinsip HACCP
1. Analisa Bahaya
Potensi bahaya adalah suatu bahan biologi, kimia atau fisik yang
dapat menyebakan sakit atau cedera jika tidak dikendalikan (Rauf, 2013).
Bahaya tersebut dapat berasal dari bahan mentah, kemasan, proses dan
Potensi bahaya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bahaya fisik, bahaya
biologi, dan bahaya kimia. Potensi bahaya dari setiap bahan, baik bahan
adalah penentuan kelompok bahaya dari bahan baku, produk antara, dan
yaitu kategori 0
sampai VI. Pengelompokkan kategori risiko dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
bahaya tersebut sampai batas aman. Penentuan apakah suatu tahap atau
proses adalah CCP atau bukan dengan cara menjawab pertanyaan pada
tingkat keamanannya, oleh karena itu CCP pada produk semacam ini
3. Batas Kritis
memisahkan antara nilai yang dapat diterima dengan nilai yang tidak dapat
kondisi operasional yang aman dan tidak aman pada suatu CCP. Setiap
pengendalian akan mempunyai satu atau lebih batas kritis yang sesuai.
ditampilkan adalah bukan potensi bahaya yang secara utuh ada pada bahan
baku, namun hanya potensi bahaya yang dapat dikendalikan oleh suatu
CCP (Rauf, 2013). Penentuan indikator batas kritis bisa diperoleh dari
c. Tenaga ahli: asosiasi profesi, ahli termal, ahli pangan atau mikrobiologi,
laboratorium.
4. Monitoring
2005).
a. Apa yang dimonitor : biasanya batas kritis dari suatu CCP, seperti
5. Tindakan Koreksi
pada batas kritis tertentu atau nilai target tertentu atau ketika hasil
6. Verifikasi
7. Pemeliharaan Catatan
hingga menjadi produk, selalu tersimpan dengan baik. Hal ini untuk
produsen akan lebih mudah dan dalam waktu singkat dapat mendeteksi
kapan dan pada tahap apa terjadinya penyimpangan. Makin cepat sumber
HACCP yaitu:
HACCP
Attributes).
1. Atribut Manusia
1) Pengetahuan karyawan.
2) Pelatihan karyawan.
3) Perilaku karyawan.
5) Motivasi karyawan.
kertas kerja. Hasil Penelitian Taylor dan Kane dalam Hilman (2014),
3. Atribut Eksogen
3) Persyaratan legal.
4. Atribut Perusahaan
lack of PRP, Staf turn over dan lack of communication. Adaptasi dari
1) Komitmen manajemen.
2) Keterlibatan karyawan.
7) Komunikasi (Communication).
1. Tahu
yang bersumber dari daging, susu maupun telur dan tahu memiliki
protein yang hampir setara dengan daging. Tahu sangat digemari oleh
semua kalangan masyarakat, selain itu tahu juga dapat dibuat dengan
kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain termasuk
2000) dan
memiliki potensi sebagai bahan dasar dalam pembuatan tahu.
Energi: 80 kal
Kalsium: 223 mg
Natrium: 2 mg
Fosfor: 183 mg
2. Tepung
Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari
100 gram "Tepung terigu, putih (industri), protein 11, 5%, diputihkan,
Gizi) atau sesuai kebutuhan gizi per hari dari Kemenkes RI.
3. Telur
karena mengandung zat – zat gizi yang sangat baik & mudah dicerna.
Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk
anak – anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral
dalam jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang
dari 10% kerabang (kulit telur, cangkang), 60% putih telur dan 30%
umum telur terbagi atas tiga komponen pokok, yaitu kulit telur atau
cangkang (11% dari bobot tubuh), putih telur (57% dari bobot tubuh)
dan kuning telur (32% dari bobot tubuh). Menurut Akoso (1993), telur
terhadap penyusup zat cair atau perbanyak jasad renik. Telur utuh
terdiri atas beberapa komponen yaitu air 66% dan bahan kering 34%
telur. Kuning telur mengandung air sekitar 48% dan lemak 33%.
Jumlah Lemak 11 g
g Kolesterol 373 mg
Natrium 124 mg
Kalium 126 mg
Serat pangan 0 g
Gula 1,1 g
Protein 13 g
sekitar 15 kalori, 3 gram karbohidrat, 95 gram air, 0,7 gram protein, 1,5
gram
5. Bawang merah
dapat hidup di dataran tinggi. Bawang merah disebut seperti itu karena
merah memiliki tekstur yang mirip dengan bawang bombay yaitu berlapis-
lapis namun dengan ukuran yang lebih kecil. Bawang merah berbentuk
satuan, tidak seperti bawang putih yang umbinya terkumpul dalam satu
kulit. Bawang merah memiliki ciri khas berupa bau yang tajam tetapi tidak
setajam bawang putih dan aroma gurih serta sedikit pedas. Bawang merah
masakan. Bawang merah dapat membentuk kulit baru bila disimpan dalam
Bawang merah kaya akan vitamin dan zat lain seperti fosfor, seng, serta
zat bermanfaat bagi tubuh lainnya. Khasiat bawang merah yang terkenal
adalah sebagai penurun tekanan darah. Seperti yang Anda ketahui, bawang
seperti sate, nasi goreng, dan semacamnya. Selain baik untuk kesehatan,
sebagainya.
Anda cukup menyimpan dalam wadah terbuka dalam ruangan kering dan
tidak bersuhu ekstrim serta dalam keadaan masih terbungkus kulit. Bawang
merah juga bisa disimpan dalam keadaan terkupas dengan cara berikut ini :
dikupas dan dibersihkan bawang merah dicincang halus lalu ditumis dengan
sedikit minyak sampai harum dan disimpan dalam toples lalu dimasukkan
renyah dan dimasukkan dalam toples kedap udara supaya tahan lama
merah biasanya ditumis hingga matang baru dicampur dengan bumbu lain
dan bahan utama. Bawang merah goreng juga dapat dipakai sebagai
6. Bawang putih
Bawang putih dilapisi dengan kulit yang keras. Berbeda dengan jenis
bawang lainnya, bawang putih tidak berbentuk seperti buku. Bawang putih
yakni beraroma tajam dan memiliki rasa pedas. Bawang putih cukup
Asia. Hal ini dikarenakan bawang putih telah menjadi bahan bumbu
kalium, vitamin C maupun B6, fosfor serta seng yang tinggi. Bawang
dalam tubuh. Selain itu, bawang putih terbukti menjadi obat untuk batuk
dan pilek serta masuk angin, membantu menurunkan gula darah untuk
memberi rasa gurih dan sedikit pedas pada masakan. Bawang putih juga
merupakan penguat rasa alami yang bebas dari bahan-bahan kimia. Oleh
nasi goreng, roti bawang, stik bawang, dan sebagainya. Bawang putih
kudapan.
Bawang putih cukup tahan lama hingga dua atau tiga minggu dalam
Kupas bawang putih dan cuci bersih lalu keringkan dengan cara
rapat dan masukkan kulkas. Cara penyimpanan ini tahan hingga seminggu;
Kupas bawang putih, iris tipis, goreng hingga kering dan renyah.
Simpan dalam toples kedap udara dan letakkan di ruangan yang kering.
Bawang putih goreng tahan hingga dua bulan dalam keadaan kering. Cara
taburan masakan.
jenisnya. Bawang putih bisa menjadi bumbu halus yaitu ditumbuk atau
tumisan, atau diiris tipis untuk bumbu kasar dan hiasan. Bawang putih
7. Gula Pasir
Gula pasir merupakan bahan baku masakan yang terbuat dari sari
dengan gula halus, gula pasir mempunyai butiran-butiran yang lebih kasar.
Gula pasir memiliki rasa yang manis dan mudah larut dalam air terutama
air panas. Gula pasir umumnya berwarna putih kekuningan atau sedikit
coklat. Gula pasir didapatkan dari ekstraksi sari tebu yang dikristalkan.
Gula pasir tidak mempunyai aroma tetapi berbau harum ketika diolah
kulit, dan semacamnya. Akan tetapi, konsumsi gula pasir juga memiliki
batas aman setara dengan satu hingga dua sendok makan tiap harinya
pasir sebagai pengimbang garam dan penguat rasa. Gula pasir juga dapat
ditambahkan sebagai pemanis minuman alami seperti teh, kopi, es, dan
semacamnya.
rapat dalam toples kering kedap udara dan dalam suhu ruang
(Kusumawati, 2017).
8. Garam
Garam adalah suatu zat berbentuk padat, kristal, dan berwarna putih
dari air laut. Garam sendiri mempunyai rasa asin. Rasa asin didapatkan
dari
air laut yang asin. Penambang garam biasanya memanfaatkan sinar
matahari terik untuk mengeringkan air laut. Garam yang sudah dikemas
adalah garam masak dan garam halus atau garam meja. Garam masak
kandungan iodiumnya tidak setinggi garam meja atau garam halus. Garam
halus atau garam meja biasanya berbentuk lebih halus dan memiliki
sebagai penguat rasa dan pemberi rasa asin serta gurih. Garam juga
kedap udara agar tekstur garam tidak berubah dan tidak berceceran.
Apabila Anda suka membeli garam dalam bentuk bongkahan, lebih baik
disimpan dalam
bentuk semula baru ditumbuk sesuai kebutuhan. Garam cukup disimpan
Biasanya, untuk satu panci masakan berukuran satu hingga dua liter,
demi sedikit supaya tidak keasinan. Garam lebih baik ditaburkan ketika
seluruh bahan makanan sudah tercampur dengan bumbu utama agar rasa
9. Penyedap Rasa
makanan dapat bertambah manis, asin, asam dan sebagainya. Rasa pada
terbagi menjadi dua yaitu penyedap rasa alami dan penyedap rasa buatan.
Penyedap rasa buatan merupakan penyedap rasa yang terbuat dari bahan
baku tetes tebu atau molase sebagai sumber karbohidrat. Selain bahan baku
utama penyedap rasa buatan ditambahkan bahan kimia yaitu H2SO4, NH2,
NaOH, HCL, dan karbon aktif (Wardhani (2018). Penyedap rasa buatan
diantaranya kerusakan pada otak, sistem syaraf, ginjal, otak, mata, serta
gangguan pada kehamilan dan janin.
Penyedap rasa alami dapat diperoleh dari bahan-bahan disekitar kita yang
mengandung asam
rasagurih termasuk daging, ikan, berbagai sayuran, saus, sup, dan bumbu.
MSG memberi gabungan rasa yang dimiliki dari rasa asin dan asam.
terdiridari air, sodium dan glutamat ini mudah didapatkan dan harganya
punmurah. Sehingga sering membuat kita lupa akan adanya efek yang
MSG sebagai salah satu bahan penyedap rasa. Produk makanan siapsaji,
makanan
beku maupun makanan kaleng juga mengandung MSG dalam jumlah yang
cukup besar. Selain lada dan garam, botol berlabelpenyedap rasa yang
buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis, dan
sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara
tinggi.
100 g
100 g
Lemak jenuh 49 g
Natrium 0 mg
Jumlah Karbohidrat 0 g
Serat pangan 0 g
Gula 0 g
Protein 0 g
Vitamin A 0 IU Vitamin C 0 mg
Magnesium 0 mg
11. Air
air yang baik adalah air yang bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa,
bersih adalah:
METODE PENELITIAN
Desember 2020, jam 07:30 – 09:00 WITA dan hari rabu, 2 Desember
B. Jenis Data
1. Data primer
2. Data sekunder
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Bola-bola tahu adalah salah satu menu lauk nabati pada siklus ke-
2. Lauk nabati ini dimasak sebagai menu makan siang untuk pasien tanpa diet
tertentu dan pasien yang berdiet. Bola-bola tahu dibuat dari bahan dasar
berupa tahu, tepung terigu, telur ayam, dan seledri. Makanan ini dapat
dikonsumsi oleh semua golongan. Rasa dari masakan ini adalah gurih dengan
tekstur renyah dibagian luar dan lembut dibagian dalam. Makanan ini
memiliki warna coklat keemasan. Bumbu dari masakan ini antara lain bawang
merah, bawang putih, gula, garam, dan penyedap rasa. Metode yang
digunakan dalam proses pengolahan menu ini adalah penggorengan.
34
35
B. Pembahasan
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain
Keamanan pangan berkaitan dengan sanitasi makanan, yaitu salah satu upaya
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
Aritonang, 2014).
pangan yang mengandalkan pada uji akhir, dianggap gagal untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan keamanan pangan. Mutu produk pangan tidak
dapat dijamin hanya berdasarkan hasil uji akhir di laboratorium, tetapi harus
hingga
ke tangan konsumen akhir. Produk pangan atau makanan yang aman untuk
dikonsumsi dapat diperoleh dari bahan baku yang baik, ditangani diolah dan
beberapa kajian yang terkait dengan keamanan pangan. Kajian ini antara lain
dan Hazard Analze Critical Control Point (HACCP). HACCP adalah suatu
potensi bahaya (titik kendali kritis) yang mungkin terjadi selama proses
menerapkan HACCP pada setiap menu masakan, salah satunya pada Bola-
Bola Tahu yang dimasak pada siklus menu ke 2 yang ada di RSUD Brigjend
H Hasan Basry Kandangan. Hal ini memang perlu dilakukan agar mencegah
bahaya yang akan terjadi bagi konsumen rumah sakit seperti keracunan
dari proses produksi yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
vitamin dan mineral yang terdapat pada sayuran yang berfungsi sebagai zat
CCP, hal tersebut karena bahan mentah yang mengandung atau sensitif
terhadap bahaya biologi, kimia dan/ fisisk dapat dihilangkan atau dikurangi
yang termasuk CCP, yaitu pada tahap pencampuran bahan makanan (tahu,
tepung terigu, telur ayam, seledri, bawang merah, bawnag putih, gula, garam,
1. Penggorengan
pemasak harus mencuci tangan terlebih dahulu agar tidak terjadi kontaminasi
mengurangi tingkat resiko bahaya. serta petugas pemasak harus menjaga suhu
pemasakan minimal 90°C agar kuman pathogen mati dan tidak boleh terlalu
lama agar kandungan zat gizi tidak hilang akibat penguapan (Kemenkes, 2011).
Pada saat pengamatan, suhu bola-bola tahu pada saat penggorengan
adalah sebesar 193.9 °C. Suhu tersebut sudah sesuai dengan suhu yang
disarankan dalam proses pemasakan yaitu lebih dari sama dengan 90°C. Pada
Hal ini sudah sesuai dengan pencegahan bahaya yang mungkin terjadi
kerudung, sandal kerja, sarung tangan plastik, dan masker. Akan tetapi lebih
baik lagi apabila baju kerja dan juga kerudung yang digunakan sebagai penutup
2. Penyimpanan Sementara
didasarkan pada jenis makanan dan setiap wadah harus memiliki tutup tetapi
sebagai CCP, hal ini karena pada proses penyimpanan sementara menggunakan
produk masak hingga dilakukan pemorsian. Hal ini sudah sesuai karena
makanan yang aman baiknya dikonsumsi dalam waktu 2 jam, akan tetapi
seharusnya waktu jeda antara makanan masak dengan pemorsian bisa lebih
pendistribusian. Jika lebih dari itu bisa menyebabkan bakteri berkembang biak.
(Sarapsari, 2018).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada siklus menu makan siang non berdiet ke-2 dari 10 siklus menu yang
setelah tahap ini tidak ada tahapan yang dapat mengurangi atau
overcook.
pemorsian. Hal ini sudah sesuai karena makanan yang aman baiknya
dikonsumsi dalam waktu 2 jam. Akan tetapi lebih baik waktunya bisa
41
42
B. Saran
makanan bisa lebih terjaga dan tidak menurun ke suhu danger zone.
DAFTAR PUSTAKA
Mortimore, S., & Wallace, C. 2004. HACCP Sekilas Pandang (Apriningsih &
Widyastuti, Penerjemah). Jakarta : EGC.
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rr. Bamandhita Rahma Setiaji, 2019. Kandungan Gizi Tahu.
Sudarmaji. 2005. Analsis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. FKM Unair.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No. 2
PENERAPAN HACCP
(HAZARD CRITICAL CONTROL POINT) DI
INSTALASI GIZI RSUD BRIGJEND H.
HASAN BASRY KANDANGAN
Deskripsi Produk
Jabatan di Instalasi
Fungsi dalam Tim Nama Keahlian
Gizi
Dietitian
Gizi dan
Dietetika
Struktur Fisik dan Kimia Bola-bola tahu memiliki penampan berwarna cokelat
dengan rasa gurih
Metode pengawetan -
Bola-Bola Tahu merupakan lauk nabati siang pada menu hari ke-2 yang diperuntukkan
untuk pasien non diet kelas VIP, I, II, dan III.
Diverifikasi oleh :
2 12 2020
Penerimaan
Penerimaan
Diverifikasi oleh :
2 12 2020
Campurkan
Goreng
Angkat &Tiriskan
Diverifikasi oleh :
2 12 2020
Diverifikasi oleh :
2 12 2020
Campurkan
Goreng (152,5°C)
Angkat &Tiriskan
Diverifikasi oleh :
2 12 2020
BAHAN BAKU
Bakteri menempel
Salmonella pada telur
yang kontak
dengan tanah
logam berat.
pengirisan H H Y makanan
Bacillus
aureus, ditingkatkan,
E. Coli seperti
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
penggunaan
sarung tangan
makanan penggunaan
penutup kepala.
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
logam berat.
pencincangan H H Y makanan
Bacillus
aureus, ditingkatkan,
E. Coli seperti
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
penggunaan
sarung tangan
makanan penggunaan
penutup kepala.
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
logam berat.
penghalusan H H Y makanan
Bacillus
E. Coli seperti
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
penggunaan
sarung tangan
makanan penggunaan
penutup kepala.
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
sebelum
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
mencampur bahan
makanan
penggunaan
sarung tangan
makanan penggunaan
BAHAN JUSTIFIKASI SIGNIFIKANSI BAHAYA
IDENTIFIKASI TINDAKAN
NO BAKU/TAHAPA PENYEBAB
BAHAYA PELUANG KEPARAHAN SIGNIFIKANSI PENCEGAHAN
N PROSES BAHAYA
penutup kepala.
non-pangan
LANGKAH 7 : PENENTUAN TITIK KENDALI KRITIS/CRITICAL CONTROL POINT (PRINSIP 2)
2 Penyimpanan Sementara Suhu danger zone Penyimpanan di wadah berbahan Suhu makanan matang
plastic wrapping
LANGKAH 9 : PENYUSUNAN SISTEM PEMANTAUAN (PRINSIP 4)
makanan).
makanan pemasakan
BAHAN BAKU/ PROSEDUR MONITORING
BATAS
NO TAHAPAN
KRITIS WHAT HOW WHERE WHO WHEN
PROSES (CCP)
2 Penyimpanan Suhu makanan Penyimpanan Pengolah makanan Tempat Penjamah Setiap akan
Penggorengan Negatif/25g Kebersihan Pengolah Tempat Penjamah Setiap akan Melakukan Rekaman proses
personal minggu,
hygiene melakukan
(mencuci pemeliharaan
tangan
dengan sabun
sebelum
bersentuhan
BAHAN BAKU/ PROSEDUR MONITORING
BATAS TINDAKAN DOKUMENTASI
TAHAPAN PROSES VERIFIKASI
KRITIS KOREKSI & RECORD
(CCP)
WHAT HOW WHERE WHO WHEN
dengan bahan
makanan).
Suhu Pemasakan Pengolahan Tempat Penjamah Setiap Mewajibkan Melakukan Rekaman proses
>90°C yang tepat makanan pengolahan makanan proses petugas pemeriksaan penggorengan
trerkontrol suhu
Penyimpanan Sementara Suhu Penyimpanan Pengolah Tempat Penjamah Setiap akan Rekaman proses
makanan
BAHAN BAKU/ PROSEDUR MONITORING
BATAS TINDAKAN DOKUMENTASI
TAHAPAN PROSES VERIFIKASI
KRITIS KOREKSI & RECORD
(CCP)
WHAT HOW WHERE WHO WHEN
berbahan
stainless
steel dan
ditutupi
dengan
plastic
wrapping
HACPP Application in Food Industry and Food Service
- Tahunan
- Dipicu perubahan
Data Review
Anggota Tim Review