Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Dimi Mustafa P07131118124
2. Dinisa Amalia P07131118125
3. Gusti Silvia Fitriyani. S P07131118129
4. Meiliyana Safitri P07131118138
5. Ni’mah P07131118145
6. Nursari Eka Apriyani P07121118151
7. Nurul Salamah P07131118152
8. Raden Ayu Nuraliyya Z P07131118153
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
karya tulis yang berbentuk proposal ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga
dan sahabatnya.
Penyusunan Proposal Baseline Data ini merupakan sebagai salah satu syarat
proposal ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
tiada hingga.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik yang konstruksif dari semua pihak sangat diharapkan demi
semua urusan dan semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................................. 6
D. Manfaat................................................................................................................ 7
A. Balita.................................................................................................................... 8
1. Asupan makan............................................................................................... 28
ii
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ..................................................... 66
C. Jenis Penelitian.................................................................................................. 77
iii
4. Alternatif Pemecahan Masalah .................................................................. 124
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) 54% kematian bayi dan anak terkait
dengan gizi kurang dan gizi buruk. Berbagai penelitian telah membuktikan
bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kematian balita dengan
kekurangan gizi. Keadaan gizi yang kurang atau buruk akan menurunkan
daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada
Gizi merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas hidup dan
sumber daya manusia. Penentu zat gizi yang baik terdapat pada jenis pangan
yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh (Baliwati dkk, 2010).
Gizi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak harus
kuantitas (Moersintowati dkk, 2010). Zat gizi sangat penting bagi kehidupan
anak pada masa bawah lima tahun (Balita). Periode kritis perkembangan otak
anak yaitu sejak masa kehamilan hingga 3 tahun pertama kehidupan. Masa ini
1
tidak diperhatikan, tetapi berdampak baik jika masa tersebut dimanfaatkan
membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini
gizi biasanya memberikan dampak yang besar pada anak pra-sekolah. Jumlah
angka kematian untuk anak usia di bawah 5 tahun akibat kekurangan gizi
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita (Whitehead dan
paling penting dalam “melahirkan” generasi pintar dan sehat. Jika usia ini
tidak dikelola dengan baik, ditambah lagi dengan kondisi gizinya yang buruk,
Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi.
Hal tersebut disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untuk makan
2
dan hanya suka pada jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik
(Hardiansyah, 1992 dalam Mila Sri Wardani, 2012). Status gizi balita
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya
perhatian yang lebih dalam penting yang harus diketahui oleh setiap orang
tua. Perlunya perhatian yang lebih dalam tentang tumbuh kembang di usia
balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini
akan bersifat irreversible (Hadju, 1999 dalam Mila Sri Wardani, 2012).
Tingginya angka kejadian gizi kurang dan gizi buruk tentunya tidak
kecukupan asupan zat gizi dan penyakit infeksi pada balita. Penyebab tidak
pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu serta
pola asuh orang tua (Thaha, 1999 dalam Mila Sri Wardani, 2012).
gizi buruk sebesar 3,9% dan gizi kurang sebesar 13,8%. Indeks TB/U
proporsi status gizi sangat pendek sebesar 11,5% dan kategori pendek sebesar
19,3%. Dan indeks BB/TB proporsi status gizi sangat kurus sebesar 3,5% dan
33,2% peringkat ke 9 tertinggi dan indeks BB/TB atau BB/PB sebesar 13,1%
3
peringkat ke 6 tertinggi. Dari 33 provinsi di Indonesia, Provinsi Kalimantan
masyarakat, kemenkes RI, 2017 prevalensi status gizi balita usia 0-59 bulan
tahun 2015 sangat kurus (3,9%), kurus (10,2%), normal (79,8%), gemuk
(6,1%) dan pada tahun 2016 sangat kurus (2,6%), kurus (8,4%), normal
(84,5%), gemuk (4,5%). Ini menunjukan bahwa masalah kurang gizi masih
Setiap daerah tentunya memiliki penyebab potensi gizi buruk dan gizi
utamanya. Pemerintah dalam usahanya memerangi gizi buruk dan gizi kurang
menekan angka gizi kurang antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam
4
keluarga sadar gizi, tetapi angka gizi kurang dan gizi buruk masih tetap ada
(Kemenkes, 2013).
gizi ibu, akses pelayanan kesehatan, kejadian diare, pemberian ASI ekslusif,
sumber air bersih, pola asuh orang tua, Nutrisi pada masa kehamilan dan
B. Rumusan Masalah
Landasan Ulin?
Landasan Ulin?
5
9. Bagaimana gambaran tingkat pendapatan keluarga di wilayah kerja
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Landasan Ulin.
Landasan Ulin.
6
h. Menilai pengetahuan ibu di wilayah kerja puskesmas Landasan
Ulin.
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
2. Bagi masyarakat
gizi buruk.
3. Bagi pemerintah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris.
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia balita , anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat
badannya. Anak balita ini justu merupakan kelompok umur yang paling
sering menderita akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf
perkembangan dan kualitas hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya
(Sediaoetama, 2010).
tinggi untuk penyakit kurang energi protein (KEP) dan defisiensi vitamin A
serta anemia defesiensi Fe. Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh
tidak dapat datang sendiri ke tempat berkurang yang ditentukan tanpa diantar,
8
B. Status Gizi
1. Pengertian Gizi
keadaan sehat dan baik secara fisik atau mental. Serta mampu
2013).
Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam level individu, faktor
a. Energi
9
tubuh, menyimpan lemak tubuh). Sumber energi berasal dari
9 kkal/g.
b. Protein
molekul penting lain. Protein dikenal sebagai zat gizi yang unik
10
tinggi. Adapun protein nabati yang diperoleh dari biji-bijian dan
daging sapi (98%), susu sapi dan kedelai (95%). Narnun, bila
c. Lemak
lemak dan trigliserida. Lemak adalah zat gizi yang padat energi (9
omega-6 dan omega-3 sehingga asam lemak ini adalah zat yang
d. Karbohidrat
11
berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut
terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida dan serat yang
yang lain bagi tubuh. Fungsi lain karbohidrat yaitu pemberi rasa
e. Serat
biasa yang dapat dipecah oleh organ tubuh, serat tidak mengalami
garis besar, serat terbagi atas dua jenis, yakni serat yang larut
dalam air, dan serat yang tidak dapat larut dalam air.Manfaat
12
konsumsi serat yaitu melancarkan pergerakan usus, menurunkan
f. Mineral
kuning, dan buah apel , jambu biji serta pisang (Istiany &
Rusilanti, 2014).
g. Vitamin
Rusilanti, 2014).
13
3. Klasifikasi dan Indikator Status Gizi
a. Gizi Baik
2010) :
b. Gizi Kurang
seseorang, status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila
14
sehingga tubuh akan memecah cadangan makanan yang berada di
akan status gizi. Contoh masalah kekurangan gizi antara lain KEP
c. Gizi Lebih
Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas.
15
anak-anak terjadi sejak anak tersebut berumur dua tahun sampai
a. Penilaian Langsung
1) Antropometri
16
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu
17
penurunan penggunaan energy) dapat menurunkan spesifikasi
18
Secara umum survey konsumsi makanan
a) Metode Kualitatif
19
Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk
- Metode telpon
b) Metode Kuantitatif
20
6. Jenis dan Parameter Status Gizi
dikenal, yaitu : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
Malang, 2014).
a. Berat Badan
air, dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung
21
perkembangan besar badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
untuk mengukur status gizi akut atau kronis, berat badan dapat
22
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.
b. Tinggi Badan
penting bagi keadaan yang telalh lalu dan keadaan yang sekarang.
(Supariasa, 2012).
Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata, sepatu atau sandal
23
Keuntungan parameter tinggi badan adalah baik untuk
menilai status gizi masa lalu, ukuran panjang dapat dibuat sendiri,
tinggi badan adalah tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak
sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah.
Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang
24
gangguan-gangguan yang mengakibatkan laju pertumbuhan
terhambat.
konsumsi zat gizi pada waktu ini tidak cukup. TB/U lebih
ekonomi masyarakat.
25
Ukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan
baik untuk menanyakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur
akurat sulit diperoleh, oleh karena itu indeks BB/TB disebut pula
d. Z-Score
Z-Score =
26
Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah
Indeks
27
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1. Asupan makan
a. Asupan Energi
b. Asupan Karbohidrat
28
tubuh. Karbohidrat merupakan senyawa sumber energi utama bagi
(Irianto, 2007).
Normal 90 – 119%
c. Asupan Lemak
pada jaringan bawah kulit, sekitar otot, jantung, paru-paru, ginjal dan
organ tubuh lainnya (Irianto, 2007 dalam Sari, 2015). Asupan lemak
didalam tubuh antara lain ; sebagai sumber energi yaitu 1gram lemak
29
Kategori Ambang batas
Normal 90 – 119%
2. Penyakit Infeksi
oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan
keracunan).
30
Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain. Orang yang
mikroskopik yang terdiri dari satu atau banyak sel seperti bakteri, fungi,
dan parasit serta virus. Penyakit infeksi terjadi ketika interaksi dengan
bakteri dapat terjadi pada anak dan menyerang berbagai sistem organ
pada tubuh anak. Infeksi saluran pernapasan (27%) bakteri yang sering
31
Infeksi saluran pernapasan dapat menyerang hidung,
panas disertai salah satu atau lebih gejala tenggorokan sakit atau
nyeri telan, batuk kering atau berdahak, dan pilek. Kondisi ini
Perhatikan pula etika batuk dan bersin, serta gunakan masker agar
2) TBC (Tuberculosis)
juga menyerang bagian tubuh lain seperti tulang dan sendi, selaput
3) HIV / AIDS
32
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV
(Mahadewi, 2013).
disfagia, dan rigiditas otot lokal yang dekat dengan tempat luka,
33
dengan kerja toksin pada susunan saraf pusat dan sistem saraf
mana, dalam tanah, debu jalan dan pada kotoran hewan terutama
5) Diare
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut
6) Malaria
34
demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan
7) Tetanus
disfagia, dan rigiditas otot lokal yang dekat dengan tempat luka,
dengan kerja toksin pada susunan saraf pusat dan sistem saraf
35
kimia, pemanasan dan pengeringan. Kuman ini terdapat dimana-
mana, dalam tanah, debu jalan dan pada kotoran hewan terutama
3. Ketersediaan Pangan
hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak di olah. Pangan
pembuatan makanan atau minuman dengan cara yang baik dan benar
36
sufficiency) dan ketergantungan eksternal yang membagi
37
pangan. Pangan meliputi produk serealia, kacang-kacangan, minyak
hewani. Karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari
adalah:
38
3) Pelestarian sumber daya air dan pengelolaan daerah aliran
sungai
mesin pertanian
teknologi budaya)
kemitraan.
lahan pertanian
39
a) Pengembangan cadangan pangan pemerintah (nasional,
40
b) Peningkatan efektivitas program raskin
(PMTAS)
energinya kurang 70% dan tidak disertai penurunan berat badan, bila
41
selanjutnya status gizi yang baik atau seimbang dapat diperoleh
atau tidak makan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja
42
kurang ini biasanya didominasi oleh masyarakat dengan pendapatan
Jantung koroner.
akan terpenuhi.
2) Tingkat Pendapatan
3) Pengetahuan Gizi
43
Pengetahuan gizi mempengaruhi pola konsumsi
perikanan)
a. Pengertian
44
agar mereka tumbuh dan berkembang dengan baik dan benar
(Surbakti, 2012).
orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua
45
c. Tipe Pola Asuh Orang Tua
pola asuh orang tua terhadap anak dapat dibedakan menjadi tiga tipe,
permisif (permissive).
1) Authoritarian (Otoriter)
2017)
46
e) Cenderung emosional dan bersikap menolak
pertanyaan
dan buruk
47
sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai
(Yusuf, 2014)
3) Permissive (Permisif)
5. Kesehatan lingkungan
48
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup
(Notoatmodjo, 2011).
cara mengelap tingkap dan perabot rumah, menyapu dan mengepel lantai,
dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
49
individu. Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja
aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah
(Notoatmodjo, 2011).
50
pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap
masyrakat(Notoatmodjo, 2011).
1. Lokasi
2. Kualitas udara
berikut:
51
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
vektor penyakit.
menyilaukan mata.
penghuninya.
52
h. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak
keracunan.
6. Vektor penyakit
7. Penghijauan
kelestarian alam.
53
1) Pekerjaan (pekerjaan utama, misalnya pekerjaan pertanian, dan
dan lain-lain).
lain).
7. Pengetahuan ibu
a. Pengertian Pengetahuan
b. Tingkatan Pengetahuan
54
Tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
1) Tahu (Know)
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Aplication)
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Synthesis)
55
6) Evaluasi (Evaluation)
pengetahuan yakni:
1) Tingkat Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Umur
4) Minat
56
mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang
5) Pengalaman
6) Kebudayaan
7) Informasi
yaitu :
1) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh pernyataan.
57
3) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55%
a. Pengertian
2010).
1) Perilaku
58
oleh pengetahuan dan kemauan serta didukung oleh adanya
2) Hidup bersih
3) Sehat
59
b. Sasaran PHBS
sasaran utama dalam tatanan rumah tangga yang meliputi Ibu, bapak,
tatanan rumah tangga adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan
c. Tujuan PHBS
60
Indikator PHBS tatanan rumah tangga yaitu suatu alat ukur
Rahmawati, 2016);
61
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani
hidup sehat.
berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari
kuman.
keperluan pembersihan.
dan sehat.
62
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit
dimasyarakat.
Bahasa, 2016). Secara umum akses dapat dibagi menjadi beberapa aspek,
antara lain: akses geografis, ekonomi dan sosial. Akses geografis dapat
(Supriyanto, 2016).
63
umum (tenaga medis) dan perawat mantri (tenaga paramedis).
dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A. Pelayanan
64
rawat inap (rehabilitasi). Pelayanan kesehatan masyarakat pada
masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah
agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting
65
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Teori
66
B. Kerangka Konsep
Penyebab Langsung :
Asupan makanan
Penyakit Infeksi
Kesehatan lingkungan
Tingkat pendapatan
Pengetahuan ibu
67
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Variabel
2. Penyakit Infeksi
3. Kesehatan Lingkungan
4. Pelayanan Kesehatan
6. Ketersediaan Pangan
7. Pendapatan
68
B. Definisi Operasional
Pengukuran
antropometri SD sampai 2
menggunakan indeks SD
TB/BB -3 SD sampai
2 SD
- Gizi Buruk :
<-3 SD
TB/U :
- Tinggi : Lebih
dari 2 SD
- Normal : -2
SD sampai 2
SD
- Pendek : -3
SD sampai <-
69
2 SD
- Sangat
pendek : <-3
SD
BB/TB :
- Gemuk :
Lebih dari 2
SD
- Normal : -2
SD sampai 2
SD
- Kurus : -3 SD
sampai <-2
SD
- Sangat kurus :
<-3 SD
70
2. Asupan Jumlah makanan Data Primer Energi
AKG
Protein
- Lebih : >100%
AKG
- Baik : 80 –
100% AKG
- Kurang :
<80% AKG
Fe
- Lebih : >
110% AKG
- Baik : 80 –
110 % AKG
- Kurang : <
80% AKG
Vitamin A
71
- Lebih : >
110% AKG
- Baik : 80 –
110 % AKG
- Kurang : <
80% AKG
(WNPG, 2004)
terakhir. menderita
infeksi 3 bulan
terakhir.
pembuangan kotoran 2.
72
limbah. 56%-75%
3.
urang yaitu
hasil
presentase
<56%
Dekat < 1 km
kurang gizi
sedang
hingga berat
73
Diantara dua
pita berwarna
kuning diatas
ggaris merah)
= kurang gizi
ringan
Di dua pita
warna hijau
muda dan
dua pita
warna hijau
ttua diatas
garis kuning
= berat badan
cukup (status
gizi
baik/normal)
Di empat pita
diatas pita
warna hijau
warna hijau
muda
ditambah dua
74
pita warna
kuning) =
berat badan
lebih//diatas
normal
kehamilan; 55%
meningkatkan dan
mempertahankan
kesehatan fisik,
dan bayi
75
dari ketersediaan yang 99% AKG
2018)
tahap pemberian
bahan makanan.
76
C. Jenis Penelitian
WHO 2005.
77
SD 3 SD 3 SD
Gemuk : >2SD
sebagai berikut :
Energi
Protein
78
- Baik : 80 – 100% AKG
Lemak
Karbohidrat
Pelayanan Kesehatan
skoring,yaitu :
Sehat :1
Tidak Sehat : 2
79
Berdasarkan pertanyaan pada lembar kuesioner kesehatan
Skor ≥ 7 :1
Skor < 7 :2
Dekat :2
Jauh :1
Skor ≥ 1 km : 1
Skor < 1 km : 2
Skor Maksimal
skor, yaitu :
80
- Baik = 76 – 100%
- Sedang = 56 – 75%
- Kurang = 40 – 55%
Skor Maksimal
skor, yaitu :
- Baik = 76 – 100%
- Sedang = 56 – 75%
- Kurang = 40 – 55%
7. Ketersediaan Pangan
4, b = 3, c = 2, dan d = 1
100%.
- Baik: 76-100%
- Cukup: 56-75%
81
- Kurang: < 55%
pada setiap jawaban. Skor 1 untuk jawaban yang benar dan skor 0
skornya.
Jumlah Soal
82
B. Analisis Data
83
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Geografis
84
Wilayah Kecamatan Landasan Ulin sebagiannya merupakan dataran
rendah dan sebagian lagi dataran agak tinggi. Dataran rendah merupakan
a. Umur Keluarga
diketahui bahwa umur Kepala Keluarga tertinggi pada rentang usia 31-40
tahun 37,1% dan umur terendah berada pada usia >50 tahun 2,9%.
85
Sedangkan, hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
Tahun 2020 diketahui bahwa umur ibu balita tertinggi berada pada usia
21-30 tahun 54,3% dan umur terendah berada pada usia 41-50 tahun
17,1%.
b. Pendidikan Keluarga
SMP/Sederajat 4 11,4 7 20
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 yaitu yang paling banyak
86
perguruan tinggi yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase 8,6%.
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 yaitu yang paling banyak
presentase 42% dan ada 1 ibu yang tidak bersekolah sama sekali.
informasi. Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan lebih
Semakin tinggi pendidikan orang tua maka pengetahuan gizi akan lebih
baik dari yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang
pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan gizi anak.
media massa.
c. Pekerjaan Keluarga
87
Distribusi frekuensi pekerjaan keluarga di wilayah kerja
Supir 2 5,7 0 0
banyak pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 80% dan
88
Dari tabel diketahui bahwa sebagian besar ibu balita adalah ibu
rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 28 orang (80%). Hal ini dikarenakan
berpeluang 1,405 kali memiliki anak balita gizi normal dibanding ibu
d. Pendapatan Keluarga
Pendapatan Rendah 21 60
89
Tidak Berpenghasilan 3 8,6
Jumlah 35 100
sebagai wiraswastawan
karyawan
dan hal ini mempengaruhi status gizi pada anak balita (Supariasa, Bakri,
e. Suku Keluarga
90
Distribusi frekuensi suku keluarga di wilayah kerja Puskesmas
Jawa 7 20 5 14,3
Minang 1 2,9 0 0
Arab 2 5,7 0 0
2. Karakteristik Balita
a. Umur Balita
10 – 20 bulan 6 17,1
91
21 – 30 bulan 10 28,7
31 – 40 bulan 7 20
41 – 50 bulan 6 17,1
51 – 59 bulan 6 17,1
Jumlah 35 100
diketahui bahwa jumlah balita terbanyak pada pada rentang umur 21-30
bulan dengan presentase 28,7% dan jumlah balita terendah pada rentang
satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga
pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada usia ini balita
membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas
aktivitas fisik balita yang cukup tinggi dan masih dalam proses belajar
92
generasi yang hilang (lost generation), dan dampak buruk lainnya negara
akan kehilangan SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik dan berkualitas
(Welasasih, 2012).
Penilaian Status Gizi Anak, pendek dan sangat pendek adalah status gizi
yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat akan tidak
ada artinya apabila penentuan umurnya tidak yang tepat. Kesalahan yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (
Depkes, 2004).
93
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita di wilayah kerja
Puskesmas Landasan Ulin Kecamatan Landasan Ulin Kota
Banjarbaru
Jumlah
Jenis Kelamin Balita
n %
Laki-laki 18 51,4
Perempuan 17 48,6
Jumlah 35 100
(48,6%).
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.8 di
bawah ini :
Kurang 7 20
Baik 27 77,1
94
Lebih 1 2,9
Jumlah 35 100
diketahui bahwa balita yang memiliki status gizi baik sebanyak 71,1% hal
ini disebabkan karena masih tercukupinya kebutuhan gizi balita yang ada di
asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh yang ditandai
dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada > - 2 SD
2012).
dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka
berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan
karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur
95
digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.9 di
bawah ini :
Normal 23 65,7
Pendek 9 25,7
Jumlah 35 100
diketahui bahwa balita yang memiliki status gizi normal sebanyak 65,7 %.
Status gizi pendek sebanyak 25,7% dan status gizi sangat pendek sebanyak
8,6%.
96
seiring bertambahnya umur. Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan
akan tampak dalam waktu relatif lama. Oleh sebab itu TB/U
dalam makanan anak karena mengandung sumber zat gizi makro (energi,
Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 dapat dilihat pada
Tabel 4.10 Distribusi Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) pada
Balita di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kecamatan
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020
Jumlah
BB/TB
n %
Gemuk 2 5,7
Normal 32 88,6
Kurus 2 5,7
Sangat Kurus - -
Jumlah 35 100
97
Banjarbaru Tahun 2020 diketahui bahwa sebagian besar balita memiliki
dengan memiliki status gizi kategori gemuk dan kurus masing-masing hanya
menggambarkan status gzii saat ini dengan lebih sensitif. Artinya mereka
al., 2012).
Beras 29 82,8
Roti 4 11,4
98
Singkong 1 2,9
Jumlah 35 100
82,8% dan hanya ada 1 orang yang mengonsumsi singkong (2,9%) serta 1
Karbohidrat merupakan salah satu jenis zat gizi yang paling banyak
dibutuhkan balita yang berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh
Banjarbaru Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini :
Ayam 11 32,4
99
Ikan Air Laut 7 20,6
Telur 5 14,7
Sosis 1 2,9
Jumlah 34 100
presentase 32,4% dan hanya ada 1 orang yang mengonsumsi sosis (2,9%).
Selain itu ada 1 orang responden yang tidak menyukai lauk hewani.
asam amino yang terkandung didalamnya lebih lengkap dan daya serap
dalam tubuh juga lebih tinggi. Menurut Hariyadi (2015), pangan hewani
merupakan sumber berbagai zat gizi mikro penting bagi tumbuh kembang
balita, seperti zat besi, vitamin B12, dan seng. Selanjutnya dikatakan bahwa
manusia (SDM) mulai dari penurunan atau ganggunan kognitif serta sistem
100
Distribusi frekuensi tingkat konsumsi protein nabati balita di wilayah
Tahu 11 31,4
Terong 2 5,7
Tempe 14 40
Labu 3 8,6
Jumlah 35 100
5,7%.
protein hewani. Beberapa asam amino esensial tidak terdapat atau berada
pada jumlah kandungan yang kecil pada sumber pangan protein nabati
101
C. Penyakit Infeksi
Jumlah 35 100
tahun 2020 ada 6 orang balita dengan persentase 17,1% yang terkena
penyakit infeksi dalam kurun waktu 3 bulan yang lalu, dengan penyakit
infeksi yang terjadi yaitu ISPA, tifus, dan diare. Sedangkan yang tidak sakit
dimiliki oleh pejamu rentan untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
102
Distribusi frekuensi jenis penyakit infeksi balita di wilayah kerja
ISPA 3 50
Tifus 2 33,3
Diare 1 16,7
Jumlah 6 100
diketahui bahwa balita yang terkena penyakit penyakit infeksi berupa ISPA
sebesar 50%.
anak dengan gejala ringan sampai berat dan menjadi isu kesehatan global.
ISPA berat terjadi jika infeksi sampai ke jaringan paru dan mengakibatkan
pada anak balita di Indonesia, mencapai 3-6 kali per tahun dan 10-20%
penurunan nafsu makan anak yang merupakan suatu gejala klinis pada
penyakit. Apabila terjadi penurunan nafsu makan maka akan terjadi pula
penurunan asupan makan pada anak. Jika keadaan ini terjadi dalam waktu
103
yang cukup lama disertai dengan kondisi muntah dan diare maka anak juga
akan mengalami kehilangan zat gizi dan cairan. Dimana kondisi ini akan
gizi anak yang semula sebelum mengalami penyakit infeksi memiliki status
gizi baik, menjadi status gizi kurang, bahkan apabila kondisi tersebut tidak
Baik 10 28,6
Cukup 18 51,4
104
Kurang 7 20
Jumlah 35 100
persoalannya bukan terletak pada pencapaian produksi pangan saja tetapi cara
yang jauh dari jangkauan kota, diakibatkan oleh tingkat pendapatan masyarakat
Indonesia yang tidak dapat diprediksi, sementara ini harga pangan setiap
per bulan di masyarakat, maka semakin tinggi pula pola pangan, yang sangat
bahan pangan beras, daging, telur san susu. Berdasarkan data tingkat konsumsi
masyarakat Indonesia terhadap beras sekitar 134 kg per kapita, walaupun kita
105
menyadari bahwa beras merupakan bahan pangan pokok utama masyarakat
cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang memepunyai
pangan juga meliputi ketersediaan dan konsumsi pangan tingkat daerah dan
rumah tangga, dan bahkan bagi individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya.
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata
status gizi. Jika ketahanan pangan kurang maka status gizi otomatis menjadi
Dekat 22 62,9
106
Jauh 13 37,1
Jumlah 35 100
orang dengan presentase 62,9% dan jauh sebanyak 13 orang dengan presentase
37,1%.
Akses ke pelayanan kesehatan dilihat dari jarak dan waktu tempuh serta
(Sartika, 2010).
107
dikelola oleh masyarakat. Pemanfaatan posyanduyang merupakan sarana
mutu pelayanan dinilai baik, ada peran dari tokoh masyarakat, dan masyarakat
tidak mampu membawa anak ke fasilitas pelayanan lain. Berbagai alasan tidak
membawa balitanya ke posyandu antara lain letak jauh, tidak ada posyandu dan
F. Kesehatan Lingkungan
Landasan Ulin Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 dapat
Sehat 35 100
Jumlah 35 100
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
108
Landasan Ulin Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru tahun 2020
menimbun) dll.
G. Pengetahuan Ibu
Landasan Ulin Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 dapat
Baik 31 88,6
Kurang 4 11,4
Total 35 100,0
Banjarbaru Tahun 2020 diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu yang
persentase (88,6%). Hal ini berarti tingkat pengetahuan gizi ibu di wilayah
109
Pengetahuan gizi yang akan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Pengetahuan gizi adalah pengetahuan terkait makanan dan zat gizi. Sikap dan
perilaku ibu dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi oleh balita
tersebut. Pengetahuan gizi ibu yang kurang dapat menjadi salah satu penentu
status gizi balita karena menentukan sikap atau perilaku ibu dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsi oleh balita serta pola makan terkait jumlah,
jenis dan frekuensi yang akan mempengaruhi asupan makan pada bayi tersebut.
pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan. Selain itu, asupan makan pada balita
pemilihan makanan oleh ibu. Oleh karena itu, jika seorang ibu memiliki
pengetahuan gizi yang kurang maka asupan makanan yang akan diberikan
kepada balita juga kurang tepat dan dapat mempengaruhi status balita tersebut.
H. PHBS
Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 dapat dilihat pada
110
Sehat 28 80
Tidak Sehat 7 20
Jumlah 35 100
memiliki sarana air bersih, memiliki sumber air minum yang baik, membuang
ada pembagian ruangan namun tidak memiliki sarana air bersih, tidak
memiliki sumber air minum yang tidak baik dan tidak memiliki pembuangan
sampah.
menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam
aktivitas masyarakat.
sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan
111
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak
meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan
Tabel 4.21 Distribusi Perawatan Ibu dan Balita di wilayah kerja Puskesmas
Landasan Ulin Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun
2020
Jumlah
Perawatan Ibu dan Balita
n %
Baik 22 62,9
Sedang 4 11,4
Kurang 9 25,7
Jumlah 35 100
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Tahun 2020 diketahui bahwa sebagian besar
perawatan ibu dan balita masuk kategori baik yaitu sebanyak 22 orang (62,9%)
tidak memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan, dan imunisasi bayi tidak
lengkap.
112
Faktor utama yang mempengaruhi perawatan ibu dan balita yaitu
mengenai peran orang tua yang merasa bahwa orang tua mereka berhasil
mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa
dalam mendidik anak asuh mereka. Pendidikan orang tua, orang tua yang
mengerti kebutuhan anak. Status sosial ekonomi, orang tua dari kelas
pengasuhan yang lebih baik besar kemungkinan akan memiliki angka kesakitan
yang lebih rendah dan status gizi yang relatif lebih baik (Anggraeni, 2010).
113
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tahun 2020. Landasan Ulin adalah salah satu Kecamatan yang terletak di
31,4%, dan >50 tahun sebanyak 2,9%. Sedangkan umur ibu 21-30
42,9%.
114
3. Di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kecamatan Landasan
97,1%.
dan Arab 5,7% . Sedangkan suku ibu 82,8% suku Banjar, 14,3% suku
115
9. Di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Kecamatan Landasan
Kota Banjarbaru Tahun 2020 diketahui bahwa jenis lauk hewani yang
dikonsumsi balita dengan ayam 32,4%, ikan air tawar 29,4%, ikan air
Kota Banjarbaru Tahun 2020 diketahui bahwa jenis lauk nabati yang
116
mengalami penyakit infeksi terdiri dari jenis ISPA 50%, tifus 33,3%,
kurang 25,7%.
117
B. Saran
sasarannya ibu hamil, ibu rumah tangga, remaja putri, serta kelompok
seimbang, sumber-sumber zat gizi, makanan yang baik untuk ibu hamil,
kesehatan.
bersih dan sehat (PHBS) dibantu petugas kesehatan dan mahasiswa yang
3. Perlu adanya dukungan moral dan motivasi yang kuat dari para tokoh
yang lebih baik, agar senantiasa ibu akan berupaya keras dalam perbaikan
gizi yang sangat bermanfaat bagi anak balitanya. Ibu anak balita adalah
118
agen pembaharuan, yaitu ibu balita harus mengupayakan bagaimana
potensinya.
119
BAB VII
USULAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
berikut.
120
bagi para ahli madya gizi yang nantinya berfungsi sebagai pengelola
serta melihat data sekunder yang ada maka diperoleh gambaran masalah
sebagai berikut:
121
Salah satu upaya perbaikan gizi keluarga yang dilakukan selama
2. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
122
c. Membantu meningkatkan kesadaran responden dalam memilih
masyarakat.
a. Faktor pendorong
gizi masyarakat.
123
5. Tersedianya sumber daya alam berupa hasil pertanian dan
perkebunan.
b. Faktor Penghambat
masih rendah.
5. Sasaran
c. Kader gizi
124
d. Masyarakat umum (balita, anak-anak, ibu-ibu anggota yasinan,
B. Rencana Kegiatan
masyarakat kelurahan.
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
3) Sasaran
b. Petugas kesehatan/bidan
d. Masyarakat umum
125
4) Materi
d. Rancangan kegiatan
5) Pelaksana
b. Kepala desa
c. Masyarakat umum
6) Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
7) Tempat
8) Waktu
kesepakatan masyarakat.
9) Alat bantu
a. Alat tulis
b. LCD
c. Laptop
d. Leaflet
126
e. Mikrofon dan speaker
10) Biaya
11) Evaluasi
a. Masyarakat
yang direncanakan
2. Pelaksanaan
1) Tujuan Umum
1) Tujuan Khusus
bagi balita
Piringku
2) Sasaran
127
3) Materi
d. Makanan Sehat
e. Triguna Makanan
4) Pelaksana
5) Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
6) Tempat
7) Waktu
Selama 1 hari
8) Alat Bantu
a. Leaflet
b. Laptop
c. LCD
9) Biaya
Banjarmasin
128
a. Dinisa Amalia
b. Nurul Salamah
11) Evaluasi
Baik = 50%
Sedang = 45%
Buruk = 5%
2. Demo masak
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
pengolahan
baik
3) Sasaran
Ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang memiliki balita, dan kader
puskesmas
129
4) Materi
5) Pelaksana
Gizi
6) Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya Jawab
7) Tempat
8) Waktu
kesepakatan
9) Alat Bantu
Peralatan memasak
11) Biaya
Meiliyana Safitri
130
13) Evaluasi
1) Tujuan Umum
senam pagi
2) Sasaran
3) Kegiatan
4) Pelaksana
Gizi
5) Tempat
6) Waktu
7) Alat Bantu
Speaker
131
8) Biaya
9) Evaluasi
1) Tujuan
2) Sasaran
3) Kegiatan
4) Pelaksana
b. Kader
5) Tempat
Disesuaikan
6) Waktu
Selama 1 hari
7) Alat Bantu
Makanan sebenarnya
8) Biaya
132
a. Rp. 175.000 oleh mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin
b. Swadaya Masyarakat
9) Penanggung Jawab
Dimi Mustafa
10) Evaluasi
5. Gotong Royong
1) Tujuan Umum
lingkungan
2) Tujuan Khusus
3) Sasaran
4) Kegiatan
b. Gotong royong
5) Pelaksana
133
a. Rp.20.000,- oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin
Jurusan Gizi
6) Tempat
Waktu
Selama 1 hari
7) Alat Bantu
Peralatan kebersihan
8) Biaya
b. Swadaya Masyarakat
9) Penanggung Jawab
Ni’mah
10) Evaluasi
134
TAHAPAN EVALUASI
PROGRAM INTERVENSI PENDIDIKAN, PELATIHAN GIZI & KESEHATAN
135
mengatasi
masalah
tersebut.
3. Menyusun
suatu
rencana
kerja sesuai
dengan
program
intervensi
yang akan
dilaksanakan
2. Penyuluhan 1. Peserta - Ibu Ceramah - Mahasiswa - Ibu yang Wilayah Selama 1 - Waktu Mahasiswa
Gizi Ibu Balita penyuluhan yang Diskusi Politeknik memiliki kerja hari pada - Tenaga
dapat memilik dan tanya Kesehatan balita Puskesma waktu - Material
menjelaskan i balita jawab Banjarmasin - Balita s dilaksanakan - Biaya
tentang - Balita Jurusan Gizi Landasan kegiatan
pentingnya Ulin posyandu
gizi bagi
balita
2. Peserta
penyuluhan
dapat
menjelaskan
tentang
Pemberian
Makanan
Tambahan
(PMT)
3. Peserta
penyuluhan
136
dapat
menjelaskan
tentang
Program Isi
Piringku
4. Peserta
penyuluhan
dapat
menjelaskan
tentang
Makanan
Sehat
5. Peserta
penyuluhan
dapat
menjelaskan
tentang
Triguna
Makanan
diberikan
penyuluhan
dapat
memilih
jajanan yang
sehat
3. Demo Masak 1. Peserta dapat - Ibu - Mahasiswa - Ibu Wilayah Selama 1 - Waktu Mahasiswa
mengetahui hamil Demontrasi Politeknik Hamil, kerja hari - Tenaga
cara memilih - Ibu -Tanya Kesehatan Menyusu Puskesma - Material
bahan menyus Jawab Banjarmasin i s - Biaya
makanan ui Jurusan Gizi - Ibu Balita Landasan
yang tepat - Ibu - Kader Ulin
137
2. Peserta dapat yang Posyandu
mengetahui memilik
cara i balita
persiapan - Kader
bahan puskes
makanan mas
sebelum
pengolahan
3. Peserta dapat
mengetahui
cara
pengolahan
bahan
makanan
yang baik
4. Peserta dapat
mengetahui
cara
penyajian
makanan
yang baik
4. Senam Meningkatka Warga - Senam - Mahasiswa Warga Wilayah Selama 1 - Waktu Mahasiswa
kebugaran n kesadaran wilayah kebugara Politeknik wilayah kerja kali dalam - Tenaga
Jasmani masyarakat kerja n jasmani Kesehatan kerja Puskesma seminggu - Material
tentang puskesma Banjarmasin puskesmas s - Biaya
kesehatan s Jurusan Gizi Landasan Landasan
tubuh Landasan Ulin Ulin
melalui Ulin
senam pagi.
138
5. Pemberian Meningkatka Ibu yang Pemberian Mahasiswa Balita Disesuaik Satu hari Waktu, Mahasiswa
Makanan n memiliki makanan Poltekkes an tenaga,
Balita pengetahuan balita untuk balita Kesehatan materia
tentang Banjarmasin l dan
makanan Jurusan Gizi dan biaya
yang tepat Kader
untuk balita
6. Gotong royong Warga dapat Warga 1. Mahasiswa Warga Lingkung Disesuaikan - Waktu Mahasiswa
menjaga wilayah Membersih Poltekkes wilayah an sekitar - Tenag
kebersihan kerja kan Kesehatan kerja wilayah a
lingkungan puskesma lingkungan Kemenkes puskesmas kerja - materi
sekitar s sekitar Banjarmasin Landasan Puskesma al dan
rumah Landasan rumah Jurusan Gizi Ulin s biaya
Warga dapat Ulin 2. Gotong Landasan
bekerjasama royong Ulin
melakukan
gotong
royong
139
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Anonim. 2019. Hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi balita, 2019.
Di akses dari https://jpg-indonesia.net/2019/04/hubungan-ketahanan-pangan-
keluarga-dengan-status-gizi-balita/
Anugraheni, H. S. & Kartasurya, M. I., 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Journal of
Nutrition College, 1(1), pp. 30-37.
Aritonang, Irianton. 2013. Memantau dan Menilai Status Gizi Anak. Yogyakarta :
Leutika Books.
Atikah Proverawati, Eni Rahmawati. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Ayun, Qurrotu. 2017. Pola Asuh Orangtua dan Metode Pengasuhan Dalam
Membentuk Kepribadian Anak. ThufuLA 5(1): 103-122.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, K.P. dan K.R.I. 2016. Kamus Besar
Bahasa Indonesia dalam Jaringan. https://kbbi.kemdikbud.go.id/ (23
November, 2020).
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2016. Laporan akhir. Sumber :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved
=2ahUKEwjV3ca5opbtAhVC7XMBHaeMA60QFjAFegQICBAC&url=http%
3A%2F%2Fbappeda.jogjaprov.go.id%2Fdataku%2Fpublikasi%2Fdownload%
2F12&usg=AOvVaw1duhoj8SKwt5stxL2lp7lS (Diakses 22 November 2020)
140
Badan Pusat Statistik Pertanian 2010. Kebutuhan Pangan dalam Negeri Berserta
Impor dan Eksor Pangan. Departemen Pertanian Republik Indonesia Jakarta
dalam Angka 2010. (Diakses 22 November 2020)
Baliwati dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Dachroni. 2012. Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di
Tatanan Tempat-Tempat Umum. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,
Medan.
Departemen Kesehatan. 2011. 10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Promosi
Kesehatan.
Departemen Kesehatan R.I. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Diunduh dari : http://www.depkes.go.id
Departemen Kesehatan R.I. 2010. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Diunduh dari : http://www.depkes.go.id
141
Desthi, Diah Intani and Idi, Setiyobroto and Rini, Wuri Astuti (2019) HUBUNGAN
ASUPAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI
PELETON INTI SMP N 5 YOGYAKARTA. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. (Diakses 23 November 2020)
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Suh Orangtua dan Komunikasi Dalam
Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.
Endah et. Al, 2015. Penyakit ISPA Hasil Riskesdas di Indonesia. Puslitbang
Biomedis dan Farm: 50-55 (Diakses 23 November 2020)
https://www.slideshare.net/arali2008/hubungan-status-gizi-dengan-ketersediaan-
pangan. (Diakses 18 Agustus 2020)
Gunarsa, Yulia Singgih D & Singgih D Gunarsa. 2012. Psikologi Untuk Keluarga.
Jakarta : Penerbit Libri.
142
ekan%20dari%20Perilaku,peran%20aktif%20dalam%20aktivitas%20masyara
kat (Diakses 9 Oktober 2020)
Notoatmodjo S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Novard, 2019. Gambaran Bakteri Penyebab Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis
Spesimen dan Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2014-2016. Jurnal Kesehatan Andalas. 8 (2) : 26-32 (Diakses
23 November 2020)
143
Profil Kecamatan Landasan Ulin. 2020. http://kec-
landasanulin.banjarbarukota.go.id/selayang-pandang/profil-kecamatan/#page-
content. (Diakses 6 November 2020)
Putra, Arif. 2019. Apa itu serat dan mengapa penting untuk kesehatan?. Sumber :
https://www.sehatq.com/artikel/apa-itu-serat-dan-mengapa-penting-untuk-
tubuh (Diakses 22 November 2020)
Sari, Anita Wulan (2015) Hubungan Asupan Karbohidrat Dan Lemak Dengan Tebal
Lemak Bawah Kulit Pada Siswi SMA N 6 Yogyakarta. Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
144
Sediaoetama, A. D. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian
Rakyat.
Sediaoetama, A. D. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat
Supariasa, N. D., Bakri, B. & Fajar, I., 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sutomo & Anggraeni, 2010. Tinjauan Aspek Ketersediaan Pangan Dan Gizi dari
Ketahanan Pangan Nasional. https://jurnal.uns.ac.id/carakatani/article/view
/20434. (Diakses 21 Agustus 2020)
Sutomo, B dan Anggraini, DY. 2010. Menu Sehat Untuk Balita & Batita. Jakarta :
PT. Agromedia Pustaka.
Syamsu Yusuf. 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.
145
Wibowo, 2015. Resume Kompilasi Skenario 3 Mengenali Sistem Pelayanan
Kesehatan.https://www.academia.edu/36794555/RESUME_KOMPILASI_SK
ENARIO_3. (23 November, 2020)
https://id.wikipedia.org/wiki/Balita#:~:text=Bawah%20Lima%20Tahun%20at
https://id.wikipedia.org/wiki/Landasan_Ulin,_Banjarbaru#Sejarah. (Diakses 6
November 2020)
Yustianingrum dan Adriani, 2017. Perbedaan Status Gizi dan Penyakit Infeksi pada
Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Jurnal Amerta
Zen, 2017. Sistem Pakar Portal Informasi Penyakit Infeksi. Jurnal Teknologi 7 (1) :
146