Disusun Oleh:
Ratih H1031171005
Asssyakina H1031171085
Tan Reny Indria R. H1031171046
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah disetujui dan belum pernah dipublikasikan serta
karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Angkatan
2017 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas
Tanjungpura.
Ageratum conyzoides sp. adalah tumbuhan terna semusim yang berasal dari
Amerika tropik, tumbuh pada tanah kering atau lembab di daerah terbuka atau
sedikit ternaung. Bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai
tumbuhan penggangu (gulma) di kebun, perkarangan rumah dan di ladang.
Bandotan mengandung monoterpen, sesquiterpen, kromen, kromon, benzofuran,
kumarin, flavonoid, triterpen, sterol, alkaloid dan minyak atsiri. Daun bandotan
diidentifikasi mengandung 3 phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic acid, dan
protocatechuic acid.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan seiring dengan perkembangan zaman, semakin
meningkat terutama kesehatan lambung. Salah satu masalah kesehatan lambung
yang banyak terjadi di Indonesia adalah maag. Penyakit ini banyak dialami oleh
remaja maupun orang dewasa. Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber
daya alamnya. Namun sebagian besar masyarakat tidak mengetahui potensi
kandungan tumbuhan bandotan. Menurut Kardinan(1999), ageratum conyzoides
L. atau lebih dikenal dengan nama bandotan mempunyai potensi sebagai
insectisida hayati, karena mengandung senyawa-senyawa toksik diantaranya
saponin, flavonoit, polifenol, dan minyak atsiri.
Penyakit maag atau yang biasa disebut gastritis adalah salah satu penyakit
yang lazim diderita oleh masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. Marcellus
Simadibrata Ph.D, Sp.PD, sakit maag adalah salah satu istilah umum terhadap
sindrom dyspepsia, yaitu kumpulan berbagai gejala dari penyakit yang menyerang
pada sistem pencernaan seperti sakit pada ulu hati, yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan pada sekitar ulu hati. Menurut Badan Kesehatan dunia (WHO,
2010), hasil presentasi dari 8 negara yaitu USA 47%, India 43%, Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% , Prancis 29,5% dan Indonesia 40,85%.
Departemen kesehatan Republik Indonesia juga melakukan penelitian dan
pengamatan mengenai penyakit maag dibeberapa kota besar di Indonesia salah
satunya kota Pontianak yang masih mencatat 31,7% tingkat kejadian penyakit
maag.
Dari data yang didapat maka penulis tertarik untuk mengambil kasus maag
(gastritis) dengan menggunakan metode seduhan sebagai sebuah Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “potensi tumbuhan bandotan (ageratum conyzoides lin)
sebagai obat maag di kalangan masyarakat Indonesia.”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk melakukan kajian lebih
lanjut dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja kandungan dari tanaman bandotan?
2. Bagaimana potensi tanaman bandotan sebagai obat penyakit maag?
3. Bagaimana cara mengolah tanaman bandotan sebagai obat maag?
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Terkait dengan tujuan, maka karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
memberi manfaat, antara lain :
1. Bagi Akademis
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan literature untuk menambah pengetahuan
tentang tanaman yang bisa menyembuhkan penyakit maag.
2. Bagi Masyarakat Indonesia
Hasil yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan masukan dan
menambah pengetahuan masyarakat tentang cara menyembuhkan penyakit
maag dengan bahan alami yang berada disekitar kita.
3. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menjadi salah satu penambah wawasan dan
kreativitas bagi penulis sendiri dan menjadi acuan untuk penulisan karya tulis
lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Difisio : Magnoliophyte
Classis : Dicoltiledonae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Ageratum
Species : Ageratum conyzoides
a. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.
Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),
mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga
sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis
(Faridatul Aulia, 2012).
Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah mulai dikenal sejak
beberapa abad yang lalu. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan
berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae,
Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbeliferae. Minyak atsiri dapat
bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari , buah, bunga, biji, batang, kulit
buah dan akar. Salah satu minyak atsiri itu adalah kayu putih (Ketaren, 1986).
b. Flavonoid
c. Saponin
Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama
saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat
pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal.
Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat
mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).
d. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 1985).
e. Tanin
Tanin merupakan senyawa organic polifenol dengan rasa pahit yang kuat dan
efek adstringen (Febriyanti Dkk, 2015). Tannin dapat ditemukan dalam bagian
yang berbeda dari tumbuhan, misalnya pada daun, periderm, jaringan pembuluh,
buah yang belum masak, kulit biji, dan jaringan yang tumbuh karena adanya
penyakit. Tannin dapat di temukan dalam sel biasa atau dalam idioblas( mulyani,
2006).
f. Asam Amino
Asam amino adalah unit molekuler dasar yang membentuk polimer protein
panjang. Ada 20 jenis asam amino dalam protein yang menjadi dasar struktur dan
fungsi tubuh manusia. Setiap asam amino mengandung sedikitnya satu gugus
asam karboksil (-COOH) dan sedikitnya satu gugus amino (-NH3). Kedua gugus
tersebut terikat pada atom karbon yang sama. Setiap asam amino mempunyai anak
rantai yang disebut sebagai satu gugus R (Sloane, 2004).
Asam-asam amino memiliki perbedaan dalam gugus R-nya yang memberi ciri
khas dan mempengaruhi sifat protein tempat asam amino tersebut bergabung.
Gugus R nonpolar menyebabkan asam amino relatif tidak larut dalam air. Gugus
R yang polar atau bermuatan listrik menyebabkan asam amino larut dalam air
(Sloane, 2004).
g. Alkaloid
h. Triterpenoid
i. Steroid
METODE PENULISAN
Penyusunan karya tulis ini dilakukan melalui studi telaah literatur. Literatur
yang digunakan adalah literatur primer dan sekunder yaitu berupa jurnal dan
buku. Kajian terhadap permasalahan ditempuh melalui pendekatan secara ilmiah.
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan pokok permasalahan. Melalui telaah pustaka dilakukan
kajian terhadap permasalahan yang ada dan diketahui bahwa tumbuhan bandotan
mengandung monoterpen, sesquiterpen, kromen, kromon, benzofuran, kumarin,
flavonoid, triterpen, sterol, alkaloid, minyak atsiri, gallic acid, coumalic acid dan
protocatechuic acid. Setelah itu dilakukan penjabaran dalam bentuk karya tulis
ilmiah yang logis, sistematis dan objektif dengan judul “Potensi Tumbuhan
Bandotan (Ageratum Conyzoides Lin) Sebagai Obat Maag Di Kalangan
Masyarakat Indonesia”.
PEMBAHASAN
Gastritis atau dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat
sebagai maag atau penyakit lambung, adalah kumpulan gejala yang dirasakan
sebagai nyeri terutama di ulu hati. Orang yang terserang penyakit ini biasanya
mual, muntah, rasa penuh, dan tidak nyaman. Gejala – gejala penyakit maag bisa
terjadi secara akut, dimana gejala muncul dengan tiba – tiba dan berlangsung 2
sampai 3 hari atau kronik dimana gejala muncul secara bertahap dengan
perasaan mual - mual yang ringan. Dan banyak juga maag ini tidak
memperlihatkan gejala yang spesifik.
Factor – factor lain yang kurang kuat berkaitan dengan sakit lambung antara
lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya
mengatasi atau adaptasi yang buruk terhadap stress (Riyanto, 2008).
Penyakit maag bila tidak ditangani dengan benar maka akan berakibat fatal
dan menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker lambung.
4.2 Wacana
Ageratum conyzoides sp. adalah tumbuhan terna semusim yang berasal dari
Amerika tropik, tumbuh pada tanah kering atau lembab di daerah terbuka atau
sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0-2100 m di atas muka laut,
berbunga sepanjang tahun. Mudah tersebar melalui biji yang ringan dan
mempunyai papus. Gulma ini menimbulkan masalah sebagai saingan tanaman
karet muda di pembibitan adakalanya di dalam polybag, merupakan pengganggu
tanaman penutup tanah kacangan. Gulma ini juga terdapat di perkebunan kelapa
sawit, coklat, teh, tebu, dan tanaman palawija. (Nasution, U, 1986). Bandotan
tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian
bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat
berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun
bertatetaknya saling berhadapan, dan bersilang (compositae), helaian daun bulat
telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10
cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar
yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk tipe
cawan 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan
bentuknya kecil (Dalimartha, 2007)
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.
Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),
mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga
sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis
(Faridatul Aulia, 2012).
b. Flavonoid
Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama
saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat
pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal.
Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat
mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).
d. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 1985).
e. Tanin
Tanin merupakan senyawa organic polifenol dengan rasa pahit yang kuat
dan efek adstringen (Febriyanti Dkk, 2015). Tannin dapat ditemukan dalam
bagian yang berbeda dari tumbuhan, misalnya pada daun, periderm, jaringan
pembuluh, buah yang belum masak, kulit biji, dan jaringan yang tumbuh karena
adanya penyakit. Tannin dapat di temukan dalam sel biasa atau dalam idioblas
(mulyani, 2006).
f. Asam Amino
Asam amino adalah unit molekuler dasar yang membentuk polimer protein
panjang. Ada 20 jenis asam amino dalam protein yang menjadi dasar struktur dan
fungsi tubuh manusia. Setiap asam amino mengandung sedikitnya satu gugus
asam karboksil (-COOH) dan sedikitnya satu gugus amino (-NH3). Kedua gugus
tersebut terikat pada atom karbon yang sama. Setiap asam amino mempunyai anak
rantai yang disebut sebagai satu gugus R (Sloane, 2004).
g. Alkaloid
h. Triterpenoid
i. Steroid
Fitri, Rahma, Mayta Novaliza Isda dan Siti Fatonah. 2014. Uji Ekstrak
Daun Gulma Babandotan (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Perkecambahan
Gulma Chromolaena odorata. Karya Ilmiah. Pekanbaru : Universitas Riau.
Ningsih Sri, et. all. 2005. Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba
Tempuyung(Sorchus/arvencis).(Online) (http://www.iptek.net.id/ind/pustaka_pan
gan/pdf/Senaki_V/SRININGSIH.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).
Slone, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Tyler, V.E., Lynn, R.B and Robbers, J.E. 1988. Pharmacognosy Lea
andFebiger. Philadelphia