Anda di halaman 1dari 22

POTENSI TUMBUHAN BANDOTAN (AGERATUM CONYZOIDES LIN) SEBAGAI

OBAT MAAG DI KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA

Lomba Karya Tulis Ilmiah Angkatan 2017


Himpunan Mahasiswa Kimia
Universitas Tanjungpura

Disusun Oleh:

Ratih H1031171005
Asssyakina H1031171085
Tan Reny Indria R. H1031171046

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Potensi Tumbuhan Bandotan (Ageratum Conyzoides Lin)


Sebagai Obat Maag Di Kalangan Masyarakat Indonesia
Nama : Ratih
Nim : H1031171005

Karya tulis ilmiah ini telah disetujui dan belum pernah dipublikasikan serta
karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Angkatan
2017 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas
Tanjungpura.

Menyetujui, Tempat, tanggal


Senior Pembimbing bulan dan tahun

Nama: Aldrianti Nama Ketua


NIM: H103115 NIM: H1031171005
Abstrak
Penyakit maag atau asam lambung merupakan suatu penyakit psikomatis
(penyakit pikiran tubuh) atau bisa juga penyakit infeksi yang disebabkan oleh
materi yang menyebabkan infeksi pada bagian lambung. Asam lambung juga bisa
terjadi karena pola makan yang tidak teratur. Sedikitnya penderita yang sadar
tentang menjaga pola makan serta pemilihan makanan untuk mengurangi gejala
asam lambung. Dalam hal ini penulis berusaha memperkenalkan prinsip
sederhana dari pemanfaatan tanaman bandotan menjadi obat maag yaitu dengan
mengambil ekstrak dari seluruh bagian tanaman bandotan kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dicerna. Tujuan utama dalam karya tulis
ini yaitu memperkenalkan tumbuhan bandotan untuk membantu masyarakat
dalam mengatasi penyakit maag dengan bahan yang mudah ditemukan dan
mudah didapatkan dilingkungan kita.

Ageratum conyzoides sp. adalah tumbuhan terna semusim yang berasal dari
Amerika tropik, tumbuh pada tanah kering atau lembab di daerah terbuka atau
sedikit ternaung. Bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai
tumbuhan penggangu (gulma) di kebun, perkarangan rumah dan di ladang.
Bandotan mengandung monoterpen, sesquiterpen, kromen, kromon, benzofuran,
kumarin, flavonoid, triterpen, sterol, alkaloid dan minyak atsiri. Daun bandotan
diidentifikasi mengandung 3 phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic acid, dan
protocatechuic acid.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan seiring dengan perkembangan zaman, semakin
meningkat terutama kesehatan lambung. Salah satu masalah kesehatan lambung
yang banyak terjadi di Indonesia adalah maag. Penyakit ini banyak dialami oleh
remaja maupun orang dewasa. Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber
daya alamnya. Namun sebagian besar masyarakat tidak mengetahui potensi
kandungan tumbuhan bandotan. Menurut Kardinan(1999), ageratum conyzoides
L. atau lebih dikenal dengan nama bandotan mempunyai potensi sebagai
insectisida hayati, karena mengandung senyawa-senyawa toksik diantaranya
saponin, flavonoit, polifenol, dan minyak atsiri.

Penyakit maag atau yang biasa disebut gastritis adalah salah satu penyakit
yang lazim diderita oleh masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. Marcellus
Simadibrata Ph.D, Sp.PD, sakit maag adalah salah satu istilah umum terhadap
sindrom dyspepsia, yaitu kumpulan berbagai gejala dari penyakit yang menyerang
pada sistem pencernaan seperti sakit pada ulu hati, yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan pada sekitar ulu hati. Menurut Badan Kesehatan dunia (WHO,
2010), hasil presentasi dari 8 negara yaitu USA 47%, India 43%, Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% , Prancis 29,5% dan Indonesia 40,85%.
Departemen kesehatan Republik Indonesia juga melakukan penelitian dan
pengamatan mengenai penyakit maag dibeberapa kota besar di Indonesia salah
satunya kota Pontianak yang masih mencatat 31,7% tingkat kejadian penyakit
maag.
Dari data yang didapat maka penulis tertarik untuk mengambil kasus maag
(gastritis) dengan menggunakan metode seduhan sebagai sebuah Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “potensi tumbuhan bandotan (ageratum conyzoides lin)
sebagai obat maag di kalangan masyarakat Indonesia.”

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk melakukan kajian lebih
lanjut dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja kandungan dari tanaman bandotan?
2. Bagaimana potensi tanaman bandotan sebagai obat penyakit maag?
3. Bagaimana cara mengolah tanaman bandotan sebagai obat maag?

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Penulisan karya tulis ilmiah bertujuan untuk membantu masyarakat dalam


mengatasi penyakit maag dengan bahan yang mudah ditemukan. Prinsip
sederhana dari pemanfaatan tanaman bandotan menjadi obat maag yaitu dengan
mengambil ekstrak dari seluruh bagian tanaman bandotan kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dicerna. Penulisan karya tulis ilmiah kali
ini membahas tentang berbagai kandungan dari tanaman bandotan dan khasiatnya
bisa menyembuhkan beberapa penyakit, salah satunya penyakit maag, yaitu
penyakit yang diidap oleh hampir dari banyak masyarakat Indonesia. Dengan
adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan
sumber daya alam Kalimantan Barat khsusunya sumber daya flora dan
menggunakannya untuk menyembuhkan masalah kesehatan yang sering dianggap
sepele oleh beberapa orang.
b. Tujuan Khusus

Penulisan karya tulis ilmiah bertujuan untuk membantu masyarakat dalam


mengatasi penyakit maag dengan bahan yang mudah ditemukan. Prinsip
sederhana dari pemanfaatan tanaman bandotan menjadi obat maag yaitu dengan
mengambil ekstrak dari seluruh bagian tanaman bandotan kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dicerna. Penulisan karya tulis ilmiah kali
ini membahas tentang berbagai kandungan dari tanaman bandotan dan khasiatnya
bisa menyembuhkan beberapa penyakit, salah satunya penyakit maag, yaitu
penyakit yang diidap oleh hampir dari banyak masyarakat Indonesia. Dengan
adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan
sumber daya alam Kalimantan Barat khsusunya sumber daya flora dan
menggunakannya untuk menyembuhkan masalah kesehatan yang sering dianggap
sepele oleh beberapa orang.

1.4 Manfaat Penulisan

Terkait dengan tujuan, maka karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
memberi manfaat, antara lain :
1. Bagi Akademis
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan literature untuk menambah pengetahuan
tentang tanaman yang bisa menyembuhkan penyakit maag.
2. Bagi Masyarakat Indonesia
Hasil yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan masukan dan
menambah pengetahuan masyarakat tentang cara menyembuhkan penyakit
maag dengan bahan alami yang berada disekitar kita.
3. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menjadi salah satu penambah wawasan dan
kreativitas bagi penulis sendiri dan menjadi acuan untuk penulisan karya tulis
lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bandotan

Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau


bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang
bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun
bertatetaknya saling berhadapan, dan bersilang (compositae), helaian daun bulat
telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10
cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar
yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk tipe
cawan 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan
bentuknya kecil (Dalimartha, 2007).

Bandotan berasal dari Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan merupakan


tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan penggangu (gulma) di kebun
dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi
jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas
permukaan laut (dpl) (Dalimartha, 2007). Bandotan diketahui mengandung
monoterpen, sesquiterpen, kromen, kromon, benzofuran, kumarin, flavonoid,
triterpen, sterol, alkaloid dan minyak atsiri (Kamboj dan Saluja, 2008). Daun
bandotan diidentifikasi mengandung 3 phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic
acid, dan protocatechuic acid (Sukamto Fitri, dkk., 2014).
Klasifikasi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

Kingdom : Plantae
Difisio : Magnoliophyte
Classis : Dicoltiledonae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Ageratum
Species : Ageratum conyzoides

2.2 Kandungan Dalam Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

a. Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.
Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),
mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga
sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis
(Faridatul Aulia, 2012).
Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah mulai dikenal sejak
beberapa abad yang lalu. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan
berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae,
Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbeliferae. Minyak atsiri dapat
bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari , buah, bunga, biji, batang, kulit
buah dan akar. Salah satu minyak atsiri itu adalah kayu putih (Ketaren, 1986).

b. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit


sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang bisa dijumpai pada bagian
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Secara kimia, flavonoid
mengandung cincin aromatic tersusun dari 15 atom karbon dengan inti dasar
tersusun dalam konjugasi C6-C3-C6 (dua inti aromatik terhubung dengan 3 atom
karbon) (Ningsih, 2005). Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah
keropos tulang dan sebagai antibiotik (Agestia, 2009).

Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom


karbon, dimana dua cincin benzene (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-
C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida
yaitu flavonoida, isoflavonoida dan neoflavonoida (Lenny, 2006).

Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada


tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol
dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering
disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan
oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkosilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut
(Lenny, 2006).

c. Saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.


Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan
air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin
mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter (Hartono, 2009).

Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama
saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat
pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal.
Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat
mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).

d. Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 1985).

Polifenol merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alamiah ada


dalam sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman (seperti the dan anggur)
(Astawan & ). Polifenol memiliki khasiat sebagai penjegah oksidasi kolesterol
LDL, antioksidan, pembasmi karsinogen yang potensial dan pencegah
pertumbuhan tumor. Beberapa polifenol tidak diserap dan bekerja diusus untuk
melindungi protein, lemak dan karbohidrat agar tidak rusak karena oksidasi
(Mulyani, 2006).

e. Tanin

Tanin merupakan senyawa organic polifenol dengan rasa pahit yang kuat dan
efek adstringen (Febriyanti Dkk, 2015). Tannin dapat ditemukan dalam bagian
yang berbeda dari tumbuhan, misalnya pada daun, periderm, jaringan pembuluh,
buah yang belum masak, kulit biji, dan jaringan yang tumbuh karena adanya
penyakit. Tannin dapat di temukan dalam sel biasa atau dalam idioblas( mulyani,
2006).

Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk


kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis
utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin
terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan gimnospermae, serta
tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu.
Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua (Harbrone, J.B, 1987).

f. Asam Amino

Asam amino adalah unit molekuler dasar yang membentuk polimer protein
panjang. Ada 20 jenis asam amino dalam protein yang menjadi dasar struktur dan
fungsi tubuh manusia. Setiap asam amino mengandung sedikitnya satu gugus
asam karboksil (-COOH) dan sedikitnya satu gugus amino (-NH3). Kedua gugus
tersebut terikat pada atom karbon yang sama. Setiap asam amino mempunyai anak
rantai yang disebut sebagai satu gugus R (Sloane, 2004).

Asam-asam amino memiliki perbedaan dalam gugus R-nya yang memberi ciri
khas dan mempengaruhi sifat protein tempat asam amino tersebut bergabung.
Gugus R nonpolar menyebabkan asam amino relatif tidak larut dalam air. Gugus
R yang polar atau bermuatan listrik menyebabkan asam amino larut dalam air
(Sloane, 2004).

g. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada


umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan
berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 1988).

Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi


Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini
alkaloid akan memberikan endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff
mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair.
Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah penyemprotan dengan pereaksi
Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo, 1996).

h. Triterpenoid

Proreformasi merupakan senyawa metabolid sekunder yang kerangka


karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C
30 asiklik, yaitu skualena (widiyati, 2005). Triterpenoid merupakan senyawa
berbentuk kristal, tidak berwarna, dan memiliki titik leleh yang tinggi (Indrawati,
dkk., 2013).

i. Steroid

Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik


yang dibiosintesis yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalomat dan
skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol (Lenny,2006).
Steroid adalah salah satu kelas utama dari lipid yang memiliki struktur yang sama
sekali berbeda dari kelas – kelas lipid yang lain. Fitur utama dari steroid adalah
tiga sistem cincin sikloheksan dan satu siklopentana dalam sistem cincin yang
menyatu (Sumbono, 2005).

Defenisi lengkap dari steroid adalah senyawa yang memiliki kerangka


siklopentana fenantrena atau kerangka yang berasal satu atau lebih ikatan
scissions atau ekspansi cincin atau kontraksi. Gugus metil biasanya berada diatom
C-10 dan C-13. Steroid yang membawa kelompok hidroksil pada atom C-3 dan
sebagian besar kerangka kolestan disebut Sterol (Sumbono, 2012)
BAB III

METODE PENULISAN

Penyusunan karya tulis ini dilakukan melalui studi telaah literatur. Literatur
yang digunakan adalah literatur primer dan sekunder yaitu berupa jurnal dan
buku. Kajian terhadap permasalahan ditempuh melalui pendekatan secara ilmiah.
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan pokok permasalahan. Melalui telaah pustaka dilakukan
kajian terhadap permasalahan yang ada dan diketahui bahwa tumbuhan bandotan
mengandung monoterpen, sesquiterpen, kromen, kromon, benzofuran, kumarin,
flavonoid, triterpen, sterol, alkaloid, minyak atsiri, gallic acid, coumalic acid dan
protocatechuic acid. Setelah itu dilakukan penjabaran dalam bentuk karya tulis
ilmiah yang logis, sistematis dan objektif dengan judul “Potensi Tumbuhan
Bandotan (Ageratum Conyzoides Lin) Sebagai Obat Maag Di Kalangan
Masyarakat Indonesia”.

Objek penulisan karya tulis ini mengkaji pemanfaatan tumbuhan bandotan


yang berpotensi sebagai obat maag. Pemilihan objek ini dilakukan pada
pemikiran-pemikiran sebagai berikut:

 Potensi dari tumbuhan bandotan.


 Membuat obat maag dari tumbuhan bandotan.
 Kualitas tumbuhan bandotan sebagai obat tradisional bagi masyarakat yang
kurang mampu.

Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yang


berdasarkan dukungan buku, jurnal dan internet. Akhirnya bisa ditarik kesimpulan
berdasarkan pembahasan yang akan dibahas.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penyakit maag

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang berlokasi di sekitar


ulu hati. Biasanya makanan akan dicerna lambung setelah melewati
kerongkongan. Makanan dihancurkan oleh cairan asam lambung yang
mengandung enzim dan asam hidroklorik. Permukaan lambung mempunyai
lapisan yang tahan tingkat keasaman yang tinggi di lambung. Apabila terjadi
proses peradangan, lapisan ini menjadi rusak dan timbul gejala – gejala maag.

Gastritis atau dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat
sebagai maag atau penyakit lambung, adalah kumpulan gejala yang dirasakan
sebagai nyeri terutama di ulu hati. Orang yang terserang penyakit ini biasanya
mual, muntah, rasa penuh, dan tidak nyaman. Gejala – gejala penyakit maag bisa
terjadi secara akut, dimana gejala muncul dengan tiba – tiba dan berlangsung 2
sampai 3 hari atau kronik dimana gejala muncul secara bertahap dengan
perasaan mual - mual yang ringan. Dan banyak juga maag ini tidak
memperlihatkan gejala yang spesifik.

Penyebab maag umumnya disebabkan oleh :

1. makanan atau minuman yang merangsang lambung yaitu makanan yang


pedas atau asam, kopi, dan alcohol.
2. factor stress baik stress fisik (setelah pembedahan, penyakit berat, dan luka
bakar) maupun stress mental.
3. obat – obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama (misalnya obat
rematik dan anti inflamsi).
4. jadwal makan yang tidak teratur.

Factor – factor lain yang kurang kuat berkaitan dengan sakit lambung antara
lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya
mengatasi atau adaptasi yang buruk terhadap stress (Riyanto, 2008).
Penyakit maag bila tidak ditangani dengan benar maka akan berakibat fatal
dan menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker lambung.

4.2 Wacana

Ageratum conyzoides sp. adalah tumbuhan terna semusim yang berasal dari
Amerika tropik, tumbuh pada tanah kering atau lembab di daerah terbuka atau
sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0-2100 m di atas muka laut,
berbunga sepanjang tahun. Mudah tersebar melalui biji yang ringan dan
mempunyai papus. Gulma ini menimbulkan masalah sebagai saingan tanaman
karet muda di pembibitan adakalanya di dalam polybag, merupakan pengganggu
tanaman penutup tanah kacangan. Gulma ini juga terdapat di perkebunan kelapa
sawit, coklat, teh, tebu, dan tanaman palawija. (Nasution, U, 1986). Bandotan
tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian
bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat
berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun
bertatetaknya saling berhadapan, dan bersilang (compositae), helaian daun bulat
telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10
cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar
yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk tipe
cawan 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan
bentuknya kecil (Dalimartha, 2007)

Bandotan diketahui mengandung monoterpen, sesquiterpen, kromen,


kromon, benzofuran, kumarin, flavonoid, triterpen, sterol, alkaloid dan minyak
atsiri (Kamboj dan Saluja, 2008). Daun bandotan diidentifikasi mengandung 3
phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic acid, dan protocatechuic acid (Sukamto
Fitri, dkk., 2014).

4.2.1 Kandungan Tanaman Bandotan


a. Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.
Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),
mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga
sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis
(Faridatul Aulia, 2012).

b. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit


sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang bisa dijumpai pada bagian
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Secara kimia, flavonoid
mengandung cincin aromatic tersusun dari 15 atom karbon dengan inti dasar
tersusun dalam konjugasi C6-C3-C6 (dua inti aromatik terhubung dengan 3 atom
karbon) (Ningsih, 2005). Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah
keropos tulang dan sebagai antibiotik (Agestia, 2009).

Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom


karbon, dimana dua cincin benzene (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-
C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida
yaitu flavonoida, isoflavonoida dan neoflavonoida (Lenny, 2006).

Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada


tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol
dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering
disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan
oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkosilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut
(Lenny, 2006).
c. Saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.


Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan
air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin
mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter (Hartono, 2009).

Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama
saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat
pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal.
Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat
mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).

d. Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 1985).

Polifenol merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alamiah ada


dalam sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman (seperti the dan anggur)
(Astawan & ). Polifenol memiliki khasiat sebagai penjegah oksidasi kolesterol
LDL, antioksidan, pembasmi karsinogen yang potensial dan pencegah
pertumbuhan tumor. Beberapa polifenol tidak diserap dan bekerja diusus untuk
melindungi protein, lemak dan karbohidrat agar tidak rusak karena oksidasi
(Mulyani, 2006).

e. Tanin

Tanin merupakan senyawa organic polifenol dengan rasa pahit yang kuat
dan efek adstringen (Febriyanti Dkk, 2015). Tannin dapat ditemukan dalam
bagian yang berbeda dari tumbuhan, misalnya pada daun, periderm, jaringan
pembuluh, buah yang belum masak, kulit biji, dan jaringan yang tumbuh karena
adanya penyakit. Tannin dapat di temukan dalam sel biasa atau dalam idioblas
(mulyani, 2006).

Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk


kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis
utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin
terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan gimnospermae, serta
tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu.
Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua (Harbrone, J.B, 1987).

f. Asam Amino

Asam amino adalah unit molekuler dasar yang membentuk polimer protein
panjang. Ada 20 jenis asam amino dalam protein yang menjadi dasar struktur dan
fungsi tubuh manusia. Setiap asam amino mengandung sedikitnya satu gugus
asam karboksil (-COOH) dan sedikitnya satu gugus amino (-NH3). Kedua gugus
tersebut terikat pada atom karbon yang sama. Setiap asam amino mempunyai anak
rantai yang disebut sebagai satu gugus R (Sloane, 2004).

Asam-asam amino memiliki perbedaan dalam gugus R-nya yang memberi


ciri khas dan mempengaruhi sifat protein tempat asam amino tersebut bergabung.
Gugus R nonpolar menyebabkan asam amino relatif tidak larut dalam air. Gugus
R yang polar atau bermuatan listrik menyebabkan asam amino larut dalam air
(Sloane, 2004).

g. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada


umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan
berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 1988).
Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi
Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini
alkaloid akan memberikan endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff
mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair.
Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah penyemprotan dengan pereaksi
Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo, 1996).

h. Triterpenoid

Proreformasi merupakan senyawa metabolid sekunder yang kerangka


karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C
30 asiklik, yaitu skualena (widiyati, 2005). Triterpenoid merupakan senyawa
berbentuk kristal, tidak berwarna, dan memiliki titik leleh yang tinggi (Indrawati,
dkk., 2013).

i. Steroid

Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik


yang dibiosintesis yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalomat dan
skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol (Lenny,2006).
Steroid adalah salah satu kelas utama dari lipid yang memiliki struktur yang sama
sekali berbeda dari kelas – kelas lipid yang lain. Fitur utama dari steroid adalah
tiga sistem cincin sikloheksan dan satu siklopentana dalam sistem cincin yang
menyatu (Sumbono, 2005).

Defenisi lengkap dari steroid adalah senyawa yang memiliki kerangka


siklopentana fenantrena atau kerangka yang berasal satu atau lebih ikatan
scissions atau ekspansi cincin atau kontraksi. Gugus metil biasanya berada diatom
C-10 dan C-13. Steroid yang membawa kelompok hidroksil pada atom C-3 dan
sebagian besar kerangka kolestan disebut Sterol (Sumbono, 2012)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa tanaman bandotan mengandung


berbagai macam zat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan salah satunya yaitu
minyak astiri yang terkandung di dalam daun bandotan. Daun bandotan diketahui
mempunyai efek spasmolitik dan analgesic serta memberikan pengaruh relaksasi
pada otot polos. Kandungan minyak atsiri dalam daun bandotan dapat mencegah
pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan mengurangi gerakkan peristaltic
usus sehingga dapat menekan laju metabolisme.
DAFTAR PUSTAKAN

Agestia Resi dan Sugrani Gandis. 2009. Flavonoid (Quercetin). (Onlie)


(http:// pasche08.files.wordpress.com/2009/05/copy-of-copy-of-makalah-
quercetin-2003.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011.

Armelia. 2011. Fito-Kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker.


(Online) (http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100397943&2
diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Dalimartha, Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 2. Jakarta :


Trubus Agriwidya.

Febriyanti, Rizky, dkk. 2014. Karakteristik Sirup Jahe Nira Kelapa


Terfermentasi Delapan Jam (Kajian Jenis Dan Konsentrasi Sari Jahe). Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 3. Juli 2014.

Fitri, Rahma, Mayta Novaliza Isda dan Siti Fatonah. 2014. Uji Ekstrak
Daun Gulma Babandotan (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Perkecambahan
Gulma Chromolaena odorata. Karya Ilmiah. Pekanbaru : Universitas Riau.

Harborne,J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern


MenganalisisTumbuhan. ITB: Bandung

Hartono, Jogiyanto. (2009). Sistem Teknologi Informasi.Yogyakarta : Andi

Hostettmann, M. dan Marston, A. (1995). Cara Kromatografi Preparatif.


Penggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam. Penerjemah: Padmawinata, K. Penerbit
ITB. Bandung. Hal 9-12, 33-34.

Kamboj dan Saluja. 2008. “Ageratum conyzoides L.: A review on its


phytochemical and pharmacological profile. Int J Green
Pharm”.http://www.greenpharmacy.info/text.asp?2008/2/2/59/41171. Diakses ta
nggal 4 Oktober 2014.

Lenny Sofia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida.


(Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1842/1/06003489.pdf
diakses tanggal 22 Oktober 2011).
Mulyani, Sri 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.

Ningsih Sri, et. all. 2005. Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba
Tempuyung(Sorchus/arvencis).(Online) (http://www.iptek.net.id/ind/pustaka_pan
gan/pdf/Senaki_V/SRININGSIH.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Riyanto, H, 2008. Antisipasi Timbulnya Sakit Maag. Majalah Gemari.

Sastrohamidjojo. H, 1996. Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1. Liberty :


Yogyakarta.

Slone, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Tyler, V.E., Lynn, R.B and Robbers, J.E. 1988. Pharmacognosy Lea
andFebiger. Philadelphia

Sastrohamidjojo. H, 1996. Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1. Liberty :


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai