RENNY YULISARI
K211 13 502
iv
KATA PENGANTAR
SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya kepada penulis, berupa kesehatan dan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi. Serta shalawat dan salam
tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan
Keberhasilan penulis sampai pada tahap hasil penelitian ini tak lepas dari
bantuan berbagai pihak baik berupa dukungan materi, motivasi dan doa. Untuk
1. Kedua orang tua, Drs.Akbar M.Si dan Dra.Suriani atas seluruh doa yang
dipanjatkan untuk penulis, kesabaran dalam hal menerima setiap curhatan penulis
dan selalu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi penulis, dukungan
berupa moril maupun materil yang senantiasa diberikan tak henti-hentinya guna
2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas
Universitas hasanuddin.
v
3. Ibu Dr.dr. Citrakesumasari, M.Kes, Sp.GK selaku Ketua Prodi Ilmu Gizi
sama dan bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan di Prodi Ilmu Gizi
5. Bapak Andi Imam Arundhana, S.Gz. MPH selaku dosen pembimbing selama
6. Ibu Ulfa Najamuddin, S.Si, selaku dosen penguji yang telah meluangkan
skripsi ini.
7. Bapak Dr. Zakaria, SPT, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan
skripsi ini.
8. Ibu Sabaria Manti Battung, SKM, M.Kes, MSc selaku dosen penguji yang telah
vi
9. Teman seperjuangan dalam suka maupun duka mengarungi kerasnya suatu
skripsi, tim Bekatul-Labu Siam Yaitu Dian Pertiwi, Justice, Ulfa Purnama dan
Akhir kata, penulis sebagai seorang manusia biasa menyadari bahwa tulisan
ini masih jauh dari kata sempurna akibat dari kekurangan pengetahuan dan
Renny
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii
RINGKASAN .......................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
viii
D. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................30
E. Tahapan Penelitian..................................................................................31
F. Diagram Alur Penelitian .........................................................................39
G. Pengolahan Data.......................................................................................43
H. Analisis Data.............................................................................................43
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Formula Bubur Instan Berbasis Labu Siam dan Bekatul.... 34
Dan Suhu Penyimpanan Pada Orde Reaksi Nol dan Orde Reaksi
Satu...................................................................................... 52
Tabel 5.5 Nilai Konstanta Perubahan Mutu dan Umur Simpan Produk
Tabel 5.6 Nilai In k dan I/T Produk Bubur Instan Berbasis Bekatul-Labu
Tabel 5.7 Nilai Energi Aktivasi (Ea) Parameter Mutu Kadar Air Pada
x
DAFTAR GAMBAR
Labu Siam.................................................................. 41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Penyimpanan dalam Inkubator dengan suhu 250C, 350C dan 450C
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara luas. Jumlah produksi bekatul berbanding lurus dengan produksi beras.
Berdasarkan data BPS, produksi padi di Indonesia tahun 2010 mencapai 65,98 juta
ton gabah kering giling. Dengan 10 persen dari total produksi padi dapat
menghasilkan bekatul, maka diperkirakan akan dapat menghasilkan 6,59 juta ton
bekatul. Sangat disayangkan, sampai saat ini pemanfaatan bekatul masih sangat
Berdasarkan data statistik produksi labu siam sejak tahun 1998 hingga tahun
2002 mengalami kenaikan sebesar 27,81% (BPS dan Dirjen Bina Horti, 2003).
Labu siam (Sechium edule Swartz) merupakan salah satu tumbuhan obat Indonesia
dari suku Cucurbitaceae yang sekarang belum banyak diteliti. Tanaman ini
berkhasiat untuk memperlancar buang air kecil, penurun panas, dan menurunkan
Bekatul memiliki nilai gizi yang sangat baik yaitu mengandung asam amino
lisin yang lebih tinggi dibandingkan beras, protein, sumber asam lemak tak jenuh,
1
2
dan serat pangan yang bermanfat bagi tubuh. Di samping zat gizi, bekatul juga
tokoferol (vitamin E), tokotrienol, oryzanol, dan pangamic acid (vitamin B15)
(Jubaidah, 2008).
Buah labu siam banyak digemari orang karena rasanya yang enak dan dingin.
vitamin C. Labu siam juga banyak dijadikan sebagai bahan untuk membuat
ramuan obat tradisional. Dengan keunggulan tersebut, labu siam banyak ditanami
korelasi yang positif antar umur dengan munculnya penyakit degeneratif. Terdapat
(Sutrisna, 2013).
didiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM berdasarkan diagnosis
atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di
sebesar 9,4 persen, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau
sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen
penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi
umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen,
Prevalensi DM, hipertiroid, dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi
Menurut Badan POM (2001), pangan fungsional adalah pangan yang secara
alami maupun telah melalui proses mengandung satu atau lebih senyawa yang
berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh
metabolisme zat gizi lainnya jika digunakan dalam jumlah yang dianjurkan.
fungsional tidak berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk yang berasal dari senyawa
lebih banyak pilihan dan ragam produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai
adalah perubahan kadar air dalam produk. Aktivitas air (a w) berkaitan erat dengan
pertumbuhan bakteri, jamur dan mikroba lainnya. Makin tinggi a w pada umumnya
makin banyak bakteri yang dapat tumbuh, sementara jamur tidak menyukai a w
yang tinggi. Kandungan mikroba, selain mempengaruhi mutu produk pangan juga
produk pangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. (Herawati, 2008).
umur simpan menjadi sangat penting karena terkait dengan keamanan produk
pangan tersebut dan untuk menghindari pengkonsumsian pada saat kondisi produk
informasi umur simpan ini telah diatur oleh pemerintah dalam UU Pangan tahun
1996 serta PP Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dimana
Berdasarkan hal diatas, maka melalui penelitian ini akan dibuat suatu produk
masa simpannya.
Penelitian ini adalah bagian dari penelitian professorship dari Prof. Dr.
Instan Berbasis Bekatul dan Labu Siam Terhadap Konsentrasi Glukosa dan Profil
B. Rumusan Masalah
rumusan masalah yaitu bagaimana penentuan masa simpan produk Bubur Instan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
air produk Tepung Bubur Instan Berbasis Bekatul Labu Siam selama masa
penyimpanan.
D. Manfaat Penelitian
masyarakat, diantaranya:
6
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Institusi
3. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai bagian referensi
bagi khalayak dan sebagai bahan informasi kepada peneliti lainnya dalam
TINJAUAN PUSTAKA
a. Bekatul
Badan Pusat Statistik (BPS) produksi bekatul di Indonesia pada tahun 2010
mencapai 6,59 juta ton. Namun, hingga saat ini pemanfaatan bekatul sebagai
bekatul hingga saat ini hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Sedangkan di luar
negeri, bentuk produk bekatul yang populer adalah rice bran oil (Purnomo dkk,
2013).
Bekatul merupakan salah satu hasil samping proses penggilingan padi yang
jumlahnya cukup banyak. Pada proses penggilingan beras pecah kulit diperoleh
hasil samping dedak 8-9% dan bekatul sekitar 2-3%. Selain itu Departemen
banyak dan mencapai 4.5-5 juta ton setiap tahunnya, selain itu bekatul
serat tinggi untuk penangkal penyakit degeneratif juga kaya akan pati, protein,
merupakan asam lemak tak jenuh yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
24
8
Bekatul memiliki nilai gizi yang sangat baik yaitu mengandung asam
amino lisin yang lebih tinggi dibandingkan beras, protein, sumber asam lemak
tak jenuh, dan serat pangan yang bermanfat bagi tubuh. Di samping zat gizi,
Kandungan serat pada setiap 100 gram bekatul sebesar 7-11 gram.
minuman berserat sudah banyak, tetapi nilai gizi yang lain seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan energi belum ada atau jumlahnya sangat sedikit. Pada
produk minuman semi padat seperti es krim, dalam 100 gramnya mengandung
protein 7,4 gram, karbohidat 37,6 gram, lemak 26,6 gram dan energi 416 kilo
kalori. Untuk menambah nilai gizi pada es krim khususnya serat, perlu
ditambahkan bahan lain yang kaya akan serat yaitu dengan menambahkan
itu kandungan serat makanan khususnya serat larut, minyak dan kandungan
dilaporkan. Bekatul dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan low density
Kadar asam lemak bebas (ALB) di dalam bekatul meningkat dengan cepat
dari 1-3% menjadi 33% setelah seminggu dan mencapai 46% setelah 3 minggu.
minyak dalam bekatul mencapai 5-10% per hari dan sekitar 70% dalam
sangat mudah dioksidasi. Ditunjang oleh kandungan bekatul yang relatif tinggi
tidak layak digunakan sebagai bahan pangan fungsional. Oleh karena itu usaha
Bekatul dapat diolah lebih lanjut menjadi tepung bekatul. Tepung bekatul
dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan roti,
cookies, dan breakfast sereal. Tepung bekatul juga dapat dijadikan minuman
bekatul sebagai pangan fungsional. Serat makanan (dietary fiber) sampai saat
ini adalah komponen yang paling banyak digunakan dalam pangan fungsional.
Serat dedak beras atau dedak gandum adalah contoh serat makanan yang
Substitusi tepung bekatul pada pembuatan roti dan biskuit serta kue jajanan
bekatul pada produk-produk sereal untuk sarapan pagi dalam bentuk flakes
(lembaran dengan ukuran kecil) dapat dijadikan produk alternatif yang dapat
dikombinasikan dengan salah satu bahan baku lokal seperti tepung ubi jalar var
Bekatul dapat diolah lebih lanjut menjadi tepung bekatul. Tepung bekatul
dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan roti,
cookies, dan breakfast sereal. Tepung bekatul juga dapat dijadikan minuman
bekatul sebagai pangan fungsional. Serat makanan (dietary fiber) sampai saat
ini adalah komponen yang paling banyak digunakan dalam pangan fungsional.
Serat dedak beras atau dedak gandum adalah contoh serat makanan yang
Substitusi tepung bekatul pada pembuatan roti dan biskuit serta kue jajanan
bekatul pada produk-produk sereal untuk sarapan pagi dalam bentuk flakes
(lembaran dengan ukuran kecil) dapat dijadikan produk alternatif yang dapat
dikombinasikan dengan salah satu bahan baku lokal seperti tepung ubi jalar var
11
b. Labu Siam
Labu siam atau sering juga disebut waluh siam memiliki karakteristik
bulat agak lonjong, kulit tipis namun daging buah tebal. Terdapat kandungan
Labu siam merupakan jenis sayuran yang juga mengandung serat. Labu
siam tergolong tanaman yang mudah ditanam, dan mudah hidup pada iklim
tropis dan subtropis. Belum banyak masyarakat yang mengkonsumsi labu siam
karena dianggap kurang bergizi. Dengan dijadikan produk makanan yang yang
Dalam 100 gram daging buah labu siam mengandung kalori sebanyak 26-
31 kkal; gula larut air 3,3%; protein 0,9-1,1%; lemak 0,1-0,3%; karbohidrat
3,5- 7,7%; serat 0,4-1%; hemiselulosa 7,55mg; selulosa 16,42 mg; lignin 0,23
mg; natrium 36 mg; kalium 3378,62 mg; magnesium 147 mg; kalsium 12-19
mg; fosfor 4-30 mg; seng 2,77 mg; mangan 0,38 mg; besi 0,2-0,6 mg; tembaga
0,25 mg; vitamin A 5 mg; thiamin 0,03 mg; riboflavin 0,04 mg; niasin 0,4-0,5
dan yang paling banyak adalah kandungan airnya (90%), sehingga sangat baik
12
untuk proses pencernaan tubuh dan dapat menurunkan kolesterol dalam darah
(Rona, 2011).
Serat nabati adalah kandungan gizi yang terdapat pada labu siam, yang
Selain kandungan serat dan manfaatnya, labu siam kaya mineral yang
bermanfaat bagi tubuh kita apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.
Mineral adalah salah satu gizi yang diperlukan oleh tubuh. Seperti kalium dan
jumlah yang cukup sangatlah memberikan manfaat yang besar bagi tubuh kita.
6,7%. Senyawa ini adalah komponen serat yang ada pada lapisan lamella
tengah dan dinding sel primer. Pektin juga dikatakan sebagai pangan fungsional
dengan nilai yang cukup tinggi karena berguna dalam pembentukan gel dan
bahan penstabil pada sari buah. Manfaat lain pektin sebagai bahan tekstur dan
menurunkan berat badan, mencegah bayi lahir cacat karena memiliki komponen
anak-anak dan juga sangat baik dikonsumsi oleh penderita asam urat dan
serba cepat dan serba praktis, pola makan pun ikut bergeser. Bubur instan
merupakan salah satu menu sarapan yang sedang popular di Asia. Bubur instan
merupakan makanan berbasis sereal dan dapat dikonsumsi baik dari usia balita
maupun sampai usia lanjut. Bubur sereal dapat dikombinasikan dengan buah agar
Bubur termasuk salah satu bentuk olahan pangan yang mudah dikonsumsi
masyarakat. Bubur memiliki tekstur yang lunak sehingga mudah dicerna. Bubur
tidak hanya terbuat dari beras saja namun dapat pula dibuat dari kacang hijau,
pembuatannya, bubur dibuat dengan memasak bahan penyusun dengan air seperti
bubur nasi, mencampurkan santan seperti bubur kacang hijau, ataupun dengan
Bubur instan merupakan bubur yang telah mengalami proses pengolahan lebih
bubur instan dapat dilkukan hanya dengan menambahkan air panas atau pun susu
Bubur instan memiliki komponen penyusun seperti halnya bubur. Bubur yang
telah jadi (masak) mengalami proses instanisasi. Instanisasi dilakukan dengan cara
drum dryer lalu dihancurkan hingga berbentuk tepung halus berukuran 60 mesh.
Bahan tepung yang diperoleh telah bersifat instan dan dikemas menjadi bubur
Tepung bubur sereal instan nampak kurang kental setelah ditambah air panas
beberapa saat sehingga mengurangi sifat sensorisnya. Oleh karena itu diperlukan
bahan tambahan yang dapat membantu memperbaiki tekstur bubur saat disajikan.
Maltodekstrin mempunyai daya serap yang tinggi dan juga sebagai bulking agent
1. Gula Stevia
Pemanis stevia yang berasal dari daun Stevia rebaudiana Bertoni merupakan
tumbuhan perdu asli dari Paraguay. Daun stevia mengandung pemanis alami
non kalori dan mampu menghasilkan rasa manis 70-400 kali dari manisnya gula
15
tebu. Pada tahun 1887 peneliti ilmiah Amerika Antonio Bertoni menemukan
kemudian dimasukkan dalam genus stevia pada tahun 1905. Diduga lebih dari
80 jenis spesies stevia tumbuh liar di Amerika Utara dan 200 spesies alami di
pemanis. Sejak tahun 1970, stevia digunakan di Jepang. Ekstrak stevia menjadi
dengan pasar di atas 50%. Stevia digunakan sebagai pemanis mulai dari saus
tanpa penambahan bahan kimia dan tanpa menimbulkan efek samping yang
serius, stevia cepat populer si seluruh dunia (Raini dan Isnawati, 2011).
Stevia juga tidak rusak pada suhu tinggi seperti sakarin atau aspartam.
dapat digunakan pada hampir semua resep makanan (Raini dan Isnawati, 2011).
senyawa stevioside aman dengan batas konsumsi harian yang ditetapkan adalah
Menurut Koswara (2002), umur simpan adalah waktu dimana mutu produk
tidak dapat diterima konsumen atau produk telah kehilangan fungsinya. Untuk
16
mengetahui umur simpan suatu produk dan laju perubahan nilai gizi atau mutu
pangan selama penyimpanan pada suhu tertentu, dapat digunakan model kinetika
reaksi yang ditentukan melalui persamaan regresi dari suatu hubungan antara mutu
satu informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pada label kemasan produk
pangan, terkait dengan keamanan produk pangan dan untuk memberikan jaminan
masa kadaluarsa pada label pangan diatur dalam Undang-undang Pangan no.
7/1996 serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan,
yang dibutuhkan oleh suatu produk sehingga produk tersebut tidak layak lagi
karena terkait dengan keamanan produk dan memberikan jaminan mutu pada saat
suatu produk pangan. Dengan mengetahui umur simpannya, akan dapat dirancang
system pengemasan dan penyimpanan yang sesuai (Syarief dan Halid, 1993).
pemasaran produk yang penting secara ekonomi dalam hal pendistribusian produk
digunakan. Bagi penjual dan distributor informasi umur simpan sanga penting
dalam hal penanganan stok barang dagangannya. Penentuan umur simpan produk
Penetapan umur simpan dan parameter sensori sangat penting pada tahap
penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Pada industri skala besar umur
menjadi dasar dalam menentukan titik kritis umur simpan. Titik kritis ditentukan
berdasarkan faktor utama yang sangat sensitif serta dapat menimbulkan terjadinya
(Herawati, 2008).
adalah perubahan kadar air dalam produk. Aktivitas air (a w) berkaitan erat dengan
pertumbuhan bakteri, jamur dan mikroba lainnya. Makin tinggi a w pada umumnya
makin banyak bakteri yang dapat tumbuh, sementara jamur tidak menyukai a w
produk pangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik
meliputi suhu penyimpanan, kelembapan relatif, serta jenis dan jumlah gas pada
metode yaitu Extended Storages Studies (ESS) dan Accelarated Storage Studies
(ASS). ESS sering disebut sebagai metode konvensional yaitu penentuan masa
kadaluarsa dengan menyimpan suatu produk pada kondisi normal. Penentuan umur
simpan produk dengan metode ASS atau sering disebut dengan ASLT dilakukan
proses penurunan mutu (usable quality) produk pangan (Utami dkk, 2014).
tinggi suhu, kerusakan makanan akan semakin cepat. Hubungan antara suhu
yang sensitive terhadap suhu dan model kadar air kritis digunakan pada produk
rusak oleh akibat reaksi kimia, seperti oksidasi lemak, reaksi Maillard,
denaturasi protein. Secara umum, laju reaksi kimia akan semakin cepat pada
suhu yang lebih tinggi yang berarti penurunan mutu produk semakin cepat
terjadi. Produk pangan yang dapat ditentukan umur simpannnya dengan model
instan, frozen meat, dan produk pangan lain yang mengandung lemak tinggi
dan protein (berpotensi terjadinya reaksi kecoklatan). Karena reaksi kimia pada
dengan metode Arrhenius bertujuan untuk menentukan konstanta laju reaksi (k)
untuk menghitung konstanta laju reaksi (k) pada suhu penyimpanan yang
In k = In k0 – Ea/RT .....…………………………...(1)
dimana :
20
Ea = energi aktivasi
karena semakin meningkatnya suhu maka reaksi kerusakan akan semakin cepat.
Suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu 250C, 350C dan 450C.
mempengaruhi kemunduran mutu produk, yaitu kadar air, total mikroba dan
kadar free fatty acid (FFA). Kadar FFA dipilih sebagai parameter untuk
menentukan masa kadaluarsa produk bubur bekatul instan. Nilai Kadar FFA
dengan dua pendekatan, yaitu: 1) pendekatan kadar air kritis dengan teori difusi
dengan menggunakan perubahan kadar air dan aktivitas air sebagai kriteria
Arrhenius, yaitu dengan teori kinetika yang pada umumnya menggunakan ordo
menghasilkan hasil yang paling tepat, namun memerlukan waktu yang lama
21
dan biaya yang besar. Kendala yang sering dihadapi oleh industri dalam
penentuan umur simpan suatu produk adalah masalah waktu, karena bagi
mudah, murah dan mendekati umur simpan yang sebenarnya. Menurut Syarief
dan Halid (1993), umur simpan dapat ditentukan dengan 2 cara yaitu secara
adalah Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) dan Accelerated Storage Studies
simpan produk pangan yang mudah rusak oleh akibat reaksi kimia, seperti
umum, laju reaksi kimia akan semakin cepat pada suhu yang lebih tinggi yang
Penentuan umur simpan produk dengan ESS, yang juga sering disebut
cara menyimpan satu seri produk pada kondisi normal sehari-hari sambil
mencapai tingkat mutu kedaluwarsa. Metode ini akurat dan tepat, namun pada
awal penemuan dan penggunaan metode ini dianggap memerlukan waktu yang
22
panjang dan analisis parameter mutu yang relatif banyak serta mahal (Herawati,
2008).
produk pangan yang telah siap edar atau produk yang masih dalam tahap
dengan cara menyimpan beberapa bungkusan produk yang memiliki berat serta
tanggal produksi yang sama pada beberapa desikator atau ruangan yang telah
terhadap parameter titik kritis dan atau kadar air (Herawati, 2008).
Metode Accelarated Shelf Life Test (ASLT) Metode Extended Storage Studies (ESS)
mutu kedaluwarsa.
2. Waktu pengujian relatif singkat, namun
ketepatan dan akurasinya tinggi. 2. Metode ini memerlukan waktu yang panjang
F. Kerangka Teori
Manajemen
Keamanan Pangan
Pengawasan Mutu
Kadar Air
Mutu
Laboratorium
Kadar Mikroba
Daya
Mutu Organoleptik Terima