Anda di halaman 1dari 34

REGULASI

PANGAN ORGANIK DAN


PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK

Direktorat Standardisasi Produk Pangan


Badan Pengawas Obat dan Makanan
Jakarta, Januari 2018

1
Regulasi Pangan
Pendahuluan
Olahan Organik
Regulasi
Pangan Produk
Penutup
Rekayasa
Genetik
2
1. Pendahuluan
Pangan yang diedarkan harus
memenuhi persyaratan:
 keamanan, mutu dan gizi;
 label pangan; dan
 iklan pangan.
1. Pendahuluan (lanjutan)

Dasar hukum:

1. UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan


2. PP No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan
3. PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan
4. Peraturan pelaksana seperti Peraturan Kepala
Badan POM, Peraturan Menteri Kesehatan,
Peraturan Menteri Perindustrian.
2. Regulasi Pangan Olahan Organik
2. Regulasi Pangan Olahan Organik (lanjutan)

Definisi
PANGAN OLAHAN ORGANIK adalah
makanan atau minuman yang berasal dari
pangan organik hasil proses dengan cara
atau metode tertentu, dengan atau tanpa
bahan tambahan yang diizinkan.
2. Regulasi Pangan Olahan Organik (lanjutan)

Definisi
Pangan Organik:
Pangan yang berasal dari suatu lahan pertanian organik
yang menerapkan praktek pengelolaan yang bertujuan
untuk memelihara ekosistem dalam mencapai
produktivitas yang berkelanjutan, melakukan
pengendalian gulma, hama, dan penyakit, melalui
beberapa cara seperti daur ulang sisa tumbuhan dan
ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan air,
pengolahan lahan, dan penanaman serta penggunaan
bahan hayati (pangan).
Permentan No.64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik

SNI 6729:2010 tentang Sistem Pangan Organik


2. Regulasi Pangan Olahan Organik (lanjutan)

Persyaratan
a. mengandung Pangan Organik paling sedikit 95% dari total
berat atau volume, tidak termasuk air dan garam.
b. Pangan non Organik yang digunakan paling banyak 5% dari
total berat atau volume, tidak termasuk air dan garam.
c. Jenis BTP dan/atau Bahan Penolong yang dapat digunakan
harus sesuai ketentuan pada lampiran.
d. Pangan Olahan Organik dan Bahan Pangan yang digunakan
dilarang:
 mendapat perlakuan iradiasi.
 berasal dari produk rekayasa genetik.
e. Mendapatkan sertifikat organik yang diterbitkan oleh
Lembaga Sertifikasi Organik. 8
2. Regulasi Pangan Olahan Organik (lanjutan)

Bahan Tambahan Pangan

Berdasarkan Perka BPOM No. 1 Tahun 2015 tentang Kategori Pangan


2. Regulasi Pangan Olahan Organik (lanjutan)
Bahan penolong
2. Regulasi Pangan Olahan Organik (lanjutan)

CONTOH PERHITUNGAN KANDUNGAN BAHAN PANGAN ORGANIK

Saus Tomat Organik (Kategori Pangan 12.6.2)

Jika : Tomat organik : 250 gram


Gula : 50 gram
BTP Penstabil (Kalium klorida) : 2 gram
Garam : 4 gram
Perhitungan persentase bahan organik:
250
x 100% = 82,78 % (Kurang dari 95%)
250 + 50 + 2
maka:

Produk saus tomat tersebut TIDAK DIIZINKAN mencantumkan


keterangan tentang organik.
2. Regulasi Pangan Olahan Organik (lanjutan)

Label dan Iklan

Tulisan “Organik” dicantumkan setelah nama jenis Pangan


3. Regulasi Pangan Produk
Rekayasa Genetik
Definisi
Rekayasa Genetik Pangan (PRG) adalah suatu proses
yang melibatkan pemindahan gen (pembawa sifat) dari
suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang berbeda atau
sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu
menghasilkan produk Pangan yang lebih unggul.

Pangan PRG adalah Pangan yang diproduksi atau yang


menggunakan bahan baku, bahan tambahan Pangan,
dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses rekayasa
genetik.
Pangan PRG

WAJIB
memeriksakan keamanan
pangan bagi kesehatan manusia sebelum
diedarkan

15
•No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
•No. 36 Tahun 2010 tentang Kesehatan
Undang-Undang •Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagene
Protocol on Biosafety to The Convention on Biological
Diversity
•No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
•Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
•Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Peraturan Pangan
Pemerintah •Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik

•Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan Hayati Produk


Peraturan Rekayasa Genetik (KKH PRG)
•Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden
Presiden Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Komisi Keamanan Hayati
Produk Rekayasa Genetik

•Keppres N0. 181/M Tahun 2014 Tentang Pengangkatan Dalam


Keputusan Keanggotaan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik.
Presiden •Keppres No 5/M Tahun 2016 Tentang Pemberhentian dan
Pengkajian Pangan Produk Rekayasa Genetik
Pengangkatan Dari dan Dalam Keanggotaan Komisi Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetik.
16
• Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor
HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman
Peraturan Ka Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa
BPOM Genetik. Serta perubahannya: Peraturan Kepala
Badan POM RI Nomor 19 Tahun 2016.
• Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor
HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang
Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa
Genetik.

Keputusan Ketua Komisi Keamanan Hayati


Produk Rekayasa Genetik Nomor : KEP-
Keputusan Ketua 01/KKH/07/2015 Tentang Penetapan Tim
KKH Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa
Genetik yang diubah melalui Keputusan
Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk
Pengkajian Pangan Produk Rekayasa Genetik Rekayasa Genetik (KKH PRG) No. KEP-
02/KKH/10/2015
Alur Pengkajian
Keamanan Pangan PRG

1 9 Keputusan
Izin
Peredaran
8

2 7

3 5

4 6

Total : 187 hari


KELEMBAGAAN

1.Komisi Keamanan Hayati (KKH)

2.Balai Kliring Keamanan Hayati (BKKH)

3.Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH)

Pengkajian Pangan Produk Rekayasa Genetik 19


1. Komisi Keamanan Hayati (KKH)
 lembaga non struktural yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden.

 KKH memberikan rekomendasi keamanan hayati kepada Menteri


Lingkungan Hidup, Menteri yang berwenang, dan Kepala LPNK
yang berwenang sebagai dasar pertimbangan untuk penerbitan
keputusan pelepasan dan/atau peredaran Produk Rekayasa
Genetik (PRG).

 KKH PRG beranggotakan 19 (sembilan belas) orang terdiri atas


unsur Pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.
2. Balai Kliring Keamanan Hayati (BKKH
 Bertugas dalam mengelola dan http://indonesiabch.or.id/
menyajikan informasi kepada publik.

 Tugas BKKH:
a. menyampaikan informasi mengenai
prosedur, penerimaan permohonan,
proses dan ringkasan hasil
pengkajian;
b. menerima masukan dari masyarakat
dan menyampaikan hasil kajian dari
masukan tersebut;
c. menyampaikan informasi mengenai
rumusan rekomendasi yang akan
disampaikan kepada Menteri,
Menteri yang berwenang atau Kepala
LPND yang berwenang; dan
d. menyampaikan informasi mengenai
Keputusan Menteri, Menteri yang
berwenang atau Kepala LPND yang
berwenang atas permohonan yang
telah dikaji kepada publik.
3. Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH)

 TTKH bertugas membantu KKH dalam melakukan


kajian teknis keamanan hayati.

 Keputusan Ketua KKH PRG Nomor: KEP-


02/KKH/10/2015 tentang Perubahan atas
Keputusan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik Nomor: KEP-01/KKH/07/2015
tentang Penetapan Tim Teknis Keamanan Hayati
Produk Rekayasa Genetik.
Pengkajian Keamanan Pangan PRG

1. Informasi Genetik

2. Informasi Keamanan Pangan


23
Pengkajian meliputi :

1. Informasi Genetik

a. Deskripsi Umum Pangan PRG


b. Deskripsi Inang dan Penggunaannya
sebagai Pangan
c. Deskripsi Organisme Donor
d. Deskripsi Modifikasi Genetik
e. Karakterisasi Modifikasi Genetik
Pengkajian meliputi :

2. Informasi Keamanan Pangan

a. Kesepadanan Substansial
b. Perubahan Nilai Gizi
c. Alergenisitas
d. Toksisitas
e. Pertimbangan Lain-Lain
Informasi Keamanan Pangan

a. Kesepadanan Substansial
 perbandingan komposisi pangan, sifat fenotipe dan metabolit serta
faktor pengolahan pangan dengan pangan yang diperoleh secara
konvensional.

b. Perubahan Nilai Gizi

 Pangan PRG yang secara sengaja ditingkatkan nilai gizinya, maka


harus dilakukan pengkajian nilai gizi pangan PRG tersebut.
 memerlukan uji tambahan seperti feeding study agar dapat menjamin
keamanan pangan PRG
26
Informasi Keamanan Pangan (lanjutan)

c. Alergenisitas
c1. Analisis Bioinformatika
Analisis kemiripan struktural protein PRG dengan protein yang
berpotensi menimbulkan alergi atau toksik (menggunakan program
BLASTP, FARRP dan FASTA).

c2. Analisis Konsentrasi Protein


menggunakan metode spt ELISA, SDS PAGE, WESTERN BLOT.

c3. Stabilitas Protein


• Uji daya cerna in vitro protein pangan PRG di dalam simulasi
cairan lambung (SGF) dan usus (SIF).
• Uji Stabilitas Panas.
27
Informasi Keamanan Pangan (lanjutan)

d. Toksisitas

Toksisitas akut terhadap protein baru


dan/atau toksisitas subkronik terhadap
pangan.

28
Pangan PRG yang telah memperoleh
sertifikat keamanan pangan PRG

23
PANGAN PRG

1. Jagung PRG event MON 89034 (Tahan terhadap serangga hama penggerek
jagung)
2. Jagung PRG event NK 603 (Toleran terhadap herbisida glifosat)
3. Kedelai PRG event GTS 40-3-2 (Toleran terhadap herbisida glifosat)
4. Kedelai PRG event MON 89788 (Toleran terhadap herbisida glifosat)
5. Jagung PRG event GA 21 (Toleran terhadap herbisida glifosat)
6. Jagung PRG event MIR 162 (Tahan terhadap berbagai spesies serangga hama)
7. Jagung PRG event Bt 11 (Tahan terhadap serangga hama penggerek dan toleran
terhadap herbisida glufosinat)
8. Jagung PRG event MIR 604 (Tahan terhadap serangga hama penggerek akar
jagung)
9. Jagung PRG event 3272 (Memodifikasi enzim amilase untuk menghasilkan etanol)
10. Tebu PRG Toleran Kekeringan event NXI-1T (Toleran terhadap kekeringan)
11. Tebu PRG Toleran Kekeringan event NXI-4T (Toleran terhadap kekeringan)
12. Tebu PRG Toleran Kekeringan event NXI-6T (Toleran terhadap29kekeringan)
Pangan PRG yang telah memperoleh
sertifikat keamanan pangan PRG

13. Ice Structuring Protein (Memberikan efek terhadap es krim sehingga lebih
stabil (tidak mudah leleh))
14. Kedelai PRG event MON 87701 (Tahan terhadap hama Lepidoptera tertentu
dan toleran terhadap herbisida glifosat)
15. Kedelai PRG event MON 87705 (Meningkatkan profil asam lemak)
16. Jagung PRG event TC 1507 (Tahan terhadap hama serangga Lepidoptera
tertentu dan memberikan sifat toleransi kepada herbisida glufosinat-
amonium)
17. Kedelai PRG event MON 87708 (Toleran terhadap herbisida dikamba (3,6-
dichloro-2-methoxybenzoic acid)
18. Kedelai PRG event MON 87769 (Mengandung asam stearidonic)
19. Jagung PRG event MON 87427 (Toleran terhadap herbisida glifosat)
20. Jagung PRG Event MON 87460
21. Kentang PRG Katahdin Event SP951 (ketahanan terhadap penyakit hawar
daun (Phytophthora infestans)
22. Kedelai PRG Event SYHT0H2 (toleransi terhadap herbisida )
23. Kedelai PRG Event 305423 (menghasilkan asam lemak tak jenuh oleat tinggi
dan toleransi terhadap herbisida )
30
Pelabelan
 tulisan “PANGAN REKAYASA GENETIK “.
 dicantumkan jika pangan mengandung paling sedikit 5
(lima) persen Pangan PRG, berdasarkan persentase
kandungan Asam Deoksiribonukleat (Deoxyribo Nucleic
Acid/DNA) PRG terhadap kandungan Asam
Deoksiribonukleat non PRG.
 Dalam hal pangan mengandung lebih dari 1 (satu) Pangan
PRG, persentase kandungan dilakukan terhadap masing-
masing Pangan PRG.
 Pangan yang telah mengalami proses pemurnian lebih
lanjut (highly refined process) sehingga tidak teridentifikasi
mengandung protein PRG seperti minyak, lemak, gula dan
pati, tidak wajib diberi keterangan tentang pangan rekayasa
genetik.
31
Contoh Pelabelan

A B
COOKIES
COOKIES Produk Rekayasa
Genetika

Komposisi : kedelai
Komposisi : kedelai
(Pangan PRG), gula
PRG 32
MATERI RANCANGAN PERKA
Label dan Iklan

Pangan olahan yang telah memenuhi


persyaratan Pangan Olahan Organik dan
menyatakan informasi Organik wajib (*)
mencantumkan tulisan “Organik” dan Logo
Organik Indonesia pada Label dan Iklan.

 Tulisan “Organik” dicantumkan setelah


nama jenis Pangan
 Pencantuman Logo Organik Indonesia
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan

(*) Sebelumnya: “dapat”


33
QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai