1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan adalah suatu rangkaian kegiatan dimulai dari perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka Menyediakan makanan dalam
jumlah dan mutu yang memenuhi syarat gizi, standar cita rasa, standar higien dan kebersihan.
I. Pengertian Sistem Penyelenggaraan Makanan
Sistem adalah kumpulan dari bagian atau subsistem yang saling berhubungan yang dipersatukan oleh
model untuk mendapatkan satu tujuan atau lebih. Penyelenggaraan makanan dilihat sebagai sistem
terbuka. Sistem terbuka adalah organisasi yang di dalamnya berupa interaksi dengan lingkungan
secara terus menerus. Sistem terbuka penyelenggaraan makanan adalah perubahan input menjadi
output. Input adalah sumber daya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dari sebuah sistem
seperti manusia, fasilitas, bahan dan operasional. Sementara Output termasuk makanan, kepuasan
pelanggan, kepuasan karyawan dan akuntabilitas keuangan. Perubahan input menjadi output
melibatkan proses. Proses ini termasuk subsistem (pembelian, produksi, distribusi, pelayanan dan
kebersihan dan pemeliharaan), fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, staffing,
kepemimpinan dan pengendalian) dan proses menghubungkan (pengambilan keputusan, hubungan
komunikasi dan keseimbangan)
II. Batasan Penyelenggaraan Makanan
Pengoperasian penyelenggaraan makanan adalah system terbuka yang mengubah input
menjadi output
Setiap keputusan yang dibuat akan berdampak pada pengoperasian penyelenggaraan
makanan dalam banyak hal
Output yang sama atau serupa dapat dicapai menggunakan input yang berbeda
Faktor-faktor lingkungan berdampak pada system penyelenggaraan makanan secara
mendalam
Manajemen strategis penting untuk keberhasilan pengoperasian penyelenggaraan makanan
Industri penyelenggaraan makanan bermacam-macam
III. Tujuan Penyelenggaraan Makanan
Menyediakan makanan dalam jumlah dan mutu yang memenuhi syarat gizi
Menyediakan makanan yang memenuhi cita rasa dan selera makan konsumen
Menyediakan makanan yang memenuhi standar higienen dan sanitasi makanan
Melaksanakan sistem pelayanan makanan yang layak tepat dan cepat
IV. Manfaat Penyelenggaraan Makanan
Dapat mengerti keterkaitan atau hubungan kerja yang terjadi di dalam pengoperasian
penyelenggaraan makanan
2
V. Klasifikasi Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi
Komersial
Penyelenggaraan makanan komersial didirikan untuk umum dan beroperasi untuk
mendapatkan keuntungan. Kegiatan utamanya adalah penjualan makanan. Contohnya antara lain,
restoran, hotel, kios makanan di tempat rekreasi, toko makanan.
Non-komersial
Institusi yang mengoperasikan penyelenggaraan makanan sendiri dengan tujuan utama
sebagai pelayanan dan bukan keuntungan. Contohnya antara lain, rumah sakit, sekolah, penitipan
anak (child care), dan panti jompo (senior care).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan gizi rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi untuk kebutuhan gizi pasien
rawat inap maupun jalan jalan. Hal tesebut dimaksudkan untuk keperluan metabolisme
tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme dalam rangka
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan kesehatan lainnya.
Instalasi gizi RSPAU dr. S. Hardjolukito adalah wadah yang mengelola pelayanan gizi
secaraa efektif dan efisien dengan kualitas yang optimal meliputi penyediaan,
pengelolaan,dan penyaluran makanan, terapi gizi, pendidikan dan pelatihan, pengkajian dan
pengembangan melalui perencanaan, penggerakan serta pengendalian tenaga dan sarana-
prasarana dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan. Maka, pokok-pokok organisasi dan
prosedur yang memuat tugas, tanggung jawab, dan kewenangan serta jalur komando dan
koordinasi sangat diperlukan demi terlaksananya pelayanan kesehatan yang optimal.
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Standar Porsi
Uraian
. Makan Pagi Makan Siang Makan Malam
Perhitungan nilai gizi yang terkandung dalam makanan pasien rawat inap tersebut
berdasarkan standar Ukuran Rumah Tangga (URT), yaitu :
6
Tabel 4. Perhitungan Nilai Gizi Makanan Pasien Rawat Inap RSPAU Hardjolukito
bersadarkan URT
Makanan Pokok
600 1050 240 0 24
(Nasi)
Buah 200 80 20 0 0
Snack / Bubur
50 160 16 6 12
kacang hijau
Daging ayam
66 gr 141,2 13,3 9,4 0,0
(paha)
Tempe
34 gr 80,6 3,7 5,1 6,0
bacem
Gula pasir
2,5 gr 9,8 0,0 0,0 2,3
(teh manis)
Berdasarkan perbandingan dengan AKG, pemenuhan zat gizi dari menu makan pasien
sehari tersebut mengalami peningkatan persentase pemenuhan dan untuk kadar protein
persen pemenuhan melebihi 100%. Nilai gizi makanan yang disajikan sangat penting dan
perlu disesuaikan dengan standar yang berlaku agar tetap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan konsumen/pasien. Selain itu, konsumen/pasien memiliki kemungkinan untuk tidak
menghabiskan makanan yang disajikan sehingga kebutuhan gizi tidak terpenuhi dengan
baik.
Agar pemenuhan kebutuhan gizi pasien dapat seimbang dibutuhkan pemorsian yang
lebih tepat dan penggunaan alat takar yang sudah disesuaikan dengan standar porsi yang
digunakan, agar jumlah zat gizi yang terkandung dalam menu yang disajikan dapat
memenuhi kebutuhan gizi pasien.
8
Prosedur merencanakan anggaran belanja makanan yang digunakan RSPAU
Hardjolukito
meliputi :
a. Membentuk tim penyusun menu yang terdiri dari ahli gizi dan juru masak
b. Menyesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah tenaga
c. Memperhatikan kebiasaan makan daerah setempat, musim, iklim, dan pasar
d. Menetapkan siklus menu dan standar porsi yang akan dipakai
e. Menyusun menu sesuai dengan pengelompokan makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayur, dan buah.
1. Pemesanan
Pemesanan ini berdasarkan pada menu yang telah direncanakan. Pemesanan bahan
makanan tersebut tergantung pada jumlah pasien di rumah sakit. Perhitungan dilakukan oleh
ahli gizi dengan memperhatikan ketersediaan cadangan bahan makanan dalam rangka
mengantisipasi adanya lonjakan pasien. Adapun pihak yang bertugas sebagai pelaksana
pemesanan bahan makanan tersebut adalah ahli gizi atau juru masak yang bertugas.
Form daftar pemesanan bahan makanan dibuat setiap hari. Form daftar pemesanan
bahan makanan berisi informasi mengenai, nama perusahaan pihak supplier, nomor order,
tanggal, waktu pengiriman, nama item bahan makanan, spesifikasi bahan makanan, dan
jumlah bahan makanan yang dipesan. Bahan makanan yang sudah dipesan akan diantarkan
oleh pihak rekanan. Apabila bahan makanan yang diantar tidak sesuai spesifikasi, maka
petugas penerimaan berhak meminta ganti atau penukaran hingga bahan makanan sesuai
spesifikasi.
Bahan makanan yang rutin dipesan setiap hari yaitu bahan makanan yang memiliki waktu
simpan singkat seperti daging-dagingan, sayuran, buah, tahu dan tempe.
2. Selalu memeriksa kembali jenis diet dan jumlah pasien sebelum pengolahan
dilakukan untuk melihat apakah jumlah bahan yang dipesan sesuai dengan
kebutuhan pada hari itu atau tidak.
2. Pembelian
1. Petugas gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari dengan
cara menghitung jumlah porsi dan kemudian mengkalikan dengan jumlah pasien yang
ada di RSPAU dr.S.Hardjolukito
2. Hasil perhitungan diserahkan ke bagian pembelian
3. Bagian pembelian membeli bahan makanan sesuai dengan permintaan untuk
diserahkan ke bagian pengolahan
13
D. Pengkajian Tata Letak Dapur dan Peralatan
Dapur RSPAU dr.S.Hardjolukito memilki luas 16,5 x 25 m2. Kegiatan utama dalam
dapur tersebut meliputi penerimaan, penyimpanan, persiapan, pengolahan/pemasakan, dan
penyajian bahan makanan serta pencucian peralatan masak dan alat makan. Pengolahan
makanan dilakukan di dapur utama di unit instalasi gizi dan kemudian didistribusikan secara
langsung ke pasien oleh pramusaji.
Desain dapur akan menentukan efektivitas kinerja pegawai karena suasana lapangan
yang mendukung. Desain layout dapur telah berusaha menyesuaikan alur kerja
berdasarkan standar.
Instalasi gizi RSPAU dr.S.Hardjolukito yang digunakan saat ini merupakan hasil
renovasi dari gedung instalasi gizi yang lama. Instalasi gizi saat ini masih dalam proses
penyelesaian. Peralatan-peralatan yang baru dibeli sedang dalam proses pemasangan. Ada
pula peralatan baru lainnya yang belum sempat diletakkan di ruangan yang seharusnya
terkait proses pemasangan alat lain yang memakan waktu cukup lama.
14
2. Ruangan dan Peralata
Berdasarkan hasil pengamatan, saat ini terdapat 25 ruang dan area di instalasi unit gizi
RSPAU Dr.S.Hardjolukito yang terdiri dari :
Berikut adalah daftar peralatan yang sudah ada maupun yang akan segera diadakan oleh
Unit Instalasi Gizi RSPAU Dr.S.Hardjolukito yang disesuaikan berdasarkan ruang atau area
yang ada di dapur Unit Instalasi Gizi RSPAU Dr.S.Hardjolukito :
Tabel 10. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruangan serta Kebutuhan Fasilitas
Instalasi Dapur Utama dan Gizi Klinik
Besaran
No Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruangan / Kebutuhan Fasilitas
Luas
15
APAR
16
dapur
17
talenan, pisau,
Pencucian manual :
ember plastik kapasitas
30 liter, WASKOM
PLASTIK, kapasitas 30
liter, perlengkapan
kebersihan (sapu, sikat,
lap, alat pel, vacuum
cleaner)
Bahan pencucian :
sabun cuci, karbol,
pencuci dinding
keramik, tempat
sampah tertutup (basah
dan kering),serok air
23 Ruang staff Ruang kerja ahli gizi ±10 m2 Meja, kursi, komputer,
. dan melakukan rak buku
kegiatan seperti
perencanaan,
analisis,
Tabel tersebut merupakan rincian fungsi setiap ruangan dan rincian jumlah peralatan
yang telah ada maupun yang dianggarkan dalam rencana pembelian alat oleh RSPAU
Dr.S.Hardjolukito.
1. Persiapan
Instalasi gizi RSPAU Harjolukito, memiliki lima ruang persiapan yang terdiri dari ruang
persiapan daging dan ikan, sayuran, snack dan buah, minuman atau beverages serta ruang
19
susu bayi. Akan tetapi, kelima ruangan ini masih belum digunakan sebagai ruang persiapan
dikarenakan peralatan pendukung dari ruang persiapan ini belum terpasang. Sehingga,
persiapan bahan makanan dilakukan di dapur utama bersamaan dengan proses pengolahan
bahan makanan. Bagian persiapan dan pengolahan terletak berdekatan agar mempercepat
proses pengolahan. Ruang persiapan digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan
untuk pembuatan menu pasien dan pekerja piket. Pada bagian persiapan terdapat dua meja
stainlesssteel. Satu meja terletak di dekat mesin pendingin sehingga memudahkan
pengambilan bahan makanan. Pada ujung meja ini terdapat kompor dengan dua tungku
yang digunakan untuk memasak bubur dan makanan pelengkap lainnya. Sedangkan satu
meja persiapan terletak di samping bak cuci, rak piring, dan kompor dua tungku sebanyak
dua buah sehingga mempermudah pada saat pencucian bahan makanan dan proses
pemasakan. Pada daerah pengolahan di dapur, terdapat sebuah kompor dengan empat
tungku. Akan tetapi, kompor ini belum terpasang sehingga belum dapat digunakan. Untuk
kedua kompor yang digunakan memasak, diletakkan dekat dengan jendela yang terbuka.
Untuk persiapan bahan makanan sebelum diolah, telah dipisahkan antara tempat persiapan
sayur-sayuran serta buah dengan dengan tempat persiapan lauk hewani dan
nabati.Sedangkan untuk cerobong asap, pemasangan cerobong baru dilaksanakan saat
pengamatan terhadap dapur dilaksanakan.
Peralatan yang tersedia di dapur untuk mendukung proses persiapan dan
pengolahan bahan makanan adalah meja stainlesssteel,troley makanan, piring, epek,
mangkok, gelas, sendok, tempat makan, nampan, kompor gas dua tungku, tabung gas,
wajan, panci, soblok, ketel, ceret, sotel, serok, cobek dan munthu, saringan air, saringan
kelapa, tatakan, cetakan nasi, tempat nasi, pisau, blender, termos, porong, com plastik,
jumbo, magicjar, pemanggang roti, tutup nasi, rak bumbu, rak piring, baskom, tempat cuci,
dan exhaustfan.
Instalasi gizi memiliki SOP untuk persiapan bahan makanan, antara lain: persiapan
bumbu dan persiapan sayuran.Prosedur persiapan sayuran yang terdapat dalam SOP
adalah 1) Menghilangkan akar dan batang sayuran yang tidak terpakai/dikupas/dibuang
bahan yang tidak terpakai; 2) Mencuci sayuran di air mengalir; 3) Meniriskan sayuran di
keranjang pencucian;4) Memotong sayuran yang perlu dilakukan pemotongan sesuai
pemotongan standar; 5) Menempatkan sayuran di keranjang yang bersih, siap untuk
dimasak. Kebijakan dari persiapan bumbu adalah 1) Persiapan bumbu dilakukan oleh juru
masak (bagian produksi dan distribusi) yang masuk jam 08.00 WIB; 2) Persiapan bumbu
yang dibuat adalah: bumbu setiap masakan untuk distribusi siang, bumbu setiap masakan
untuk distribusi sore, dan bumbu setiap masakan untuk distribusi pagi hari berikutnya; 3)
Persiapan bumbu dibuat di ruang persiapan; 4) Ada persiapan bumbu menggunakan
20
blender, palu besi, talenan, pisau, gilingan dan sendok; 5) Bumbu yang telah dibuat disimpan
dalam tempat bumbu khusus. Prosedur dari persiapan bumbu adalah 1) Mengambil bahan
bumbu yang telah disediakan oleh unit gudang bahan makanan; 2) Membaca menu yang
berlaku saat itu dan hari berikutnya; 3) Membaca standar bumbu yang sesuai dengan menu;
4) Membuat bumbu sesuai dengan standar bumbu; 5) Menyimpan bumbu yang telah dibuat
dalam tempat bumbu khusus yang telah disediakan dan diberi nama sesuai jenis masakan
lalu disimpan dalam kulkas; 6) Bila ada sisa bumbu dapat dipakai untuk bumbu masakan
yang sama pada menu berikutnya.
Prosedur persiapan dari bahan makanan meliputi proses pembersihan, pengupasan,
pemotongan, dan pencucian. Prosedur persiapan bahan makanan ini berbeda antara bahan
yang satu dengan yang lain. Pengamatan kami lakukanpada saat prosedur persiapan bahan
makanan tanggal 3 Juni 2014 ketika dilakukan persiapan bahan makanan basah yaitu
wortel. Wortel dipotong kedua ujungnya terlebih dahulu kemudian dikupas kulitnya
menggunakan pisau khusus untuk mengupas. Setelah itu, wortel dipotong menjadi dua dan
dipotong tipis. Wortel yang telah dipotong-potong kemudian dicuci pada bak cuci sebanyak
dua kali proses pencucian kemudian ditiriskan dan segera dilakukan proses pengolahan.
Tahap persiapan yang dilakukan pada wortel ini masih belum sesuai dengan SOP persiapan
sayuran yang terdapat di dapur dikarenakandalam SOP sayuran dicuci terlebih dahulu baru
dipotong kecil-kecil. Proses persiapan yang tidak sesuaiini dapat meningkatkan risiko
hilangnya vitamin larut air yang banyak terdapat pada sayur-sayuran.
Prasyarat persiapan bahan makanan menurut Depkes (2013), yaitu: tersedianya
bahan makanan yang akan dipersiapkan, tersedianya tempat dan peralatan persiapan,
tersedianya prosedur tetap persiapan, dan tersedianya standar porsi, standar resep, standar
bumbu, jadwal persiapan dan jadwal pemasakan.
2. Pengolahan
Untuk teknik pengolahan yang dilakukan di dapur instalasi gizi RSPAU Harjolukito
terdiri dari:
1. Boiling (Merebus dengan suhu 1000 C dengan volume cairan yang banyak
2. Deepfrying (Menggoreng dengan minyak panas sampai bahan terendam)
3. Steaming (Mengukus)
4. Simmering (Merebus dengan air mendidih yang suhunya diturunkan secara perlahan)
5. Braising (Merebus bahan makanan dengan cairan tidak terlalu banyak, namun biasanya
bahan makanan dimarinate atau direndam dalam bumbu sebelum disetup lebih lama)
21
SOP untuk pengolahan bahan makanan di instalasi gizi RSPAU Harjolukitoantara lain
kebijakan yang terkait dengan tugas instalasi gizi melaksanakan penyelenggaraan makanan
bagi pasien rawat inap dan petugas jaga serta prosedur pengolahan bahan makanan yang
terdiri dari: 1) Memasak nasi baik dalam bentuk nasi tim, bubur saring, sesuai dengan
standar resep; 2) Membuat lauk pauk sesuai dengan siklus menu dengan standar resep; 3)
Membuat sayur sesuai siklus menu dengan standar resep. Pada saat pengamatan menu
kami lakukan tanggal 5 Juni 2014 pada menu makan siang, menu yang dimasak tidak sesuai
dengan yang tertera pada siklus menu.
Pada instalasi gizi di RSPAU Harjolukito, telah terdapat standar porsi, standar
bumbu, standar mutu, dan standar porsi. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan kami
standar-standar ini penerapannya pada saat pengolahan masih tidak dilakukan. Sehingga,
pengolahan yang dilakukan masih kurang terlaksana dengan baik.
1. Penyajian Makanan
22
Proses penataan makanan dilakukan dengan alat seperti sendok atau penjepit untuk
menhindari kontak langsung dengan tubuh serta memastikan peralatan makan yang
digunakan sudah bersih dan kering. Pihak rumah sakit menggunakan plato untuk pasien
pada umumnya dan box karton untuk pasien dengan penyakit menular ataupun pasien baru.
Penggunaan box karton ini hanya untuk satu kali makan untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit (menular) tertentu. Selain itu peralatan makan seperti sendok
menggunakan sendok plastik sekali pakai untuk semua pasien. Untuk penyajian dengan
plato, makanan diletakkan dalam alat makan dan dilengkapi dengan peralatan makan
kemudian ditutup dengan plastik bening (wrapping). Selanjutnya, makanan tersebut disusun
rapi di dalam troli tertutup untuk didistribusikan kepada pasien.
BAB IV
23
A. Kesimpulan :
2. Ketenagaan di instalasi gizi RSPAU Hardjolukito terdiri dari ahli gizi administrasi,
logostik, diet, kegiatan non gizi dan keuangan. Dari hasil analisa bebena kerja,
jumlah dari tenaga kerja di instalasi gizi RSPAU Hardjolukito masih perlu dilakukan
penambahan guna menunjang produktifitas pekerja. Penerapan HACCP dan K3
sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan lagi
3. Pada pelaksanaannya, instalasi gizi RSPAU Dr S. Hardjolukito sudah melakukan
pencegahan-pencegahan terhadap resiko bahaya di tiap-tiap titik CCP, namun
beberapa titik masih perlu dilakukan evaluasi guna peningkatan dan pengembangan
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
24
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya
Manusia Kesehehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Workload Indicators of Staffing Need
(WISN) Toolkit. [Internet] diakses dari
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/sekretariat/wisn-toolkit pada 4 Juni 2014
Depkes, RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Depkes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan
DOKUMENTASI
25
26
27
28
29