PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR TAHUN 2021
Oleh:
Gina Fajria Islami 1811221009 Muthia Leonita Cania 1811221013
Nadya Puteri Erison 1811221014 Riska Yulistia 1811221019
Yunistia Chelsy 1811221021 Lensi Rispaneli 1811222005
Salma Nur Fitri 1811222009 Febriani Putri 1811222012
Aina Mardiah 1811222015 Nadiva Radika R 1811222016
Amelia Febrianti 1811222019
Pembimbing Lapangan:
Adreyani, S.Gz.
Menyetujui
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 1
DAFTAR TABEL 3
DAFTAR GAMBAR 4
DAFTAR LAMPIRAN 5
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3 Waktu dan Tempat 3
1.4 Manfaat 3
BAB II 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Penyelenggaraan Makanan Institusi 4
2.2 Alur Penyelenggaraan Makanan 9
2.3 Penerjemahan Kebutuhan Gizi menjadi Menu Makanan untuk Kelompok
Sasaran 27
2.4 Sumber Daya Manusia pada Penyelenggaraan Makanan Institusi 31
BAB III 54
HASIL DAN PEMBAHASAN 54
3.1 Profil RSUD Mohammad Natsir 54
3.2 Ketenagaan, Struktur Organisasi, Tugas Tenaga, dan Analisis Ketenagaan
di Instalasi Gizi RSUD M. Natsir 59
3.5 Standar Makanan RSUD M. Natsir 78
3.6 Kelaikan Fisik Higiene Sanitasi Jasa Boga RSUD M. Natsir 79
3.7 Hazard Analysis Critical Control Point HACCP 80
3.8 Penelitian Terapan 80
3.9 Modifikasi Resep 81
iii
3.10 Nutripreneurship 81
BAB IV 83
PENUTUP 83
4.1Kesimpulan 83
4.2 Saran 86
DAFTAR PUSTAKA 87
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu layanan kesehatan yang memiliki fungsi
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Rumah sakit berperan dalam
percepatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, sehingga dituntut
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menkes RI No. 920 Tahun 1986. Salah satu pelayanan yang ada di
rumah sakit yaitu, pelayanan gizi dan diselenggarakan oleh instalasi gizi. Kegiatan
pokok pelayanan gizi di rumah sakit meliputi asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi
rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan
(PGRS, 2013).
1
1.2. Tujuan
2
1.3 Waktu dan Tempat
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1) Kelompok institusi yang bersifat non atau semi komersial (service
oriented), seperti pelayanan kesehatan, sekolah, asrama, institusi sosial,
institusi khusus, dan darurat
2) Kelompok institusi yang bersifat komersial (profit oriented), seperti
transportasi, industri, dan komersial.
5
2.1.3 Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit
6
2.1.4 Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit
Menurut Kemenkes (2013), ada beberapa bentuk penyelenggaraan
makanan di rumah sakit, yaitu:
1. Sistem swakelola
Pada penyelenggaraan makanan di rumah sakit dengan sistem
swakelola, instalasi gizi bertanggungjawab terhadap pelaksanaan seluruh
kegiatan penyelenggaraan makanan dengan mengacu pada pedoman dan
standar prosedur pelayanan gizi rumah sakit. Dalam sistem swakelola ini,
seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana, metode, sarana dan
prasarana) disediakan oleh rumah sakit.
Keuntungan dari sistem swakelola adalah proses pengawasan
penyelenggaraan makanan dapat dilakukan secara langsung oleh sumber
daya manusia yang ada di instalasi gizi. Kekurangan dari sistem ini yaitu
memerlukan sumber daya manusia yang lebih banyak untuk dapat
melakukan seluruh proses kegiatan penyelenggaraan makanan serta
memerlukan sarana dan prasarana yang lebih besar.
2. Out-sourcing
Pada sistem penyelenggaraan makanan out-sourcing, penyediaan
makanan dilakukan dengan memanfaatkan perusahaan jasa boga atau
katering.
Ada dua kategori sistem out-sourcing yaitu semi out-sourcing dan
full outsourcing. Semi out-sourcing yaitu pengusaha jasa boga selaku
penyelenggara makanan menggunakan sarana dan prasarana milik rumah
sakit, sedangkan pada sistem full outsourcing makanan disediakan oleh
pengusaha jasa boga yang ditunjuk tanpa menggunakan sarana dan
prasarana atau tenaga dari rumah sakit.
3. Sistem kombinasi
Sistem kombinasi adalah bentuk sistem penyelenggaraan makanan
yang merupakan kombinasi dari sistem swakelola dan sistem
diborongkan sebagai upaya memaksimalkan sumber daya yang ada.
7
2.1.5 Fungsi Manajemen dalam Penyelenggaraan Makanan
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan serangkaian kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam
rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Fungsi perencanaan dalam
manajemen penyelenggaraan makanan meliputi:
1) Perencanaan sarana fisik, peralatan dan perlengkapan
2) Perencanaan menu
3) Perencanaan anggaran
b. Pengorganisasian
Kegiatan-kegiatan dalam pengorganisasian meliputi:
1) Identifikasi berbagai aktivitas dan tujuan dengan jelas. Dalam
hal ini, manajer atau pimpinan mengatur dan mengorganisir
berbagai aktivitas.
2) Menentukan garis kewenangan dan komunikasi
3) Membuat struktur organisasi
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
perencanaan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan semua sumber daya yang ada. Dalam pelaksanaan
penyelenggaraan makanan, diperlukan seorang pemimpin yang bertugas
untuk memberikan pengarahan agar kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
d. Pengawasan
Kegiatan pengawasan meliputi pengawasan terhadap cita rasa dan
penggunaan faktor produksi. Pengawasan merupakan tugas dan
tanggungjawab pengelola maupun oleh petugas di luar lingkungan
penyelenggaraan makanan.
Pengawasan dilakukan dengan tujuan :
● Mempertahankan cita rasa makanan
● Jaminan keamanan dari pencemaran mikroorganisme
8
● Pengawasan terhadap faktor produksi
● Menghindari pemborosan.
a. Pengertian
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan
penyusunan biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi
pasien dan karyawan yang dilayani.
b. Tujuan
Tersedianya rancangan anggaran belanja makanan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi
konsumen/pasien yang dilayani sesuai dengan standar yang ditetapkan.
9
7) Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil
keputusan (sesuai dengan struktur organisasi masing-masing)
untuk meminta perbaikan.
8) Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur
administratif yang berlaku.
10
agama, adat istiadat, budaya, wilayah, dan diet yang sedang
dijalani. Food habit merupakan kebiasaan dan respon
terhadap cara memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan
bahan makanan.
c) Karakteristik/keadaan bahan makanan
Karakteristik bahan makanan dapat dilihat dari
warna, tekstur, konsistensi, rasa, aroma, cara persiapan,
ukuran, bentuk potongan, sanitasi bahan makanan, suhu
hidangan, dan cara penyajian.
2) Faktor manajemen
a) Tujuan institusi
Menu yang dibuat disesuaikan dengan tujuan
institusi, yaitu komersial/nonkomersial. Tujuan ini
mempengaruhi porsi dan macam menu yang ditawarkan.
b) Dana/anggaran
Secara umum, faktor utama yang perlu diperhatikan
dalam menentukan anggaran adalah kesesuaian kecukupan
gizi, hidangan, variasi menu dengan memanfaatkan
anggaran yang ada.
c) Ketersediaan bahan makanan di pasar
Menu makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
makanan di pasar. Makanan yang banyak dijumpai di waktu
tertentu dapat disubstitusikan ke dalam menu yang sering
berulang.
d) Fasilitas fisik dan peralatan
Pemilihan menu dapat dipengaruhi oleh bentuk
pengolahan dan ketersediaan alat pengolah. Menu
hendaknya disesuaikan dengan macam dan jumlah alat
yang ada.
11
e) Keterampilan tenaga
Macam hidangan dan jumlah bentuk yang
direncanakan dipengaruhi oleh keterampilan, macam,
waktu, dan jumlah tenaga yang bekerja.
f) Tipe produksi dan sistem pelayanan
Cara produksi dan tipe produksi yang tepat pada
tipe sistem penyelenggaraan makanan tertentu berdampak
pada menu yang direncanakan.
12
d. Langkah-langkah Perencanaan Menu.
Adapun langkah-langkah perencanaan menu sebagai berikut:
1. Membentuk tim kerja
Pada fasilitas pelayanan kesehatan tim kerja yang dibentuk
terdiri dari dietisien, kepala juru masak (chef cook) dan pengawas
makanan.
2. Menetapkan macam menu
Dengan tersedianya ruang perawatan dengan tarif kelas VIP
selain digunakan menu standar juga digunakan menu pilihan dan
kombinasi keduanya.
3. Menetapkan lama siklus menu
Menetapkan lama siklus menu diperlukan untuk
merencanakan susunan menu makanan yang akan disajikan. Siklus
dapat dibuat untuk menu 5 hari 7 hari, 10 hari atau 15 hari. Siklus
menu yang baik adalah yang sulit dihapal oleh konsumen dan
pengulangan item menu/macam hidangan lebih lama, misalnya
siklus menu 10 hari.
4. Menetapkan periode siklus menu
Pada institusi yang telah lama dibentuk, dan pihak
manajemen telah melakukan perbaikan-perbaikan, dapat
diberlakukan lebih lama, misalnya 6 bulan atau 1 tahun.
5. Menetapkan pola menu
Pola menu yang dimaksud adalah golongan dan frekuensi
macam hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan
selama satu putaran menu. Tujuan dibuat pola menu agar dalam
siklus menu dapat dipastikan menggunakan bahan makanan
sumber zat gizi yang dibutuhkan konsumen.
6. Menetapkan jenis, frekuensi dan standar porsi
Tujuan menetapkan jenis dan standar porsi adalah agar
tersusun variasi makanan yang akan digunakan dengan mengacu
13
kepada dana yang dialokasikan. Frekuensi mencakup berapa kali
bahan makanan tersebut digunakan dalam satu siklus menu.
7. Besar porsi
Banyaknya golongan bahan makanan yang direncanakan
setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar
berdasarkan standar makanan yang berlaku di institusi.
8. Menetapkan pedoman menu berdasarkan standar porsi
Standar porsi adalah berat berbagai macam bahan makanan
untuk suatu hidangan yang dicantumkan dalam berat bersih
mentah, sedangkan pedoman menu adalah standar porsi yang
dicantumkan dalam berat kotor.
9. Membuat master
Dengan adanya master menu, pengawasan penggunaan
bahan makanan harian dan pengawasan harga makanan.mudah
dilakukan. Jika suatu saat terjadi perubahan dana, maka modifikasi
biasanya dilakukan pada master menu.
10. Merancang menu dalam siklus yang ditetapkan
Mengkombinasikan berbagai macam hidangan menjadi
susunan yang harmonis dan rasa yang dapat diterima. Format menu
memuat antara lain jumlah hari dalam siklus, waktu makan, macam
sasaran, dan susunan hidangan untuk setiap kali makan.
Kaidah penyusunan menu berikut ini :
a. Balance
b. Bervariasi
c. Mengumpulkan macam hidangan untuk makan pagi, siang,
dan malam pada suatu putaran menu termasuk jenis
makanan selingan.
11. Melakukan penilaian menu dan merevisi menu
Menu dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :
14
a. Hidangan sesuai dengan pola menu yang ditetapkan,
memenuhi nilai gizi yang ditetapkan.
b. Warna dan kombinasi makanan menarik.
c. Konsistensi dan tekstur bervariasi (misalnya makanan yang
disajikan ada yang bertekstur lembut, renyah, konsistensi
cair, padat).
d. Kombinasi rasa makanan antara makanan yang satu dengan
yang lainnya cocok dan bervariasi, tidak ada rasa yang
sama, muncul dalam satu set menu.
e. Ukuran dan bentuk makanan bervariasi, hindari bentuk
makanan yang sama.
f. Suhu makanan, perlu adanya pertimbangan makanan panas
dan makanan dingin disesuaikan dengan kondisi cuaca dan
iklim.
g. Metode persiapan bervariasi, ada makanan yang diolah
dengan teknik pemasakan digoreng, dipanggang, direbus,
ditumis dan sebagainya.
h. Popularitas, makanan yang populer dan tidak populer
disajikan bersamaan dan bervariasi dalam satu menu.
i. Pengulangan jenis makanan yang sama tiap waktu makan
dihindari, sebaiknya bervariasi jenis dan cara
pengolahannya.
j. Ketersediaan bahan makanan dan harga makanan, bahan
makanan yang digunakan yang mudah didapat, harga bahan
makanan yang murah dan mahal disajikan bervariasi.
k. Menu yang dibuat harus memperhatikan kesukaan
pelanggan, budaya dan etnis.
l. Fasilitas dan peralatan yang tersedia sesuai dengan menu
yang disajikan dan jumlahnya memadai.
15
m. Petugas pemasak dan penyaji makanan cukup dan waktu
yang tersedia mem dai untuk memproduksi dan menyajikan
menu.
n. Form menu menunjukkan deskripsi menu yang spesifik,
menarik dan tepat.
12. Melakukan pretest (tes awal) atau try out (uji coba) menu
Jika menu telah disetujui oleh pihak manajer, maka perlu
dilakukan pengembangan menu, sebagai uji coba. Uji coba yang
dilakukan adalah memproduksi menu sesuai dengan jumlah yang
diinginkan.
16
c) Tetapkan kurun waktu kebutuhan bahan makanan (1 bulan,
3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun)
d) Hitung berapa siklus dalam 1 periode yang telah ditetapkan
dengan menggunakan kalender. Contoh : bila menu yang
digunakan adalah 10 hari, maka dalam 1 bulan (30 hari)
berlaku 3 siklus. Bila 1 bulan adalah 31 hari, maka berlaku
3 kali siklus ditambah 1 menu untuk tanggal 31.
e) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk
kurun waktu yang ditetapkan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau
1 tahun)
f) Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yang
telah dilengkapi dengan spesifikasinya.
17
c) Tingkat kualitas
d) Umur bahan makanan
e) Warna bahan makanan
f) Identifikasi pabrik
g) Masa pakai bahan makanan / masa kadaluarsa
h) Data isi produk bila dalam suatu kemasan
i) Satuan bahan makanan yang dimaksud\Keterangan khusus
lain bila diperlukan
Contoh : Spesifikasi ikan tongkol adalah tanpa tulang atau fillet,
berat ½ kg / potong, daging tidak berlendir, kenyal, bau segar tidak
amis, dan tidak beku
3) Spesifikasi Pabrik
Diaplikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan
oleh suatu pabrik dan telah diketahui oleh pembeli. Misalnya
spesifikasi untuk makanan kaleng.
b) Survey Pasar
Survey pasar adalah kegiatan untuk mencari informasi mengenai
harga bahan makanan yang ada di pasaran, sesuai dengan spesifikasi yang
dibutuhkan sebagai dasar perencanaan anggaran bahan makanan. Dari
survey tersebut akan diperoleh perkiraan harga bahan makanan yang
meliputi harga terendah, harga tertinggi, harga tertimbang dan harga
perkiraan maksimal.
18
Tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai menu, waktu
pemesanan, standar porsi bahan makanan dan spesifikasi yang ditetapkan
c) Prasyarat :
1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang prosedur pengadaan bahan
makanan
2) Tersedianya dana untuk bahan makanan
3) Adanya spesifikasi bahan makanan
4) Adanya menu dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan selama
periode tertentu (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun)
5) Adanya pesanan bahan makanan untuk 1 periode menu
d) Langkah pemesanan bahan makanan
1) Menentukan frekuensi pemesanan bahan makanan segar dan kering
2) Rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan cara mengalikan
standar porsi dengan jumlah konsumen/pasien kali kurun waktu
pemesanan.
19
a. Firm At the Opening of Price (FAOP), pembeli memesan
bahan makanan pada saat dibutuhkan, harga disesuaikan
pada saat transaksi berlangsung.
b. Subject Approval of Price (SAOP), pembeli memesan
bahan makanan pada saat dibutuhkan, harga sesuai dengan
yang ditetapkan terdahulu.
5) Pembelian melalui pelelangan (The Formal Competitive)
a) Pengertian
Suatu kegiatan yang meliputi memeriksa, meliputi, mencatat,
memutuskan dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan
sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu
penerimaannya.
b) Tujuan
Diterimanya bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan, waktu
pesan dan spesifikasi yang ditetapkan.
c) Prasyarat :
a. Tersedianya daftar pesanan bahan makanan berupa macam dan
jumlah bahan makanan yang akan diterima pada waktu tertentu.
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.
d) Langkah penerimaan Bahan Makanan
a. Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan
spesifikasi bahan makanan yang dipesan.
b. Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan
jenis barang atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan.
20
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,
menyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan
kering dan segar di gudang bahan makanan kering dan dingin/beku.
b) Tujuan
Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah
dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
c) Prasyarat
1. Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan
makanan segar.
2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
peraturan.
3. Tersedianya kartu stok bahan makanan/buku catatan keluar
masuknya bahan makanan.
d) Langkah penyimpanan bahan makanan
1) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, segera
dibawa ke ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin.
2) Apabila bahan makanan langsung digunakan, setelah ditimbang
dan diperiksa oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat
dibawa ke ruang persiapan bahan makanan.
21
2) Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuknya bahan
makanan.
22
penampilan makanan, serta bebas dari organisme dan zat yang berbahaya
bagi tubuh agar aman dikonsumsi.
c) Prasyarat
Dalam kegiatan pengolahan bahan makanan, terdapat beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Tersedianya siklus menu.
b. Tersedianya peraturan penggunaan bahan tambahan pangan.
c. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
d. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan.
e. Tersedianya aturan penilaian
f. Tersedianya prosedur tetap pengolahan
3. Distribusi Makanan
a) Pengertian
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi
konsumen/pasien yang dilayani.
b) Tujuan
Konsumen/pasien mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan
yang berlaku
c) Prasyarat
a. Tersedianya peraturan pemberian makanan rumah sakit
b. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah saki
c. Adanya peraturan pengambilan makanan
d. Adanya daftar permintaan makanan konsumen/pasien
e. Tersedianya peralatan untuk distribusi makanan dan peralatan
maka
f. Adanya jadwal pendistribusian makanan yang ditetapkan
23
d) Macam Distribusi Makanan
Sistem distribusi yang digunakan sangat mempengaruhi makanan
yang disajikan tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan
perlengkapan yang ada.
Terdapat 3 (tiga) sistem distribusi makanan di rumah sakit, yaitu
sistem yang dipusatkan (sentralisasi), sistem yang tidak dipusatkan
(desentralisasi), dan kombinasi antara sentralisasi dengan desentralisasi.
a. Distribusi makanan yang dipusatkan
Umumnya disebut dengan cara distribusi “sentralisasi”,
yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat makan di ruang
produksi makanan.
b. Distribusi makanan yang dipusatkan
Cara ini umumnya disebut dengan sistem distribusi
“desentralisasi”. Makanan pasien dibawa ke ruang perawatan
pasien dalam jumlah banyak/besar, kemudian dipersiapkan ulang,
dan disajikan dalam alat makan pasien sesuai dengan dietnya.
c. Distribusi makanan kombinasi
Distribusi makanan kombinasi dilakukan dengan cara
sebagian makanan ditempatkan langsung ke dalam alat makanan
pasien sejak dari tempat produksi, dan sebagian lagi dimasukkan
ke dalam wadah besar yang distribusinya dilaksanakan setelah
sampai di ruang perawatan.
Masing-masing cara distribusi tersebut mempunyai
keuntungan dan kelemahan sebagai berikut:
24
2. Pengawasan dapat yang lebih banyak
dilakukan dengan mudah (tempat harus luas,
dan teliti. kereta pemanas
3. Makanan dapat mempunyai rak)
disampaikan langsung ke 2. Adanya tambahan
pasien dengan sedikit biaya untuk peralatan,
kemungkinan kesalahan perlengkapan serta
pemberian makanan. pemeliharaan.
4. Ruangan pasien terhindar 3. Makanan sampai ke
dari bau masakan dan pasien sudah agak
kebisingan pada waktu dingin.
pembagian makanan. 4. Makanan mungkin
5. Pekerjaan dapat sudah tercampur serta
dilakukan lebih cepat kurang menarik, akibat
perjalanan dari ruang
produksi ke pantry di
ruang perawatan.
25
2.2.9 Pencatatan dan Pelaporan
a) Monitoring
Manfaat monitoring:
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak tertiban.
b. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan ketidak tertiban.
c. Mencari cara yang lebih baik atau membina untuk mencapai tujuan
dan melaksanakan tugas organisasi.
b) Evaluasi
26
1. Menyusun standar, baik standar biaya, standar performance mutu,
standar kualitas keamanan produk, dll.
2. Penilaian kesesuaian, yaitu membandingkan dari produk yang
dihasilkan atau pelayanan yang ditawarkan terhadap standar
tersebut.
3. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan.
4. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu membangun upaya upaya
yang berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.
27
2. Tipe-Tipe Konsumen
Konsumen pelayanan makanan mewakili berbagai segmen penduduk,
maka kebutuhan mereka dapat dipertimbangkan dari dua aspek:
1. Tipe konsumen yang memakai pelayanan makanan.
2. Tipe pelayanan makanan yang melayani konsumen secara spesifik.
Pasien merupakan jenis konsumen yang paling sulit merasa puas dalam
pelayanan makanan terutama karena memiliki masalah fisiologis dan psikologis.
Masalah kesehatan yang diderita juga berakibat pada nafsu makan mereka
sehingga mereka memilih-milih makanan. Untuk jenis konsumen ini, makanan
lebih bersifat pengobatan daripada untuk pencegahan penyakit.
28
Tujuan dari penetapan Kecukupan rata-rata konsumen adalah:
1. Mengendalikan status gizi konsumen.
2. Memberikan pelayanan yang layak bagi konsumen yaitu tepat
mutu.
3. Sarana untuk mencapai salah satu tujuan penyelenggaraan
makanan institusi yaitu tepat nilai gizi.
4. Menyesuaikan dengan sumber daya yang tersedia (dana).
5. Memberikan input dalam perencanaan standar makanan.
6. Profesionalisme dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi.
29
4. Terjemahkan kecukupan/kebutuhan gizi sehari ke dalam kebutuhan bahan
makanan sehari dalam berat bersih.
5. Dari daftar bahan makanan sehari perkirakan harga atau konversikan ke
harga, kemudian hitung harga bahan makanan berdasarkan berat kotor.
6. Analisis nilai energi dan zat gizi makro, harus selaras dengan kecukupan
rata-rata yang telah dihitung.
7. Jika semua telah sesuai maka sudah dapat ditetapkan menjadi standar
makanan dan perlu mendapat legalisasi dari pimpinan/manajer
penyelenggaraan makanan.
2.3.3 Rancangan Menu untuk Kelompok Sasaran
1) Standar porsi
2) Standar resep
30
3) Standar bumbu
4) Standar kualitas
31
2.4.2 Pengelompokan Ketenagaan dalam Penyelenggaraan Makanan
Institusi
Tenaga kerja dalam penyelenggaraan makanan umumnya dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Kelompok Tenaga Pengelola
Kelompok tenaga pengelola bertanggungjawab dalam
penyusunan menu, standardisasi kualitas dan cita rasa makanan
yang dihasilkan, serta efisiensi penggunaan dan daya yang tersedia,
sehingga biaya penyelenggaraan makanan dapat ditekan serendah
mungkin tanpa mengurangi mutu dan cita rasa makanan.
2. Kelompok Tenaga Pelaksana
Kelompok tenaga pelaksana dalam penyelenggaraan
makanan bertanggungjawab dalam pelaksanaan produksi dan
distribusi makanan kepada konsumen, sehingga dalam kelompok
ini adalah mereka yang mempunyai keahlian dalam kegiatan
masak-memasak, baik melalui pendidikan formal maupun melalui
pengalaman yang cukup.
3. Kelompok Tenaga Pembantu Pelaksana
Kelompok tenaga pembantu pelaksana penyelenggaraan
makanan terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan makanan, tetapi
tidak mempunyai tanggungjawab khusus. Umumnya mereka hanya
membantu tenaga pelaksana untuk menyelesaikan tugasnya, seperti
membersihkan bahan makanan, memotong, mengiris, atau
membantu pekerjaan memasak lainnya, termasuk membersihkan
peralatan.
32
tenaga yang dibutuhkan dalam suatu penyelenggaraan makanan terdiri dari
tenaga ahli, tenaga terampil, dan tenaga penunjang. Jumlah tenaga dalam
penyelenggaraan makanan institusi tergantung dari jenis institusi dan
jumlah konsumen yang dilayani.
Kebutuhan tenaga pada penyelenggaraan makanan rumah sakit
ditetapkan berdasarkan jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit
(Direktorat Pelayanan RS Depkes RI, 1997).
a) S3 = 1 : 500 TT (untuk RS kelas A)
b) S2 = 1: 400 TT (untuk RS Kelas A dan B)
c) S1/D4 Gizi =1 : 200 TT ( 1 orang per 200 tempat tidur, untuk RS
Kelas A,B,C). RS Kelas D Tidak diperlukan S1/ D4 Gizi
d) D3 Gizi = 1 : 70 – 100 TT (Untuk RS Kelas A,B,C dan D)
33
kondisi fisik bahan makanan yang bermutu sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
Tenaga gizi dalam pelayanan gizi rumah sakit adalah profesi gizi yang
terdiri dari Registered Dietisien (RD) dan Technikal Registered Dietisien (TRD).
Registered Dietisien bertanggungjawab terhadap pelayanan asuhan gizi dan
pelayanan makanan dan dietetik, sementara TRD bertanggungjawab membantu
RD dalam melakukan asuhan gizi dan pelayanan makanan serta dietetik serta
melaksanakan kewenangan sesuai dengan kompetensi.
34
d. RD Expert adalah RD advanced, berpendidikan magister atau
pendidikan Doktor (S3) gizi, yang memiliki pengalaman praktek
dietetik selama 5 tahun atau lebih, sebagai peneliti, penulis dan
konsultan bidang gizi dan dietetik.
35
internship. Jika tidak terdapat tenaga Registered Dietisien (RD),
maka tenaga Nutrisionis Teregistrasi (NR) atau Teknikal Registered
Dietesien (TRD) dapat melakukan Pelayanan Gizi secara mandiri
atau berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain yang ada di fasilitas
pelayanan kesehatan tempat Tenaga Gizi yang bersangkutan bekerja
sesuai dengan standar profesi dan kemampuan yang dimilikinya.
1. Ahli gizi
Seorang ahli gizi (sarjana atau sarjana muda gizi) harus mampu
menerapkan pengetahuan gizi dalam mengelola makanan sekelompok
orang. Umumnya, tugas dan tanggungjawab seorang ahli gizi dalam
penyelenggaraan makanan masal, yaitu:
a. Merencanakan, mengembangkan, membina, mengawasi, dan
menilai penyelenggaraan makanan berdasarkan prinsip gizi dalam
usaha menunjang pelayanan Rumah Sakit terhadap pasien.
b. Mencapai standar kualitas penyelenggaraan makanan yang tinggi
menggunakan tenaga dan bahan makanan secara efektif dan
efisien.
c. Merencanakan menu makanan biasa dan makanan khusus sesuai
dengan pola menu yang ditetapkan.
d. Membuat standardisasi pelaporan untuk pengawasan dan
perencanaan instalasi gizi.
36
e. Membantu melaksanakan pelaporan untuk pengawasan dan
perencanaan instalasi gizi.
f. Membantu melaksanakan pelaporan manajemen keuangan.
g. Menjaga dan mengawasi sanitasi penyelenggaraan makanan dan
keselamatan kerja pegawai.
h. Merencanakan , mengembangkan, membina, menilaikan kegiatan
pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan dan rujukan gizi,
kegiatan penelitian pengembangan gizi terapan.
i. Mengatur pembagian tugas sesuai dengan spesifikasi tugas
seseorang.
j. Menelaah seluruh kegiatan instalasi gizi termasuk perencanaan dan
koordinasi pelayanan gizi.
k. Memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dan evaluasi
terhadap calon sarjana muda gizi, tenaga menengah gizi, pegawai
kesehatan atau pegawai lain yang mengikuti latihan kursus di
instalasi gizi.
37
e. Mempersiapkan jadwal waktu dan kerja bagi seluruh pegawai
dapur.
f. Mengawasi pelaksanaan dan memelihara sanitasi dan kebersihan
seluruh instalasi gizi dan pegawai dapur.
g. Mengawasi pelaksanaan dan memelihara sanitasi dan kebersihan
seluruh instalasi gizi dan pegawainya.
h. Membantu dalam melaksanakan usaha-usaha keselamatan kerja
sesuai dengan yang ditetapkan.
Pada instalasi yang memiliki kapasitas tempat tidur lebih kecil dari
50 tempat tidur, maka tugas dan tanggungjawab tenaga pembantu ahli gizi
adalah memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi instalasi gizi. Tetapi pada
Rumah Sakit yang berkapasitas lebih dari 50 tempat tidur, dan ada tenaga
sarjana/sarjana muda gizi, maka tugas pembantu ahli gizi sudah lebih
khusus. Ia dapat bertugas pada bagian khusus seperti memimpin produksi
makanan, memimpin bagian penyuluhan dan konsultasi gizi ataupun
ruangan penyimpanan, dapur, diet, persiapan bahan makanan dan
sebagainya.
3. Pengolah
Pengelompokan tenaga pemasak hingga saat ini didasarkan atas
keterampilan yang dimiliki dalam melakukan kegiatan memasak. Tugas
dan tanggungjawab pemasak makanan adalah:
a. Merencanakan cara kerja, memasak, waktu agar sesuai dengan
menu dan jadwal pembagian makanan yang ditentukan.
b. Mengkonsultasikan cara pemasakan bahan makanan sebelum
memulai memasak dengan kepala pemasak ataupun pembantu ahli
gizi.
c. Membantu dalam mengawasi, melatih pemasak baru.
d. Mempersiapkan contoh makanan yang dimasak.
e. Membersihkan peralatan, melaporkan kegiatan yang telah
dilakukan kepada kepala pemasak.
38
f. Melakukan penilaian terhadap resep baru serta melaporkannya
kepada kepala pemasak.
g. Mengembangkan buku resep.
39
dilengkapi timbangan serta peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk
menyimpan bahan yang telah memenuhi spesifikasi.
Area pencucian alat berbeda dengan pencucian bahan. Pada area ini
terdapat rak sebagai tenpat mengeringkan alat yang telah dicuci.
Peralatan yang telah dicuci disimpan du ruangan khusus.
40
Sampah yang telah terkumpul perlu dipindahkan segera ke tempat
khusus pembuangan sampah. Tempat ini harus cukup menampung sisa
penyelenggaraan makanan.
Ruangan ini terletak terpisah dengan lokasi kerja namun berjarak tidak
terlalu jauh. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat berganti pakaian,
kamar mandi, tempat istirahat, ruang makan, dan kamar kecil.
h. Ruang pengawas
41
Dapur di institusi penyelenggaraan makanan memegang peranan yang penting,
oleh sebab itu perlu perencanaan yang matang mengenai konstruksi sarana fisik,
peralatan dan perlengkapan dapur sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja.
Berdasarkan fungsi dapur di atas, tipe dapur dapat dikelompokkan menjadi empat,
yaitu :
1) Conventional Kitchen
42
cold/dry storage, bagian persiapan hanya memerlukan peralatan seperti :
microwave, convenience oven, kecuali makanan yang harus dibuat sendiri seperti
fresh salad.
Prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam mendesain dapur adalah menentukan
perletakan tempat memasak, tempat mencuci dan tempat menyimpan, yang lebih
dikenal dengan “prinsip segitiga”. Prinsip ini menekankan agar antara ketiga
fungsi (memasak – mencuci – menyimpan) tidak saling menghalangi namun
jaraknya tidak terlalu jauh. Terdapat beberapa tata letak (lay out) pada area
pemasakan/cooking area sebagai berikut :
Dapur dengan tipe ini adalah bentuk dapur yang paling sederhana, hanya
berupa susunan kabinet memanjang yang menampung seluruh fungsi dapur pada
satu garis lurus.
43
Gambar 1 : Tipe dapur garis lurus
Sumber : https://pabrikkitchenset.wordpress.com/2011/03/09/tipe-layout-dapur/
Pada tipe ini dapur diletakkan pada dua sisi dinding yang berhadapan, hal ini
berfungsi sebagai ruang sirkulasi dari keduanya. Untuk zona masak dan air
bersih pada satu sisi, sementara sisi lainnya dapat digunakan untuk area
penyimpanan atau zona memasak pada satu sisi, sedangkan sisi yang lainnya
dapat digunakan untuk area air bersih dan penyimpanan. Model ini dibuat untuk
memudahkan pemisahan antara dapur bersih dan dapur kotor.
Sumber : https://pabrikkitchenset.wordpress.com/2011/03/09/tipe-layout-dapur/
44
3. Tipe L (L Shape)
Model ini bisa diterapkan pada ruang yang terbatas. Jalur sirkulasi pada dapur L
relatif lebih nyaman. Bentuknya yang siku memungkinkan pengelompokan
antara dapur bersih dan kotor ditempatkan pada 2 dinding yang berpotongan (di
sudut). Keuntungan dari tipe dapur ini memuat tempat dan peralatan yang lebih
banyak, cocok untuk ruangan dapur yang mempunyai panjang ruangan terbatas,
cocok untuk memisahkan dua kelompok peralatan dan pembagian kerja dapat
lebih merata. Kerugiannya memerlukan waktu dan energi yang lebih banyak.
Sumber :https://pabrikkitchenset.wordpress.com/2011/03/09/tipe-layout-dapur/
4. Tipe U (U shape)
45
Gambar 4: Tipe dapur U shape
Sumber : https://pabrikkitchenset.wordpress.com/2011/03/09/tipe-layout-dapur/
Model dapur “island” dapat diterapkan apabila ruangan yang tersedia cukup
luas. Pada model ini kompor atau oven berikut cooker hood terpisah dari
perangkat dapur lainnya. Selain itu, tipe island ini juga berfungsi sebagai tempat
makan dan meja saji juga. Biasanya, lay out dapur ini berbentuk tipe single line
atau tipe L dengan tambahan sebuah meja di tengahnya (island).
Sumber :https://pabrikkitchenset.wordpress.com/2011/03/09/tipe-layout-dapur/
6. Tipe G Dapur
Tipe ini tidak disarankan untuk ruangan dapur yang berukuran besar dan
membutuhkan banyak tempat penyimpanan alat-alat makanan. Banyak desainer
dapur modern saat ini tidak akan menyarankan menggunakan desain model ini.
46
Di samping banyak terjadi ruang mati pada kabinet-kabinet sudut, juga dapur
akan terlihat penuh dan kurang memberi kenyamanan secara psikologis.
Dapur dengan tipe parallel back to back antar pekerja melakukan kegiatan
dengan posisi saling membelakangi, bekerja tanpa harus bertabrakan, cocok
untuk ruang dapur yang luas, memuat tempat dan peralatan yang lebih banyak
dan pembagian kerja dapat lebih merata serta hasil produksi dapat lebih banyak,
sering digunakan untuk penyelenggaraan makanan komersial.
Bentuk Pararel Face to Face biasa digunakan pada institusi besar seperti Rumah
Sakit, memungkinkan antar pekerja melakukan kegiatan dengan posisi saling
berhadapan, seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Sumber: https://pabrikkitchenset.wordpress.com/2011/03/09/tipe-layout-dapur/
Namun demikian, tipe-tipe lay out dapur di atas hanya dapat berfungsi optimal
jika sesuai dengan ukuran ruang. Tipe layout dapur berdasar ukuran ruang dapat
dilihat pada gambar berikut :
47
3.Perencanaan dan pemilihan alat
48
Dalam pemilihan peralatan, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan
mulai dari perencanaan sampai dengan pembelian peralatan seperti yang dilihat
pada diagram alir di atas.
49
d. Investasi, peralatan yang dibeli juga dapat digunakan sebagai
investasi, sehingga setiap ada peralatan baru, nilai pembeliannya
harus dapat diperkirakan sampai pada kondisi peralatan tersebut
rusak.
50
3) Jumlah dan kemampuan pekerja, semakin banyak pekerja akan
berdampak semakin banyak peralatan, demikian pula semakin
terampil pekerja jenis peralatan akan semakin bervariasi dan
berteknologi.
4) Ruang/tempat tersedia, dalam mengadakan peralatan dapur perlu
mempertimbangkan tempat peletakan, penggunaan dan
penyimpanannya, sehingga kondisi dapur selalu tertata rapi,
teratur dan terjaga kebersihan serta keindahannya.
5) Jenis dan lama pelayanan juga mempengaruhi terhadap jenis
peralatan yang dibutuhkan. Seperti pada jenis pelayanan sistem
kafetaria pasti membutuhkan peralatan yang berbeda dengan table
service.
51
e. Baja digunakan sebagai oven, rak, frame, dan lain-lain.
2. Stainless steel
3. Plastik
4. Kayu
52
menyerap bau, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan
pada kesehatan. Untuk itu, peralatan yang terbuat dari kayu
disimpan di tempat yang kering.
5. Teflon
53
BAB III
Posisi ini terletak di area strategis dengan dikelilingi wilayah kota dan
kabupaten sekitarnya. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Solok dan
Tanah Datar. Sebelah selatan dengan kabupaten Solok dan Solok Selatan.
Sebelah barat dengan kabupaten Solok, Kota Sawah Lunto, Kabupaten Sijunjung
54
dan Dharmasraya. Dilihat dari letaknya yang sangat strategis hal ini membuat
RSUD Mohammad Natsir banyak melayani pasien dari luar Kota Solok seperti
kabupaten Solok, kabupaten Sijunjung, kabupaten Dharmasraya, Kota Sawah
Lunto dan daerah lainnya.
RSUD Mohammad Natsir Kota Solok memiliki visi dan misi yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 51 Tahun 2016,
yang berbunyi sebagai berikut;
55
VISI :
“Rumah Sakit Terbaik Di Provinsi Sumatera Barat”
Terbaik yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dimana pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik serta berkualitas,
baik dari sisi prosedur, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta
berwawasan lingkungan.
MISI :
Untuk mencapai visi tersebut maka diperlukan misi sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas dan Paripurna
b) Meningkatnya Kemandirian dan Tata Kelola Rumah Sakit
Tujuan :
a. Terwujudnya Pelayanan yang Berkualitas
b. Terwujudnya Peningkatan Kemandirian dan Tata Kelola Rumah Sakit
Sasaran :
a. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan
b. Meningkatnya Tata Kelola Rumah Sakit
c. Meningkatnya Kemandirian Keuangan Rumah Sakit
56
Tabel 2. Susunan Organisasi dan Tata Laksana Struktural RSUD M. Natsir
1 Direktur
6 Komite-Komite
57
D. Tugas Pokok dan Fungsi RSUD Mohammad Natsir
1. Tugas Pokok
Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan
secara serasi terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
2. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut diatas RSUD Mohammad Natsir
mempunyai fungsi-fungsi Pelayanan Publik sebagai berikut:
58
3.2 Ketenagaan, Struktur Organisasi, Tugas Tenaga, dan Analisis
Ketenagaan di Instalasi Gizi RSUD M. Natsir
3.2.1 Ketenagaan
Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang ada di Instalasi Gizi RSUD
M.Natsir tahun 2021, yaitu:
a. Analisis Ketenagaan
Untuk menghitung tenaga kerja di Instalasi Gizi diperlukan analisis
ketenagaan. Analisis ini dihitung menggunakan rumus kebutuhan tenaga
menurut Shipp (1998) sebagai berikut:
59
Berdasarkan rumus perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut:
60
61
3.2.3 Tugas Tenaga Kerja
1) Kepala Instalasi Gizi
a) Membuat struktur organisasi, jam dinas, persyaratan jabatan
(kualifikasi tenaga), dan kebutuhan tenaga.
b) Menetapkan pejabat yang menduduki jabatan di lingkungan instalasi
gizi.
c) Mengevaluasi tugas yang dilaksanakan oleh penanggung jawab dan
merencanakan serta melaksanakan pengembangan.
d) Bertindak atas nama instalasi gizi melaporkan semua kegiatan.
e) Bertindak atas nama instalasi gizi dalam kegiatan yang bersifat
koordinasi di lingkungan rumah sakit.
f) Mengembangan kemampuan pegawai instalasi gizi.
g) Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibuat atasan.
2) Penanggung Jawab Logistik
a) Menerima bahan makanan kering dan basah dari panitia penerima
b) Mengeluarkan bahan makanan sesuai dengan permintaan
c) Menyimpan dan menata bahan makanan yang belum digunakan
d) Melakukan pencatatan dan pelaporan bahan makanan masuk dan
pengeluaran bahan makanan
e) Menghitung stok bulanan
f) Mengontrol suhu dan kebersihan ruangan penyimpanan
g) Merekap semua kebutuhan ATK, barang rumah tangga,barang
cetakan, dan peralatan instalasi gizi
h) Membuat bon permintaan bahan kebutuhan rumah tangga dan alat
tulis kantor ke urusan perlengkapan rumah tangga.
3) Penanggung Jawab Asuhan Gizi
a) Mengkoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan
visite
b) Melakukan asuhan gizi terstandar apabila hasil skrining gizi berisiko
malnutrisi
62
c) Melakukan edukasi/konsultasi apabila pasien membawa makanan
dari luar
d) Melakukan monitoring dan evaluasi gizi
e) Mengisi catatan terintegrasi
f) Mengisi form pendidikan pasien
g) Membuat laporan SPM (Survei Kepuasan Pasien)
h) Membuat laporan bulanan
i) Menyusun program kerja dan jadwal kegiatan tahunan pelayanan gizi
j) Mengkoordinir kegiatan pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap
k) Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan atasan.
4) Sub Penanggung Jawab Ruang Rawat Inap
a) Mengikuti visite dokter
b) Melakukan asuhan gizi terstandar apabila hasil skrining gizi berisiko
malnutrisi
c) Melakukan edukasi/konsultasi apabila pasien membawa makanan
dari luar
d) Melakukan monitoring dan evaluasi gizi
e) Mengisi form pendidikan pasien
f) Membuat laporan SPM (Survei Kepuasan Pasien)
g) Membuat laporan bulanan
h) Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan atasan.
5) Penanggung Jawab Rawat Jalan
a) Melakukan asuhan gizi terstandar apabila hasil skrining gizi berisiko
malnutrisi dan atau menderita penyakit tertentu
b) Memberikan konsultasi dokter
c) Memberikan penyuluhan gizi bekerjasana dengan PKRS
d) Membuat laporan bulanan pasien rawat jalan.
6) Penanggung Jawab Produksi
a) Melakukan pengecekan laporan makan pasien
b) Membuat daftar kebutuhan bahan makanan ke bagian logistik
c) Meracik bahan makanan cair
63
d) Mengevaluasi pelayanan penyelenggaraan makanan (produksi dan
distribusi)
e) Membuat laporan makan pasien
f) Merencanakan kebutuhan bahan makanan segar/basah
g) Mengecek higiene dan sanitasi lingkungan pengolahan (produksi dan
distribusi)
h) Menerima laporan inventaris peralatan dari tenaga pengolah
i) Merevisi menu 1x6 bulan
7) Penanggung Jawab Litbang
a) Menyusun program kerja dan jadwal kerja tahunan litbang
b) Membuat dan menganalisa laporan bulanan dan tahunan kegiatan
pelayanan gizi dan litbang
c) Mengkoordinir kegitan -kegiatan mahasiswa/siswi PKL di instalasi
gizi, mulai dari menyusun jadwal, mengevaluasi, serta merekapitulasi
hasil penelitian PKL
d) Memberi bimbingan kepada pegawai baru di instalasi gizi
e) Merencanakan pengembangan pegawai instalasi gizi
8) Sub Penanggung Jawab Pengolahan dan Formula
a) Melakukan pengecekan laporan makan pasien
b) Membuat daftar kebutuhan bahan makanan ke bagian logistik
c) Meracik makanan cair
d) Mengawasi penyelenggaraan makanan
e) Membuat laporan makan pasien
f) Merencanakan kebutuhan bahan makanan basah/kering
g) Mengecek higiene dan sanitasi lingkungan pengolahan dan ruang
formula
h) Menerima laporan inventaris peralatan dari tenaga pengolah
i) Merevisi menu 1x6 bulan.
9) Tenaga Pengolah Makanan
a) Melakukan operan laporan makanan pasien dan peralatan
b) Membaca menu hari sesuai siklus
64
c) Mengecek bahan makanan yang diterima dari penanggung jawab
pengolah
d) Mempersiapkan bahan makanan sesuai dengan menu
e) Mengolah bahan makanan sesuai dengan daftar permintaan makan
pasien dan etiket diet pasien
f) Melakukan pembersihan peralatan dan lingkungan pengolahan
g) Melakukan inventaris (mengecek jumlah dan kualitas) peralatan
pengolahan
h) Membuat laporan pasien (dinas subuh dan sore)
10) Tenaga Pramusaji
a) Mengambil daftar permintaan makanan pasien
b) Mencatan identifikasi dan diet pasien dalam buku laporan makanan
pasien per hari
c) Menulis etiket makanan sesuai daftar permintaan makan pasien
d) Mempersiapkan peralatan makan
e) Mengambil makanan pasien di ruang distribusi makanan
f) Menyajikan makanan ke ruang pasien
g) Mengambil peralatan makan 1 jam setelah disajikan
h) Membersihkan peralatan makan dan troli makanan
i) Mencatat sisa makanan pasien
j) Membuat laporan makanan dan peralatan
k) Melakukan operan laporan makanan pasien dan peralatan
l) Melakukan perawatan troli dan rak makanan secara berkala
m) Mempersiapkan buah yang akan disajikan
65
bagian persiapan dan pengolahan bahan makanan, serta memungkinkan
untuk mempersiapkan sejumlah menu yang sudah terstandardisasi.
66
makanan, meja kerja,
serta beberapa alat
untuk menempatkan
bahan makanan yang
diterima.
67
tidak
dipisahkan
tetapi untuk
mengurangi
kontaminasi
silang,
pencucian
bahan
makanan
hewani
didahulukan,se
telah itu bak
dibersihkan
baru dilakukan
pencucian
bahan
makanan
nabati.
Makanan sudah
dikelompokkan
menurut makanan yang
dimasak.
68
penyimpana makanan. dipisah.
n peralatan
Tersedia air mengalir, Sudah tersedia air
sabun dan lap mengalir, sabun dan
pengering yang lap pengering yang
bersih. bersih.
1) Tim Perencana
Tim perencana bertugas dalam perencanaan pengadaan bahan
makanan baik bahan makanan segar maupun bahan makanan kering.
Tim perencanaan terdiri dari kepala instalasi dan dua orang ahli gizi
penyelenggaraan makanan.
69
2) Tim Pelaksana
Tim pelaksana bertugas dalam pembelanjaan bahan makanan.
Tim ini terdiri dari tiga orang tenaga pengolah.
3) Tim Penerima/Pengawas
Tim penerima bertugas dalam menerima bahan makanan. Tim ini
terdiri dari dua orang tenaga manajemen dan satu ahli gizi yang tidak
bertugas di bagian penyelenggaraan.
b) Perencanaan Menu
Perencanaan menu di rumah sakit dilakukan oleh tim kerja
yang terdiri dari ahli gizi, kepala masak (Chef Cook) dan
pengawas makanan. Kelompok sasaran pelayanan gizi adalah
pasien rawatan, yang terdiri dari beberapa kelas yaitu kelas I, II,
III, dan VIP.
70
Langkah-langkah perencanaan menu di RSUD M.Natsir
sudah sesuai dengan ketentuan dari Pedoman Gizi Rumah Sakit
(PGRS) yang dapat dilihat sebagai berikut :
71
c) Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Perencanaan kebutuhan bahan makanan pada RSUD M. Natsir,
terdiri atas dua macam yaitu kebutuhan bahan makanan kering dan bahan
makanan basah. Untuk kebutuhan bahan makanan kering dilakukan
pembelian 1-2 kali per bulan berdasarkan jumlah stok pada akhir bulan,
sedangkan untuk pembelian bahan makanan basah dilakukan setiap hari.
72
f) Penyimpanan Bahan Makanan
Dari hasil pengamatan MSPMI (Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi) yang dilakukan di RSUD
Mohammad Natsir Solok diketahui bahwa bahan segar yang diterima
langsung dibawa ke ruang persiapan. Apabila terdapat bahan makanan
yang berlebih berupa lauk nabati dan hewani akan dimasukkan ke dalam
ruang penyimpanan basah, hal ini disebabkan karena terjadinya
penurunan jumlah pasien. Sedangkan untuk sayuran tetap dilakukan
pengolahan tanpa disesuaikan dengan jumlah pasien. Hal ini dilakukan
karena sayur yang telah dicuci apabila disimpan akan busuk.
73
jenisnya, kemudian disusun pada rak yang telah disediakan dengan jarak
antara rak dengan dinding 5 cm, rak dengan lantai 15 cm dan rak dengan
langit-langit >60 cm.
74
pengawasan sehingga pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan prosedur
yang ada. Fasilitas pencucian bahan makanan yang ada tidak sesuai
dengan standar, dimana tempat pencucian bahan makanan hewani dan
nabati tidak dipisah pada saat dilakukan pencucian.
75
kontaminasi silang antara penjamah dan makanan. Pada saat pengamatan
pemakaian APD sering tidak dilakukan sesuai prosedur seperti
penggunaan masker yang tidak menutupi hidung dengan alasan kondisi
ruangan yang sangat panas. Walaupun telah disediakan sirkulasi udara
tetapi belum memadai untuk mengontrol suhu yang ada di ruang
pengolahan. Pengolah mencicipi makanan tidak menggunakan sendok
melainkan menggunakan tangan.
i) Distribusi Makanan
Pendistribusian makanan merupakan kegiatan penyaluran
makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan pasien yang
dilayani. Terdapat tiga sistem penyaluran makanan yang biasa
dilaksanakan di RSUD M. Natsir yaitu sistem yang dipusatkan
(sentralisasi), sistem yang tidak dipusatkan (desentralisasi) dan
kombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi.
76
Sistem distribusi sentralisasi yaitu makanan di porsi langsung ke
dalam plato yang akan di distribusikan kepada pasien untuk ruangan
Neurologi, Kebidanan, Anak, Paru, THT dan Mata, Bedah, Psikiatri,
ICU/HCU, IGD, Interne, Jantung, Isolasi dan Perinatologi.
Pagi
Siang
Sore
77
Sumber: Jadwal Pendistribusian makanan RSUD M. Natsir Solok
78
3.5.1 Penyusunan Standar Porsi, Standar Bumbu, Standar Resep
a. Standar Porsi
b. Standar Bumbu
c. Standar Resep
79
Penggolongan ini didasarkan pada syarat yang telah dipenuhi dan total bobot uji
kelaikan yang dilakukan terdapat pada rentang 73 dan 84, yaitu senilai 80.
80
keseluruhan pasien puas dengan pelayanan gizi Instalasi Gizi RSUD M.
Natsir. (Penjelasan rinci dapat dibaca di lampiran)
3.10 Nutripreneurship
81
ditawarkan yaitu, rolade ayam, ikan tuna fillet sambal dabu-dabu, semur bola
ayam,tempe panggang dan tongseng tahu saus tiram. Setiap satu porsi menu
dijual dengan harga Rp.15.000/box yang berisikan nasi + protein hewani +
protein nabati. (Penjelasan rinci dapat dibaca di lampiran).
82
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
83
a. Perencanaan anggaran belanja bahan makanan dilakukan satu kali
setahun dengan mengacu pada rata-rata jumlah pasien. Biaya
berasal dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
b. Perencanaan menu dilakukan oleh tim kerja yang terdiri dari ahli
gizi, ketua tenaga pengolah, dan pengawas makanan.
Perencanaan menu meliputi menetapkan macam menu, siklus
menu, pola menu, besar porsi, melakukan penelitian, revisi, dan
test awal menu, mengumpulkan macam hidangan, serta
merancang format menu.
c. Perhitungan kebutuhan makan pasien dihitung setiap hari oleh
ahli gizi dengan membuat rekapan Daftar Permintaan Makan
Pasien (DPMP) dari masing-masing ruangan.
d. Pembelian bahan makanan di RSUD M.Natsir menggunakan
sistem pembelian langsung ke pasar atau the open market of
buying oleh tim pelaksana.
e. Penerimaan bahan makanan di Instalasi Gizi RSUD M.Natsir
adalah dengan cara konvensional, petugas menerima faktur,
spesifikasi satuan dan jumlah bahan makanan.
f. Penyimpanan bahan dilakukan di dua gudang, yaitu gudang basah
dan gudang kering. Gudang basah dilengkapi dengan chiller dan
freezer untuk menyimpan perishable food.
g. Persiapan makanan dilakukan sebelum pengolahan. Sebelum
dilakukan persiapan, bahan makanan dikeluarkan dari
penyimpanan dengan sistem FIFO dan FEFO.
h. Pengolahan makanan di rumah sakit meliputi menu makanan
biasa, makanan lunak, makanan saring, makanan cair, dan snack.
i. Distribusi makanan dilakukan secara sentralisasi dan
desentralisasi (khusus pasien VIP di gedung Pusako).
j. Pencatatan dilakukan oleh ahli gizi penanggung jawab MSPM,
ahli gizi penanggung jawab logistik, dan ahli gizi penanggung
84
jawab ruangan. Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berkala
kepada kepala Instalasi Gizi.
5. Jasa Boga Instalasi Gizi RSUD M. Natsir termasuk golongan A3
berdasarkan hasil uji kelaikan fisik dan mengacu pada Permenkes RI No.
1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga.
6. Secara umum, pengendalian mutu menu makanan rumah sakit telah baik,
namun masih terdapat beberapa yang belum sesuai standar, seperti
penggunaan APD.
7. Dua topik yang diambil dalam penelitian, yaitu mengenai gambaran sisa
makan pasien dan kepuasan pasien terhadap penyelenggaraan makanan,
serta pengembangan mutu SDM mengenai higiene dan sanitasi.
a. Sisa makanan pada bulan November tahun 2021, lauk hewani
sebesar 26.6%, lauk nabati sebesar 29.3%, dan sayuran sebesar
48.2%. Secara keseluruhan pasien puas dengan pelayanan gizi
Instalasi Gizi RSUD M. Natsir. Persentase pasien merasa
pelayanan gizi sangat baik dan baik masing-masing 46%,
sementara persentase pasien yang menilai tidak baik hanya 8%.
b. Kegiatan role play mengenai higiene dan sanitasi dilakukan pada
6 Desember 2021 di Instalasi Gizi RSUD M. Natsir dengan
sasaran 5 tenaga pengolah yang bertugas saat pagi hari.
8. Modifikasi resep dilakukan untuk meningkatkan daya terima pasien
terhadap menu yang disajikan. Modifikasi dilakukan pada 5 lauk hewani
dan lauk nabati dengan persentase sisa tertinggi. Berdasarkan uji
organoleptik, secara keseluruhan panelis menyukai menu hasil
modifikasi resep yang disajikan.
9. Rancangan bisnis gizi dibuat dengan tujuan memberikan inovasi dari
jenis makanan tanpa mengurangi nilai gizinya. Terdapat 5 jenis menu
yang ditawarkan yaitu, rolade ayam, ikan tuna fillet sambal dabu-dabu,
semur bola ayam, tempe panggang, dan tongseng tahu saus tiram. Setiap
satu porsi menu dijual dengan harga Rp.15.000/box yang berisikan nasi +
protein hewani + protein nabati.
85
4.2 Saran
86
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit: Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Utami DT. 2019. Pengaruh Modifikasi Resep Lauk Nabati Tempe Terhadap
Daya Terima Pasien Non Diet di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang [Skripsi]. Semarang: Politeknik Kesehatan Semarang.
Waruwu AP. 2017. Pengaruh Modifikasi Resep Lauk Nabati Tempe Terhadap
Tingkat Kesukaan dan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD
Wonosari [Naskah Publikasi]. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
vii