Disusun Oleh :
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK LAPANGAN
LAPORAN
Disusun Oleh :
Mengetahui
Kepala Kepala
PENDAHULUAN
Gizi merupakan faktor yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada
individu dan masyarakat.Pelayanan giziz merupakan salah satu subsistem dalam pelayanan
kesehatan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien, dengan demikian pelayan gizi
wajib mengacu kepada standar yang berlaku. Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi
dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang
lebih strategis. (kemenkes 2014).
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus
penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu
hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara
khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan. Risiko kurang gizi
dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi-
geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah, dan diare,
infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani
kemoterapi. Asupan Energi yang tidak adekuat, lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet
khusus merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit.Pengalaman
di negara maju telah membuktikan bahwa hospital malnutrition (malnutrisi di RS) merupakan
masalah yang kompleks dan dinamik.
Malnutrisi pada pasien di RS, khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk terhadap
proses penyembuhan penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang
mengalami penurunan status gizi akan mempunyai risiko kekambuhan yang signifikan dalam
waktu singkat. Semua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta
menurunkan kualitas hidup. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang
efektif dan efisien melalui Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan
pendekatan multidisiplin maka dapat dilakukan dalam Tim Asuhan Gizi (TAG)/Nutrition Suport
Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Panitia Asuhan Gizi (PAG). Pelaksanaan pelayanan gizi di
rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat
mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, dan menghemat
biaya perawatan. (Wulansari et al., 2013)
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan zat gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Tujuan utama asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara
optimal baik berupa pemberian makan pada pasien yang dirawat msupun konseling gizi pada
pasien rawat jalan (Kemenkes,2014).
Menejemen asuhan gizi klinik (MAGK) merupakan implementasi atau pelaksanaan
asuhan gizi di RSUD Budhi Asih, salah satu sarana dalam mengaplikasikan pemahaman teori
pelaksanaan diet, khususnya pada pasien rawat inap.Adanya MAGK bagi pelajar juga menjadi
sarana dalam membantu pemahaman mengenai konsep penatalaksanaan diet.
1.2 Tujuan
1.3.1 waktu
1.3.2 Tempat
Praktek kerja lapangan (PKL) menejemen asuhan gizi klinik (MAGK) ini dilaksanakan
di RSUD Budhi Asih dimulai tanggal 20 Januari 2020- 28 februari 2020
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami lebih lanjut tentang konsep penatalaksanaan diet dirumah
sakit, menambah pengalaman dan ketrampilan dalam melakukan pengkajian gizi pada pasien.
Sebagai bahan untuk mengevaluasi proses manajemen asuhan gizi klinik di RSUD Budhi asih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan
gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebalikny\a proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi
pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ
tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker,
memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang
harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan
fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah
sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi
Pelayanan gizi rumah sakit dilakukan sebagai bentuk upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan pasien baik didalam maupun diluar rumah sakit. Peningkatan status gizi dan kesehatab
merupakan tugas dari tanggung jawab tim asuhan gizi. Tim asuhan gizi merupakan seluruh
tenega kesehatan memegang peran penting dalam mempercepat kesembuhan pasien. Tim asuhan
gizi merupakan tenaga kesehatan, meliputi:
c. Perawat
1. Melakukan skrining gizi pasien pada awal perawatan
2. Merujuk pasien beresiko malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus ke dietisien/ahli gizi
3. Melakukan pengukuran antropometri secara berkala meliputi berat badan dan tinggi
badan pasien
4. Melakukan pemantauan, pencatatan asupan makanan dan respon pasien terhadap diet
yang diberikan, serta menginformasikan perubahan kondisi pasien kepada dietisien/ahli
gizi
5. Memberikan motivasi pada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui oral,
enteral dan paranteral (Kemenkse, 2013).
d. Farmasi
1. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi paranteral
2. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan paranteral oleh
klien/pasien bersama perawat
4. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi dan makanan
(Kemenkse, 2013).
e. Tenaga Kesehatan Lain
Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara berkaitan
dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan yang
berat (Kemenkse, 2013).
A. Tujuan Memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan
membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan
makanan yang sesuai, jenis diet, yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis diet dengan
kondisi kesehatannya.
B. Sasaran
4. Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah sakit.
C. Mekanisme Kegiatan Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual
seperti;
pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan terpadu, pelayanan terpadu
geriatrik, unit pelayanan terpadu HIV AIDS, unit rawat jalan terpadu utama/VIP dan unit khusus
anak konseling gizi individual dapat pula difokuskan pada suatu tempat. Pelayanan Penyuluhan
berkelompok seperti; pemberian edukasi di kelompok pasien diabetes, pasien hemodialisis, ibu
hamil dan menyusui, pasien jantung koroner, pasien AIDS, kanker, dan lain-lain. Mekanisme
pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling gizi untuk
pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok adalah sebagai berikut:
1. Konseling Gizi
a. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter dari
poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
f. Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan langkah
menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien
serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat
peraga food model, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan
pasien. g. Dietisien menganjurkan pasien melakukan kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi. Dietisien melakukan
pencatatan pada Formulir Anamnesis Gizi Pasien Kunjungan Ulang sebagaimana tercantum
dalam Form II, sebagai dokumentasi proses asuhan gizi terstandar. h. Pencatatan hasil konseling
gizi dengan format ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi)
dimasukkan ke dalam rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk
pasien di luar rumah sakit dan diarsipkan di ruang konseling.
Perawat
Pengkajian gizi merupakan kegiatan mengumpulkan data dan menganalisis data untuk
identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek-aspek asupan zat gizi dari makanan serta
aspek klinis dan perilaku lingkungan yang disertai dengan penyebabnya (Kemenkes, 2013).
Assesment gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1. Anamnesis riwayat gizi
2. Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium)
3. Pengukuran antropometri
4. Pemeriksaan fisik(Nuraini,dkk. 2017).
B. Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi didefinisikan sebagai identifikasi dan memberi nama problem gizi yang
spesifik dimana profesi dietisien bertanggung jawab untuk menangani secara mandiri”.
Identifikasi adalah menemukan masalah gizi pada individu atau kelompok, dimana setiap
masalah gizi akan diberikan nama sesuai dengan label atau kodenya (Wulansari, dkk. 2013).
Problem gizi adalah masalah gizi yang aktual yang terjadi pada individu dan atau keadaan
yang berisiko menjadi penyebab masalah gizi.Maksud menangani secara mandiri adalah, bahwa
seorang dietisien mempunyai kewenangan untuk menetapkan masalah gizi, menentukan
penyebab dan membuktikan gejala dan tandanya. Berdasarkan masalah tersebut dapat dibuat :
tujuan dan tarjet intervensi gizi yang realistis dan terukur dan prioritas intervensi gizi yang akan
diberikan pada pasien dan dapat dipantau atau dievaluasi perubahan yang terjadi setelah
dilakukan intervensi (Kemenkes, 2013).
Diagnosis gizi bersifat sementara dan berubah sesuai respons pasien terhadap intervensi
gizi yang diberikan. Diagnosis ini ditetapkan oleh dietisien atau merupakan hasil diskusi dengan
tim. Komponen masalah gizi (Problem), penyebab (etiologi) serta tanda dan gejala adanya
masalah (sign symptom) merupakan dasar untuk menentukan hasil akhir, memilih intervensi dan
perkembangan untuk mencapai target asuhan gizi (Nuraini,dkk. 2017)
C. Intervensi Gizi
Intervensi gizi merupakan suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk memperbaiki
status gizi dan kesehatan, merubah perilaku gizi dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi
masalah gizi pasien.Intervensi gizi adalah langkah ke-3 dari PAGT dimana intervensi gizi
tujuannnya adalah mengatasi masalah-masalah gizi yang sudah diidentifikasi merujuk kepada
diagnosis gizi yang telah ditetapkan.Intervensi gizi diberikan pada pasien untuk mengoreksi
etiologi yang menyebabkan problem gizi.(Nuraini, dkk. 2017).
D. Monitoring Evaluasi
Monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya ada 3 langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi,
yaitu:
1. Monitoring Perkembangan
2. Pengukuran Hasil
3. Evaluasi Hasil
Pasien masuk
tidak berlaku
Praktek Kerja Lapangan Asuhan Gizi Klinik Di RSUD Budhi Asih dilaksanakan pada 2
kelompok.Kelompok 1 dilaksanaka pada tanggal 21 januari 2020-11 februari 2020 sedangkan
kelompok 2 dilaksanakan pada tanggal 12 febuari 2020- 27 februari 2020. Kegiatan ini
dilaksanakan selama 34 hari, dibagi untuk menjadi 2 kelompok yang terdiri dari asuhan gizi
rawat inap, asuhangizi rawat jalan (poli gizi) dan penyuluhan pada pasien jantung di poli Jantung
dan Poli penyakit dalam, pada pasien Diabetes Melitus.
Tahapan awal asuhan gizi rawat inap di RSUD budhi asih dengan dua cara yaitu
verifikasi skrining gizi dan menentukan SOAO secara subjektif berupa keluhan pasien pada saat
iti yang didapatkan dari anemnesa. Objkektif berupa hasil pemeriksaan fisik termaksud
pemeriksaan tand- tanda vital, skala nyeroi dan hasil pemeriksaan penunjang pasien pada saat
ini.Assessment berisikan diagnosa pasien yang didapatkan dari menggabungkan penilaian
subjektif dan objektif. Plan yaitu rencana yang akan dibuat untuk menegakan diagnose pasien
seperti rencana intervensi yang akan diberikan serta rencana monitoring dan evaluasi pasien.
a. Skrining gizi
Skrining gizi adalah tahap awal dalam pelayanan gizi rawat inap di RSUD Budhi Asih.
Skrining gmenggunakan menggunakan MSP dilakukan 1x24 jam setelah pasien masuk rumah
sakit.
b. Asesesment gizi
- Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, .mengukur berat badan, tinggi
badan. Mengukur berat badan menggunakan timbangan injak uuntuk pasien yang dapat berdiri,
jika pasien tidak dapat berdiri berat badan diukur menggunakan LILA yang diambil dengan
menggunakan pita LILA ataui meterline begitu juga dengan tinggi badan diukur menggunakan
meterline.
-Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium didapat dari hasil lab pasien yang terdapat pada rekam medis atau status
pasien
- Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien terkait dengan
gangguan fisik yang dapat ditimbulkan masalah gizi seperti mula, muntah, gangguan menelan,
gangguan mengunyah, dan data lainnya.
- Riwayat Personal
Pengkajian rwayat personal data ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarga pasien
atau dapat juga dilihat dari rekam medis pasien.
Kegiatan asuhangizi rawat jalan atau disebut juga dengan konseling gizi merupakan kegiatan
asuhan gizi yang dilakukan mulai dari assessment,menentukan diagnose gizi, memberikan
intervensi gizi dan monitoring evaluasi. Monitoring evaluasi pada pasien rawat jalan dengan
mengajukan kepada pasien untuk melakukan kunjungan kembali.
Alur kerja yang dilakukan RSUD Budhi Asih pada pasien rawat jalan yaitu :
kegiatam penyuluihan dilaksanakan pada hari selasa 20 februari 2020 yang bertempat di
Poli Jantung di lantai 2 dengan peserta 30 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam mulai
dari pukul 08:00 s/d 09:45 WIB.kegiatan ini dimulai dengan pembukaan oleh moderator,lalu
penyampaian materi oleh pemateri dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, setelah itu
pembagian snack kepada peserta yang mengikuti peneyuluhan serta pengisian absensi kehadiran.
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari selasa 25 Februari 2020 yang bertempat di
Poli Penyakit Dalam di lantai 2 dengan peserta 30 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam
mulai dari pukul 09:00 s/d 11:00 WIB.kegiatan ini dimulai dengan pembukaan oleh moderator,
lalu penyampaian materi oleh pemateri dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, setelah itu
pembagian snack kepada peserta yang mengikuti peneyuluhan serta pengisian absensi kehadiran.
studi kasus merupakan salah satu kegiatan praktek belajar lapangan pada asuhan gizi klinik .
studi kasus dilakukan selama 17 hari pada tiap kelompok dengan membuat 1 kasus besar yaitu
kasus komplikasi dengan monitoring pasien selama 3 hari dan melakukan penimbangan sisa
makan pasien. Selain 1 kasus besar juga terdapat kasus harian yang diambil pada pasien baru di
ruangan rawat oinap. Pasiem di dapat dari 7 lantai yaitu lantai 5 (edelweiss), 6 (dahlia), 7
(Cempaka ), 9 (Aster). Hal ini dilakukan ketika dirawat inap yaitu melakukan skrining gizi
kepada pasien baru untuk membuat NCP harian. Setelah melakukan skrining gizi, mahasiswa
akan visit dengan dokter gizi kepaada psien yang sama. Setelah melakukan visit, ahli gizi akan
memasukan dat pasien secara online di aplikasi online gizi RSUD Budhi Asih. Maka secara
otomatis menu diet pasien akan langsung tersimpan dan akan dicetak e-tiket untuk makan siang.
Proses pencetakan e-tiket akan dilakukan setelah ahli gizi setiap ruangan melakukan pemesanana
diet diruangan tersebut. Selain melakukan asuhan gizi di rwat inap, mahasiswa juga melakukan
konseling gizi di Poli gizi pada pasien rawat Jalan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pelayanan rawat inap dan rawat jalan di RSUD Budhi AAsih sudah sesuai dengan
proseduur pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan terstandar.Ahli gizi di RSUD Budhi Asih
yang bertugas telah menjalankan pekerjaan dengan baik daan pemuh rasa tanggung jawab serta
sesuai dengan alur kerja yang ditetapkan.
4.2 SARAN
Sebaiknya ada meja khiusus ahli gizi di setiap ruangan rawat inap untuk memudahkan
ahii gizi dalam mengelolah data.