Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTEK KEERJA LAPANGAN

MENAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK (MAGK)

Di RSUD BUDHI ASIH

Disusun Oleh :

Akna Rifadayani P031713411001 Ines Rogena G P031713411053

Anti Yulianti C.A P031713411006 Nikma lutfi P031713411024

Aulia Ismi Arlin P031713411007 Nuriani Kristina P031713411064

Emelda Shandy P031713411013 Switri Mega P031713411035

Gita Monica L P031713411015

Yeni Febrianti P031713411040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK

KESEHATAN KEMENEKES RIAUJURUSAN GIZI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTEK LAPANGAN

LAPORAN

MENAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK

Disusun Oleh :

Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Riau

Telah di Setujui Oleh :

Jakarta, Maret 2020

Mengetahui

Kepala Kepala

Instalasi Gizi RSUD Budhi Asih Menajemen Asuhan Gizi klinik

Dr. Tan Lina, MS,Sp.GK Tuty Sumiati, SST,RD


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki Eraglobalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,


diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan
negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia
harapan hidup, dan tingkat pendidikan. SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh
tingkat kesehatan dan status gizi yang baik.Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam
keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat di
suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit.(Wulansari, Mahawati, & Hartini,
2013)

Gizi merupakan faktor yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada
individu dan masyarakat.Pelayanan giziz merupakan salah satu subsistem dalam pelayanan
kesehatan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien, dengan demikian pelayan gizi
wajib mengacu kepada standar yang berlaku. Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi
dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang
lebih strategis. (kemenkes 2014).

Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus
penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu
hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara
khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan. Risiko kurang gizi
dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi-
geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah, dan diare,
infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani
kemoterapi. Asupan Energi yang tidak adekuat, lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet
khusus merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit.Pengalaman
di negara maju telah membuktikan bahwa hospital malnutrition (malnutrisi di RS) merupakan
masalah yang kompleks dan dinamik.
Malnutrisi pada pasien di RS, khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk terhadap
proses penyembuhan penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang
mengalami penurunan status gizi akan mempunyai risiko kekambuhan yang signifikan dalam
waktu singkat. Semua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta
menurunkan kualitas hidup. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang
efektif dan efisien melalui Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan
pendekatan multidisiplin maka dapat dilakukan dalam Tim Asuhan Gizi (TAG)/Nutrition Suport
Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Panitia Asuhan Gizi (PAG). Pelaksanaan pelayanan gizi di
rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat
mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, dan menghemat
biaya perawatan. (Wulansari et al., 2013)
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan zat gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Tujuan utama asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara
optimal baik berupa pemberian makan pada pasien yang dirawat msupun konseling gizi pada
pasien rawat jalan (Kemenkes,2014).
Menejemen asuhan gizi klinik (MAGK) merupakan implementasi atau pelaksanaan
asuhan gizi di RSUD Budhi Asih, salah satu sarana dalam mengaplikasikan pemahaman teori
pelaksanaan diet, khususnya pada pasien rawat inap.Adanya MAGK bagi pelajar juga menjadi
sarana dalam membantu pemahaman mengenai konsep penatalaksanaan diet.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik institusi


khususnya rumah sakit, meliputi asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi rawat inap,
penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami asuhan gizi di rumah sakit
2. Mahasiswa mampu memahami penerapan hak danb kewajiban sebagai tenaga kesehatan
ditempat kerja
3. mahasiwa mampu memahami penerapan peraturan dan uundang-undang tentang standar
profesi ahli madya gizi di Rumah Sakit.
4. Mahasiswa mampu memahami penerapan asuhan gizi dirumah sakit
5. mahasiwa mampu memahami kegiatan ahli gizi madya gizi di rumah sakit
6. mahasiswa mampu memahami penerapan asuhan gizi dirawat inap anak
7. mahasiswa mampu memahami penerapan asuhan gizi dirawat inap penyakit dalam
dewasa
8. mahasiwa mampu memahami penerapan penyuluhan gizi pada kelompok

1.3 Waktu dan Tempat

1.3.1 waktu

A. Kelompok 1 : 21 januari 2020-11 februari 2020

B. Kelompok 2 : 12 febuari 2020- 27 februari 2020

1.3.2 Tempat

Praktek kerja lapangan (PKL) menejemen asuhan gizi klinik (MAGK) ini dilaksanakan
di RSUD Budhi Asih dimulai tanggal 20 Januari 2020- 28 februari 2020

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mampu memahami lebih lanjut tentang konsep penatalaksanaan diet dirumah
sakit, menambah pengalaman dan ketrampilan dalam melakukan pengkajian gizi pada pasien.

1.4.2 Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan untuk mengevaluasi proses manajemen asuhan gizi klinik di RSUD Budhi asih.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan
gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebalikny\a proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi
pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ
tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker,
memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.

Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang
harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan
fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah
sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi

Pelayanan gizi rumah sakit dilakukan sebagai bentuk upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan pasien baik didalam maupun diluar rumah sakit. Peningkatan status gizi dan kesehatab
merupakan tugas dari tanggung jawab tim asuhan gizi. Tim asuhan gizi merupakan seluruh
tenega kesehatan memegang peran penting dalam mempercepat kesembuhan pasien. Tim asuhan
gizi merupakan tenaga kesehatan, meliputi:

1. Dietesien /Ahli Gizi


2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (Dpjd)
3. Perawat
4. Ahli Farmasi
5. Tenaga Kesehatan Lain(Kemenkes,2013)
a. Dietisien/Ahli Gizi
1. Mengkaji hasil skrining gizi dari perawat dan order diet dari dokter
2. Melakukan pengkajian gizi lanjut pada pasien berisiko malnutrisi, malnutris atau kondisi
khusus meliputi pengumpulan, analisa dan interpretasi riwayat gizi/makanan, biokimia,
antropometri, pemeriksaan klinis dan fisik dan riwyayat personal paisen
3. Mengidentifikasi dan menetapkan prioritas diagnosa gizi berdasarkan hasil pengajian gizi
4. Menyusun intervensi diet meliputi tujuan dan preskripsi diet yang lebih terpenuhi untuk
penetapan diet definitive serta merencanakan konseling gizi
5. Melakukan kerjasama dengan dokter terkait dengan diet definitive
6. Melakukan koordinasi dengan sesama anggota tim asuhan gizi untuk melkasanakan
intervensi gizi
7. Melakukan pemantauan respon pasien terhadap intervensi yang telah diberikan
8. Melakukan evaluasi terhadap proses dan dampak asuhan gizi yang diberikan
9. Melakukan edukasi gizi meliputi konseling dan penyuluhan pasien dan keluarganya
10. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada dokter
11. Melakukan pengkajian ulang jika tujuan tidak tercapai
12. Melakukan ronde pasien bersama tim
13. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi yang dilakukan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelayanan gizi bersama Dokter Penanggung Jawab (DPJP), perawat, ahli
farmasi dan tenaga kesehatan lain serta pasien dan keluarganya (Kemenkse, 2013).
b. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
1. Bertanggungjawab dalam aspek gizi pasien yang terkait dengan aspek klinis
2. Menentukan preskripsi diet awal
3. Menetapkan diet definitive bersama dietisien/ahli gizi
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peran asuhan gizi
5. Merujuk pasien yang membutuhkan asuhan atau konseling gizi pada dietisien/ahli gizi
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait massalah gizi secara berkala selama masa
perawatan (Kemenkse, 2013).

c. Perawat
1. Melakukan skrining gizi pasien pada awal perawatan
2. Merujuk pasien beresiko malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus ke dietisien/ahli gizi
3. Melakukan pengukuran antropometri secara berkala meliputi berat badan dan tinggi
badan pasien
4. Melakukan pemantauan, pencatatan asupan makanan dan respon pasien terhadap diet
yang diberikan, serta menginformasikan perubahan kondisi pasien kepada dietisien/ahli
gizi
5. Memberikan motivasi pada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui oral,
enteral dan paranteral (Kemenkse, 2013).
d. Farmasi
1. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi paranteral
2. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan paranteral oleh
klien/pasien bersama perawat
4. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi dan makanan
(Kemenkse, 2013).
e. Tenaga Kesehatan Lain
Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara berkaitan
dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan yang
berat (Kemenkse, 2013).

2.2 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit mengacu pada Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes
Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di lingkungan
Departemen Kesehatan. Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi: 1. Asuhan Gizi
Rawat Jalan; 2. Asuhan Gizi Rawat Inap; 3. Penyelenggaraan Makanan; 4. Penelitian dan
Pengembangan.

2.2.1 Pelayanan Gizi Rawat Jalan


Serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada
klien/pasien di rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan konseling
gizi dan dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi. Dokter penanggung jawab penyakit dapat
merujuk pasien kepada Dietisien untuk mendapatkan konseling gizi, dengan menyertakan
formulir permintaan konseling sebagaimana tercantum dalam Form I.

A. Tujuan Memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan
membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan
makanan yang sesuai, jenis diet, yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis diet dengan
kondisi kesehatannya.

B. Sasaran

1. Pasien dan keluarga

2. Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama

3. Individu pasien yang datang atau dirujuk

4. Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah sakit.

C. Mekanisme Kegiatan Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual
seperti;

pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan terpadu, pelayanan terpadu
geriatrik, unit pelayanan terpadu HIV AIDS, unit rawat jalan terpadu utama/VIP dan unit khusus
anak konseling gizi individual dapat pula difokuskan pada suatu tempat. Pelayanan Penyuluhan
berkelompok seperti; pemberian edukasi di kelompok pasien diabetes, pasien hemodialisis, ibu
hamil dan menyusui, pasien jantung koroner, pasien AIDS, kanker, dan lain-lain. Mekanisme
pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling gizi untuk
pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok adalah sebagai berikut:

1. Konseling Gizi
a. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter dari
poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.

b. Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.

c. Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri pada


pasien yang belum ada data TB, BB.

d. Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat makan,


riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis (bila ada). Kemudian
menganalisa semua data asesmen gizi.

e. Dietisien menetapkan diagnosis gizi.

f. Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan langkah
menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien

serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat
peraga food model, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan
pasien. g. Dietisien menganjurkan pasien melakukan kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi. Dietisien melakukan
pencatatan pada Formulir Anamnesis Gizi Pasien Kunjungan Ulang sebagaimana tercantum
dalam Form II, sebagai dokumentasi proses asuhan gizi terstandar. h. Pencatatan hasil konseling
gizi dengan format ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi)
dimasukkan ke dalam rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk
pasien di luar rumah sakit dan diarsipkan di ruang konseling.

A. Dietisien / Ahli gizi


II. Penyuluhan Gizi
Penyuluhan Gizi
1. Persiapan penyuluhan:
a. Menentukan materi sesuai kebutuhan
b. Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
c. Merencanakan media yang akan digunakan
d. Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
e. Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
2. Pelaksanaan penyuluhan :
a. Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
b. Dietisien menyampaikan materi penyuluhan.
c. Tanya jawab

Pasien Rawat Jalan

Poliklinik Poliklinik Poliklinik


Poliklinik

Skrining gizi awal oleh

Perawat

Pasien malnutrisi dan kondisi khusus dikirim


kedietisien

Konseling gizi oleh Dietisien


2.2.2 PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.
A. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan
yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan,
mempertahankan, dan meningkatkan status gizi.
B. Sasaran
1. Pasien
2. Keluarga
C. Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut:
1. Skrining gizi
A. Defenisi skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.Metoda skrining
sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan di masing-masing
rumah sakit.Contoh metoda skrining antara lain Subjective Global Assessment (SGA)
sebagaimana tercantum dalam Form III, Malnutrition Universal Screening Tools (MUST),
Malnutrition Screening Tools (MST) sebagaimana tercantum dalam Form IV, Nutrition Risk
Screening (NRS) 2002. Skrining untuk pasien anak 1 – 18 tahun dapat digunakan Paediatric
Yorkhill Malnutrition Score (PYMS), Screening Tool for Assessment of Malnutrition (STAMP),
Strong Kids. Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar
oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan
dilakukan skrining ulang/skrining lanjut (contoh formulir skrining ulang/skrining lanjut
sebagaimana tercantum dalam Form V) setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang/skrining
lanjut berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Pasien sakit kritis atau
kasus sulit yang berisiko gangguan gizi berat akan lebih baik bila ditangani secara tim. Bila
rumah sakit mempunyai Tim Asuhan Gizi/Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi
(TTG)/Tim Dukungan Gizi/Panitia Asuhan Gizi, maka berdasarkan pertimbangan DPJP pasien
tersebut dirujuk kepada tim.
B. Tujuan skrining gizi
untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik; hemodialisis; anak;
geriatrik; kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit
kritis dan sebagainya. Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk RS.
2.2.3 Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Gizi sangat penting dalam memelihara, mencegah dan merawat kondisi sakit. Status
kesehatan dapat berubah dari suatu keadaan mulai dari kondisi sehat, resisten terhadap penyakit,
menderita penyakit akut atau hidup dengan penyakit kronis dan terminal.Dalam kondisi sehat
gizi dibutuhkan untuk tumbuh kembang yang optimal, memelihara kesehatan umum, mendukung
aktivitas kehidupan sehari hari, dan melindungi tubuh terhadap penyakit.Sementara pada saat
sakit gizi berperan untuk penyembuhan penyakit, timbulnya komplikasi, lamanya hari perawatan
dan menentukan mortalitas (Kemenkes, 2013).
Proses asuhan gizi adalah metoda standar dalam memecahkan masalah gizi, meningkatkan
kualitas dan keberhasilan asuhan gizi, membutuhkan cara berpikir kritis dan menggunakan
terminologi internasional. Pada intinya dalam memberikan asuhan gizi dengan pendekatan
PAGT, seorang dietisien melakukan analisa dan asimilasi data dengan kerangka berpikir kritis,
kemudian dari data-data tersebut diidentifikasi masalah gizi kemudian memberikan asuhan gizi
yang berkualitas yaitu tepat cara, tepat waktu tepat pasien dan aman bagi pasien (Nuraini,dkk.
2017).
Pada dasarnya pelayanan asuhan gizi adalah mengembalikan pasien pada status gizi baik
dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh
efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian makanan
diet yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat
mempengaruhi keberhasilan PAGT. Monitoring dan evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi
yang terukur dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu
pendokumentasian semua tahapan proses asuhan gizi (Nuraini,dkk. 2017).
A. Pengkajian Gizi ( Assesment )

Pengkajian gizi merupakan kegiatan mengumpulkan data dan menganalisis data untuk
identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek-aspek asupan zat gizi dari makanan serta
aspek klinis dan perilaku lingkungan yang disertai dengan penyebabnya (Kemenkes, 2013).
Assesment gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1. Anamnesis riwayat gizi
2. Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium)
3. Pengukuran antropometri
4. Pemeriksaan fisik(Nuraini,dkk. 2017).
B. Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi didefinisikan sebagai identifikasi dan memberi nama problem gizi yang
spesifik dimana profesi dietisien bertanggung jawab untuk menangani secara mandiri”.
Identifikasi adalah menemukan masalah gizi pada individu atau kelompok, dimana setiap
masalah gizi akan diberikan nama sesuai dengan label atau kodenya (Wulansari, dkk. 2013).
Problem gizi adalah masalah gizi yang aktual yang terjadi pada individu dan atau keadaan
yang berisiko menjadi penyebab masalah gizi.Maksud menangani secara mandiri adalah, bahwa
seorang dietisien mempunyai kewenangan untuk menetapkan masalah gizi, menentukan
penyebab dan membuktikan gejala dan tandanya. Berdasarkan masalah tersebut dapat dibuat :
tujuan dan tarjet intervensi gizi yang realistis dan terukur dan prioritas intervensi gizi yang akan
diberikan pada pasien dan dapat dipantau atau dievaluasi perubahan yang terjadi setelah
dilakukan intervensi (Kemenkes, 2013).
Diagnosis gizi bersifat sementara dan berubah sesuai respons pasien terhadap intervensi
gizi yang diberikan. Diagnosis ini ditetapkan oleh dietisien atau merupakan hasil diskusi dengan
tim. Komponen masalah gizi (Problem), penyebab (etiologi) serta tanda dan gejala adanya
masalah (sign symptom) merupakan dasar untuk menentukan hasil akhir, memilih intervensi dan
perkembangan untuk mencapai target asuhan gizi (Nuraini,dkk. 2017)
C. Intervensi Gizi
Intervensi gizi merupakan suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk memperbaiki
status gizi dan kesehatan, merubah perilaku gizi dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi
masalah gizi pasien.Intervensi gizi adalah langkah ke-3 dari PAGT dimana intervensi gizi
tujuannnya adalah mengatasi masalah-masalah gizi yang sudah diidentifikasi merujuk kepada
diagnosis gizi yang telah ditetapkan.Intervensi gizi diberikan pada pasien untuk mengoreksi
etiologi yang menyebabkan problem gizi.(Nuraini, dkk. 2017).
D. Monitoring Evaluasi
Monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya ada 3 langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi,
yaitu:
1. Monitoring Perkembangan
2. Pengukuran Hasil
3. Evaluasi Hasil

Pasien masuk

tidak berlaku

Diet normal STOP Pasien pulang


Skrining gizi (standar)

Bereesiki Malnutrisi/Sudah Malnutrisi


Proses Asuhan Gizi Terstandar

Skrining gizi Intervensi Monitoring dan


Pengkajian gizi evaluasi
gizi
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan Asuhan Gizi Klinik Di RSUD Budhi Asih dilaksanakan pada 2
kelompok.Kelompok 1 dilaksanaka pada tanggal 21 januari 2020-11 februari 2020 sedangkan
kelompok 2 dilaksanakan pada tanggal 12 febuari 2020- 27 februari 2020. Kegiatan ini
dilaksanakan selama 34 hari, dibagi untuk menjadi 2 kelompok yang terdiri dari asuhan gizi
rawat inap, asuhangizi rawat jalan (poli gizi) dan penyuluhan pada pasien jantung di poli Jantung
dan Poli penyakit dalam, pada pasien Diabetes Melitus.

3.2Kegiatan Asuhan Gizi Rawat Inap

Tahapan awal asuhan gizi rawat inap di RSUD budhi asih dengan dua cara yaitu
verifikasi skrining gizi dan menentukan SOAO secara subjektif berupa keluhan pasien pada saat
iti yang didapatkan dari anemnesa. Objkektif berupa hasil pemeriksaan fisik termaksud
pemeriksaan tand- tanda vital, skala nyeroi dan hasil pemeriksaan penunjang pasien pada saat
ini.Assessment berisikan diagnosa pasien yang didapatkan dari menggabungkan penilaian
subjektif dan objektif. Plan yaitu rencana yang akan dibuat untuk menegakan diagnose pasien
seperti rencana intervensi yang akan diberikan serta rencana monitoring dan evaluasi pasien.

a. Skrining gizi

Skrining gizi adalah tahap awal dalam pelayanan gizi rawat inap di RSUD Budhi Asih.

Skrining gmenggunakan menggunakan MSP dilakukan 1x24 jam setelah pasien masuk rumah
sakit.

b. Asesesment gizi

Asessment diRSUD Budhi Asih dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :

- Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, .mengukur berat badan, tinggi
badan. Mengukur berat badan menggunakan timbangan injak uuntuk pasien yang dapat berdiri,
jika pasien tidak dapat berdiri berat badan diukur menggunakan LILA yang diambil dengan
menggunakan pita LILA ataui meterline begitu juga dengan tinggi badan diukur menggunakan
meterline.

-Hasil Laboratorium

Hasil laboratorium didapat dari hasil lab pasien yang terdapat pada rekam medis atau status
pasien

- Fisik Klinis

Pemeriksaan fisik klinis dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien terkait dengan
gangguan fisik yang dapat ditimbulkan masalah gizi seperti mula, muntah, gangguan menelan,
gangguan mengunyah, dan data lainnya.

- Riwayat Personal

Pengkajian rwayat personal data ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarga pasien
atau dapat juga dilihat dari rekam medis pasien.

3.3 Kegiatan Asuhangizi Rawat Jalan

Kegiatan asuhangizi rawat jalan atau disebut juga dengan konseling gizi merupakan kegiatan
asuhan gizi yang dilakukan mulai dari assessment,menentukan diagnose gizi, memberikan
intervensi gizi dan monitoring evaluasi. Monitoring evaluasi pada pasien rawat jalan dengan
mengajukan kepada pasien untuk melakukan kunjungan kembali.

Alur kerja yang dilakukan RSUD Budhi Asih pada pasien rawat jalan yaitu :

1. Menerima pasien yang akan melakukan konseling


2. Mencetak lembar pembayaran
3. Menanyakan surat rujukan atau data lab
4. Mengukur berat badan dan tinggi badan
5. Menanyakan riwayat gizi makan dan riwayat penyakit pasien
6. Menentukan anjuran makan dan diet untuk pasien dan membuat kesepakatan dengan
pasien untuk menjalankan diet yang telah diberikan
7. Monitoring dan evaluasi dengan mengajukan dan membuat perjanjian kunjungan
kembali.
3.4 Penyuluhan Penatalaksanaan Diet Penyakit Jantung di Poli Jantung Dan Diet
Diabetes Melitus di Poli Dalam .
1. Penyuluhan penatalaksanaan diet Penyakit Jantung di Poli Jantung

kegiatam penyuluihan dilaksanakan pada hari selasa 20 februari 2020 yang bertempat di
Poli Jantung di lantai 2 dengan peserta 30 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam mulai
dari pukul 08:00 s/d 09:45 WIB.kegiatan ini dimulai dengan pembukaan oleh moderator,lalu
penyampaian materi oleh pemateri dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, setelah itu
pembagian snack kepada peserta yang mengikuti peneyuluhan serta pengisian absensi kehadiran.

2. Penyuluhan Penatalaksanaan diet Penyakit Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari selasa 25 Februari 2020 yang bertempat di
Poli Penyakit Dalam di lantai 2 dengan peserta 30 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam
mulai dari pukul 09:00 s/d 11:00 WIB.kegiatan ini dimulai dengan pembukaan oleh moderator,
lalu penyampaian materi oleh pemateri dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, setelah itu
pembagian snack kepada peserta yang mengikuti peneyuluhan serta pengisian absensi kehadiran.

3.5 Kegiatan Mahasiswa

studi kasus merupakan salah satu kegiatan praktek belajar lapangan pada asuhan gizi klinik .
studi kasus dilakukan selama 17 hari pada tiap kelompok dengan membuat 1 kasus besar yaitu
kasus komplikasi dengan monitoring pasien selama 3 hari dan melakukan penimbangan sisa
makan pasien. Selain 1 kasus besar juga terdapat kasus harian yang diambil pada pasien baru di
ruangan rawat oinap. Pasiem di dapat dari 7 lantai yaitu lantai 5 (edelweiss), 6 (dahlia), 7
(Cempaka ), 9 (Aster). Hal ini dilakukan ketika dirawat inap yaitu melakukan skrining gizi
kepada pasien baru untuk membuat NCP harian. Setelah melakukan skrining gizi, mahasiswa
akan visit dengan dokter gizi kepaada psien yang sama. Setelah melakukan visit, ahli gizi akan
memasukan dat pasien secara online di aplikasi online gizi RSUD Budhi Asih. Maka secara
otomatis menu diet pasien akan langsung tersimpan dan akan dicetak e-tiket untuk makan siang.
Proses pencetakan e-tiket akan dilakukan setelah ahli gizi setiap ruangan melakukan pemesanana
diet diruangan tersebut. Selain melakukan asuhan gizi di rwat inap, mahasiswa juga melakukan
konseling gizi di Poli gizi pada pasien rawat Jalan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Pelayanan rawat inap dan rawat jalan di RSUD Budhi AAsih sudah sesuai dengan
proseduur pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan terstandar.Ahli gizi di RSUD Budhi Asih
yang bertugas telah menjalankan pekerjaan dengan baik daan pemuh rasa tanggung jawab serta
sesuai dengan alur kerja yang ditetapkan.

4.2 SARAN

Sebaiknya ada meja khiusus ahli gizi di setiap ruangan rawat inap untuk memudahkan
ahii gizi dalam mengelolah data.

Anda mungkin juga menyukai