Etika Profesi
Disusun oleh:
Kelompok 1
JURUSAN GIZI
Seorang Dietisien yang bekerja disuatu runah sakit bekerja diruang perawatan intensif
( Intensif Care Unit = ICU ) , memberikan preskripsi makan pasien yang dirawat dengan
makanan sonde (Enteral) lewat Naso Gastric Tube (NGT) disebabkan pasien tersebut asupan
makannanya hanya 30% dari kebutuhan dan pasien tidak dapat diberikan makanan per-roral
(NPO). Dietisien tersebut menyiapkan sedian makanan enteral bentuk bubuk untuk 5-6 kali
pemberian dengan pencairan 1500 cc air matang perhari. Pencairan makanan tersebut biasanya
dilakukan oleh pramusaji atas pengawasan dientisien ruangan dan pemberiannya dilakukan
oleh perawat.
Pada hari kedua perawatan, dientisien tersebut izin tidak masuk bekerja karena anaknya
yang berusia 2 tahun menderita demam dirumah. karena izinnya mendadak dietisien pengganti
baru masuk menggantikan di ruang ICU di siang hari menjelang waktu pulang kerja, dan
makanan enteral sudah dicairkan oleh pramusaji unruk sediaan makan sore atau malam.
Karena pramusaji dianggap sudah biasa melakukan pencairan makan enteral, Dietesien
pengganti tidak melakukan pengecekkan secara saksama komposisi dan prosedur pencairan
makanan enteral tersebut.
Pada hari ketiga perawatan pasien yang dirawat di ICU tersebut meninggal dunia dan
dokter menyatakan pasien tersebut meninggal karena overfeeding. Sesuai prosedur tim komite
medis di rumah sakit tersebut melakukan investigasi apakah meninggalnya pasien akibat mal
praktik atau tidak. Ternyata dari hasil investigasi diketahui bahwa dietesien pengganti tidak
melakukan pengecekkan sehingga sediaan makanan enteral yang disiapkan pramusaji melebihi
kebutuhan pasien, dan perawat memberikan makanan NGT pada pasien sesuai jumlah sediaan
yang ada waktu itu, dan akhirnya berakibat fatal.
I. Ruang ICU
Ruang ICU atau Intensive Care Unit adalah ruangan khusus yang disediakan rumah sakit
untuk merawat pasien dengan dengan penyakit atau cedera serius. Untuk membantu
memulihkan kondisi pasien, ruang ICU dilengkapi dengan peralatan medis khusus.
a. AC
b. Bahaya api
c. Pipa air
d. Ventilasi
e. Komunikasi
f. Kabel monitor
g. Harus tersedia pengatur kelembaban udara
8. Masing-masing area tempat tidur pasien akan mempunyai ketetapan untuk privasi
visual dari pengamatan pasien dan pengunjung lain.
9. Fasilitas panggilan pelayanan staf harus tersedia pada setiap tempat tidur untuk
penanganan cepat.
Managemen ICU :
1. Kepala ICU
Kepala ICU bertanggungjawab atas pelayanan yang dilakukan bersama profesi
terkait baik yang menjadi penanggungjawab pasien sebelum dirujuk ke ICU
maupun bersama profesi yang memberi konsultasi dan atau yang ikut melakukan
perawatan/terapi. Kepala ICU sebaiknya seorang yang telah mendalami
spesialisasi anestesiologi, ilmu penyakit dalam, bedah , ilmu kesehatan anak atau
bagian lain dan pernah menjalani pelatihan dan pendidikan formal di bidang
kedokteran perawatan intensif.
2. Staff Medis
Staff medis bertugas melaksanakan dan mengkoordinir rencana perawatan/terapi
bersama dokter yang memasukkan pasien dan konsultan lain, serta menampung dan
menyimpulkan opini yang berbeda dari konsultan-konsultan tersebut sehingga tercapai
pelayanan dan pendekatan yang terkoordinir pada pasien dan keluarga. Untuk tujuan
tersebut mereka perlu mengatur visite harian untuk memberitahukan rencana terapi
dan perawatan. Pada acara ini semua staf sebaiknya dilibatkan.
Catatan Penting :
Perlu diketahui saat kita melakukan tindakan keperawatan memasukkan NGT jika pasien
dalam keadaan terengah-engah dan kesulitan bernapas serta timbul sianosis sebaiknya NGT
perlahan dikeluarkan karena bisa jadi itu disebabkan NGT yang masuk ke paru.
b. 80 - 90 % : Sedang
c. 70 - 79% : Kurang
b. 90 - 120 % : Normal
2) 70 - <100% : Kurang
2) 80 - <100% : Kurang
Hal – hal yang harus dilakukan untuk mencapai asupan yang adekuat :
1. Mengurangi keluhan pasien
2. Mengembalikan staus gizi normla
3. Memberikan makanan dengan porsi yang mampu dikonsumsi pasien
4. PKTS ( Porsi Kecil Tapi Sering )
5. Makan dengan frekuensi 3x Utama disertai 2x Selingan
IV. Pe-Roral (NPO)
Nil per os / Nothing Per Oral ( npo atau NPO ) atau Tidak ada yang melalui
mulut adalah instruksi medis yang berarti menahan makanan dan cairan.
NPO (nothing per oral) :
Pasien yang dapat diberikan NPO ialah :
1. Pasien yang mengalami koma
2. Pasien yang akan menjalani operasi
3. Pasien yang mengalami muntah-muntah
4. Pasien yang mengalami ileus atau trauma pada saluran pencernaannya
5. Pasien stroke.
6. Pasien overdosis alkohol yang menyebabkan muntah atau pendarahan luar yang
parah
Tujuan NPO :
Untuk Pencegahan pneumonia aspirasi, misalnya pada mereka yang akan menjalani
anestesi umum (koma), atau mereka dengan otot-otot menelan yang lemah, atau dalam
kasus pendarahan gastrointestinal, penyumbatan gastrointestinal, atau pankreatitis
akut.
Durasi NPO : NPO Pra-operasi biasanya antara 6-12 jam sebelum operasi.
V. Overfeeding
Pengertian
Overfeeding adalah keadaan dimana seorang mendapatkan terlalu banyak mendapat
asupan makanan sehingga terjadi gangguan metabolisme dalam pencernaan orang tsb.
Gangguan metabolisme ini akan merusak sistem pencernaan dan mengakibatkan
masalah kesehatan akibat sulitnya menyerap kelebihan asupan energi dan zat gizi.
Ciri-ciri Overfeeding.
1. Muntah
2. Kembung
3. Sering buang air besar
4. Lebih sering kolik
Mengapa overfeeding bisa fatal?
Karena dapat menyebeabkan beberapa komplikasi overfeeding seperti :
1. Kelebihan produksi CO2 yang meningkatkan ventilasi
2. Edema paru dan gagal napas
3. Hiperglikemia yang meningkatkan kejadian infeksi
4. Imunosupresi : adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan
penurunan kemampuan untuk melawan infeksi dan penyakit.
5. Komplikasi hati: perlemakan hati, kolestasis intrahepatik
Mencegah overfeeding
Pemberian intervensi nutrisi perlu diperhatikan, khususnya terkait akan kondisi pasien,
jenis penyakit, dan juga status nutrisi. Pemberian PN (nutrisi parenteral ) dini dapat
mudah menyebabkan overfeeding dan juga meningkatkan mortalitas.
• Ketua
• Wakil Ketua
• Sekretaris
Tanggung jawab komite medik adalah terkait dengan mutu pelayanan medis, pembinaan etik
kedokteran dan pengembangan profesi medis. Ketua komite Medik bertanggung jawab kepada
Direktur Rumah Sakit dan Pemilik Rumah Sakit sesuai posisi Komite Medik di dalam struktur
organisasi Rumah Sakit.
Analisa Masalah
Identifikasi Masalah Berkaitan Dengan Sikap Profesional Tenaga Gizi Dan
Kesehatan
Pada masalah diatas tenaga ahli gizi belum bekerja secara professional karena ahli gizi
pengganti tidak mampu bersikap inovatif dalam menangani permasalahan yang dihadapi yaitu
:
Ahli gizi pengganti tidak mampu menjalankan kewenangan ketika dietitian ICU tidak
masuk/tidak bekerja. Disini terlihat bahwa dietitian pengganti tidak melakukan pengawasan
terhadap pemberian makanan enteral terhadap pasien, ia menyerahkan tanggung jawab
sepenuhnya kepada pramu saji dalam memberikan makanan enteral. Akibatnya terjadi
kesalahan dalam pemberian makanan enteral.
Ahli Gizi
Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan(body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. Sebagai profesi, ahli gizi
dituntut memiliki pengetahuan sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam melaksanakan:
asuhan gizi klinik, penyelenggaraan makanan institusi, pelayanan gizi masyarakat, penyuluhan
gizi serta menyediakan pelatih sebagai konsultan gizi.
d. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang lebih
terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan edukasi /konseling.
f. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan
intervensi gizi.
g. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.
Maka dari itu, ahli gizi tidak dapat seenaknya dalam mengerjakan tugas atupun seenaknya
melakukan peralihan wewnang kepada ahli gizi lain karena keperluan pribadi, karena ahli gizi
dituntut untuk selalu professional dimana harus mengikuti management yang ada. Adapun
management perlaihan wewenang untuk ahli gizi yaitu :
Hal ini di karenakan dietisien pengganti sudah terbiasa melakukan pencairan makanan per oral
(enteral), alhasil makanan yang disajikan pramusaji melebihi kebutuhan pasien dan perawat
memberikan makanan NGT pada pasien sesuai jumlah yang disediakan pada saat itu sehingga
pasien mengalami overfeeding dan berakibat kematian.
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menentukan
bahwa:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap rumah
sakit dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi
kemasyarakatan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pembinaan dan
pengawasan tersebut diarahkan untuk:
1. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat;
2. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
3. Keselamatan pasien;
4. Pengembangan jangkauan pelayanan; dan
5. Peningkatan kemampuan kemandirian rumah sakit.
Alternatif Masalah
1. Pantau pegawai dalam beberapa kesempatan tanpa diketahui oleh pegawai
tersebut bahwa dia sedang dipantau.
2. Telaah sifat batin atau temperamen. Karena tindakan ini memiliki pengaruh
yang sangat signifikan agar terjalin komunikasi dua arah.
3. Cari tahu persoalan pegawai.
4. Komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah juga dapat memperkecil peluang
kesalahpahaman.
5. Jadikan pegawai sebagai tenaga yang produktif sesuai dengan keahliannya dan
dapat dipercaya.
6. Kembangkan pola pikir pegawai tentang ritme pekerjaan yang searah dengan
tujuan RS. Berikan pemahaman bahwa bekerja bukan hanya menjadi hal yang
rutin dan monoton, tetapi juga saling bergandingan tangan dengan perusahaan
untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan.
7. Berikan sanksi keras jika pegawai melakukan kelalaian dalam melakukan
pekerjaan.
Pohon Masalah
Hilangnya kepercayaan
terhadap RS tersebut
Dietisien dan pramusaji
mendapatkan sanksi
Pasien Meninggal
Pasien overfeeding
Learning Issues
Hal-hal yang dapat diambil sebagai pelajaran dari kasus diatas yaitu seorang
dietisien harus tetap melakukan pekerjaan sesuai prosedur yang ada, baik dietisien
ruangan maupun dietisien pengganti.
Pada kasus tersebut dapat dilihat bahwa dietisien ruangan tidak memberitahu
dietisien pengganti apa yang harus dilakukan selanjutnya sehingga terjadi
kesalahpahaman antara dietisien ruangan dengan dietisien pengganti sedangkan
dietisien pengganti lalai dalam pekerjaannya yaitu tidak melakukan pengecekan
kembali secara seksama komposisi dan prosedur pencairan makanan enteral tersebut,
ini dikarena makanan enteral telah dicairkan oleh pramusaji.
Kelalaian serta kesalahpahaman yang terjadi berakibat sangat fatal yang dapat
mengakibatkan meninggalnya pasien yang dirawat
DAFTAR PUSTAKA
Nestle, Marion (2002). Food Politics. Berkeley: University of California Press. ISBN 0-520-
22465-5.
Panel on Micronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and of
Interpretation and Use of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the
Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes (2001). Dietary Reference Intakes for
Vitamin A, Vitamin K, Arsenic, Boron, Chromium, Copper, Iodine, Iron, Manganese,
Molybdenum, Nickel, Silicon, Vanadium, and Zinc. Washington DC: National Academy
Press. ISBN 0-309-07279-4.
https://id.wikipedia.org/wiki/Asupan_Referensi_Diet
http://izzatulmuslimahd3-a.blogspot.com/2013/11/kebutuhan-gizi-dan-kecukupan-gizi.html
https://www.liputan6.com/health/read/3881462/9-cara-memenuhi-kebutuhan-gizi-dan-nutrisi-
dalam-tubuh
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-gizi-2016.pdf
Irmawati. Hubungan antara konsumsi makanan dengan perubahan status gizi pasien di ruang
rawat inap RSUD Banyumas [thesis]. Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 2000.
10. Indriasari BRW.
Pengaruh kecukupan gizi rumah sakit terhadap status gizi pulang pasien anak di bangsal rawat
inap [thesis]. Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 2002. 11. Incalzi RA, Antonella
GF, Oliviero C, et al. Energy intake and in hospital starvation. Arch Intern MPD 1996;156:425-9.
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-hepatologi/pemasangan-
nasogastric-tube/indikasi
Tjaronosari & Herianandita, E. 2018. Bahan Ajar Etika Profesi. Jakarta : Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
PMK NO.78 Tentang PGRS
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-hepatologi/pemasangan-
nasogastric-tube/indikasi
CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013
https://jurnalpediatri.com/2016/03/23/cara-dan-menentukan-kebutuhan-gizi-anak-2/
http://kamuskesehatan.com/arti/imunosupresi/
Almatsier, Sunita. 2013. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Kompas Gramedia.
https://www.slideshare.net/theshizuka11/pemberian-nutrisi-secara-oral-devi-oktaviau-
keperawatan-a
http://merpatii-putihh.blogspot.co.id/2011/09/tanda-dan-gejala.html
https://pusatdata.hukumonline.com/js/pdfjs/web/viewer.html?file=/pusatdata/viewfil
e/lt5450b9100d285/parent/lt5450b859e4e6b
PERATURAN MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
755/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH
SAKIT
https://dokumen.tips/documents/dokumen-komite-medik.html
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/Kebijakan-Komite-Medik.pdf