DISUSUN OLEH:
( ) ( )
1
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR ICU (INTENSIVE CARE UNIT)
A. Pendahulan
Perawatan intensif yaitu pelayanan keperawatan yang disaat ini amat
sangat perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan
asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel,
memberikan asuhan kepada pasien yang memerlukan observasi ketat dengan
atau tanpa pengobatan yang tidak bisa diberikan diruang perawatan umum
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya
kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian yang
dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis.
B. Pengertian
Merupakan suatu tempat atau unit tersendiri di dalam Rumah Sakit
yang mempunyai staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk
menanggulangi pasien gawat lantaran penyakit, trauma atau komplikasi
penyakit lain.
C. Staf Khusus
Adalah dokter dan perawat yang terlatih, berpengalaman dalam
Intensive Care (Perawatan dan terapi Intensif) dan yang bisa memberikan
pelayanan 24 jam.
2
E. Tujuan Pengelolaan di ICU
Melakukan tindakan buat mencegah terjadinya kematian atau cacat
Mencegah terjadinya penyulit
Menerima rujukan dari level yang lebih rendah dan melakukan rujukan ke
level yang lebih tinggi
F. Macam–macam ICU
Menurut fungsi ICU dibagi menjadi beberapa unsur yakni :
1. ICU Khusus
Dimana dirawat pasien payah dan akut dari satu jenis penyakit. Contoh :
ICCU (Intensive Coronary Care Unit) ialah pasien dirawat dengan
gangguan pembuluh darah Coroner.
Respiratory Unit merupakan pasien dirawat yang mengalami gangguan
pernafasan
Renal Unit dimana pasien yag dirawat dengan gangguan ginjal.
2. ICU Umum
Dimana dirawat pasien yang sakit payah akut di semua bagian RS menurut
usia ICU anak dan neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa
3
Dokter jaga 24 jam, mampu RJP
Konsultan mampu dihubungi dan dipanggil setiap saat
Jumlah perawat cukup dan sebagian besar terlatih
Pemeriksaan Laborat : Hb, Hct, Elektrolit, GD, Trombosit
Kemudahan Rontgen dan Fisioterapi
2. ICU Sekunder
Memberikan pelayanan ICU umum yang bisa mendukung kedokteran
umum, bedah, trauma, bedah syaraf, vaskuler dan sebagainya.
Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.
Ruangan khusus dekat kamar bedah
Kebijakan dan kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
Kepala intensivis, apabila tidak ada SpAn.
Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )
Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, RT dan 2 :
1 untuk pasien lainnya.
50% perawat bersertifikat ICU dan pengalaman kerja minimal 3 tahun
di ICU
Dapat melakukan pemantauan invasife
Lab, Ro, fisioterapi selama 24 jam
3. ICU Tersier
Memberikan pelayanan ICU tertinggi termasuk juga dukungan hidup
multi system (ventilasi mekanik , kardiovaskuler, renal) dalam jangka
waktu tidak terbatas
Area kusus
Kebijakan/indikasi masuk, ke luar dan rujukan
Kepala : intensivis
Dokter jaga 24 jam, dapat RJP (A,B,C D,E,F )
4
Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, RT dan 2 :
1 untuk pasien lainnya.
75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU 3
tahun
Dapat melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun invasive.
Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam
Memiliki pendidikan medik dan perawat
Mempunyai prosedur pelaporan resmi dan pengkajian mempunyai staf
administrasi, rekam medik dan tenaga lain.
I. Ketenagaan
Tenaga medis
Tenaga perawat yang terlatih
Tenaga Laboratorium
Tenaga non perawat : pembantu perawat, cleaning servis
Teknisi
5
J. Sarana dan Prasarana yang mesti ada di ICU
Lokasi: satu komplek dengan kamar bedah dan Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan buat Ruang ICU
antara 1-2 % dari jumlah pasien secara keseluruhan.
Bangunan: terisolasi di lengkapi dengan: pasienmonitor, sarana
komunikasi, ventilator, AC, pipa air, exhousefan buat mengeluarkan udara,
lantai mudah dibersihkan, keras dan rata, tempat cuci tangan yangg dapat
di buka dengan siku dan tangan, pengering setelah cuci tangan
Ruang Dokter dan ruang Perawat
Ruang tempat buang kotoran
Ruang tempat penyimpanan barang dan obat
Ruang tunggu keluarga pasien
Ruang pencucian alat dapur
Pengering setelah cuci tangan ruang Dokter dan ruang Perawat
Ruang tempat buang kotoran
Ruang tempat penyimpanan barang dan obat
Sumber air sumber listrik cadangan/generator, emergency lamp Sumber O2
sentral Suction sentral lemari alat tenun dan obat, instrument dan sarana
kesehatan lemari pendingin (lemari es) Laborat kecil
Fasilitas–alat penunjang antara lain: Ventilator, Nabulaizer, Jacksion
Reese, Monitor ECG, tensimeter mobile, Resusitato, Defibrilator,
Termometer electric dan manual, Infus pump, Syring pump, O2 transport,
CVP, Standart infuse, Trolly Emergency, Papan resusitasi, Matras anti
decubitus, ICU kid, Alat SPO2, Suction continous pump dll.
6
Gangguan atau gagal sirkulasi
Gangguan atau gagal susunan syaraf
Gangguan atau gagal ginjal
2. Prioritas 2
Pementauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-
keadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ
vital. Misal:
Observasi intensif pasca bedah operasi: post trepanasi, post open
heart, post laparatomy dengan komplikasi, dll.
Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.
3. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini
mugkin memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya,
tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau Resusitasi Kardio
Pulmoner
NB : Px. prioritas 1 harus didahulukan dari pada prioritas 2 dan 3
7
M. Prioritas pasien keluar dari ICU
Prioritas I dipindah apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif
lagi, terapi mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit
kemungkinan bila perawatan intensif dilanjutkan misalnya: pasien yang
mengalami tiga atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap
pengelolaan agresif.
Prioritas II pasien dipindah apabila hasil pemantuan intensif menunjukkan
bahwa perawatanintensif tidak dibuthkan dan pemantauan intensif
selanjutnya tidak diperlukan lagi
Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui
kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi
hanya sedikit manfaatnya misal : pasien dengan penyakit lanjut penyakit
paru kronis, liver terminal, metastase carsinoma
8
Selain hal itu peran perawat juga :
Caring Role
Therapeutic Role
O. Pasien Kritis
Fisiologis tidak stabil dan memerlukan monitoring serta terapi intensif.
Ruang Lingkup Keperawatan Intensive :
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam
nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai
beberapa hari
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekalipun
melakukan pelaksanaan spesifik pemenuhan kebutuhan dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh :
- Penyakit
- Kondisi pasien yang memburuk karena pengobatan atau terapi
9
- Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang tergantung pada
fungsi alat/mesin dan orang lain.
10
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Suatu tempat atau unit tersendiri didalam rumah sakit, memiliki staf
khusus, perawatan khusus ditunjukan untuk menanggulangi pasien gawat
karena penyakit, trauma atau komplikasi–komplikasi.
C. Macam–macam ICU
Menurut fungsi ICU dibagi menjadi beberapa fungsi :
1. ICU khusus
Dimana dirawat passion payah dan akut dari satu jenis penyakit,misalnya :
1) ICCU ( intensive coroneary care unit )
Pasien yang dirawat dengan gangguan pembulu darah koroner.
2) Respiratory unit
Dirawat pasien yang megalami gangguan pernafasan.
3) Renal unit
Dimana dirawat pasien dengan gangguan ginjal.
2. ICU umum
Dimana dirawat pasien–pasien yang sakit payah akut dari semua bagian
rumah sakit. Menurut umur ICU anak dan neonatus dipisahkan dengan ICU
dewasa. Menurut klasifikasi pelayanan ICU dibagi menjadi :
1) Pelayanan ICU perimer (standard minimal)
11
Rumah sakit yang dapat memiliki ICU perimer adalah :
a) Rumah sakit umum kelas C
b) Rumah sakit umum kelas B1
2) Pelayanan ICU sekunder (menengah)
3) Pelayanan ICU tersier (tertinggi)
E. Ketenagaan
1. Tenaga terdiri dari
Tenaga medis
Tenaga paramedic
Tenaga laboratorium
Tenaga non medis
Teknisi
2. Sarana dan perasarana yang harus ada di ICU
a. Lokasi : satu kompleks dengan kamar bedah dan Recovery Room
12
b. RS. Dengan jumlah pasien > 100 orang, jumlah tempat tidur untuk
ruangan ICU ± 1– 2% dari jumlah pasien
c. Bangunan : Terisolasi dilengkapi dengan :
Kabel monitor
Ventilator
Pipa air
Komunikasi
AC ± 21 – 25 derajat C
Exhaust fan
Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata
d. Alat komunikasi
e. Tempat cuci tangan dapat dibuka tutup dengan siku dan tangan
f. Ruang dokter jaga
g. Ruang untuk perawat
h. Ruang tempat buang kotoran
i. Ruang tempat penyimpanan barang dan obat
j. Ruang tunggu keluarga pasien
k. Ruang pencuci alat
l. Dapur
m. Sumber air
n. Sumber listrik cadangan / generator, emergency lamp
o. Sumber O2 sentral O2
p. Suction sentral
q. Lemari linen, obat instrumen
r. Lemari pendingin 4 – 5 derajat C
s. Laboratorium kecil
t. Alat – alat :
Ventilator
ECG monitor / recording
13
Defibrilator
Infus set
CVP set
Infusion pump, syringe pump
Nebulizer
Tensimeter biasa / elektrik
Thermometer biasa / elektrik
Gantungan infus
Papan resusitasi
Matras anti dekubitus
u. Emergency trolley yang berisi :
a. Alat – alat intubasi
Laryngoskop dengan bladenya
OTT, NTT dari bermacam – macam ukuran
Airway (mayo, guedel, nasopharyng) macam – macam ukuran
Xilocain spray dan jelly KY
Stylet
Magill forcep
Spuit 10/20 cc untuk mengisi cuff
Plester untuk fiksasi
b. Ambu bag dan face mask macam – macam ukuran
c. Tracheostomy set
d. Cricothyrotomy set
e. Suction set
v. Obat – obat
a. Vasopressor
b. Adrenalin
Nor adrenalin Lidocain 2 %
Ephedrin Meylon atau nabic
14
Calcium gluconas Dexamethason
Sulfas atropin Kalmethason
Corticosteroid Oradexon, dll .
Cortison
c. Antihistamin
d. Avil, antistine,delladryl,dll
e. Analgetika
f. Morphine, pethidine,dll
g. Anti coagulantia
h. Diuretika
i. Lasix, manitol dll
j. Antipiretika
Xylomidon, dellamidon, dll
k. Sedativa
Valium, diazepam, luminal, dormicum, penthotal
l. Muscle relaxant,
Scolin, pavulon dll
m. KCl, NaCl
n. Heparin
o. Cairan
Plasma expander: expafusin, haemacell, dextran
NaCl 0,9 %
Ringer Lactat
Dextrose 5 %, 10 %, 20 % dll
F. Indikasi keluar dan masuk icu
Indikasi masuk ICU meliputi 3 Prioritas :
A. Prioritas 1
Penyakit/gangguan akut pada sistem organ vital yang memerlukan
tindakan terapi yang intensif dan agresif untuk mengatasinya, yaitu:
15
a. Gangguan/gagal nafas akut
b. Gangguan/gagal sirkulasi
c. Gangguan/gagal susunan syaraf pusat
d. Gangguan/gagal ginjal
Contoh : edema paru, status konvulsivus, septik shock.
B. Prioritas 2
Pemantauan/observasi intensif secara infasif atau non infasif atas
keadaan yang dapat menimbulkan ancaman/gangguan terhadap sistem
organ vital, misalnya :
a. Observasi intensif pasca bedah ekstensif
b. Observasi intensif pasca henti jantung
c. Observasi intensif pasien pasca bedah jantung
C. Prioritas 3
Pasien yang dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang
mempunyai harapan kecil untuk disembuhkan atau manfaat yang didapat
dari tindakan–tindakan ICU kecil. Pasien ini hanya memerlukan terapi
intensif pada penyakit akutnya tetapi tidak dilakukan intubasi atau RKP.
16
Indikasi keluar ICU :
1. Penyakit atau kedaan pasien telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.
2. Terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan bermanfaat atau tidak
memberikan hasil pada pasien sedangkan pasien pada waktu itu tidak
menggunakan bantuan mekanis khusus (seperti ventilasi mekanis),
misalnya :
a. Pasien mengalami MBO (Brainsterm Death)
b. Pasien mencapai stadium akhir (Ards Stadium Akhir)
Dalam hal ini pengeluaran pasien dari ICU dilakukan setelah
memberitahu dan disetujui oleh keluarga terdekat pasien.
3. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut ICU (Keluar
Paksa)
4. Pasien hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien
yang lebih gawat lagi yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih
intensif. Pasien ini hendaknya diusahakan pindah ke Intermediete Care
G. Tugas perawat
1. Caring Role, memelihara pasien dan menciptakan lingkungan biologis,
psikologis, sosiokultural yang membantu penyembuhan
2. Coordinating Role, mengatur keterpaduan tindakan–tindakan perawatan,
diagnostik dan terapeutik sehingga terjalin pelayanan yang efektif dan
efisien
3. Therapeutic Role, sebagai pelaksana pelimpahan tugas dari dokter untuk
tindakan diagnostik dan terapeutik.
Dalam masalah kegawatan ini diperlukan 3 kesiapan, yakni :
1. Siap mental
2. Siap pengetahuan dan ketrampilan
3. Siap alat dan obat
17
H. Ketrampilan dan masalah keperawatan
Urutan penanganan prioritas kegawatan didasarkan pada
6 B, yaitu :
B – 1 Breath – Sistem Pernafasan
B – 2 Bleed – Sistem Peredaran Darah ( Sirkulasi )
B – 3 Brain – Sistem Syaraf Pusat
B – 4 Blader – Sistem Urogenital
B – 5 Bowel – Sistem Pencernaan
B – 6 Bone – Sistem Tulang dan Persendian
Kegawatan Sistem B – 1, B – 2 dan B – 3 merupakan prioritas yang paling
utama karena kematian dapat sangat cepat terjadi.
Kegawatan Sistem B – 4, B – 5, B – 6 (misalnya retentio urinae, preforasi
peritonitis, fractura femur) relatif mempunyai tenggang waktu yang lebih
panjang.
Untuk mengatasi pasien dalam keadaan kritis tidak memerlukan terapi
kausal/penyebab tetapi terapi suportif untuk menyelamatkan
jiwanya.Pengobatan kausal dapat dikerjakan kemudian.
18
l. Memberikan obat – obatan darurat
m. Mengenali aritmia berbahaya
n. DC-Shock untuk defibrilasi
o. Merawat pasien dengan tekanan intrakranial meningkat.
19
LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS
A. Definisi
Merupakan kumpulan gejala klinik sebagai respon inflamasi secara
sistemik
( system inflamatory respons syndrome ) akibat adanya infeksi oleh
bakteri virus,jamur,protozoa.
Kelainan patologis dan gambaran klinik akibat adanya kuman didalam
aliran darah.
B. Etiologi
Bakteri gram negative
Escrherichia colli
Klebsiela pneumonia
Entero bacter
Serratia
Protoks dan provedentia
Kuman ini didapat dari infeksi nasokomial
Stafilokokus
Enterokokus dan streptokokus
Enterokokus dan streptokokus viridians
Bakteri aneorab
Bakterides fragilis
B. bivius
Streptokokus
Yang menyebabkan toxix syok sindrom yang sering
menimbulkan
20
kegawatan disebabkan oleh : stafilokokus aureus .
C. Tanda dan gejala
Suhu tubuh > 38 o C atau < 36 o C
Denyut jantung > 90x/mnt ( takipnea )
Paco2 < 32 mmHg ( hiperventilasi )
Leukosit > 12.000/mm3 atau < 4000/mm3
Bandemia ( terdapat > 10 % band trofil imature
D. Macam – macam syok sepsis
1. Syok septic dini
Keadaan sindrom sepsis ditambah dengan adanya penurunan tekanan
darah sistolik < 90 mmHg / penurunan tekanan darah sistolik lebih
dari 40 mmHg dari tekanan darah sebelumnya
2. Syok sepsis refrakter
Diagnosa klinik diatas setelah diberikan cairan adekuat selama 1 jam
ditambah vasopressor belum menampakan hasil yang memastikan.
E. Insiden sepsis meningkat
Factor – factor yang mempengaruhi :
1. Penderita dengan gaya tahan tubuh rendah tetap bertahan hidup
2. Meningkatnya usia lanjut,gagal ginjal,gagal jantung,DM
3. Meningkatnya penderita yang mengalami imunosupresi
4. Meningkatnya alat invasive untk jangka waktu lama :
Ventilasi ,kateter swan ganz
F. Pemeriksaan penunjang
Kultur
Sdp
Elektrolit serum
Pemeriksaan pembekuan darah
Trombosit
PT/PTT
Laktat serum
21
Glukosa serum
Bun,kreatinin
Gda urinalisis
Sinar X
EKG
G. Diagnose banding
renjatan kardiogenik
renjatan hipovolemik
H. Penatalaksanaan
Eradiksai focus / infeksi
Antimokroba empiric diberikan sesuai dengan tempat infeksi
Suportif :
Resusitasi ABC
Oksigenasi
Terapi cairan
Vasopresor / inotropik
Tranfusi
BI ( BREATING )
Takipneu dengan penurunan kedalaman pernafasan,pengunaan kortikosteroid,infeksi
paru,
BII ( BLEEDING )
Tekanan darah normal / sedikit dibawah jangkauan normal ( selama hasil curah
jantung tetap meningkat ).
Denyut perifer kuat cepat.
22
Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan disfungsi
miokad.
Kulit hangat,kering,vasodilatasi,pucat,lembab,buruk,
Suhu meningkat.
BIII ( BRAIN )
Sakit kepala,pusing,pingsan
Gelisah,ketakutan,kacau mental.disorientasi,delirium/koma.
BIV ( BLADDER )
Penurunan haluaran,konsentrasi urine.
Perkembangan kearah oliguria,anuria
Anoreksia
BV ( BOWEL )
Mual – muntah,diare
BVI ( BONE )
Malaise
23
R/hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme
dalam darah
c. Perhatikan kualitas dan kekuatan dari denyut perifer
R/↑pernafasan terjadi sebagai respons efek – efek langsung dari
endotoksin
d. Kolaborasi pemberian cairan parental dan obat – obat sesuai petunjuk
R/untuk pemberian pengobatan lebih lanjut
2. Pertukaran gas resiko tinggi terhadap terganggu nya pengiriman /
pemanfaatan O2 dalam jaringan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan kepeerawatan selama ± 2x24 jam diagnose
keperawatan pertukaran gas resiko tinggi terhadaap terganggunya pengiriman
O2 dalam jaringan teratasi dengan criteria hasil :
Menu juka GDA dan frekuensi pernafassan dalam batas normal
Tiadk megalami dispnea/sianosis
Intervensi :
a) Pertahankan jalan nafas paten
R/meningkatkan ekspansi paru
b) Cata munculnya sianosis,sirkumoral
R/menunjukan oksigen sistemik tidak adekuat
c) Selidiki perubahan pada sensorium
R/fungsi serebral sangat sensitive terhadap penurunan oksigen
d) Kolaborasi
Memberikan O2 tambahan melalui jalur yang sesuai missal
kanul,nasal,masker
R/mengoreksi hipoksemia dengan mengagalkan upaya asidosis
respiratorik
3.
24
AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO
Nim : 07026
25
Tanggal praktek : 01 – 02 – 2010
Ruangan : ICU
1.IDENTITAS PASIEN
Jenis kelamin : P
Pendidikan : -
2.KELUHAN UTAMA
Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 27 – 01 – 2010 jam 13.00 WIB pasien
melahirkan anak yang pertama dibidan,pasien mengalami HPP ( perdarahan )
sehingga dirujuk ke RSU sumberjo jam 20.00WIB oleh karena adanya sisa
plasenta,pasien mendapat penanganan dan rencana kuretase namun pada tanggal 31 –
02 – 2010 jam 13.00 WIB pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 3:1:3
pasien dirujuk ke RSUD bojonegoro masuk dikamar bersalin kemudian dipidah ke
ruang ICU jam 16.)) WIB untuk perawatan lebih lanjut.
26
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah menderita penyakit yang diderita
saat ini.
keluarga pasien mengatakan dalam satu keluarga tidak ada yang menderita penyakit
yang menular.
Psikososial
Spiritual
Dirumah sakit : Nutrisi dan cairan mendapat DIET jus ± 3x/hari tiap
pemberian 200 cc dan infuse metromidazol 500mg
20tts/menit dan ringer laktat 20tts/menit.
b.Pola eliminasi
27
Dirumah : keluarga pasien mengatakan Ny.U BAB ± 1x/hari dengan
konsistensi bau khas,bentuk kuning padat,dan BAK ±4-5
x/hari warna kuning jernih,bau amoniak.
28
keluarga pasien mengatakan baru dikaruniai 1 anak dan saat proses melahirkan
anaknya meningal dunia.
keluarga pasien mengatakan penyakit yang diderita pasien saat ini adalah cobaan
dari allah SWT.
Keluarga pasien mengatakan bila ada keluarga yang sakit dibawah periksa ke
bidaan dan manteri terdekat.
Kesadaran pasien menurun GCS 313 ( Apatis ) tangan kiri terpasang infuse ringer
laktat
29
a.Suhu tubuh : 36 oc
d.Respirasi : 28x/mnt
e.TB/BB :
10.PEMERIKSAAN FISIK
Body system
I. Pernafasan ( BI Breathing )
RR 28x/menit
Suara nafas vasikuler
Jenis nafas dispnoe
Alat bantu nafas O2 masker 6 L/menit
Terdapat otot bantu pernafasan retraksi intecoste
SPO2 100%
II. BII Bleeding
TD 110/73 mmHg
N 121 x/mnt
Terdengar Bj I dan BJ II lup dup tidak ada suara tambahan BJ III
dan BJ IV
CRT < 3 detik
III. Persarafan B III ( Brain )
Pasien mengalami penurunan kesadaran ( apatis )
GCS 313
Respon motorik 3 : dapat memberi respon terhadap
rangsangan nyeri
Respon bicara 1 : tak bicara apa pun walaupun ada
rangsangan nyeri
30
Respon membuka mata 3 : mata membuka apa bila dipanggil
IV. Perkemihan eliminasi urine ( BIV Bladder )
Terpasang dower cateter
Urine dalam waktu 4 jam dalam uroback tertampung 200 cc
Cairan mendapat diet jus 3x/hari dalam sekali pemberian 200 cc
Infuse ringer laktat 500 cc dalam 20 tts / menit
Infuse metromidazol 500mg dalam 100 cc 20tts/menit
V. Pencernaan eliminasi Alvi ( BV Bowel )
saat MRS pasien belum BAB
makan pasien mendapat dietv jus 3x/hari dalam sekali pemberian
200cc
terpasang NGT
mual positif
VI. Tulang otot – otot integument ( B VI Bone )
Kekuatan oto
1 1
1 1
LAB
31
ALBUMIN ( ALB ) 3,12 gr/dL 3,4 – 55
low
P 11,5 – 16,5
32
HCT 21,0 % L 40 – 5,0
P 3,70 - 450
NEUT % 56,5 % 50 – 70
LYMPH % 33,2 % 20 – 40
m.Terapi medis
keluarga pasien berharap pasien dapat kumpul dirumah dengan keluarga dan pasien
cepat sembuh.
33
ANALISA DATA
Umur : 21 thn
No Reg : 283035
34
1 S : keluarga pasien mengatakan Endotoksin,eksotoksin Perfusi jaringan
pasien tidak sadar kan diri. serebal
Pada sel berhubungan
O : kesadaran pasien ↓,GCS 313 dengan
,kekuatan otot Kesulitan menerima pe↓kesadaran.
1 1 O2
1 1
type kesadaran apatis. Hypoksia
Pe ↓ kesadaran
Perfusi jaringan
serebral
2 S : -
O : kesadaran pasien ↓,GCS
313,RR 28x/mnt Endotoksin Pola nafas tidak
Nafas dispnoe,retraksi efektif sehubungan
intercoste, Pusat pernafasan dengan efek
Alat bantu pernafasan O2 dalam medula endotoksin.
masker 6 ltr
/menit,suara nafas Hiperventilasi /
vaskuler,SPO2 % alkalosis
35
S : - kebutuhan
O : ma/mi px mendapat diet jus Fungsi peristaltic sehubungan dengan
3x/hari menurun mual.
Pemberian 200CC
sonde,mual positif Mula mumtah
Terpasang NGT
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Umur : 21 thn
No.Reg : 283035
1 1
1 1
Type kesadaran apatis
2 03 – 02 – 2010
Pola nafas tidak efektif sehubugan dengan efek endotoksin
yang ditandai dengan RR 28 x/menit,nafas dispnoe
,retraksi intercoste,alat pernafasan O2 masker
3 03 – 03 -2010 6ltr/menit,suara nafas vasikuler,SPO2 100%.
36
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
yang ditandai dengan ma/mi dapat diet jus
3x/menit,pemberian 200cc sonde,mual positif,terpasang
NGT.
RENCANA KEPERAWATAN
Umur : 21 thn
No Reg : 283035
37
keperawatan 3 x 24 jam baring. beban kerja
Perfusi jaringan serebal miokard dan
berhubungan dengan memaksimalkan
pe↓kesadaran teratasi efektivitas dari
dengan criteria hasil : 2.observasi perubahan perfusi jaringan.
perkusi adekuat pada sensorik. 2.menunjukan
tanda vital stabil penyimpangan
nadi perifer jelas perfusi
38
pernafasan dalam indicator kongesti
batas normal pulmonal.
4.catat munculnya 4.menunjukan O2
sianosis pulmonal. sistemik tidak
5.observasi perubahan adekuat
sensorium. 5.funsi serebral
sensitive terhadap
6.pantau GDA. ↓ oksigen
6.hipoksemia
berhubungan
7.berikan O2. dengan
↓perubahan
pulmonal
7.diperlukan untuk
mengoreksia
hipoksemia dengan
III progresi pulmonal.
1.kaji kemampuan
mengunyak,menelan.
setelah dilakukan tindakan 1.mengetahui
keperawatan 2 x 24 jam penurunan
Nutrisi kurang dari 2.auskultasi bising kemampuan pasien
kebutuhan sehubungan usus. untuk mengunyah.
dengan mual.teratasi 2.hipermotilitasa
dengan criteria hasil : saluran internal
Nutrisi terpenuhi umum terjadi dan
BB batas normal dihubungkan
3.berikan perawatan dengan muntah.
mulut terus menerus.
39
3.mengurangi
ketidaknyamanan
4.pasang alat bantu berhubungan
makan sonde. dengan mual.
4.untuk mencukupi
5.konsultasi dengan kebutuhan makan
tim pendukung ahli pasien.
gizi. 5.menyediakan
diet berdasarkan
kebutuhan
individu.
LEMBAR PELAKSANAAN
Umur : 21 thn
No Reg : 283035
40
2010 mempertahankan tirah baring. Pasien ↓ kesadaran
13.30
mengobservasi perubahan pada Pasien ↓ kesadaran
13.38 sensorik GCS 313,keasadaran
apatis
Pasien ↓ kesadaran
14.00 memberikan cairan parental.RL
500 cc 20tts/mnt : metromidazol
500mg 20tts/mnt.
Pasien ↓ kesadaran
14.30 memberikan oksigenasi dengan
bantuan O2 masker atau kanul.6
l/mnt masker.
Pasien ↓ kesadaran
15.00
memperhatikan kualitas dari
denyut perifer.teraba kuat.
Pasien ↓ kesadaran
15.05
mempertahankan jalan nafas paten.
II RR 28x/mnt
03 – 02 – Pasien ↓ kesadaran
2010
13.30 memantau frekuensi dan
kedalaman pernafasan. Terdapat
otot bantu prnafasan retraksi Pasien ↓ kesadaran
intercoste.
14.00
mengauskultasi bunyi nafas.suara Pasien ↓ kesadaran
41
nafas vasikuler.
14.10 Pasien ↓ kesadaran
mencatat munculnya sianosis
14.30 pulmonal Pasien ↓ kesadaran
.
15.00 mengobservasi perubahan
sensorium. Pasien ↓ kesadaran
Mengkaji kemampuan
mengunyak,menelan kesadaran Pasien ↓ kesadaran
pasien 313,apatis kemampuan
13.40 mengunyah normal.
Pasien ↓ kesadaran
mengauskultasi bising usus hasil
14.00 17x/menit.
42
memasang alat bantu makan
15.10 sonde,NGT
CATATAN PERKEMBANGAN
Umur : 21 thn
No Reg : 283035
43
No No Diagnosa Tanggal Evaluasi
I I 03 – 02 – 2010 S : keluarga pasien mengatakan pasien
tidak sadarkan diri.
O : kesadaran pasien ↓,GCS 313
,kekuatan otot
1 1
1 1
type kesadaran apatis.
A : masalah belum teratasi
P : rencana keperawatan dilanjutkan No
1,2,3,4,5.
II II 03 – 02 – 2010 S :-
O : kesadaran pasien ↓,GCS 313,RR
28x/mnt
Nafas dispnoe,retraksi intercoste,
Alat bantu pernafasan O2 masker 6
ltr
/menit,suara nafas vaskuler,SPO2 %
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : rencana keperawatan dilanjutkan No
III III 03 – 02 – 2010 1,2,3,4,5,6,7.
S :-
O : ma/mi px mendapat diet jus 3x/hari
Pemberian 200CC sonde,mual positif
Terpasang NGT.
A : masalah belum teratasi
P : rencana keperawatan dilanjutkan No
I I 04 – 02 – 2010 1,2,3,4,5.
44
S : keluarga pasien mengatakan pasien
tidak sadar kan diri.
O : kesadaran pasien ↓,GCS 313
,kekuatan otot
1 1
1 1
type kesadaran apatis.
A : masalah belum teratasi
P : rencana keperawatan dilanjutkan No
II II 04 – 02 – 2010 1,2,3,4,5.
S :-
O : kesadaran pasien ↓,GCS 313,RR
28x/mnt
Nafas dispnoe,retraksi intercoste,
Alat bantu pernafasan O2 masker 6
ltr
III III 04 – 02 – 2010 /menit,suara nafas vaskuler,SPO2 %
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : rencana keperawatan
S :-
O : ma/mi px mendapat diet jus 3x/hari
Pemberian 200CC sonde,mual
negative
I I 05 – 02 – 2010 Terpasang NGT.
A : masalah teratasi sebagian
P : rencana keperawatan dilanjutkan No
1,2,3,4,5.
45
S : pasien mengatakan keadaan dirinya
lemaz
O : GCS 4 : 5 : 6,type kesadaran compos
mentis,
kekuatan otot
5 5
II II 05 – 02 – 2010 5 5
A : masalah keperawatan teratasi
sebagian dan dipertahankan.
P : rencana keperawatan dipertahankan
no 2,3,4,5.
46
1,2,3,4,5.
EVALUASI HASIL
Umur : 21 thn
No.Reg : 283035
No No.diagnosa Evaluasi
I I S : pasien mengatakan keadaan dirinya lemaz
Tanggal 05 – 02 – O : GCS 4 : 5 : 6,type kesadaran compos mentis,
2010 kekuatan otot
Jam 13.00 WIB 5 5
5 5
A : masalah keperawatan teratasi sebagian dan
dipertahankan pasien dipindah ruang flamboyant.
P : rencana keperawatan dipertahankan no 2,3,4,5.
Dan dioperkan perawat ruang flamboyan.
47
dipertahankan pasien dipindah ruang flamboyant.
P : Rencana keperawatan dipertahankan No
1,2,3,4,5,6,7. Dan dioperkan perawat ruang
flamboyant.
III
S : pasien mengatakan rasa mual sudah tidak terasa
III O : mual negative,NGT dilepas,ma/mi diganti nasi tim
Tanggal 05 – 02 – dan susu 3x/hari.
2010 A : masalah teratasi sebagian dan dipertahankan
Jam 13.00 WIB pasien dipindah ruang flamboyant.
P : rencan keprawatan dipertahanlan No 1,2,3,4,5.Dan
dioperkan perawat ruang flamboyan.
48
49