TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Teori
Hawks, 2014).
Menurut Black dan Hawks (2014) penyebab IMA ada dua faktor,
plak, seperti ukuran dan konsistensi dari inti lipid serta kondisi
sistem saraf simpatis dapat menyebabkan ruptur plak. Pada waktu yang
seperti paparan dingin dan waktu tertentu seperti pagi hari, juga dapat
respon sistem saraf simpatis yang tiba- tiba dan berhubungan dengan
mana saja, tetapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau
nekrotik dengan menurunkan beban kerja jantung. (2) Terjadi mual dan
Aterosklerosis/
trombosis/ Kontriksi
arteri koronaria
jantung.
pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang tiap 6 jam dan setiap
aneurisma ventrikel.
dimulai ketika pasien masih dirawat inap dan berlanjut selama proses
fase I (rawat inap), fase II (segera setelah rawat jalan), fase III
setelah kondisi klinis stabil. Kriteria stabil yaitu apabila tidak ada
episode baru atau berulang nyeri dada selama 8 jam, tidak ada
kekuatan, mintalah pasien duduk beberapa saat pada sisi tempat tidur
denyut jantung tidak boleh meningkat lebih dari 25% di atas kadar
atas normal.
Selama fase I, edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya
mengizinkan pasien menjadi aktif lagi akan memicu serangan IMA dan
Fase II (segera setelah rawat jalan). Sebuah tim pada suatu fasilitas
perawat untuk mengawasi status fisiologi, latihan, serta diet tiap dua
interval 15 detik.
1. Kasus
Pria 42 tahun, keluhan Nyeri dada. Pengkajian, pasien menyatakan nyeri dada 2,5 jam
yang lalu seperti tertindih, nyeri pada ulu hati,nyeri dirasakan selama 15 menit, semakin
berat saat beraktifitas, ektremitas tidak sianosis, CRT <2 detik, terdapat udem pada
tangan sebelah kanan grade 2, nafas cepat terdapat retraksi dinding dada, terpasang O2
Binasal 5l/m, badan terasa lemah dan letih. Riwayat jantung dan pernah dirawat 1 tahun
yang lalu. BB : 56 kg, TB 156 cm. TD : 115/78 mmhg, N 103x/m, P : 28x/m, EKG :
Axis LAD, PR interval 0.,16 dtk, QRS 0,06dtk, ST elevasi lead II, III, dan aVF.
Laboratorium : Na 132 mol/l, K 3,8 mmol/l, Klorida serum 102 mmol/l, GDS 261 mg/dl,
Ureum 26 mg/dl, Kreatinin 1,2 mg/dl, Hb 11,3 g/dl, Leukosit 13.00/mm3, trombosit
411.000/mm3, HT 3,5%. AGD : 7,40, PCO2 33 mmhg, PO2 127 mmhg, HCO3 20,6
mmol/l.
2. Analisis Data
Data Etiologi Masalah
DS: Agen cedera fisik Nyeri Akut
Pasien menyatakan nyeri (Iskemia)
dada 2,5 jam yang lalu
seperti tertindih,
Pasien mengatakan nyeri
pada ulu hati, nyeri
dirasakan selama 15 menit,
semakin berat saat
beraktifitas
DO:
TD: 115/78 mmHg
P: 28 x/m
N: 103 x/m
Nafas cepat terdapat
retraksi dinding dada
Terpasang O2 Binasal
51/m
DO: Perubahan preload Penurunan Curah
Terdapat udema pada Jantung
tangan sebelah kanan
grade 2
EKG : Axis LAD, PR
interval 0.,16 dtk, QRS
0,06dtk, ST elevasi lead II,
III, dan aVF (STEMI)
Riwayat jantung dan
pernah dirawat 1 tahun
yang lalu.
Laboratorium : Na 132
mol/l (Hiponatremi)
Badan terasa lemah dan
letih
BB : 56 kg, TB 156 cm
(IMT = 23 kg/m2)
DO: Ketidaksaimbangan Gangguan pertukaran gas
Pola nafas cepat ventilasi-perfusi
Terdapat retraksi dinding
dada
Terpasang O2 Binasal
5l/m
P : 28x/m
AGD : 7,40, PCO2 33
mmhg (menurun), PO2
127 mmhg (meningkat),
HCO3 20,6 mmol/l
(menurun) (Asidosis
Metabolik terkompensasi
penuh / Alkalosis
Respiratorik
terkompensasi penuh)
DO: Ketidaktepatan Resiko ketidakstabilan
BB : 56 kg, TB 156 cm pemantauan glukosa kadar glukosa darah
(IMT = 23 kg/m2) darah
GDS 261 mg/dl
(Hiperglikemia)
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Gangguan pertukaran gas darah berhubungan dengan Ketidaksaimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan AGD : 7,40, PCO2 33 mmhg (menurun), PO2 127
mmHg (meningkat), HCO3 20,6 mmol/l
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dibuktikan dengan
EKG : Axis LAD, PR interval 0.,16 dtk, QRS 0,06dtk, ST elevasi lead II, III, dan aVF
(STEMI) dan Na 132 mol/l (Hiponatremi)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan Pasien
menyatakan nyeri dada 2,5 jam yang lalu seperti tertindih dan pasien mengatakan
nyeri pada ulu hati, nyeri dirasakan selama 15 menit, semakin berat saat beraktifitas
4. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dibuktikan dengan faktor resiko IMT : 23
Kg/m2 dan GDS 261 mg/dl
4. Intervensi keperawatan