Anda di halaman 1dari 9

A.

Konsep Dasar Nyeri

1. Definisi
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya
dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain,
mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup
seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan
telah terjadinya gangguan fisiologikal.
.
2. Epidemiologi / insiden kasus
 Nyeri akut : diakibatkan oleh jaringan yang rusak seperti kulit yang
terbakar atau adanya jaringan yang rusak. nyeri jenis ini biasanya hilang
ketika luka disembuhkan atau penyebab rasa sakit hilang.
 Nyeri Kronis : adalah nyeri yang tetap ada setelah suatu luka
disembuhkan,nyeri ini disebabkan oleh respon tubuh ke nyeri akut.nyeri
kronis bisa intermitten atau berkelanjutan karena suatu luka jaringan
yang terus berlanjut atau menjadi buruk,hal ini bisa menyebabkan
turunnya BB,insomnia,kelelahan dan gejala2 lain tekanan.
3. Penyebab / etiologi
a. Trauma
 Mekanik, dimana rasa nyeri timbul akibat ujung – ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, seperti akibat benturan, gesekan, luka dan
lain-lain.
 Thermis, yaitu akibat ujung saraf reseptor mendapatkan rangsangan
panas ataupun dingin seperti dari air ataupun api.
 Khemis, nyeri timbul akibat kontak dengan zat kimia baik asam
ataupun basa kuat.
 Elektrik, timbul akibat pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor nyeri yang menimbulkan kekejangan otot atau luka bakar.
b. Neoplasma
 Jinak
 Ganas
c. Peradangan, dimana nyeri timbul akibat kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat peradangan.
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah.
e. Trauma psikologis
4. Factor predisposisi
 Makna nyeri
Makan seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Ini
dikaitkan cara kita dengan latar belakang budaya individu tersebut.
 Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri.
Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan
respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery
merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
 Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas.
 Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
nyerinya Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung
pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
 Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri
dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan
seseorang mengatasi nyeri.
 Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan.
 Nilai Agama ( Taylor dan Le Mane )
Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan penderitaan
sebagai cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman ini membantu
individu menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai sumber kekuatan.
Pasien dengan kepercayaan ini mungkin menolak analgetik dan metode
penyembuhan lainnya; karena akan mengurangi persembahan mereka.
 Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.
 Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya
ex: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri.
 Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada
nyeri.
5. Patofisiologi nyeri
TEORI NYERI
 SPECIFICITY TEORI
Dikembangkan tahun 1800-an
Menekankan struktur dan jalan yang spesifik untuk transmisi nyeri
Berdasarkan pada keberadaan ujung saraf bebas dalam perifer sebagai penerima
rangsang nyeri yang dapat menerima sensori dan menstramisikan sepanjang
serat saraf khusus.
 PATTER TEORI
Mengidentifikasi adanya 2 serabut nyeri yaitu serabut yang dapat
menyampaikan dengan cepat dan serabut yang menyampaikan dengan lambat.
Kedua serat bersinap dalam spinal cord dan merelai informasi ke otak mengenai
jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan
kuantitas input sensori nyeri.
 GATE CONTROL TEORI
Dikemukakan oleh Melzack & Wall (1982)
Menjelaskan suatu mekanisme dalam spinal cor yang bertindak sebgai sebuah
pintu yang membukan & menutup transmisi impuls nyeri ke otak
Gate à suatu area di spinal cord à substansia gelatinosa.

RESEPTOR NYERI
Rangsang nyeri diterima oleh ujung-ujung saraf bebas à nosiceptor à
tersebar dalam lapisan kulit dan jaringan tertentu yang lebih dalam. Ujung saraf
bebas dapat terstimulasi oleh 3 stimulus, yaitu mekanik, thermis, dan kimia.

Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri


 Serabut A – delta (Aδ)
Stimulus (mekanis, kimia, termis) à sel rusak à produksi zat” kimia
(serotinin, bradikinin, prostaglandin, enzim proteolitik, dll) à merusak ujung
saraf (nociceptor) à impuls dibawa o/ serabut Aδ à lamina I & V cornu
dorsalis à menyilang di dalam comisura anterior MS à columna alba antero-
lateralis à bergabung dengan serabut saraf lain di tract. Spinotalamicus
anterolateralis à batang otak à ventrobasal thalamus à cortex cerebri à
persepsi nyeri.
 Serabut C
Stimulus (mekanis, kimia, termis) à sel rusak à produksi zat” kimia
(serotinin, bradikinin, prostaglandin, enzim proteolitik, dll) à merusak ujung
saraf (nociceptor) à impuls dibawa o/ serabut C à lamina II & III cornu
dorsalis à melalui trsct. Spinitalamicus anterolateralis à mengadakan sinap
pada formatio retikularis batang otak à nucleus intralaminalis à cortex cerebri
(area sensorik, somatik) à persepsi nyeri.

6. Klasifikasi nyeri
a. Berdasarkan lama seranganya
 Nyeri akut
Suatu keadaan dimana individu mengalami adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan
selama enam bulan atau kurang.
 Nyeri kronis
Suatu keadaan dimana individu mengalami nyeri yang menetap atau
intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
b. Berdasarkan lokasi ( Perry & Potter, 1997)
 Superfisial & kutaneus
- berasal dari stimulus di kulit
- nyeri sesaat & lokal
- Terasa tajam
- Ex. Tertusuk jarum, goresan
 Viseral yg lebih dalam :
- Berasal dari stimulasi organ dalam
- lebih beraneka & berat, durasi berbeda, bertahan lebih lama
- Terasa tajam & variatif
- Ex. Sensasi kerusakan (angina pectoris), gastritis.

 Reffered :
- Fenomena yg terjadi pada nyeri yg tdk disebabkan oleh
kerusakan organ yg terasa nyeri itu sendiri
- Persepsi nyeri masuk ke spinal cord organ yg sama dg
organ penyebab nyeri
- Persepsi nyeri pada area yg tidak sebenarnya
- Nyeri terasa pada bag tubuh yg berbeda & terpisah
dari sumber nyeri & menimbulkan karakter & sensasi
berbeda pula
- Ex. IMA yg menyebabkan reffered pain pada dagu,
lengan kiri dan bahu kiri

 Radiating :
- sensasi nyeri yg menyebar dari bagian
yg cidera dialihkan pada bagian lain
- nyeri terasa merambat turun yg biasanya
konstan maupun berdenyut
- Ex. Nyeri tulang belakang yg disebabkan
ruptur intravertebra yg disertai nyeri
yg menyebar turun ke kaki.

7. Menghitung skala nyeri


Pengkajian keperawatan pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah
dengan cara PQRST:
 P ( provocative ) yaitu factor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri, apa penyebabnya, factor yang memperberat atau mengurangi
keluhan?
 Q ( quality ) bagaimana keluhan tersebut dirasakan? Apakah terlihat,
terdengar, seberapa sering?
 R ( region ) dimana keluhan tersebut dirasakan? Apakah menyebar?
 S ( severity scale ) apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas? Jika
dibuat skala seberapakah keluhan tersebut dirasakan?
 T ( timing ) kapan keluhan tersebut mulai muncul?seberapa sering
keluhan tersebut muncul?apakah keluhan tersebut muncul secara tiba-
tiba?
1. Skala Numerik
2. Visual Analog Scale
3. Skala DESKRIPTIF VERBAL (VDS)
4. Oucher Pain Scale & Face scale

8. Gejala klinis atau indicator perilaku efek nyeri


Vokalisasi :
a. Mengaduh
b. Menangis
c. Sesak napas
d. Mendengkur
Ekspresi wajah
a. Meringis
b. Menggeletukan gigi
c. Mengernyitkan dahi
d. Menutup mata dan mulut dengan rapat atau membuka mata dan mulut
dengan lebar.
e. Menggigit bibir
Gerakan tubuh
a. Gelisah
b. Imobilisasi
c. Ketegangan otot
d. Peningkatan gerakan jari dan tangan
e. Gerakan melindungi bagian tubuh
Interaksi social
a. Mengindari percakapan
b. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
c. Menghindari kontak social
d. Penurunan rentang perhatian

9. Therapy/ tindakan perawatan

 Sentuhan terapeutik adalah suatu therapy yang digunakan untuk


mengembalikan keseimbangan kelapngan energy klien

 Akupresur adalah suatu therapy yang mempelajari alur energi dan


memberi tekanan pada titik- titik tertentu disepanjang alur untuk
meningkatkan kondisi yang lebih sehat.

 Relaksasi dan tekhnik imajinasi

 Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan


stress. Tekhnik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam
imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,
berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap klien dapat
mengurangi rasa nyerinya

 Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan


memberikan individu informasi tentang respon fisiologis misalnya
tekanan darah.

 Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melaui pengaruh


sugesti positif.

 Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk


meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus
nyeri.

10. Penatalaksanaan

 jelaskan sebab sebab perubahan kenyamanan kepada individu

 berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa nyaman

 berikan individu kesempatan untuk beristirahat

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Kaji adanya factor – factor yang menyebabkan nyeri:
A. Pembedahan
B. Prosedur diagnostic infasif
C. Trauma ( fraktur, luka bakar )
D. Lamanya penekanan pada bagian tubuh karena imobilitas
E. Penyakit kronis ( kanker )
F. Gangguan akut ditandai oleh sumbatan pada aliran darah atau embolisme paru
Kaji nyeri yang berhubungan dengan:
A. Provocative, apa saja yang memperberat dan mengurangi nyeri?
B. Quality, nyeri dirasakan seperti apa, apakah tajam, berat, ringan?
C. Region, dimana nyeri dirasakan?
D. Severity scale, apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas?jika dibuat skala
seberapa parahkah?
E. Timing, kapan keluhan tersebut mulai muncul, seberapa sering keluhan tersebut
muncul?
DATA SUBJEKTIF
 Pasien mengatakan merasa nyeri
 Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri
DATA OBJEKTIF
 Pasien tampak meringis kesakitan
 Pasien tampak lemah
 Mata pasien tampak sayu

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Menurut nanda ( 2003 ), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri
atau ketidaknyamanan:

A. Nyeri akut
 Berhubungan dengan:
- Klien cedera ( bilogi, psikologi, kimia fisik )
 Ditandai dengan:
- Melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal
- Menunjukan kerusakan
- Posisi untuk mengurangi nyeri
- Gerakan untuk melindungi
- Tingkah laku untuk berhati – hati
- Gangguan tidur ( mata sayu, tampak lelah, sulit atau gerakan kacau dan
menyeringai)
- Fokus pada diri sendiri
B. Nyeri kronis
 Berhubungan dengan:
- Ketidakmapuan psiko sosial atau fisik secara kronis
 Ditandai dengan
- Perubahan berat badan
- Perubahan pola tidur
- Kelelahan
- Takut cedera kembali
- Interksi dengan orang lain menurun
- Perubahan kemampuan dalam melakukan aktifitas

3.Rencana tindakan keperawatan dan rasionalisasi


Diagnosa : nyeri akut/kronis
 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil:
- Pasien merasa lebih nyaman
- Pasien bisa tibur dan istirahat
- Pasien merasa lebih segar
- Skala nyeri pasien berkuarang
 Rencana tindakan
- Ukur skala nyeri pasien
- Pertahankan tirah baring selama fase akut
- Berikan tindakan nonfarmakologi seperti teknik relaksasi, massage atau
guided imagery.
- Pemberian analgesik sesuai advise
 Rasionalisasi
- Untuk mengetahui skala nyeri pasien
- Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
- Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular dan yang memperlambat
atau memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan nyeri
- Dengan memberikan anakgesik akan membantu pasien untuk mengurangi
rasa nyeri.

4.Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon
rangsangan nyeri diantaranya:

 Hilangnya perasaan nyeri


 Menurunnya intensitas nyeriadanya respon fisiologis yanga baik
 Pasien mampu melakukan aktifitas sehari – hari tanpa keluhan nyeri

Anda mungkin juga menyukai