Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

DisusunOleh :
DIAN DANIATY HI.SADEK
24.19.1407

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2020
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

A. Definisi Respiratory Distress Syndrome


Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan
untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam
paru.( Dalam Moi.Y.M, 2019)
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress
syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi terutama akibat
ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak
menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) sering
kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005 Dalam Bahar 2017).
Sindrom gangguan pernapasan adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis, rintihan pada ekspirasi
dan kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi (Dalam Afifah.N.H,2019).
B. Etiologi RDS
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta, faktor
janin dan faktor persalinan. (Dalam Moi.Y.M, 2019).
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida emmpat atau lebih, sosial ekonomi rendah
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti
hipertensi, penyakit diabetes mellitus, dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi sulosio plasenta, pendarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis,
plasenta tidak menempel pada tempatnya.
3. Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi
tali pusat antara janin dan jalan lahir, kelainan kongenital pada neonaatus dan lain-lain.
4. Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
C. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinis respirasi
a. Takipnea (lebih dari 60 x/menit)
b. Dispnea
c. Retraksi interkostal dan/atau substernal yang jelas
d. Krepitasi inspirasi halus
e. Grunt ekspirasi yang keras
f. Cuping hidung eksternal
g. Sianosis dan/atau palor
2. Manifestasi ketika penyakit berkembang
A. Apnea
B. Flaksiditas
C. Tidak bergerak
D. Tidak berespons
E. Suara nafas berkurang
F. Bercak-bercak
3. Manifestasi berhubungan dengan penyakit berat
a. Keadaan seperti syok
b. Penurunan retum jantung dan bradikardia
c. Tekanan darah sistemik rendah (Dalam Afifah.N.H,2019)

D. Patofisipologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveolimasih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna karena
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan
perubahanfisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari
normal,  pernafasan menjadi berat, shunting  intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia
berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan
mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru
nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati, oleh sebab itu paru-paru
memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus
alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya
atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen,
menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga
menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi
alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan
mulai dibentuk pada 36 – 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi
yang immaturdan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD) (Dalam
Afifah.N.H,2019).
E. Pathway (Dalam Afifah.N.H,2019).
F. Komplikasi
Menurut (Cecily & Sowden 2009 Dalam Moi.Y.M, 2019 ) Komplikasi RDS yaitu:

1. Ketidakseimbangan asam basa


2. Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum, pneumoperikardium,
pneumoperitonium, emfisema subkutan, emfisema interstisial pulmonal)
3. Perdarahan pulmonal
4. Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10%
5. Apnea
6. Hipotensi sistemik
7. Anemia
8. Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial)
9. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua
Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas
1. Paten Duktus Arteriosus (PDA) yang sering dikaitkan dengan hipertensi pulmonal
2. Perdarahan intraventrikuler
3. Retinopati akibat prematuritas
4. Kerusakan neurologis
G. Penatalaksanan
Menurut (Suriadi dan Yuliani.2012 Dalam Bahar 2017) tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi :

1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.


2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5. Mencegah hipotermia.
6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
1. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak
dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 % Pantau selalu tanda vital, jaga patensi jalan
nafas, berikan oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal).
2. Jika bayi mengalami apneuLakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan Lakukan
penilaian lanjut
3. Bila terjadi kejang potong kejang
4. Segera periksa kadar gula darah
5. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan
penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:
1. Gangguan nafas ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa
gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah
bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari
infeksi sistemik.
2. Gangguan nafas sedang
Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan
O2 4-5 liter/menit dengan sungkup Bayi jangan diberi minukm Jika ada tanda berikut, berikan
antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
 Suhu aksiler <> 39˚C
 Air ketuban bercampur mekonium
 Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18
jam) Bila suhu aksila 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah suhu abnormal
dan nilai ulang setelah 2 jam:
 Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan
antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis
 Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan
tersebut diatas.
 Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam Apabila bayi
tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk
kemungkinan besar sepsis
 Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertahap .
Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum
 Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan
bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan
3. Gangguan nafas ringan
 Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
 Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya.
Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan
segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
 Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.
 Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan
pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dari RDS yang sering muncul (Nanda,2015).
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubunga dengan penumpukan sekret pada paru-
paru
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, terpajan kuman pathogen
5. Hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan luar rahim
6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,
maturitas gastrik menurun dan kurangnya absorpsi.
I. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan . intervensi disusun
berdasarkan NANDA (2015-2017), NOC dan NIC.

NO Dx Keperawatan NOC NIC


1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen:
gas berhubungan keperawatan selama 1x24 jam, 1. Kelola humidifikasi
dengan perubahan pertukaran gas pasien menjadi oksigen sesuai
membran alveolar- efektif dengan kriteria hasil: peralatan
kapiler 1. Ventilasi dan oksigenasi 2. Siapkan peralatan
Batasan adekuat oksigenasi
karakteristik: 2. Bebas deri tnda tanda 3. kelola O₂ sesuai
-Takipneu distress pernafasan indikasi
-Dispnea 4. monitor terapi osigen
-Nafas cuping hidung dan observasi tanda
-Sianosis keracunan O₂
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Monitor pernafasan:
nafas berhubungan keperawatan selam 2x24 jam 1. Monitor kecepatan,
dengan hiperventilasi diharapkan pola nafas efektif irama, kedalaman dan
Batasan karakteristik: dengan kriteria hasil upaya naik
-ada retraksi dinding -pernafasan dalam batas normal 2. Monitor pergerakan,
dada (40-60x/menit) kesimetrisan dada,
-takipneu -pengenbangan dada simetris retraksi dada, dan alat
-dispnea -irama nafas teratur bantu
-nafas pendek -tidak ada retraksi dinding dada 3. Monitor adanya
-suara nafas -tidak ada suara nafas tambahan pernafasan cupinh
tambahan -tidak takipneu hidung
4. Monitor pola nafas
bardipnea,
takipnea,hiperventi,la
si, lusmaul,dan apnea
5. Monitor adanya
kelemahan otot
diagfragama
6. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan dan
ketidakadanya
ventilasi dan bunyi
nafas

3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemenjalan nafas:


bersihan jalan nafas keperawatan selama 1x24 jam 1. Bersihkan sluran
berhubungan dengan pasien dapat meningkatkan pernafasan dan
penumpukan sekret status pernafasan yang adekuat pastikan airway paten
Batsan karakteristik: dengan kriteria hasil: 2. Monitor perilaku dan
-batuk tidak efektif -tidak ada suara nafas tambahan status mental pasien,
-dispneu -tidak ada retraksi dinding dada kelelahan agitasi dan
3 -Gelisah -sekret berkurang konfus
-sianosis -pernafasan dalam batas 3. Posisikan klien
-bunyi nafas normal(40-60x/menit) dengan elevasi
tambahan -tidak sianosis tempat tidur
-sputum berlebih 4. Monitor efek sedasi
dan anlgetikpada pola
nafas klien
5. Berikan posisi semi
fowler dengan posisi
lateral 10 – 15 derajat
atau sesuai toleransi
4. Resiko infeksi Dalam jangka waktu 1 jam Kontrol infeksi:
berhubungan dengan pasien akan terbebas dari resiko 1. Bersihkan lingkungan
terpajannya kuman infeksi dengan kriteria hasil: setelah dipakai
patogen -bebas dari tanda tanda infeksi 2. Pertahankan teknik
batasan karakteristik: -kemampuan mencegah infeksi isolasi
-tanda gejala infeksi -jumlah leukosit dalam batas 3. Batasi pengunjung
-kulit kemerahan normal bila perlu
-kenaikan suhu tubuh -suhau dalam batas normal 4. Intruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan
sebelum dan sesudah
berkinjung
5. Gunakan sabun
antimikrobauntuk
cuci tangan
6. Cuci tangan sebelum
dan sesudah
perawatan pasien
7. Pertahankan
lingkunag naseptik
selama pemasangan
alat
8. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai
petunjuk umum
9. Tingkatkan intake
nutrisi
10. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
5. Hipotermia Dalam jangka waktu 1 jam Perawatan hipotermia
berhubungan dengan pasien akan terbebas dari 1. Monitor suhu tubuh
adaptasi lingkungan hipotermi dengan kriteria hasil: tiap 2 jam
Batasan karakteristik: -suhu dalam batas normal 2. Monitor warna kulit
-suhu dibawah batas -nadi dan HR dalam batas dan suhu kulit
normal normal 3. Kaji tanda tanda
-pucat -tidak sianosis hipertermi atau
-kulit dingin -tidak pucat hipotermi
-kuku sianosis -kulit hangat 4. Tingkatjkan intake
nutrisi dan cairan
5. Selimuti pasien intuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh

Daftar Pustaka
MO.Y.2019.Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. T Dengan Rds (Respiratory Distress
Syndrom) Di Ruangan Nhcu Rsud Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang” Karya Tulis Ilmiah.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Jurusan Keperawatan Prodi D III
Keperawatan

Afifah.2019.Respiratory Distress Syndrome (Rds)Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Al


Islam Bandung.Laporan Pendahuluan. Program Studi Sarjana KeperawatanSekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Aisyiyah Bandung

Bahar.2017. Rds (Respiratory Distress Syndrome). Laporan Pendahuluan. Prodi Profesi


Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi

Rogayyah.2016.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan kejadian Respiratory Distress


Syndrome Pada Neonatus Di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari periode 2013-
2014.Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai